Anda di halaman 1dari 18

IDENTITAS PASIEN

Nama

: Bayi MS

Usia

: 2 bulan

Jenis kelamin

: Laki-laki

Alamat

: Pekalipan

No. Rekam medik

: 720280

Tanggal pemeriksaan

: 25 Januari 2012 30 Januari 2012

Dokter yang memeriksa

: dr. Nurhayati Sp. A

ANAMNESA (ALLOANAMNESA TERHADAP ORANG TUA PASIEN)


Keluhan utama

: Perdarahan dari paha kanan setelah injeksi

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien bayi laki-laki berusia 2 bulan datang ke RSUD Gunung Jati pada tangal 25 Januari
2012 pukul 13.35 dengan keluhan perdarahan yang tidak berhenti sejak 4 jam SMRS
didaerah bekas suntikan imunisasi DPT 1. Sebelumnya pada pukul 10.00 pasien datang
ke Puskesmas Pekalangan untuk diberikan imunisasi DPT1. Kemudian pasien disuntik
vaksin oleh petugas Puskesmas di paha sebelah kiri. Bekas suntikan ditutup dengan kapas
dan plester setelah itu pasien pulang. Saat sampai dirumah, plester dibuka oleh orang tua
pasien namun masih ada darah yang keluar. Bekas suntikan segera dikompres oleh orang
tua pasien. Perdarahan berhenti dan pasien tertidur. Ketika bangun tidur darah keluar lagi
dari bekas suntikan. Orang tua pasien langsung membawa pasien kembali ke Puskesmas
kemudian oleh petugas Puskesmas dilakukan balut tekan pada daerah bekas suntikan.
Dokter Puskesmas merujuk pasien untuk segera dibawa ke RSUD Gunung Jati.
Ketika sampai di UGD, pasien langsung ditangani oleh dokter UGD dan diambil sampel
darah pada tangan kanan untuk dilakukan uji laboratorium. Terjadi hal yang sama, daerah
bekas pungsi vena juga tidak mau berhenti setelah di plester. Petugas UGD kemudian
membalut tekan perdarahan tersebut. Sampel darah dibawa ke ke Klinik Pramita untuk
dilakukan uji waktu perdarahan dan diperoleh hasil PPT dan PTT memanjang. Pasien
segera dibawa ke Ruang Perawatan Anak untuk dirawat.
Page 1

Menurut orang tua pasien, sebelumnya pasien tidak pernah mengalami perdarahan yang
sukar berhenti seperti sekarang. Pada imunisasi sebelumnya juga tidak terjadi perdarahan.
Tidak ada keluhan demam dan batuk pilek. Tidak ada keluhan mencret.
Riwayat Kehamilan
Pasien merupakan anak pertama dan merupakan kehamilan yang diinginkan. Riwayat
infeksi kehamilan disangkal. Riwayat perdarahan saat kehamilan disangkall. Riwayat
hipertensi saat kehamilan disangkal. Riwayat abortus disangkal. Riwayat konsumsi
alkohol dan merokok saat kehamilan disangkal. Riwayat penggunaan obat-obatan saat
kehamilan disangkal. Riwayat anemia saat kehamilan diakui.
Riwayat Persalinan
Pasien lahir saat usia kahamilan 39-40 minggu secara spontan dibantu oleh bidan. Berat
badan lahir 2800 gram. Tidak ada komplikasi pada ibu dan pasien saat persalinan. Orang
tua pasien tidak ingat apakah pasien telah diberikan suntikan vitamin K.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat perdarahan sebelumnya disangkal. Riwayat sakit sebelumnya disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Di keluarga pasien tidak ada yang mengalami penyakit yang sama dengan pasien.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum:
Pasien aktif bergerak, kulit kemerahan dan tangisan kuat.
Tanda Vital

HR

: 147 kali/menit

RR

: 24 kali/menit

Suhu : 36,6 derajat Celcius


Berat badan
Kesadaran

: 5,2 kg
: Compos mentis
Page 2

Kepala

: Normocephal

Mata

: Kedua konjungtiva tidak anemis, kedua sklera tidak ikterik,

Hidung

: Tidak ada pernapasan cuping hidung

Leher

: Tidak ada pembesaran KGB


Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

Thorax

: Inspeksi

: Simetris dalam keadaan statis dan dinamis

Palpasi

: Tidak teraba massa dan krepitasi

Perkusi

: Sonor pada semua lapang paru

Auskultasi

: Vesikuler kanan dan kiri, wheezing (-), ronkhi (-)


BJ I BJ II reguler, murmur (-), Gallop (-)

Abdomen

: Datar, supel, bising usus dalam batas normal

Ekstremitasa

: Akral hangat, sianosis (-), edema (-)


Hematom di paha kiri disekitar daerah bekas suntikan

Fungsi SSO
BAB (+)

BAK (+)

Keringat (+)

RESUME
Pasien bayi laki-laki berusia 2 bulan datang dengan keluhan perdarahan yang tidak
berhenti didaerah bekas suntikan pada paha kiri sejak 4 jam SMRS. Perdarahan juga
terjadi setelah dilakukan pungsi vena di tangan sebelah kanan. Riwayat perdarahan
sebelumnya disangkal, riwayat sedang mengalami penyakit disangkal. Riwayat keluarga
dengan penyakit serupa disangkal, riwayat kelainan saat kehamilan disangkal, riwayat
komplikasi saat persalinan disangkal

Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum:
Page 3

Pasien aktif bergerak dan tangisan kuat.


Tanda Vital

HR

: 147 kali/menit

RR

: 24 kali/menit

Suhu : 36,6 derajat Celcius


Kesadaran

: Compos mentis, GCS E4 V5 M6 = 15

Ekstremitas

:Akral hangat, sianosis (-), edema ekstremitas (-)


Hematom di paha kiri disekitar daerah bekas suntikan

DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis

: Perdarahan post injeksi

Diagnosis Topis

: Faktor koagulasi

Diagnosis Etiologis

: Suspek kelainan koagulasi darah e.c. defisiensi vitamin K

DIAGNOSIS BANDING
1. Penyakit hati
2. Defisiensi faktor XI
3. DIC
4. ITP
PEMERIKSAAN ANJURAN
1. Darah lengkap
2. Pemeriksaan waktu perdarahan, PPT, aPTT
3. Diff count apusan darah tepi
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tanggal 25 Januari 2012 Pemeriksaan darah

Hb

9,9 gram%
Page 4

Leukosit

8200 /mm

Trombosit

385.000 /mm

Ht

30,1 %

Tanggal 25 Januari 2012 Pemeriksaan Faal Hemostatis

PTT

210,1 Selisih 2 detik dari kontrol

aPTT

350,1 Selisih 10 detik dari kontrol

Tanggal 29 Januari 2012 Pemeriksaan Darah Rutin

Leukosit

6,5

Eritrosit

3,59

Hb

10,6

Ht

31,4%

Trombosit

293.000

Diff count

Limfosit

59,6%

Monosit

7,1%

Granulosit

33,3%

PENATALAKSANAAN
Dari IGD:
Balut tekan daerah perdarahan
Resusitasi dengan Ringer Lactat 10 cc/ kgBB selama 10 menit
Maintenance Ringer Lactat 520 cc / 24 jam

PROGNOSIS
Quo ad vitam

: ad bonam

Quo ad functionam

: ad bonam
Page 5

FOLLOW UP PASIEN
Tanggal

26/1/12

Hasil Pemeriksaan

Instruksi Pengobatan

Keadaan umum:
Perdarahan belum berhenti
Tanda Vital :TD

Balut

tekan

perdarahan

:N

: 164 kali/menit

Transfusi PRC 20 cc

RR

: 61 kali/menit

Tranfusi FFP 50 cc 3

Suhu : 37,3 derajat C

hari berturut turut

Kesadaran : Compos mentis, GCS E4 V5 M6


Mata : CA -/- SI -/Hidung : NCH ( - )
Mulut: Sianosis ( - )
Thorax : VBS +/+ Rh -/- Wh -/-

BJ I/II rguler

G(-)M(-)

Abdomen: Bising Usus (+ )


Extremitas: Akral hangat E ( - ) S ( - )
Diagnosis: Perdarahan post injeksi
Sspek kelainan koagulasi
e.c. Defisiensi vitamin K

27/01/12

Keadaan umum:

Perdarahan belum berhenti


Bengkak pada daerah bekas injeksi
Tanda Vital :

:N

: 108 kali/menit

RR

: 52 kali/menit

Transfusi FFP hari ke


2

Inj. Vitamin K 5 mg

Balut tekan luka

Page 6

Suhu : 36,6 derajat C


Kesadaran : Compos mentis
Mata : CA -/- SI -/Hidung : NCH ( - )
Mulut: Sianosis ( - )
Thorax : VBS +/+ Rh -/- Wh -/-

BJ I/II rguler

G(-)M(-)

Abdomen: Bising Usus (+ )


Extremitas: Akral hangat E ( - ) S ( - )
Diagnosis: Perdarahan post injeksi
Defisiensi vitamin K

28/01/12

Keadaan umum:
Perdarahan berhenti

Transfusi FFP hari ke


3

Bengkak dan hematom

pada daerah bekas

injeksi

Trombophob
dioleskan

Tanda Vital :

:N

: 124 kali/menit

RR

: 60 kali/menit

gel
didaerah

hematom

Balut luka

Suhu : 36,7 derajat C


Kesadaran : Compos mentis
Mata : CA -/- SI -/Hidung : NCH ( - )
Mulut: Sianosis ( - )
Thorax : VBS +/+ Rh -/- Wh -/-

BJ I/II rguler

G(-)M(-)

Abdomen: Bising Usus (+ )


Extremitas: Akral hangat E ( - ) S ( - )
Diagnosis: Perdarahan post injeksi
Suspek kelainan koagulasi
e.c Defisiensi vitamin K

Page 7

29/01/12

Keadaan umum:
Perdarahan berhenti
Bengkak dan hematom

pada daerah bekas

injeksi
Tanda Vital :

Balut luka

Trombophob

:N

: 140 kali/menit

dioleskan

RR

: 56 kali/menit

hematom

Suhu : 36,4 derajat C

Kesadaran : Compos mentis

gel
didaerah

Tunggu hasil lab post


transfusi

Mata : CA -/- SI -/Hidung : NCH ( - )


Mulut: Sianosis ( - )
Thorax : VBS +/+ Rh -/- Wh -/-

BJ I/II rguler

G(-)M(-)

Abdomen: Bising Usus (+ )


Extremitas: Akral hangat E ( - ) S ( - )
Diagnosis: Perdarahan post injeksi
Suspek kelainan koagulasi
e.c Defisiensi vitamin K

30/01/12
Keadaan umum:
Perdarahan berhenti
Bengkak dan hematom

Balut luka

Trombophob
dioleskan

pada daerah bekas

didaerah

hematom

injeksi
Tanda Vital :

gel

:N

: 131 kali/menit

RR

: 60 kali/menit

Boleh pulang

Suhu : 36,7 derajat C

Page 8

Kesadaran : Compos mentis


Mata : CA -/- SI -/Hidung : NCH ( - )
Mulut: Sianosis ( - )
Thorax : VBS +/+ Rh -/- Wh -/-

BJ I/II rguler

G(-)M(-)

Abdomen: Bising Usus (+ )


Extremitas: Akral hangat E ( - ) S ( - )
Diagnosis: Perdarahan post injeksi
Suspek kelainan koagulasi
e.c Defisiensi vitamin K

Hasil lab. Darah:


Hb

:10,6

Ht

: 31,4

Leukosit

: 6.500

Trombosit: 293.000

DISKUSI
Vitamin K
Vitamin K adalah vitamin yang larut dalam lemak, merupakan suatu naftokuinon
yang berperan dalam modifikasi dan aktivasi beberapa protein yang berperan dalam
proses pembekuan darah, seperti prothrombin (faktor II), proconvertin (faktor VII),
komponen thromboplastin plasma (faktor IX), dan Stuart-Prower Factor (faktor X).
Ada tiga bentuk vitamin K, yaitu: (1) Vitamin K1 (phytomenadione) yang tedapat
pada sayuran hijau, (2) Vitamin K2 (menaquinone) yang dapat disintesis oleh flora usus
normal seperti Bacteriodes fragilis dan beberapa strain Escherichia coli, (3) Vitamin K3
Page 9

(menadione) merupakan vitamin K sintetis yang sekarang jarang diberikan pada bayi
yang baru lahir (neonatus) karena dilaporkan dapat menyebabkan anemia hemolitik.
Sebanyak 50-80 persen vitamin K di dalam usus diserap dengan bantuan asam empedu
dan cairan pankreas. Setelah diserap di dalam usus halus bagian atas, vitamin K dikaitkan
dengan kilomikron untuk diangkut melalui sistem limfa ke hati.
Hati merupakan tempat penyimpanan vitamin K utama di dalam tubuh. Dari hati,
vitamin K diangkut oleh lipoprotein VLDL plasma menuju ke berbagai sel tubuh. Karena
vitamin K bersifat larut dalam lemak, hal-hal yang menghambat penyerapan lemak secara
otomatis juga akan menurunkan penyerapan vitamin K. Dalam keadaan normal, sebanyak
30-40 persen dari vitamin K yang diserap akan dikeluarkan melalui empedu, dan 15
persen melalui urin sebagai metabolit larut air. Simpanan vitamin K di dalam tubuh tidak
banyak dan pergantiannya terjadi dengan cepat.
Simpanan di dalam hati sebanyak 10 persen berupa filokuinon dan 90 persen
berupa menakuinon, yang kemungkinan disintesis oleh bakteri pada saluran pencernaan.
Namun, kebutuhan akan vitamin K tampaknya tidak dapat hanya dipenuhi dari sintesis
menakuinon, diperlukan juga diperoleh dari makanan.
Fungsi vitamin K yang pertamakali diketahui adalah keterlibatannya dalam proses
pembekuan darah. Baru pada tahun 1970-an, fungsi-fungsi lainnya diketahui secara lebih
jelas. Vitamin K ternyata merupakan kofaktor dari enzim karboksilase yang mengubah
residu protein berupa asam glutamat menjadi gamakarboksiglutamat. Protein-protein ini
disebut protein-tergantung vitamin K atau gla-protein. Enzim karboksilase yang
menggunakan vitamin K sebagai kofaktor terdapat di dalam membran hati, tulang, dan
sedikit di lain jaringan.
Gla-protein dengan mudah dapat mengikat ion kalsium. Kemampuan inilah yang
merupakan aktivitas biologis vitamin K. Pada proses pembekuan darah,
gamakarboksilasis terjadi di dalam hati pada residu asam glutamat dan faktor pembeku
darah, seperti protrombin. Kemampuan gla-protein untuk mengikat kalsium merupakan
langkah sangat penting dalam proses pembekuan darah.
Gla-protein lain yang mampu mengikat ion kalsium terdapat di dalam jaringan
tulang dan gigi sebagai osteokalsin dan gla-protein matriks. Kedua jenis gla-protein ini
mengikat hidroksipatit yang diperlukan dalam proses pembentukan tulang. Tanpa vitamin
K, tulang memproduksi protein yang tidak sempurna, sehingga tidak dapat mengikat
mineral yang diperlukan dalam pembentukan tulang. Gla-protein ditemukan di dalam
berbagai jaringan tubuh. Gla-protein di dalam otak diduga berperan dalam metabolisme
sulfatida yang diperlukan untuk pengembangan otak.
Vitamin K penting untuk pembentukan faktor-faktor pembekuan darah, yaitu:
prothrombin (faktor II); proconvertin (faktor VII), komponen thromboplastin plasma
(PTC, faktor IX) dan Stuart-Prower Factor (Faktor X).
Vitamin K berperan dalam proses metabolisme tulang, yaitu menurunkan kadar
undercarboxylated osteocalcin yang berkorelasi positif dengan risiko rawan patah tulang
Page 10

pada penderita osteoporosis. Vitamin K berhubungan dengan kerapatan massa tulang


(bone density). Hal itu tampak pada pasien yang sering mengalami cedera seperti patah
tulang pinggul atau paha (menunjukkan massa tulang tidak rapat, banyak poros), yang
ternyata kadar vitamin K dalam darahnya lebih rendah.
Dampak Kekuarangan dan Kelebihan
Angka kecukupan vitamin K yang dianjurkan untuk berbagai golongan umur dan
jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 1. Defisiensi (kekurangan) vitamin K dapat terjadi
pada kondisi: (1) neonatus, terutama bayi prematur dengan usus yang belum sempurna,
(2) penggunaan berbagai antibiotika dalam jangka waktu panjang yang akan merusak
mikroflora di usus, (3) penderita dengan gangguan penyerapan (terutama lemak), seperti
pada coeliac syndrome dan obstruksi empedu.
Tabel 1. Angka kecukupan gizi (AKG) yang dianjurkan untuk vitamin K
Golongan umur

AKG (mkg)

0-6 bulan

7-12 bulan

10

1-3 tahun

15

4-9 tahun

20

Pria
10-12 tahun

45

13-15 tahun

65

16-19 tahun

70

20-60 tahun

80

Wanita
10-12 tahun

45

13-15 tahun

55

16-19 tahun

60

20-60 tahun
65
Sumber: Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (2005)
Kekurangan vitamin K menyebabkan darah tidak dapat menggumpal dengan
sempurna, sehingga bila ada luka atau pada operasi, perdarahan akan berlangsung lama.
Kekurangan vitamin K akibat makanan jarang terjadi, sebab vitamin K terdapat secara
luas dalam makanan. Kekurangan vitamin K umumnya terjadi bila ada gangguan
penyerapan lemak, yaitu pada saat produksi asam empedu berkurang atau diare.

Page 11

Defisiensi vitamin K juga terjadi bila seseorang mendapat antibiotik, sedangkan tubuhnya
kurang mendapat vitamin K dari makanan. Antibiotik dapat membunuh mikroflora
penghasil vitamin K di dalam usus.
Karena itu, sebelum operasi biasanya diperiksa terlebih dahulu kemampuan
darahnya untuk menggumpal dan sebagai pencegahan diberi suntikan vitamin K. Vitamin
K biasanya diberikan sebelum operasi untuk mencegah perdacahan berlebihan.
Kelebihan vitamin K hanya dapat terjadi bila vitamin K diberikan dalam bentuk
berlebihan, berupa vitamin K sintetik menadion atau hanya terjadi pada orang yang
menerima pengganti vitamin K larut air. Gejala kelebihan vitamin K adalah hemolisis sel
darah merah, sakit kuning, dan kerusakan pada otak.
Kelebihan konsumsi suplemen vitamin K dapat membuat vitamin K menumpuk di
dalam tubuh dan akan menjadi racun bagi tubuh. Vitamin K yang berlebihan
menyebabkan kerusakan pada sel darah merah. Kelebihan vitamin K menyebabkan lever
melepaskan pigmen sel darah (bilirubin) ke dalam darah, sehingga menimbulkan
penyakit kuning.
Penyakit Pendarahan pada Bayi
Penyakit perdarahan pada bayi yang baru
lahir merupakan salah satu akibat dari
kekurangan vitamin K. Perdarahan ini terjadi
karena:
1. Plasenta tidak mengantarkan lemak dan
vitamin K dengan baik.
2. Fungsi hati dari bayi yang baru lahir
masih belum matang untuk menghasilkan
faktor-faktor pembekuan darah yang
cukup. Faktor pembekuan adalah protein
dalam darah yang memudahkan proses
pembekuan, yang memerlukan kehadiran
vitamin K.
3. Usus tidak memiliki bakteri penghasil vitamin K selama hari-hari pertama masa
kehidupan bayi.
4. Air susu ibu (ASI) hanya sedikit mengandung vitamin K. ASI memiliki
kandungan vitamin K yang rendah yaitu kurang dari 20 mkg/L bila dibandingkan
dengan susu sapi yang memiliki kandungan vitamin K tiga kali lebih banyak (60
mkg/L).
5. Ibu yang selama masa kehamilan mengonsumsi obat-obatan yang mengganggu
metabolisme vitamin K, seperti: obat antikoagulan oral (warfarin); obat-obat
antikonvulsan (fenobarbital, fenitoin, karbamazepin); dan obat-obat
antituberkulosis (INH, rifampicin).
Page 12

Perdarahan pada bayi yang baru lahir biasa disebut PDVK (Perdarahan Akibat
Defisiensi Vitamin K). PDVK adalah terjadinya perdarahan spontan atau perdarahan
karena proses lain, seperti pengambilan darah vena atau operasi yang disebabkan oleh
berkurangnya aktivitas faktor koagulasi yang tergantung vitamin K (faktor II, VII, IX dan
X).
Dampak PDVK adalah terjadinya perdarahan otak dengan angka kematian 10-50
persen, yang umumnya terjadi pada bayi dalam rentang umur 2 minggu hingga 6 bulan,
dengan akibat angka kecacatan 30-50 persen.
Data PDVK secara nasional di Indonesia belum tersedia. Data dari Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FKUI RSCM (tahun 1990-2000) menunjukkan terdapatnya 21 kasus, 81
persen di antaranya mengalami komplikasi perdarahan intrakranial (catatan medik IKA
RSCM 2000). Karena itu, dianjurkan agar bayi yang baru lahir diberikan vitamin K
melalui injeksi intramuskular atau secara oral. Susu formula bayi sebaiknya juga
difortifikasi dengan vitamin K.
Sayuran Berwarna Hijau
Kadar vitamin K pada berbagai bahan pangan (mkg/100 gram) dapat dilihat pada
Tabel 2. Sumber utama vitamin K adalah hati, sayuran yang daunnya berwarna hijau,
kacang buncis, kacang polong, kol, dan brokoli. Semakin hijau daun-daunan, semakin
tinggi kandungan vitamin K-nya.
Tabel 2. Kadar vitamin K pada berbagai bahan pangan (mkg/100 gram)
Bahan pangan

Kadar (mkg)

Susu sapi

Keju

35

Mentega

11

Ayam

Daging sapi

92

Hati sapi

Hati ayam

10

Minyak jagung

Jagung gandum

Tepung terigu

Roti

Asparagus

57

Buncis

14
Page 13

Brokoli

200

Kol

125

Daun selada

128

Bayam

89

Kentang

Tomat

Pisang

Jeruk

Kopi

38

Teh hijau
Sumber:Wilson dkk (1976)

712

Bahan pangan lain yang mengandung vitamin K dalam jumlah lebih sedikit
adalah susu, daging, telur, serealia, dan buah-buahan (pisang, jeruk, dan tomat). Sumber
penting vitamin K lainnya adalah flora bakteri di dalam usus halus (jejunum dan ileum).
Teh juga merupakan sumber vitamin K yang baik. Dalam setiap gram teh terkandung
sekitar 300-500 SI vitamin K. Berbagai pangan probiotik (yoghurt, yakult, kefir, dan
dadih) yang mengandung bakteri bersifat menguntungkan kesehatan, ternyata bisa
membantu menstimulasi produksi vitamin K di dalam usus besar.

Perdarahan Akibat Defisiensi Vitamin K


BATASAN
Kecenderungan terjadinya perdarahan akibat gangguan proses koagulasi yang disebabkan
oleh kekurangan vitamin K atau dikenal dengan Vitamin K Deficiency Bleeding (VKDB).
PATOFISIOLOGI
Vitamin K diperlukan untuk sintesis prokoagulan faktor II, VII, IX dan X (kompleks
protrombin) serta protein C dan S yang berperan sebagai antikoagulan (menghambat
proses pembekuan). Selain itu Vitamin K diperlukan untuk konversi faktor pembekuan
tidak aktif menjadi aktif.
Ada 3 Kelompok :
Page 14

1. VKDB dini
2. VKDB klasik
3. VKDB lambat atau acquired prothrombin complex deficiency (APCD), Secondary
prothrombin complex (PC) deficiency

EPIDEMIOLOGI
Angka kejadian VKDB berkisar antara 1:200 sampai 1:400 kelahiran bayi yang tidak
mendapat vitamin K profilaksis. Di Indonesia, data mengenai VKDB secara nasional
belum tersedia. Hingga tahun 2004 didapatkan 21 kasus di RSCM Jakarta, 6 kasus di RS
Dr. Sardjito Yogyakarta dan 8 kasus di RSU Dr. Soetomo Surabaya.
DIAGNOSIS
Anamnesis
1.
2.
3.
4.

onset perdarahan
lokasi perdarahan
pola pemberian makanan
riwayat pemberian obat-obatan pada ibu selama kehamilan

Pemeriksaan fisik
Adanya perdarahan di saluran cerna, umbilikus, hidung, bekas sirkumsisi, bekas suntikan
dan lain sebagainya
Pemeriksaan penunjang
1.
2.
3.
4.
5.

Waktu pembekuan dapat memanjang


PPT (Plasma Prothrombin Time) memanjang
Partial Thromboplastin Time (PTT) memanjang
Thrombin Time normal
USG, CT Scan atau MRI untuk melihat lokasi perdarahan

Tabel : Perdarahan akibat defisiensi vitamin K pada anak


VKDB dini
Umur
Penyebab &

< 24 jam
Obat

VKDB klasik

VKDB lambat
Secondary
PC
(APCD)
deficiency
1-7 hari (terbanyak 3-5 hari)2 minggu-6 bulan (terutama Segala usia
2-8 minggu)
yang Pemberian Intake Vit K- obstruksi bilier

Page 15

Faktor resiko

diminum selama
kehamilan

makanan terlambat
Intake
inadekuat

Vit

inadekuat
K

Kadar vit K rendah


pada ASI

Frekuensi

Lokasi
perdarahan

Pencegahan

-penyakit hati
Kadar vit K rendah
-malabsorbsi
pada ASI
Tidak
profilaksis vit K

kurang
dapat-intake
(nutrisi parenteral)

Tidak
dapat
profilaksis vit K
<
5%
pada0,01-1%
4-10 per 100.000 kelahiran
kelompok resiko(tergantung pola makan(terutama di Asia Tenggara)
tinggi
bayi)
Sefalhematom, GIT, umbilikus, hidung,Intrakranial (30-60%), kulit,
umbilikus,
tempat suntikan, bekashidung,
GIT,
tempat
intrakranial,
sirkumsisi, intrakranial
suntikan, umbilikus, UGT,
intraabdominal,
intratorakal
GIT, intratorakal
-penghentian
/-Vit K profilaksis (oral / im) Vit K profilaksis (im)
penggantian obat- asupan vit K yang adekuat - asupan vit K yang adekuat
penyebab

DIAGNOSIS BANDING
VKDB dibedakan dengan gangguan hemostasis lain misalnya gangguan fungsi hati.
PENATALAKSANAAN
Pencegahan VKDB
Dapat dilakukan dengan pemberian vitamin K Profilaksis
1. Vitamin K1 pada bayi baru lahir 1 mg im (dosis tunggal) atau per oral 3 kali 2 mg
pada waktu bayi baru lahir, umur 3-7 hari dan umur 1-2 tahun
2. Ibu hamil yang mendapat pengobatan antikonvulsan mendapat profilaksis vitamin
K1 5 mg/hari selama trimester ketiga atau 10 mg im pada 24 jam sebelum
melahirkan. Selanjutnya bayinya diberi vitamin K1 1 mg im dan diulang 24 jam
kemudian
Pengobatan VKDB
1. Vitamin K1 dosis 1-2 mg/hari selama 1-3 hari
2. Fresh frozen plasma (FFP) dosis 10-15 ml/kg
Page 16

KESIMPULAN
Pada kasus ini, gejala perdarahan dan hasil laboratorium mengarahkan kepada diagnosis
perdarahan akibat defisiensi vitamin K onset lambat, dimana ditemukan:
1. Perdarahan pada daerah bekas suntikan
2. Terjadi pada usia 2 bulan
3. Tidak ada riwayat keluarga dengan penyakit yang sama
4. PTT dan aPTT memanjang
5. Jumlah trombosit normal
6. Tidak terdapat peningkatan leukosit
7. Terjadi perbaikan setelah pemberian vitamin K
Tatalaksana sesuai dengan indikasi defisiensi vitamin K
1. Transfusi FFP
2. Pemberian vitamin K
3. Transfusi PRC 20 cc karena jumlah Hb rendah (9,9 gram%)

Page 17

https://www.scribd.com/doc/98080160/Case-Anak-Defisiensi-Vitamin-K

Page 18

Anda mungkin juga menyukai