Anda di halaman 1dari 5

VITAMIN B7

Vitamin B kompleks memang banyak jenisnya. Mengenal berbagai macam


vitamin B kompleks membantu Anda dalam menambah wawasan tentang vitamin.
Walaupun secara umum fungsi dan kegunaan berbagai vitamin B kompleks ini
mirip atau sama, namun secara spesifik tentu berbeda. Oleh karena itu berbeda
dari vitamin lainnya dimana vitamin B kompleks dipisah-pisahkan dalam berbagai
jenisnya. Di artikel ini akan dibahas lebih lanjut tentang salah satu jenis vitamin B
kompleks yaitu Biotin atau vitamin B7(Aisjah, 1990).
Pengertian Biotin (Vitamin B7)
Biotin sebenarnya dulu dikenal dengan vitamin H. Tentu hal ini terjadi di
tahun 1900-an. Kemudian ternyata dari struktur kimia merupakan struktur yang
memiliki kemiripan dengan vitamin B kompleks, maka biotin dikelompokkan
menjadi vitamin B kompleks. Fungsi dari biotin sendiri adalah sebagai pembantu
dalam reaksi biokimia di dalam tubuh. Reaksi pembuangan karbon dioksida dan
metabolisme karbohidrat merupakan peran dari fungsi biotin ini. Biotin juga
merupakan koenzim di dalam tubuh yang berperan dalam metabolisme untuk
menghasilkan energi. Penyakit defisiensi biotinidase dan juga penyakit
holokarboksilase sintetase juga dapat diobati dengan penggunaan biotin ini.
Bahkan biotin ini digunakan dalam teknik biokimia analitik yaitu hibridisasi
(Aisjah, 1990).
Sejarah Biotin (Vitamin B7)
Sejarah biotin dimulai sejak tahun 1901. Pada saat itu Wilders menemukan
bahwa pada ragi untuk bertumbuhnya memerlukan zat khusus yang dinamakan
bios. Kemudian selang 30 tahun kemudian, bios ini cukup berguna untuk

campuran berbagai faktor penting yaitu bios IIB atau biotin. Pada tahun 1931
peneliti bernama Gyorgy menemukan faktor bios ini pada daging hati dan
dinamakan vitamin H. Kemudian pada tahun 1940 Gyorgy bersama rekanrekannya menemukan keidentikan pada vitamin H dengan koenzim R dan
mengisolasi biotin ini dari hati. Goldberg dan Sternbach pada tahun 1949
kemudian mengembangkan teknik untuk produksi industri biotin jadi lebih
banyak. Pada tahun 1993, Wolfes dan rekan-rekannya menunjukkan adanya
defisiensi karboksilase karena kekurangan biotin pada tubuh seseorang (Aisjah,
1990).
Manfaat Biotin Dalam Tubuh
Biotin tentu penting dalam setiap reaksi metabolisme dalam tubuh.
Metabolisme seperti karbohidrat, protein, dan lemak. Kemudian hormon tertentu
pun dapat terbentuk dalam konsumsi biotin ini. Manfaat lainnya dapat mencegah
penuaan dini pada rambut atau uban, rambut rontok dan kebotakan. Radang kulit
dapat dicegah juga dengan mengkonsumsi biotin atau disebut dermatitis. Jika
pada bayi dinamakancradle cap. Biotin sangat penting dalam pembentukan sel,
berperan pada siklus krebs pada tubuh, sehingga pelepasan energi makanan seperti
glukosa, asam amino dan lemak. Manfaat lainnya yaitu untuk membantu sirkulasi
karbon dioksida keluar tubuh serta menjaga agar gula darah dalam tubuh
stabil(Murray, 2003).
Kebutuhan Harian Biotin (Vitamin B7)
Biotin ini ternyata telah banyak digunakan baik dalam terapi melalui kulit
maupun konsumsi alami dan suplemen. Seperti pada pasien kerontokan rambut
baik anak-anak maupun dewasa, yang mana kerontokan rambut tersebut dialami

sangat parah, maka pemberian biotin pun dianjurkan. Penggunaan melalui


shampoo misalnya. Walaupun biotin sendiri tidak diserap dengan baik melalui
kulit. Lalu berapakah kebutuhan vitamin B7 ini secara harian(Sadikin, 2002).
Berikut kebutuhan vitamin B7 secara harian dengan dosis yang tepat sesuai
usia. Kebutuhan vitamin B7:

untuk bayi 0 6 bulan: 5 mcg

untuk bayi 7 12 bulan: 6 mcg

untuk anak-anak 1 3 tahun: 8 mcg

untuk anak-anak 4 8 tahun: 12 mcg

untuk anak-anak 9 13 tahun: 20 mcg

untuk remaja 14 18 tahun: 25 mcg

untuk dewasa 19 tahun keatas: 30 mcg

untuk wanita hamil: 30 mcg, dan

untuk wanita menyusui: 35 mcg.

Akibat Kekurangan Biotin (Vitamin B7)


Kekurangan vitamin B7 bisa menyebabkan beberapa penyakit yang dapat
menyerang tubuh. Walaupun sebenarnya, sangat jarang seseorang mengalami
kekurangan biotin. Karena biotin terkandung di berbagai makanan walau dalam
jumlah yang sedikit. Bahkan bakteri diusus pun dapat memproduksi biotin dari
hasil makanan yang dicerna yang telah kita makan sebelumnya. Kekurangan
biotin terjadi saat seseorang mengkonsumsi banyak telur yang tidak dimasak
matang. Karena putih telur yang mengandung protein tertentu yang bisa mengikat

biotin di tubuh. Sehingga biotin akan dikeluarkan melalui tubuh bersama tinja.
Biasanya terjadi saat mengkonsumsi telur tidak matang dari tahun ke tahun.
Akibat nyatanya dari kekurangan biotin adalah kulit kering, dermatitis, infeksi
jamur, ruam, rambut yang rapuh, serta kerontokan pada rambut. Gejala lebih
buruk bisa terjadi jika tidak diobati yaitu depresi ringan, adanya gangguan mental,
gejala nyeri otot, sampai parestesia dan hyperesthesias. Untuk itu perlunya
mengenal juga sumber vitamin B7 dari berbagai sumber makanan (Sadikin, 2002).
Sumber Alami Biotin (Vitamin B7)
Untuk memenuhi kebutuhan vitamin B7 tentu Anda bisa mengkonsumsi
beberapa makanan seperti, ragi, telur matang, khususnya kuning telur. dan sarden.
Kacang-kacangan (almond, kacang tanah, kemiri, kenari) dan mentega
kacang. Ada juga, kedelai, biji-bijian, kembang kol. pisang dan Jamur. Sekarang
Anda memiliki tambahan wawasan tentang vitamin B7 baik kegunaan,
kebutuhannya, serta juga sumbernya untuk menghindari diri dari penyakit akibat
kekurangan vitamin B7 (Goldstein, 1996).
Sifat-sifat Biotin
Biotin merupakan salah satu vitamin yang larut dalam air, sifat sifat biotin
adalah sebagai berikut (Murray, 2003).:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Merupakan simpanan sebagai kelebihan kebutuhan sangat sedikit.


Dikeluarkan melalui urin.
Gejala defisiensi sering terjadi dengan cepat.
Harus selalu ada dalam makanan sehari hari.
Umumnya tidak mempunyai precursor.
Selain C, H, dan O juga mengandung N, kadang kadang S dan Co.
Diabsorpsi melalui vena porta.
Dibutuhkan oleh organisme sederhana dan kompleks

DAFTAR PUSTAKA

Aisjah Girindra. 1990. Biokimia I. Penerbit PT Gramedia Jakarta.


Sadikin .M. 2002. Biokimia Enzim. Penerbit Widya Medika.
Murray RK, dkk. 2003. Biokimia Harper. Penerbit Buku Bedokteran, EGC.
Mc Gliverry dan Goldstein. 1996. Biokimia Suatu Pendekatan
Fungsional. Airlangga University Press.

Anda mungkin juga menyukai