Proposal Demensia
Proposal Demensia
Penyuluhan dengan judul Demensia ini telah disetujui oleh pembimbing untuk
dipresentasikan dalam rangka memenuhi salah satu tugas Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Jiwa
Di Rumah Sakit Islam Jiwa Klender.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN PERSETUJUAN..................
11
14
14
16
17
Pokok bahasan
: Demensia
Hari / tanggal
Pukul
Sasaran
Jumlah peserta
Tempat
A. Latar Belakang
Pada lansia akan terjadi proses penuaan, akan dialami oleh semua orang. Pada proses
penuaan akan terjadi perubahan dan penurunan struktur dan fungsi tubuh. Salah satu yang
terjadi adalah kemunduran fungsi kognitif yaitu demensia.
Demensia adalah kondisi keruntuhan kemampuan intelek yang progresif setelah
mencapai pertumbuhan dan perkembangan tertinggi (umur 15 tahun) karena gangguan
otak organik, diikuti keruntuhan perilaku dan kepribadian, dimanifestasikan dalam bentuk
gangguan fungsi kognitif seperti memori, orientasi, rasa hati dan pembentukan pikiran
konseptual.
Demensia bisa terjadi pada setiap umur, tetapi lebih banyak pada lanjut usia (5%
untuk rentang umur 65-74 tahun dan 40% bagi yang berumur >85 tahun). Kebanyakan
mereka dirawat dalam panti dan menempati sejumlah 50% tempat tidur.
Oleh karena itu, penyuluhan ini diberikan untuk dapat memberikan informasi tentang
demensia kepada setiap orang, baik berupa gejala dan faktor penyebabnya.
B. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan, peserta mampu memahami tentang demensia secara
umum.
C. Tujuan Khusus Penyuluhan
3
Pengertian Demensia
2.
Penyebab Demensia
3.
D. Materi (terlampir)
1
Pengertian demensia
Penyebab demensia
Jenis demensia
Patofisiologi Demensia
Diagnosis Demensia
KEGIATAN PESERTA
a. Menjawab salam,
b. mendengarkan dan
WAKTU
2 menit
memperhatikan.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Menggali pengetahuan peserta
tentang pengertian demensia
b. Memberikan informasi mengenai
pengertian, faktor penyebab,
gejala klinis dan pencegahan
pada demensia.
c. Memberi kesempatan pada
a. Memperhatikan dan
mengemukakan pendapat
mengenai demensia.
b. Mendengarkan dan memperhatikan
informasi tentang demensia.
c. Mengajukan pertanyaan
30 menit
3. Tahap Penutupan
10 menit
materi
4
b. Menjawab salam
memberikan salam
F. Media dan Alat
1. Power point
2. Leaflet
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
5
mengakibatkan
mengalami perubahan kepribadian dan masalah tingkah laku seperti mudah marah dan
berhalusinasi. (Turana, 2006).
Menurut laporan Access Economics (2006), pada tahun 2005 penderita
demensia di kawasan Asia Pasifik berjumlah 13,7 juta orang dan diperkirakan
menjelang tahun 2050 jumlah ini akan meningkat menjadi 64,6 juta orang. Prevalensi
demensia di Indonesia pada tahun 2005 sebanyak 191.400 orang dan diperkirakan
pada tahun 2020, diperkirakan sebanyak 314.100 orang akan mengalami demensia
(Access Economics, 2006).
Penyakit demensia menyerang usia manula, bertambahnya usia maka makin
besar peluang menderita penyakit demensia. Peningkatan angka
kejadian dan
prevalensi kasus demensia mengikuti meningkatnya usia seseorang setelah lewat usia
60 tahun. Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami
proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan
fisik. Perubahan fisik dan tingkahlaku yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua
orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu
(Stanley, 2007).
B.Tujuan
Tujuan penulisan ini untuk melengkapi tugas di kepaniteraan ilmu Psikiatri
Psikiatri RS Jiwa Islam Kelender Jakarta Timur .
BAB II
PEMBAHASAN
Demensia
A. Definisi
Demensia adalah sindroma klinis yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan
memori yang sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari-hari. Demensia
merupakan keadaan ketika seseorang mengalami penurunan daya ingat dan daya pikir lain
yang secara nyata mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari (Nugroho, 2008). Sementara
itu menurut Lumbantobing (1995) demensia adalah himpunan gejala penurunan fungsi
intelektual, umumnya ditandai terganggunya minimal tiga fungsi yakni bahasa, memori,
visuospasial, dan emosional.
B. Etiologi
1. Intoksikasi (obat, termasuk alkohol)
2. Infeksi susunan saraf pusat
3. Gangguan metabolik
4. Gangguan nutrisi
5. Gangguan vesikuler (dimentia nulti-infrak)
6. Lesi desak ruang
7. Hidrosefalus bertekanan normal
8. Depresi (pseudo-dinentia defrensif)
9. Penyakit degeneratif progresif, seperti :
a. Penyakit alzheimer
b. Penyakit dick
c. Penyakit parkinson
d. Penyakit hantinton
e. Kelumpuhan supranuklear progresif
f. Penyakit degeneratif lain
C. Kriteria derajat demensia
Stadium Awal
Perhatian yang agak berkurang terhadap penampilan dan sikap sosial
Pelupa yang samar mengandalkan jadwal untuk aktifitas sehari-hari
8
Perubahan kepribadian
Stadium Menengah
Pasien, keluarga, dan dokter sadar akan adanya kerusakan kognitif
Gangguan ingatan jangka pendek kesukaran orientasi
Gangguan ingatan jangka panjang
Stadium Akhir
Gangguan mendalam dari memori
Kepribadian pasien hilang digantikan oleh waham paranoid
Inkontinensia urin dan tinja
Apraksia
Agnosia
Afasia
D. Gejala Klinis
Tanda-Tanda dari demensia menurut mitrakeluarga demensia (2008) antara lain :
-
Dengan bertambahnya usia, kemampuan memori menurun secara wajar. Ciri-ciri mudah lupa
antara lain :
-
memori
Tidak ada gangguan dalam mengenal kembali sesuatu, apabila diberi isyarat.
Lebih sering menjabarkan bentuk atau fungsi daripada menyebutkan namanya.
Kepribadian pada sebagian penderita tampak tetap sama tapi yang lainnya menunjukkan
perubahan yang menyolok. Penarikan diri secara sosial dan hilangnya minat terhadap
kegiatan merupakan hal biasa. Mereka cenderung menjadi pendengki dan cemas.
4. Kehilangan kemampuan praktis
Sulit berkonsentrasi adalah salah satu ciri demensia. Para penderita mengalami kesulitan
dalam melakukan tindakan yang sebelumnya dapat dilakukan dengan mudah.
5. Kesulitan berkomunikasi
Pada tahap awal demensia orang mengalami kesulitan menemukan kata yang tepat untuk
diucapkan. Kemampuan nonverbal seperti sentuhan dan ekspresi wajah sangat penting
untuk merawat orang yang mengalami demensia.
Pada umumnya gejala yang tampak pada demensia yaitu :
Terganggunya fungsi daya ingat yang makin berat terutama daya ingat jangka
pendek.ingatan masa lalu masih tetep baik dan bertahap.
Terganggunya fungsi berpikir antara lain: afasia, apraksia, aknosia, atau gangguan
fungsi eksekutif.
Penurunan fungsi daya ingat dan daya pikir menimbulkan gangguan fungsi kehidupan
sehari-hari.
Makin lama gangguan yang terjadi semakin berat
(Sumber : ( http://www.e-psikologi.com/ gangguan psikologi dan perilaku pada dimensia,
2002)
E. Patofisiologi
Begitu banyak factor penyebab terjadinya demensia pada berbagai penyakit yang telah
disebut di atas. Apapun sebabnya, semuanya menyebabkan perubahan psyco neurokimiawi
di otak.
Faktor-faktor gangguan regulasi DNA, neural reserve capacity untuk CNS performance
yang exhausted, dan gangguan supply energi untuk metabolisme CNS dapat menyebabkan
penurunan glycolitik yang kemudian berturut turut mengakibatkan penurunan sintesa
Acetyl CO enzim A yang penting untuk sintesa Acetil Choline, penurunan aktifitas Cholin
Asetiltransferase di kortek hipokampus, maka akibatnya terjadi penurunan kadar aktifitas
kholinergik sehingga menyebabkan demensia.
Pada penelitian terbukti bahwa, penurunan kadar Cholin Asetiltransferase mempunyai
korelasi langsung dengan hasil test mental score / aktifitas intelektual yang menurun dan juga
peninggian jumlah plague senille. Aktifitas kholinergik bersumber terutama pada basal
fortebrain nucleus of mainert, locus ceruleus, dan dorsal raphe nuclei.
10
eksekutif.
Tidak mampu mempelajari atau mengingat informasi baru.
Perubahan kepribadian (depresi, obsesitif, kecurigaan).
Kehilangan inisiatif.
Sindrom down.
Umur lanjut.
Apolipoprotein, E4.
Apolipoprotein E, alel 2
Antioksidan
Penggunaan estrogen pasca menopause ( pada demensia tipe ini lebih sering pada
wanita )
NSAID
Demensia pada penyakit Alzheimer belum diketahui secara pasti penyebabnya,
walaupun pemeriksaan neuropatologi dan biokimiawi post mortem ditemukan lost selective
neuron kolinergik yang strukturnya dan bentuk fungsinya juga terjadi perubahan.
Pada makroskopik : penurunan volume girus pada lobus frontalis dan temporal
Pada mikroskopik : plaque senilis dan serabut neurofibrilaris
Kerusakan dari neuron menyebabkan penurunan jumlah neurotransmitter. Hal ini
sangat mempengaruhi aktifitas fisiologis otak.
Tiga neurotransmitter yang biasanya terganggu pada Alzheimer adalah Asetil kolin,
Serotonin, dan Norephinefrine. Pada penyakit ini diperkirakan adanya interaksi antara genetic
dan lingkungan yang merupakan factor pencetus. Selain ini dapat berupa trauma kepala dan
rendahnya tingkat pendidikan.
Tabel 1. Stadium Penyakit Alzheimer Berdasarkan Beratnya Deteorisasi Intelektual
STADIUM I
(Amnesia)
- Berlangsung 2-4
tahun
- Amnesia menonjol
- Gangguan :
Diskalkulis
Memori jangka
penuh.
Perubahan emosi
ringan.
Stadium II
(Bingung)
- Berlangsung 2-10 tahun
- Kemunduran aspek fungsi
Stadium III
(Akhir)
- Setelah 6-12 tahun
- Memori dan
intelektual lebih
agnosia, disorientasi)
terganggu
- Agresif
- Akinetik
- Membisu
- Inkontinensia urin dan
inkontinensia alvi
- Gangguan berjalan
Memori jangka
panjang baik.
12
Keluarga biasanya
tidak terganggu.
F. Diagnosa
Pedoman diagnostik demensia Alzheimer menurut PPDGJ III :
Terdapat gejala demensia secara umum. Onset bertahap dengan perkembangan lambat
tidak ada bukti klinis dan pemeriksaan yang mendukung adanya penyakit otak atau sistemik
yang dapat menyebabkan demensia. Tidak ada serangan atau gejala neurologik kerusakan
otak fokal.
G. Penatalaksanaan
Sampai saat ini belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan penyakit ini.
Pengobatan atau pencegahan hanya dalam bentuk paliatif, seperti nutrisi tepat, latihan,
pengawasan aktifitas, selain itu bisa diberikan obat Memantine (N metil) 25 mg/hari,
Propanolol (Inderal), Haloperidol, dan penghambat Dopamin potensi tinggi untuk kendali
gangguan perilaku akut. Selain itu diberikan Tirasine Hidrokloride (inhibitor Asetil
kolin esterase ) untuk gangguan kognitif dan fungsionalnya.
Pencegahan antara lain, bagaiman cara kita lebih awal untuk mendeteksi Alzheimer
disease serta memperkirakan siap yang mempunyai faktor resiko terkena penyakit ini
sehingga dapat dicegah lebih awal. Pencegah dapat juga perubahan daya hidup (diet,
kegiatan olahraga, aktivitas mental).
13
BAB IV
KESIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA
-
Bagian
Darmodjo, boedhi. 1999. Buku Ajar Geriartri Edisi 3. Balai penerbit FKUI : Jakarta
Gauze, Barry. 1997. Buku saku Psikiatri. Penerbit Buku Kedokteran : Jakarta
Lisal, Toni. 2004. Catatan kuliah Neuropsikiatri : Gangguan Mental Organik. Bagian
Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin : Makassar
15