Esai Sastra
Esai Sastra
menghiraukan orang-orang miskin disekitar. Hal ini disebutkan pada larik Menghitung
dunia bernyawa. yang bersajak tentang antrian utang dan piutang. satu milyar lebih orang
terkatung-katung di tengah jalan. melihat dunia salah jalan. Ooh dasar sialan. Menghitung
satu,dua,dan jutaan antrian. terlihat banyak BMW yang masih antri pertamax. dan
segerombolan kain lusuh di depan drum-drum minyak tanah. Padahal harganya di
angkasa. Selain itu, penyair juga menggambarkan imperialisme bangsa Amerika dan Rusia
terhadap Indonesia yang sudah menjadi rahasia umum dalam larik Dan Amerika tertawa,
Rusia ternyenyum. karena Indonesia masih menangis untuk 1000 tahun lagi.
Berikut adalah puisi lain yang berisikan harapan terhadap bangsa Indonesia:
Balada sang merah putih (anonim)
kek, lihatlah bendera negriku.
merahnya sudah pada luntur, putihnya sudah kabur
belikan aku kesemba tuk mencelupnya
belikan aku pemutih tuk merendamnya
kek, lihatlah bendera yang tegak.
merahnya bergincu, putihnya berbedak
cucuku, dengarlah.
itu merah bukan kesumba, tapi merahnya darah-darah pahlawan
itu putih bukan pemutih, tapi putihnya hati-hati pejuang
tak pula bergincu yang ditube kepalsuan,
tak pula berbedak yang disapuh kemunafikan.
kakek, aku ingin melihat bendera negriku,.
semerah darah dan seputih melati.
bersulam benang-benang keikhlasan.
bersuci mata air, air mata kesabaran
wahai bendera negri-ku,..
teruslah berkibar menjilat matahari.
sejarah adalah saksi abadi
Puisi ini bercerita tentang seorang cucu yang berceloteh pada kakeknya tentang melunturnya
kepribadian
bangsa
Indonesia.
kek,
lihatlah
bendera
negriku.
merahnya sudah pada luntur, putihnya sudah kabur. Tentang kinerja pemerintah yang
dipandang
absurd
dan
penuh
kepalsuan
kek,
lihatlah
bendera
yang
tegak.
merahnya bergincu, putihnya berbedak. Sepetik harapan disuarakan pada dua bait terakhir,
harapan agar kehidupan moral di Indonesia membaik.
.
Puisi kritik sosial seperti yang digarap Addien dan anonim inilah yang diharapkan
bisa menjadi inspirasi bagi elemen masyarakat untuk memperbaiki negeri ini. Selain itu,
puisi-puisi kampanye kritik sosial ini diharapkan pula menjadi sebuah motivator bagi
kalangan elite politik untuk memperbaiki kinerjanya. Sehingga impian dan cita-cita bangsa
Indonesia sebagai bangsa yang kaya dan makmur dapat tercapai.