Proposal TA Ibnu
Proposal TA Ibnu
Judul
ANALISIS
PENGARUH
BLASTING
VIBRATION
Faktor Impedansi
Faktor coupling
Faktor Perubahan
Jarak
Densitas batuan
Kecepatan Seismik
1. Faktor Impedansi ( )
Faktor impedansi dapat di definisikan sebagai berikut :
= 1 -
(c r ) 2
(c r ) 2
2 =
f / c
1
(e 1)
Dimana :
f = Diameter lubang ledak
c = Diameter bahan peledak
e = Diambil sebesar 2,72 yaitu limn-~ ( 1 + 1/n )n
Dengan persamaan diatas, maka secara matematis 2 akan mendekati harga 1 jika
c mendekati harga f dan 2 akan turun dengan besarnya coupling ratio.
Pemanfaatan fenomena tekanan dinamik sebagai fungsi dari
Kelompok dari tiap-tiap batuan ini dibagi dalam tiga kelompok berdasarkan
karakteristik atau sifat-sifat kekerasan dari batuan tersebut, yaitu batu pasir dan kerikil,
aluvial kompak, batuan keras dan batuan keras yang kompak. Dari faktor-faktor tersebut
diatas dan beberapa penelitian telah dilakukan dalam usaha menentukan hubungan
antara faktor-faktor tersebut diatas dan beberapa penelitian telah dilakukan dalam usaha
menentukan hubungan antara faktor-faktor tersebut dngan tingkat getaran adalah sebagai
berikut :
Q
R
V=
1 x 2 x 3 xx10 6
5K f x log Rxx r xC
Dimana :
V = Getaran tanah ( m/s )
Q = Jumlah bahan peledak yang digunakan ( Kg )
R = Jarak titik ledak ke sensor yang dituju ( m )
= Faktor impedansi
2 = Faktor coupling
3 = Faktor perubahan
= Energi per unit massa bahan peledak ( Mj/Kg )
r = Densitas batuan ( Kg/m3 )
C = Kecepatan seismik ( m/s )
Kf = Tipe kelompok batuan
5. Frekuensi
Frekuensi disini adalah untuk menentukan besarnya perambatan gelombang pada
batuan. Besarnya frekuensi tergantung dari tipe kelompok batuan yang dirambatinya,
besarnya frekuensi dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
f = ( Kf log R )-1
Dimana :
f
= Frekunsi ( Hz )
6. Scale Distance
Cara praktis untuk mengontrol getaran adalah dengan menggunakan scale
distance, sehingga memungkinkan pelaksanaan lapangan menentukan jumlah muatan
bahan peledak yang digunakan atau jarak aman untuk muatan bahan peledak yang
jumlahnya telah ditentukan. Adapun besarnya scale distance dapat dirumuskan :
Ds =
D
W
Dimana :
Ds = Scale distance ( m/Kg )
D = Jarak dari titik ledak ke sensor yang dituju ( m )
W = Berat muatan bahan peledak per delay ( Kg )
Menurut Nicholls, Jhonson, dan Duvall dalam buletin 654 ( 1971 ) harga scale
distance 50 adalah batas peledakan yang aman apabila tidak ada pengukuran seismik.
Secara umum, harga scale distance yang besar ( D s > 50 ) menunjukan kondisi getaran
yang aman atau kerusakan yang terjadi kecil. Demikian pula sebaliknya, jika harga ( D s
< 50 ) menunjukan kondisi getaran yang membahayakan ( menimbulkan kerusakan ).
6.2. Kontrol Peledakan ( Overbreak control )
Tujuan dari overbreak control adaah untuk mencapai dinding yang stabil dengan
meminimalisisr kerusakan akibat produksi peledakan pada batas akhir penggalian.
Kadang, tujuan keduanya adalah untuk mencapai dinding penggalian yang rata dan
menarik. Beberapa teknik pemboran dan peledakan telah dibuat untuk mengontrol
peledakan dalam rangka memenuhi tujuan tersebut ( Mc Kown, 1984; Floyd, 1998 )
termasuk :
1. Modified production blasting
2. Presplit blasting
3. trim ( chusion ) blasting
4. Line Drilling
Dec =
Dh2
12,14
Dimana :
Dec = Muatan bahan peledak ( gr/m )
Dh = Diameter lubang yang kosong ( mm )
Jika perkiraan muatan bahan peledak tersebut digunakan maka spasi antar lubang
bor presplit dapat diperkirakan sbb :
100 Dh < S < 14 Dh
Metode lain yang dapat menentukan jarak spasi antara lubang bor presplit adalah
didasarkan atas tebal dinding lingkaran tekanan ( Gb. 6.1 ).untuk lingkaran tekanan
dengan jari-jari luar tanpa batas, tegangan radial dan tegangan tangensial dapat
ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut ( Jagger and Cook, 1979 ) :
r = o + ( pi - o )
a2
r2
= o - ( pi - o )
a2
r2
Dimana :
r = Tegangan radial, ( MPa )
= Tegangan tangensial ( Mpa )
o = Tegangan insitu ( MPa )
pi = Tekanan antar lubang bor ( Mpa )
a = Jari-jari lubang bor ( m )
r = jarak dari pusat lubang bor ke titik yang diinginkan/titik amat ( m )
6.2.3. Trim ( cushion ) Blasting
Trim blasting merupakan teknik kontrol peledakan yang digunakan untuk
membersihkan dinding akhir penggalian setelah peledakan produksi yang telah
dilakukan ( Konya,1995 ). Tujuan dilakukannya trim blasting adalah untuk meciptakan
dinding akhir penggalian yang menarik/rata dan untuk meningkatkan kesetabilan
dinding akhir penggalian dengan cara memindahkan loose material yang disebabkan
oleh overbreak dari peledakan produksi.
Untuk satu baris trim blasting diledakan setelah peledakan produksi, berdasarkan
rancangan umum maka persamaan persamaan di bawah ini dapat digunakan sama
dengan perkiraan muatan bahan peledak per unit kedalaman lubang ledak yang telah
dikemukakan di awal untuk prespliting ( Konya, 1995 ) :
S = 16 Dh
B > 1.3 S
Dimana :
S
= Spasi ( mm )
Gb. 6.1. Tegangan radial dan tangensial pada jarak r dari pusat tebal-dinding lingkaran
teknan
Gb. 6.3. Pola yang khas dari line drilling yang telah digunakan hubungannya dengan
peledakan produksi
6.4. Gambaran mengenai lubang line drilling: ( A ) Detonasi pada lubang bor produksi
yang berdekatan dengan lubang line drilling; ( B ) Tegangan pada lubang line
drilling akibat detonasi dari lubang ledak
6.3. Stabilitas Lereng
Kestabilan dari suatu jenjang individual dikontrol oleh kondisi geologi daerah
setempat, bentuk keseluruhan lereng pada daerah tersebut, kondisi air tanah setempat,
dan teknik penggalian yang digunakan dalam pembuatan lereng. Faktor pengontrol ini
jelas sangat berbeda untuk situasi penambangan yang berbeda dan sangat penting untuk
memberikan aturan yang umum untuk menentukan seberapa tinggi atau seberapa landai
suatu lereng, sehingga dapat dipastikan lereng tersebut akan stabil.
Apabila kestabilan dari suatu jenjang dalam operasi penambangan meragukan,
maka kestabilannya harus dinilai berdasarkan dari struktur geologi, kondisi air tanah dan
faktor pengontrol lainnya yang terjadi pada suatu lereng. Kestabilan lereng pada batuan
dipengaruhi oleh geometri lereng, struktur batuan, sifat fisik dan mekanik batuan, serta
gaya-gaya luar yang bekerja pada lereng tersebut.
Suatu cara yang umum untuk menyatakan kestabilan suatu lereng batuan adalah
dengan faktor keamanan. Faktor ini merupakan perbandingan antara gaya penahan yang
membuat lereng tetap stabil dengan gaya penggerak yang menyebabkan terjadinya
longsor. Secara matematis faktor kestabilan lereng dinyatakan sebagai berikut :
F = R / Fp
Dimana :
F
tetap
stabil
Fp = gaya penggerak, berupa resultan gaya-gaya yang menyebabkan
lereng
longsor
Pada keadaan :
- F 1,0 = lereng dalam keadaan stabil
- F = 1,0 = lereng dalam keadaan seimbang (akan longsor)
- F 1,0 = lereng dalam keadaan tidak stabil
6.3.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan lereng.
Umumnya stabil atau tidaknya suatu lereng tergantung dari beberapa faktor, antara
lain :
a.
Geometri lereng
Kemiringan dan tinggi suatu lereng sangat mempengaruhi kestabilannya.
Semakin besar kemiringan dan ketinggian suatu lereng, maka kestabilan
semakin berkurang.
b.
Struktur batuan
Strukutur batuan yang sangat mempengaruhi kestabilan lereng adalah bidangbidang sesar, perlapisan dan rekahan. Struktur batuan tersebut merupakan
bidang-bidang
lemah
(diskontinuitas)
dan
sekaligus
sebagai
tempat
c.
C = kohesi (ton/m2)
= tegangan normal (ton/m2)
= sudut geser dalam (angle of internal friction)
3. Kandungan air dalam batuan
Semakin besar kandungan air dalam batuan, maka tekanan air pori menjadi
semakin besar juga. Dengan demikian berarti bahwa kuat geser batuannya
menjadi semakin kecil, sehingga kestabilannya berkurang.
4. Kuat tekan, kuat tarik dan kuat geser batuan
Kekuatan batuan biasanya dinyatakan dengan kuat tekan (confined and
unconfined compressive strength), kuat tarik (tensile strength) dan kuat
geser (shear strength). Batuan yang mempunyai kuat tekan, kuat tarik dan
kuat geser besar akan lebih stabil (tidak mudah longsor).
5. Sudut geser dalam (angle of internal friction)
Semakin besar sudut geser dalam, maka kuat geser batuan juga akan
semakin besar. Dengan demikian batuan (lereng) akan lebih stabil.
d. Gaya dari luar
Gaya-gaya dari luar yang dapat mempengaruhi atau mengurangi kestabilan
suatu lereng adalah :
Getaran yang diakibatkan oleh gempa, peledakan dan pemakaian alat-alat
mekanis yang berat didekat lereng.
Pemotongan dasar (toe) lereng
Penebangan pohon-pohon pelindung lereng
6.3.2. Klasifikasi longsoran batuan
Berdasarkan proses longsornya, longsoran maka longsoran pada batuan dapat
dibedakan menjadi empat, yaitu :
a. Longsoran Bidang (Plane failure)
Longsoran bidang merupakan suatu longsoran batuan yang terjadi sepanjang
bidang luncur yang dianggap rata. Bidang luncur tersebut dapat berupa sesar,
rekahan (joint) maupun bidang perlapisan batuan. Syarat-syarat terjadinya
longsoran bidang adalah :
1. Terdapatnya bidang luncur bebas (daylight), berarti kemiringan bidang luncur
harus lebih kecil daripada kemiringan lereng.
2. Arah bidang luncur sejajar atau mendekati sejajar dengan arah lereng
(maksimum berbeda 20o).
3. Kemiringan bidang luncur lebih besar daripada sudut geser dalam batuannya.
4. Terdapat bidang bebas (tidak terdapat gaya penahan) pada kedua sisi
longsoran.
Bidang bebas
Bidang luncur
For siliding
Keterangan :
f = Kemiringan lereng
p = Kemiringan bidang luncur
= Sudut geser dalam
Gambar 1
Longsoran Bidang
Dalam menganalisa, maka suatu lereng ditinjau dalam dua dimensi dengan anggapan
sebagai berikut :
a. Semua syarat untuk terjadinya longsoran bidang terpenuhi
b. Terdapat regangan tarik tegak yang terisi air sampai kedalaman tertentu (Zw),
regangan tarik ini dapat terjadi pada muka lereng maupun di atas lereng.
c. Tekanan air pori pada regangan tarik sepanjang bidang luncur tersebar secara
linier
d. Semua gaya yang bekerja pada lereng melalui titik pusat massa batuan yang akan
longsor, sehingga tidak terjadi rotasi.
Faktor keamanan lereng dapat dihitung dengan persamaan :
Gaya-gaya penahan
F
= ---------------------------------Gaya-gaya penggerak
C.A + (W cos p U V sin p) tan
Dimana :
F = faktor kestabilan lereng
C = kohesi pada bidang luncur
A = panjang bidang luncur (A)
p = sudut kemiringan bidang luncur (o)
= sudut geser dalam batuan (o)
Dimana :
= percepatan getaran pada arah mendatar
Dalam analisa menggunakan metode Hoek and Bray, longsoran baji dapat dianggap
hanya akan terjadi pada garis perpotongan kedua bidang lemah. Faktor keamanan
lereng dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
3
F = ---------- (Ca.X +Cb.Y) + (A (w/2).X) tan a + (B (w/2).Y) tan b
. H
dimana :
Ca = kohesi bidang lemah I (ton/m3)
Cb = kohesi bidang lemah II (ton/m3)
a = sudut geser dalam, bidang lemah I (o)
b = sudut geser dalam, bidang lemah II (o)
= ------------------------------------------------Sin 5. Sin2na.nb
Cos b cos a. cos na.nb
= ------------------------------------------------Sin 5. Sin2na.nb
Bidang I
Bidang II
Muka lereng
Slope
face
(Gambar tiga demensi)
m
fm
Gambar 2
Longsoran baji
Gambar 3
Longsoran busur
Analisa khusus untuk longsoran ini tidak ditampilkan disini, karena batuan yang
akan dianalisa diharapkan dalam keadaan segar.
d. Longsoran guling (topping failure)
Longsoran guling akan terjadi pada suatu lereng batuan yang acak
kemiringannya berlawanan dengan kemiringan bidang-bidang lemahnya.
Keadaan tersebut dapat digambarkan dengan balok-balok yang diletakkan diatas
sebuah bidang miring. Berdasarkan bentuk dan proses menggulingnya, maka
longsoran guling dibedakan menjadi tiga, yaitu :
a. Longsoran guling setelah mengalami benturan (flexural toppling)
b. Longsoran guling yang berupa blok (balok-balok)
c. Gambaran kedua longsoran diatas (block-flexural)
bagian puncak lereng
puncak lereng
bagian bawah
lereng
Gambar 4
Longsoran guling
Dengan metode Hoek and Bray terjadinya longsoran guling dapat dianalisa dengan
menggunakan model yang sederhana. Dengan menggunakan model ini digunakan untuk
menganalisa kasus-kasus yang sederhana. Sedangkan untuk menganalisa lereng yang
sebenarnya dilakukan analogi dengan mempertimbangkan variabel-variabel yang ada di
lapangan
VII. Analisa Penyelesaian Masalah
Permasalahan yang ada di lapangan selanjutnya dipelajari dan dikaji berdasarkan
data yang ada, baik data yang dikumpulkan dari hasil penyelidikan maupun data
penunjang dan didukung berbagai teori yang menunjang permasalahan tersebut,
selanjutnya dicarikan alternatif penyelesaiannya.
Adapun rincian dari analisa terhadap kesetabilan lereng penggalian adalah
sebagai berikut :
A. Tahap Persiapan
Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data geometri lereng yang akan digali di
PT. Beraucoal dengan menggunakan metode peledakan.
B. Tahap Penyelidikan Awal
Pengumpulan data-data geologi daerah kerja yang akan mempengaruhi dalam
perancangan peledakan ataupun perancangan lereng seperti struktur batuan ( sesar,
kekar, dip ), kekuatan batuan ( rock strength ), berat jenis dan parameter lain yang
digunakan dalam kegiatan peledakan seperti spesifikasi bahan peledak dan geometri
pemboran dan peledakan yang akan digunakan.
C. Tahap Penyelidikan Terinci
Pengamatan dilapangan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
kesetabilan lereng penggalian, sehingga dapat dipastikan seberapa besa pengaruh
grund vibration akibat peledakan terhadap kesetabilan lereng penggalian. Pada tahap
ini diharapkan sudah bisa dipastikan aman atau tidaknya lereng yang akan digali.
VIII. Metodologi Penelitian
Dalam memecahkan permasalahan ini, dengan menggabungkan antara teori dan
data-data lapangan, terutama data-data primer yang didapat dari perusahaan ( PT.
Beraucoal ), sehingga dari keduanya di dapat pendekatan penyelesaian masalah.
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu :
1. Tahap Studi Literatur yang berhubungan dengan topik penelitian berupa brosurbrosur , laporan penelitian terdahulu.
Pada tahap ini di dapat data sekunder, antara laian :
-
Peta topografi
a. Lereng individual.
Dari hasil perhitungan, kemudian dibuat dalam grafik hubungan antara faktor
keamanan dengan sudut lereng atau antara tinggi lereng dengan sudut lereng.
b. Lereng total
Dari hasil perhitungan, kemudian dibuat grafik hubungan antara faktor keamanan
dengan sudut lereng atau antara tinggi lereng dengan sudut lereng.
c. Perhitungan dengan metode Hoek and Bray.
Sebagai pembanding perhitungan dengan metode Bishop.
Pemilihan Geometri lereng
Pemantauan lereng
Usaha untuk menstabilkan lereng
X. Rencana Kegiatan
BULAN
MINGGU
Studi Literatur
Observasi Lapangan
Pengambilan data
Pengolahan data
Penyusunan draft
Pertama
Kedua
Ketiga
2003
2003
2003
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
1.2.
Tujuan Penelitian
1.3.
Perumusan Masalah
1.4.
Metodologi Penelitian
1.5.
Hasil Penelitian
II. TINJAUAN UMUM
2.1.
Lokasi dan Kesampaian Daerah
2.2.
Keadaan Topografi dan Geologi.
2.3.
Iklim
2.4. Penambangan Batubara
III.TEORI KESTABILAN LERENG PADA BATUAN.
3.1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kestabilan Lereng Batuan
3.1.1. Struktur Geologi.
3.1.2. Air bawah permukaan tanah.
3.1.3. Sifat fisik batuan.
3.1.4. Sifat mekanik batuan.
3.1.5. Pengaruh gaya-gaya luar.
3.1.6. Pengaruh ground vibration akibat peledakan
3.1.7. Geometri lereng.
3.2. Teknik kontrol peledakan
3.2.1. Modifikasi peledakan produksi
3.2.2. Presplit blasting
3.2.3. Trim ( cushion ) blasting
3.2.4. Line drilling
3.3. Menghitung Faktor Kestabilan Lereng Batuan
3.2.1. Longsoran busur.
3.2.2. Longsoran bidang.
3.2.3. Longsoran baji.
3.2.4. Longsoran guling.
IV. ANALISA KESTABILAN LERENG.
4.1.
4.2.
V. PEMBAHASAN
5.1.
5.2.
5.3.
5.4.
5.5.
5.6.
Kekuatan batuan
Struktur Geologi
Geometri Lereng
Air tanah
Pengaruh getaran
Usaha untuk menstabilkan lereng
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
XII. Rencana Daftar Pustaka
1. Hoek, E. and Bray, J.W., Rock Slope Engineering 3 rd Ed., The Institution Of
Mining and Metallurgy London, !981.
2. Made Astawa Rai, Dr. Ir .Analisa Kemantapan Lereng : Proyeksi Stereografis dan
Metode Grafis, Kursus Geoteknik dan Perencanaan Tambang Terbuka,
1993.
3. Made Astawa Rai, Dr. Ir. dan Anung Dri Prasetya, Ir Kemantapan Lereng Batuan,
Kursus Pengawas Tambang, 1993.
4. Gian Paolo Giani, Rock Slope Stability Analysis, A.A Balkema, Rotterdam,
Brookfield, 1992.
5. Charles A. Kliche, Rock Slope Stability , Society for Mining, Metallurgy, and
Eksploration, Inc. 1999.
6. William Hustrulid, Blasting Principles for Open Pit Mining 1 rd Ed, A.A.
Balkema, Rotterdam, Brookfield,1999
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh
IBNU UBAIDILLAH
112000011
PROPOSAL SKRIPSI
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Melaksanakan Skripsi
Pada Jurusan Teknik Pertambangan
Oleh
IBNU UBAIDILLAH
112000011
Mengetahui :
Dosen Wali
Pembimbing I