Anda di halaman 1dari 9

USAHA KECIL MENENGAH

TUGAS PENGANTAR MANAJEMEN

Oleh :
Naning Dwi Lestari
NIM 11030244205

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
PRODI BIOLOGI
2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
UKM atau usaha kecil menengah saat ini memiliki posisi yang sangat penting bukan
saja dalam penyerapan tenaga kerja, dan kesejahteraan masyarakat didaerah, dalam banyak
hal UKM menjadi perekat dan menstabilkan masalah kesenjangan sosial. Sehubungan dengan
hal tersebut, maka perlu upaya untuk menumbuhkan iklim kondusif bagi perkembangan
UKM serta pelatihan kepada masyarakat untuk dapat menciptakan peluang usaha.
Nirlaba adalah organisasi yang menekankan kepada pencapaian manfaat sosial dalam
setiap kegiatannya. Namun saat ini ada beberapa kekeliruan tentang pandangan dalam
manajemen organisasi nirlaba.
Berdasarkan uraian diatas dengan makalah ini kami akan membahas tentang
pengertian UKM dan aspek aspek yang ada didalam UKM, serta organisasi nirlaba dan
bagaimana manajemen dalam organisasi nirlaba.

1.2 Rumusan Masalah

Pengertian UKM.
Mitos Seputar UKM.
Manajemen Usaha Kecil.
Pengerian Organisasi Nirlaba.t
Kekeliruan Pandangan Organisasi Nirlaba.
Manajemen Organisai Nirlaba.

1.3 Tujuan

Mengetahui konsep dasar usaha kecil dan manajemennya.


Mengetahui berbagai faktor yang perlu dimiliki dalam manajemen usaha kecil.
Mengetahu konsep dasar organisasi nirlaba.
Mengetahui berbagai faktor yang perlu diperhatikan dalam manajemen usaha kecil.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Usaha Kecil dan Menengah disingkat UKM adalah jenis usaha kecil yang memiliki
kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 ( tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha )dengan hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000. Pengertian ini
tertuang dalam UU No. 9 Tahun 1995. Kementrian Negara Koperasi dan UKM menggunakan
undang undang tersebut sebagai dasar dalam mengelompokkan jenis jenis usaha.
Kelompok usaha mikro termasuk kelompok usaha kecil. Namun menurut Keputusan Menteri
Keuangan Republik Indonesia No. 40/KMK/.06/2003, usaha mikro adalah saha produktif
milik keluarga atau perorangan warga Indonesia dan memiliki hasil penjualan paling banyak
Rp. 100.000.000. Biro Pusat Statistik melihat batasan jumlah tenaga kerja dalam menentukan
sekala usaha terutama disektor industri, yaitu untuk industri kerajinan rumah tangga ( IKRT )
1- 4 pekerja, industri kecil ( IK) 5-19 pekerja termasuk pemiliknya. Departemen
Perindustrian dan Perdagangan memberikan batasan untuk industri mikro 1-4, industri kecil
5-19, dan industri menengah 20-99 pekerja.
Dengan berbagai perbedaan pengertian mengenai usaha kecil menurut berbagai pihak
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa usaha kecil adalah usaha yang dijalankan oleh
sejumlah orang, warga negara Indonesia dengan jumlah kekayaan bersih maksimal 200 juta
dan penghasilan tahunan maksimal 1 milliar rupiah.
Kriteria usaha kecil menurut UU No. 9 tahun 1995 adalah sebagai berikut :
1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- (Dua Ratus Juta Rupiah)
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha
2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (Satu Miliar
Rupiah)
3. Milik Warga Negara Indonesia
4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang tidak
dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan
Usaha Menengah atau Usaha Besar
5. Berbentuk usaha orang perorangan , badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau
badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.

Peranan UKM
Peranan UKM menjadi bagian yang diutamakan dalam setiap perencanaan
pembangunan yang dikelola oleh dua departemen :
1. Departemen Perindustrian dan Perdagangan
2. Departemen koperasi dan UKM
Namun demikian usaha pengembangan yang dilaksanakan belum terlihat hasil yang
memuaskan, kenyataanya kemajuan ukm masih sangant kecil dibanding usaha besar.
Kegiatan UKM meliputi berbagai kegiatan ekonomi, namun sebagian besar berbentuk
usaha kecil yang bergerak disektor pertanian. UKM juga mempunyai peran yang strategis
dalam ekonomi nasional, oleh karena itu selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan
penyerapan tenaga kerja, juga berperan dalam pendistribusian hasil pembangunan.
Mitos Usaha Kecil
Terdapat beberapa anggapan pesimis seputar kegiatan dari usaha kecil, adapun
anggapan tersebut adalah:
1. Tingkat keberhasilan usaha kecil
2. Gaji atau penghasilan kecil
1.2 Permasalahan yang dihadapi UKM
Permasalahan yang dihadapi oleh UKM antara lain meliputi faktor internal dan faktor
eksternal.
Faktor Internal:
a. Terbatasnya Modal
Kurangnya permodalan merupakan faktor utama yang dihadapi untuk
mengembangkan unit usaha. Karena pada umumnya usaha kecil dan menengah
merupakan usaha perorangan atau perusahaan yang sifatnya tertutup.
b. Terbatasnya SDM ( Sumber Daya Manusia )
Terbatasnya SDM usaha kecil baik dalam segi pendidikan formal maupun
pengetahuan dan keterampilan sangat berpengaruh pada manajemen pengelolaan
usahanya, sehingga usaha tersebut sulit untuk berkembang secara optimal.

c. Lemahnya Jaringan Usaha dan kemampuan Penetrasi UKM


Jaringan usaha yang sangat terbatas dan kemampuan penetrasi rendah maka
produk yang dihasilkan jumlahnya sangat terbatas dan mempunyai kualitas yang
kurang kompetitif.
Faktor Eksternal:
a. Iklim usaha yang belum sepenuhnya kondusif dengan kebijakan pemerintah
Untuk mengembangkan pertumbuhan UKM cukup sulit, terlihat dari masih
terjadinya persaingan yang kurang sehat, antara pengusaha kecil dan pengusaha besar.
b. Terbatasnya sarana dan prasarana usaha
Kurangnya informasi yang berhubungan dengan kemajuan ilmu pegetahuan
dan teknologi menyebabkan sarana dan prasarana yang mereka miliki tidak sesuai
dengan yang dibutuhkan saat ini, sehingga produk yang dihasilkan tidak maksimal
karena kurangnya inovasi dan daya dukung peralatan.
c. Terbatasnya akses pasar
Terbatasnya akses pasar akan sangat mempengaruhi pemasaran dan
pendistribusian produk yang dihasilkan. Selain itu produk juga sulit untuk dipasarkan
secara kompetitif di pasar nasional maupun internasional.
2.2 Manajemen Usaha Kecil
Pada dasarnya manajemen usaha kecil tidak jauh berbeda dengan manajemen
organisasi bisnis pada umumnya. Keseluruhan fungsi manajemen sebaiknya dijalankan
sesuai, dengan mempertimbangkan jenis dan skala bisnis dari usaha yang dilakukan. Namun
karena jenis dan skala usaha yang dijalankan menyebabkan ada perbedaan dalam beberapa
hal, sehingga ada perbedaan antara manajemen usaha kecil dan manajemen perusahaan pada
umumnya.
Karena skala usaha bisnisnya kecil, maka pengelolaan sumber daya organisasinya
menjadi lebih sederhana dan mudah dikelola, sehingga fungsi fungsi operasionalnya dari
manajemen usaha kecil lebih mudah direncanakan dan dikendalikan. Namun, karena jenis
usaha yang dikelola relatif kecil, maka jenis usaha yang dipilih harus sesuai dengan
kemampuan sumber daya organisasi.
2.3 Faktor faktor dalam Manajemen Usaha Kecil

Untuk menjalankan atau melakukan manajemen usaha kecil harus memiliki faktor
faktor pendukung untuk menunjang berhasilnya usaha kecil yang akan dijalankan.
Adapun faktor faktor tersebut sebagai berikut :

Entrepreneurship
Entrepreneurship, atau sering disebut kewirausahaan adalah sebuah proses
seseorang atau organisasi menjawab peluang sekalipun ketersediaan sumber daya
yang dimilikinya terbatas ( Kreitner,1995 ). Hal menunjukkan bahwa seorang
pelaku usaha tidak perlu mempertimbangkan keternatasan sumber daya yang
dimiliki. Namun hal ini harus tetap dipahami bahwa, seorang wirausaha akan
mengubah sesuatu menjadi lebih baik, sekalipun harus melalui resiko, dari mulai
resiko sedikitnya pembeli hingga gagalnya usaha. Namun faktor faktor yang
mendorong keberhasilan yang harus selalu diusahakan oleh seorang wirausahwan.
Dalam menjalankan manajemen usaha kecil, jiwa kewirausahaan perlu dimiliki
agar usaha yang dijalankan senantiasa aktif dalam mengikuti perkembangan

bisnis. Karena dari waktu ke waktu resiko yang dihadapi juga akan berbeda.
Profesional
Jika usaha kecil dijalankan secara profesional maka tidak diragukan lagi
usahanya akan berkembang. Usaha kecil yang menganut prinsip manajemen
modern dalam proses pengelolaanya akan dapat bersaing dengan baik. Jika perlu,
orang orang yang terlibat dalam usaha tersebut dilatih agar dapat bekerja secara
profesional. Namun pilihan usaha yang dijalankan juga perlu didasarkan atas
kemampuan dan daya jangkau sumber daya yang dimiliki. Dari segi keuangan
harus direncanakan secara tepat, dan kontrol yang baik, perlu adanya evaluasi atas
keberhasilan usaha yang dijalankan. Jika usaha kecil dijalankan secara

profesional, akases dana dan akses pasar tidak akan terlalu sulit.
Inovatif
Dalam dunia usaha selalu terjadi perubahan yang begitu cepat. Dapat berupa
perubahan karakteristik maupun jumlah konsumen, jumlah pesaing, hingga
ketersediaan pasokan bagi bisnis yang dijalankan. Maka dari itu usaha kecil perlu
mengembangkan pola inovatif dengan memunculkan ide baru mengenai usaha
yang sedang dijalankan. Hal ini dilakukan bukan hanya untuk mempertahankan

usaha, akan tetapi usaha dapat berkembang sesuia dengan perbahan yang ada.
Keluasan Jaringan Usaha

Jaringan merupakan kunci keberhasilan usaha. Pada dasarnya semakin luas


jaringan yang dapat dibangun, maka akan semkin besar peluang mengembangkan

usahanya dalam jangka panjang.


Kemampuan Adaptif
Usaha kecil perlu memiliki kemampuan untuk beradaptasi. Adaptasi yang
harus dilakukan saat ini mengenai teknologi informasi. Maka usaha kecil tidak ada
salahnya untuk menerapkan informasi berbasis komputer dalam menjalankan
usahanya. Adapatsi juga diperlukan usaha kecil dalam mengantisipasi barbagai
perubahan didunia internasional.
Jika keempat faktor tersebut dimiliki oleh usaha kecil dalam menjalankan

manajemennya, maka peluang usaha kecil untuk berhasil cukup besar.

Manajemen Organisasi Nirlaba


2.4 Pengertian
Organisasi nirlaba ( nonprofit ) adalah organisasi yang tujuannya menekankan kepada
pencapaian manfaat bagi para anggota dan masyrakat dibandingkan dengan aspek
keuangan. Manfaat tersebut dapat berupa manfaat sosial, pendidikan, keagamaan
maupun kesehatan. Adapun contoh dari organisasi nirlaba adalah Lembaga Swadaya
Masyarakat ( LSM ), Lembaga Bantuan Hukum ( LBH )
2.5 Kekeliruan Pandangan Organisasi Nirlaba
Manajemen nirlaba tidak sama dengan manajemen perusahaan. Pada dasarnya
manajemen nirlaba dalam banyak hal sama dengan manajemen perusahaan, yaitu
memerlukan visi, misi, dan tujuan jelas yang ingin dicapai bersama. Manajemen nirlaba
juga memerlukan perencanaan, pengorganisasian, dan pengawasan yang baik.
Manajemen nirlaba juga memerlukan komitmen dan penghargaan terhadap motivasi para
anggotanya. Hal yang paling membedakan antara organisasi nirlaba dan bisnis adalah
tujuaannya. Jika organisasi bisnis orientasi yang ingin dicapai dalam hal finasial, namun
untuk organisasi nirlaba bukan hanya finansial, akan tetapi manfaat dalam bentuk
lainnya.
Penghargaan yang diberikan organisasi nirlaba rendah. Hal ini dapat dilihat para
pelaksananya yang digaji jauh lebih rendah dari pada standart yang ada. Beberapa
oganisasi tidak bisa bertahan lama dalam kegiatannya karena benar-benar mengandalkan
penghargaan sosial.
Akan terjadi konflik apabila terdapat donatur atau penyandang dana yang berasal dari
Internasional, karena ada sebagian organisasi nirlaba yang berpendapat keterlibatan
donatur atau penyandang dana dari Internasional disinyalir akan memiliki kepentingan

negar negara tertentu, maka mereke berpikir bahwa tidak layak untuk menerima
partisipasi dari donatur tersebut. Namun, ada sebagian organisasi nirlaba yang setuju,
dengan berpendapat bahwa jika tujuannya sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai maka
tidak ada salahnya menjalin kerjasama.
Organisai nirlaba dijalankan di waktu senggang, karena hal organisasi ini akan
dilakukan setelah kegiatan pokok dijalankan. Keadaan ini mendorong oganisasi nirlaba
dijalankan oleh orang orang yang hanya menyisakan waktunya secara sedikit, sehingga
hasil yang diharapkan juga tidak terlalu besar.

2.6 Manajemen Organisasi Nirlaba


Manajemen organisasi nirlaba memiliki fungsi fungsi manajemen yang perlu
dijalankan, dari perencanaan, pengawasan, dan pengendalian. Kecenderungan orientasi
nirlaba adalah berupa jasa yang bernilai kemanusiaan, kemasyarakatan, pembangunan
dan lingkungan. Maka para pengelola organisasi nirlaba harus mempertimbangkan
beberapa faktor, diantaranya karakteristik produk atau keluaran organisasi nirlaba,
sasaran kegiatan organisasi, dan sikap profesional.
Karakteristik produk atau keluaran organisasi nirlaba
Produk yang dihasilkan oleh organisasi nirlaba biasanya berupa jasa yang
bernilai kemanusian, kemasyarakata, lingkungan, dan nilai sosial. Pada dasarnya
input organisasi nirlaba berupa faktor finansial dan nonfinansial. Namun tidak
semua kegiatan organisasi nirlaba tidak membutuhkan finansial, contohnya adalah

organisasi nirlaba yang bererak dibidang kesehatan.


Sasaran dari kegiatan organisasi nirlaba
Dalam organisasi nirlaba terdapat dua sasaran yang ingin dicapai. Sasaran
tersebut adalah sasaran input dan sasaran akhir. Sasaran input yang dimaksud
adalah sesorang yang memiliki potensi untuk berkontribusi dalam mendukung
tercapainya produk yang ingin dihasilkan, dengan demikian dapat dikatakan faktor
input dalam pelaksanaan manajemen organisasi nirlaba. Kontribusi dapat berupa
finansial mauoun nonfinansial. Sasaran akhir adalah sesuatu yang berpotensi
menerima keluaran dari hasil kegiatan organisasi nirlaba. Sasaran akhir dapat

dikatakan sebagai konsumen.


Sikap profesional pengelola organisasi nirlaba
Sifat profesionalisme juga harus dimiliki oleh para pengelola organisasi
nirlaba. Setiap orang yang ditugaskan harus memiliki sikap profesionalisme,
memegang asas profesionalisme, dan menerapkan disetiap kegiatan yang
dilakukan. Sikap profesionalisme juga harus diterapkan dalam pengelolaan

keuangan dari berbagai donatur, kegiatan dokumentasi, dilaksanakan secara


transparan agar tidak memunculkan kesan memperkaya diri sendiri.

2.7 Kemampuan Adaptif Organisasi Nirlaba


Organisasi nirlaba juga harus memiliki kemampuan untuk beradaptasi. Perubahan
merupak hal pasti. Perubahan yang biasanya dihadapi oleh organisasi nirlaba adalah
perubahan generasi, jumlah sasaran akhir yang bertambah sedangkan sasaran input
berkurang, serta organisasi nirlaba dituntut untuk berinovasi serta kreatif dalam
mengelola organisasinya.

Kesimpulan
Pada intinya manajemen usaha kecil serta organisasi nirlaba tidak jauh berbeda.
Dibutuhkan perencanaan, pengawasan, pengendalian. Hanya orentasi akhirlah
yang membedakan kedua kegiatan ini.
Agar kedua kegiatan tersebut dapat bertahan dan berkembang maka diperlukan
beberapa faktor yang harus dimiliki para pengelola yaitu, kewirausahaan, jaringan
usaha, profesionalisme, inovatif, dan kemampuan adaptif untuk manajemen usaha
kecil. Sedangkan untuk organisasi nirlaba adalah harus memperhatikan
karakteristik produk keluaran, profesinalisme, serta kemampuan adaptif.

Anda mungkin juga menyukai