Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN KASUS

GANGGUAN ANXIETAS FOBIK (F40)

Oleh:
Thoriqotil Haqqul Mauludiyah
NIM 102011101061
Pembimbing:
dr. Justina Evy Tyaswati, Sp. KJ
dr. Alif Mardijana, Sp. KJ

SMF ILMU KESEHATAN JIWA


RSD DR SOEBANDI JEMBER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015

LAPORAN KASUS
ILMU KESEHATAN JIWA
A. Identitas Pasien
Nama
Jenis Kelamin
Usia
Alamat
Status Marital
Agama
Suku Bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
Tanggal Pemeriksaan

: Tn. S
: Laki-laki
: 38 tahun
: Dsn Manggisan Kecamatan Tanggul, Jember
: Menikah
: Islam
: Madura
: SMA
: Wiraswasta
: 5 Juni 2015

B. Anamnesa
Keluhan Utama
Takut apabila sendirian
Riwayat Penyakit Sekarang
Autoanamnesis
Saat dilakukan pemeriksaan, pasien tampak tenang dan bersih. Pasien
tinggal bersama istrinya yang kedua dan ketiga anaknya. Pasien dapat diajak
komunikasi dengan baik. Pasien bisa menyebutkan nama dengan benar,
menjawab dengan benar ketika ditanya nama orang-orang disekelilingnya.
Ketika ditanya mengenai keluhannya, pasien mengaku sering ketakutan saat
berpergian sendiri karena pasien takut tiba-tiba ada yang membunuhnya. Saat
berpergian sendiri, pasien selalu merasa jantung berdebar-debar, keringat
dingin, dan menjadi gugup. Pasien mengaku keluhan tersebut muncul sejak 7
tahun yang lalu yang semakin terasa saat ini hingga pasien cemas akan
ketakutannya tersebut. 7 tahun yang lalu, pasien pernah kesasar pada malam
hari saat akan menuju ke suatu tempat, pasien mencari jalan keluar sampai
kurang lebih 5 jam, namun pasien tidak dapat menemukan. Suasana jalan saat
itu sangat sepi, tidak ada kendaraan lain selain pasien. Pasien gugup dan
hampir pingsan pada saat itu. Sejak saat itu, kemana-mana pasien harus
ditemani oleh seseorang jika ingin keluar rumah. Dirumah pun pasien merasa
ketakutan apabila sendirian. Pasien tidak mengeluhkan ada suara-suara yang
membisikinya. Dalam sehari-hari, pasien merasa tidak terganggu aktivitas
sehari-harinya karena kecemasannya ini. Pasien bercerita keadaan dirinya
dengan runtun, sistematis, dan lancar.

LAPORAN KASUS
ILMU KESEHATAN JIWA
Heteroanamnesis
Istri pasien menceritakan, suaminya sering tiba-tiba gemetar dan keringat
dingin setelah berpergian sendiri. Gemetar akan hilang setelah suami pasien
bercerita dan ditemani oleh istrinya. Dahulu, ketakutan pasien tidak terlalu
terlihat. Namun untuk saat ini, kondisi pasien semakin parah. Bahkan ketika
seluruh orang di rumah pasien tertidur dan pasien masih bangun, pasien
merasa seperti dikejar kejar oleh orang. Ngos-ngosan, keringat dingin, dan
terus mengatakan bahwa pasien takut mati. Selama ini, pasien terus minta
ditemani apabila ingin berpergian. Saat disuruh periksa ke dokter, pasien
selalu menolak dengan alasan masih bisa mengatasi ketakutannya tersebut.
Kegiatan sehari-hari pasien sempat terganggu apabila tidak ada yang
menemaninya pergi ke tempat kerja, dll.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah menderita penyakit jiwa maupun organik.
D. Riwayat Pengobatan
Pasien belum mendapatkan pengobatan sebelumnya
E. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan serupa
Tidak ada riwayat skizofrenia dalam keluarga

F. Riwayat Sosial
Pendidikan
Status
Faktor premorbid
Faktor pencetus
Faktor organik
Faktor keturunan
Faktor psikososial

: SMA
: Menikah dengan 2 orang istri
: Terbuka, mudah bercerita, keras kepala dan pemaksa
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Pasien adalah suami dari 2 orang istri. Pasien memiliki 5
orang anak. Pasien bekerja sehari-hari sebagai seorang
pedagang dengan penghasilan Rp 2.200.000,00 tiap
bulan. Pasien tinggal bersama istri pertama selama 2
minggu, 2 minggu berikutnya pasien tinggal bersama

LAPORAN KASUS
ILMU KESEHATAN JIWA
istri yang kedua. Rumah tangga pasien berjalan
harmonis, jarang terjadi konflik.
G. Status Interna
Keadaan Umum
Kesadaran
Tekanan Darah
Heart Rate
Respiratory Rate
Temperatur Axilla
Kepala/Leher

: Cukup
: Compos Mentis
GCS: 4-5-6
: 120/80 mmHg
: 88 x/menit
: 20 x/menit
: 36.3 C
: Tidak anemis, tidak ada ikterik, tidak ada sianosis, tidak
ada pernapasan cuping hidung. Tidak didapatkan
pembesaran kelenjar, tidak didapatkan tortikolis.

Thorax

:
a. Cor
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

: Ictus cordis tidak tampak


: Ictus cordis tidak teraba
: Redup, batas jantung tidak melebar
: S1S2 tunggal, tidak ada ekstrasistol,
gallop, maupun murmur

b. Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

: Simetris dextra et sinistra


: Fremitus raba normal, tidak ada krepitasi
: Sonor
: Suara dasar paru vesikular. Tidak ada
Rhonki dan Wheezing

Abdomen

Ekstremitas
H. Status Psikiatri
Kesan Umum

:
Inspeksi
: Cembung, tidak distended
Auskultasi : Bising usus (+) 12 x/menit
Perkusi
: Timpani-redup
Palpasi
: Soepel, tidak didapatkan organomegali
: Akral hangat pada keempat ekstremitas
Tidak didapatkan oedema pada keempat ekstremitas.
: Pasien berpakaian bersih, rapi, sesuai usia. Tidak ada bau
badan, rambut dan kuku besih dan rapi. Tidak nampak
kelainan fisik, berat badan dan tinggi badan nomal.

Kontak
Kesadaran
Afek/Emosi

Roman muka pasien terliha biasa.


: Mata (+), Verbal (+), Lancar, Relevan
: Tidak Berubah
: Afek: Serasi
Emosi: Anxietas

LAPORAN KASUS
ILMU KESEHATAN JIWA
Proses Berpikir
Persepsi
Intelegensi
Kemauan

: Bentuk Realistis, Arus Koheren, Isi Fobik


: Halusinasi (-), Ilusi (-), Derealisasi (-), Depersonalisasi (-)
: Dalam Batas Normal
: Dari aspek pekerjaan, social, dan perawatan diri dalam

Psikomotor
Tilikan

batas normal.
: Tidak didapatkan gangguan psikomotorik
: Tilikan tingkat 5, yaitu menyadari penyakitnya dan faktorfaktor yang berhubungan dengan penyakitnya namun tidak
menerapkan dalam perilaku praktisnya.

I. Diagnosa Multiaxial
Axis I
: Agorafobia (F 40.0)
Axis II
: Tidak ada diagnosis aksis II (Z 03.2)
Axis III
: Tidak ada
Axis IV
: Masalah berkaitan dengan lingkungan social
Axis V
: Global Assessment of Funtioning (GAF) Scale 80-71,
gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan
dalam social, pekerjaan, sekolah, dll.
J. Diagnosis Banding
F 40.1 Fobia Sosial
F 41.2 Gangguan campuran anxietas dan depresi
K. Planning
a. Terapi
1. Farmakoterapi
Clofritis 2x10 mg
Noxetin 2x20 mg
2. Psikoterapi
Psikoterapi yang dianjurkan bagi pasien adalah terapi kerja atau
kelompok. Tujuan dari terapi kelompok adalah supaya pasien tidak
mengasingkan diri dan tidak merasa sendirian. Selain itu, lingkungan
pasien diatur sedemikian rupa sehingga pasien tidak mengalami
banyak cemas. Terapi keluarga juga diperlukan bagi pasien.
Lingkungan keluarga yang tidak stabil dan penuh emosi akan
membawa risiko tinggi untuk kambuh bagi pasien.
b. Edukasi
Berikut ini adalah hal-hal yang harus dijelaskan kepada pasien:

LAPORAN KASUS
ILMU KESEHATAN JIWA
1. Menjelaskan tentang sakit yang dialami pasien agar dapat memahami
keadaan pasien dan meminimalisir keadaan yang dapat memicu
timbulnya gejala pasien
2. Gangguan anxietas fobik merupakan kondisi medis yang sudah
banyak diteliti memberikan hasil yang baik jika diberikan terapi yang
sesuai
3. Jelaskan bahwa terapi obat tidak menimbulkan ketergantungan
4. Harus dijelaskan bahwa gangguan anxietas adalah kondisi kronik,
sehingga membutuhkan pengobatan dalam jangka waktu yang lama.
L. Prognosa
Dubia ad bonam, karena:
Umur permulaan sakit (usia dewasa)
Perjalanan penyakit (kronik)
Kepribadian Premorbid (terbuka,
mudah bercerita, keras kepala, pemaksa)
Patogenesis progesif (-)
Faktor keturunan (tidak ada)
Faktor pencetus (diketahui)
Ekonomi (cukup)
Pengobatan (sudah)

: baik
: buruk
: buruk
: baik
: baik
: baik
: baik
: baik

Anda mungkin juga menyukai