BAB III
Tujuan Khusus
Setelah mengikuti, mempelajari dan mengerjakan soal/latihan-latihan dalam bab ini
mahasiswa dapat :
a. Memahami dan menjelaskan pengertian teknik transmisi PDH.
b. Menjelaskan perbedaan PDH Eropa, PDH Amerika dan PDH Jepang.
c. Menjelaskan proses pembentukan frame orde 1 orde 2 orde 3 dan orde 4 PDH Eropa.
PDH
merupakan jenis teknik transmisi digital, sehingga semua sinyal analog yang akan dilewatkan
melalui teknik transmisi PDH harus diubah ke dalam bentuk digital (dalam proses PCM) bit
rate 64 kbps. Setelah itu baru dilakukan multiplexing dengan pengambilan informasi dari
kanal 64 kbps dilakukan per 8 bit.
mengalokasikan timeslot pada kanal transmisi (high speed) untuk tiap kanal informasi (low
rate). Kemudian dilakukan pembentukan frame secara periodik pada kanal (high speed)
dengan menambah sinyal sinkronisasi (F) untuk mengidentifikasi posisi kanal (low speed) di
penerima (gambar 3-1).
CSU (Channel Service Unit), adalah terminal akhir dari sistem carrier T atau E atau J,
perangkat ini akan menyelaraskan sinyal yang diterima, menyeleksi bentuk gelombang yang
dipancarkan atau diterima, dan menyesuaikan dengan sinyal yang dibutuhkan pelanggan.
CSU juga berfungsi sebagai peralatan yang melakukan tes diagnostik kondisi saluran untuk di
sesuaikan dengan carrier E atau T atau J ke PABX, channel bank, multiplexer atau peralatan
terminal lainnya.
3.2.1.
Sampling
Sampling adalah suatu proses pengambilan (sampel) amplitudo sinyal analog secara periodik.
Dari proses sampling dihasilkan pulsa-pulsa sampel yang disebut Pulse Amplitude
Modulation (PAM) lihat gambar 3-5. Banyaknya sinyal PAM yang dihasilkan dalam proses
sampling ditentukan oleh frekuensi sampling.
menghasilkan sinyal PAM lebih banyak, semakin rendah frekuensi sampling akan
38
PAM signal
Electronic switch
t
analog (telephone)
signal
Sample
sampling interval :
TA = 1/fA = 125 ms
pulse
3.2.2. Quantizing
Quantizing atau kuantisasi adalah proses penyesuaian amplitudo sinyal PAM ke dalam
amplitudo standar pengkodean (coding). Terdapat dua jenis kuantisasi, yaitu kuantisasi
uniform dan kuantisasi non-uniform.
a. Uniform Quantizing.
Pada kuantisasi uniform, amplitudo sinyal PAM dibagi menjadi 8 segmen sama besar baik
untuk level positip maupun level negatif. Dalam kuantisasi ini terdapat kesalahan kuantisasi
(Error Quantizing) sebesar Eq=Y/Y (Y adalah selisih amplitudo sinyal dengan level
kuantisasi standar, Y adalah amplitudo sinyal). Pada kuantisasi uniform ini kesalahan
kuantisasi untuk sinyal PAM dengan amplitudo kecil akan jauh lebih besar dibandingkan
39
PAM signal
+8
+7
error quantizing =
Dy
+6
+5
+4
error
kuantisasi
+3
+2
+1
x
-1
Dx
-2
-3
-4
error quantizing =
Dx
Dy
-5
-6
-7
-8
t0
t1
t2
t3
t4
t5
Sampling instant
Dx
Dy
Error quantizing untuk sinyal dg level rendah lebih besar dibanding level
tinggi, sedangkan secara statistik sinyal voice (tlp) lebih dominan berlevel
rendah maka dikembangkan kuantisasi non linier/non uniform
m-Law
(standar Eropa)
E1
A-Law
(standar Amerika/
Jepang)
T1
b. Non-Uniform Quantizing
Pada kuantisasi non-uniform, amplitudo sinyal PAM dibagi menjadi 8 segmen yang tidak
sama besarnya baik untuk level positip maupun level negatif. Ada dua macam kuantisasi nonuniform yaitu -Law yang dipakai oleh Eropa dan A-Law yang dipakai oleh Amerika.
Dalam kuantisasi ini kesalahan kuantisasi (Error Quantizing) sebesar Eq=Y/Y (Y adalah
selisih amplitudo sinyal dengan level kuantisasi standar, Y adalah amplitudo sinyal) dapat
diperkecil, hal ini dapat terjadi karena pada kuantisasi non-uniform ini kesalahan kuantisasi
untuk sinyal PAM dengan amplitudo kecil sebanding dengan sinyal PAM dengan level
amplitudo besar, dan untuk memperkecil kesalahan kuantisasi dilakukan dengan membagi
lagi tiap segmen menjadi 16 interval yang sama, sehingga sebuah sinyal kecil yang
40
128
127
126
125
124
123
122
121
120
119
118
117
116
115
114
113
Quantizing
interval
nos
.
.
.
.
.
49
48
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
1
6
8
11
5
8
4
8
3
8
2
8
1
8
Segment
no 7
Segment
no 13
12
10
me
nt
en
t5
65
64
33
32
gm
85
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Output
signal
g
Se
ent 7
Se
.
.
.
.
.
85
7
8
Se g m
97
96
81
80
11010100
118
.
.
.
.
.
11110000
113
112
125
mt
11110101
.
.
.
.
.
Sg
Decoding
128
Sg-3
Encoding
Sg-2
11111100
Seg-1
11111111
1/4
1/2
1/8
1/16
1/32
1 1 1
64 32 16
1
8
1
4
1
2
Input
signal
1/64
6
5
4
3
Segment
no 1
PAM signal
-1
Segmen 7
1)
bawah = 0,50000
atas = 1
Segmen 6
( 1/4
1/2 )
bawah = 0,25000
atas = 0,5
Segmen 5
( 1/8
1/4 )
bawah = 0,12500
atas = 0,25
Segmen 4
( 1/16
1/8 )
bawah = 0,06250
atas = 0,125
Segmen 3
( 1/32
1/16 )
bawah = 0,03125
atas = 0,0625
Segmen 2
( 1/64
1/32 )
bawah = 0,015625
atas = 0,03125
Segmen 1
( 1/128
1/64 )
bawah = 0,007812
atas = 0,015625
Segmen 0
( 0,00
1/128 )
bawah = 0,00000
atas = 0.007812
41
Segmen 6
Interval 7
0,25
Interval 6
0,192
Segmen 5
Interval 5
0,174
0,125
Interval 4
0,007813
Interval 3
Interval 2
Interval 1
Interval 0
42
3.2.3. Coding
Coding adalah proses pengkodean sinyal PAM hasil kuantisasi untuk dijadikan sinyal (data)
digital 8 bit dari range amplitudo segmen 0 sampai segmen 7 baik yang positip maupun
negatip, proses ini pada dasarnya adalah proses Analog to Digital Convertion (ADC). CCITT
merekomendasikan format pengkodean adalah sebagai berikut :
S A B C
W X Y Z
Nomor Interval
Nomor Segmen
Polaritas amplitudo
Polaritas amplitudo sinyal PAM dinyatakan dengan data digital pada S, jika polaritas positip
maka S = 1 dan jika polaritas negatip S = 0. Nomor segmen dinyatakan dengan data digital 3
bit dalam ABC, sedang nomor interval dinyatakan dengan data digital 4 bit dalam WXYZ.
Nilai digital pada segmen maupun interval ditunjukkan pada tabel 3-1 dan tabel 3-2. Gambar
3-9 menggambarkan konversi PAM ke bit bit digital.
Segmen 0
Segmen 1
Segmen 2
Segmen 3
Segmen 4
Segmen 5
Segmen 6
Segmen 7
43
Interval 0
Interval 1
Interval 2
Interval 3
Interval 4
Interval 5
Interval 6
Interval 7
Interval 8
Interval 9
Interval 10
Interval 11
Interval 12
Interval 13
Interval 14
Interval 15
Dalam proses coding, setiap sinyal PAM yang sudah dijadikan data digital 8 bit paralel diubah
dan dikirimkan secara serial, sehingga menghasilkan bitrate 64 kbps. Perhitungan bit rate ini
adalah : Dengan frekuensi sampling 8000 Hz, akan menghasilkan sinyal PAM 8000 buah per
detik.).
44
Time slot 1 (Ts1) berisi voice kanal 1 berurutan terus sampai time slot 15 (Ts15)
Time slot 16 (Ts16) berisi kanal signalling CAS, MAS dan Alarm
Time slot 17 (Ts17) berisi voice kanal 16 berurutan sampai time slot 31
Multiframe Alignment
Signal
mempunyai pola bit khusus yang bisa diidentifikasi oleh peralatan demultiplexer sehingga
memungkinkan pemrosesan sinyal dengan benar sehingga bit-bit yang diterima dapat
diasosiasikan dengan tributari-tributari yang benar. Susunan MAS dan signalling seperti pada
gambar 3-12.
46
Ts0 Ts1
Ts31
Frame 0
MAS
Alarm
Frame 1 Signalling Ch 1 Signalling Ch 16
Frame 2 Signalling Ch 2 Signalling Ch 17
Frame 3 Signalling Ch 3 Signalling Ch 18
Dikonversikan ke rate synchronous lebih tinggi dari rate tributari nominal cara ini
disebut sebagai positive justification
Dikonversikan ke rate synchronous lebih rendah dari rate tributari nominal cara ini
disebut sebagai negative justification
Dikonversikan ke rate synchronous pada rate tributari nominal cara ini disebut sebagai
positive zero negative justification
Positive Justification, adalah metoda justifikasi dimana timeslot digit yang digunakan untuk
membawa sinyal digital mempunyai rate digit yang selalu lebih tinggi dari rate digit sinyal
original. Biasanya dicapai dengan penempatan sejumlah tambahan digit timeslot tetap per
frame (bit justifikasi, JT) pd sinyal multiplex yg bisa digunakan utk membawa data atau
dummy sesuai dg rate digit relatif dari tributari dan sinyal multiplex. Perlu informasi yang
mengidentifikasikan apakah bit justifikasi berisi data atau dummy, informasi ini disimpan dlm
justification service digits, JS pada sinyal multiplex.
Negative Justification, adalah metoda justifikasi dimana timeslot digit yang digunakan untuk
membawa sinyal digital mempunyai rate digit yang selalu lebih rendah daripada rate digit dari
sinyal original. Digit-digit yang dibuang dibawa dengan cara terpisah.
Positive/Zero/Negative Justification, adalah metoda justifikasi dimana timeslot digit yang
digunakan untuk membawa sinyal digital mempunyai rate digit yang mungkin, lebih besar,
sama, atau lebih rendah daripada rate digit sinyal original. Tipe justifikasi ini dapat dilihat
sebagai kombinasi dari justifikasi positif dan negatif.
Dalam PDH tributari tributari mempunyai harga nominal yg sama tetapi dapat bervariasi
dalam range yg sudah dispesifikasikan. Digunakan justifikasi positif, karena sinyal multiplex
selalu lebih besar atau sama dengan aggregat seluruh tributari, maka kelebihan bit digunakan
untuk mengakomodir variasi dari tributari, yg disebut (justification bit, JT). Justification bit
dapat memuat data dari tributari atau dummy. Pada peralatan demultiplex bit justifikasi
(dummy) harus diekstrak (dibuang) sebelum sinyal tributari dapat direkonstruksi. Bit-bit yang
digunakan untuk indikasi justifikasi, disebut justification service bits (JS).
Informasi pada justification service bits (JS bit) sangat kritis karena jika salah
mengindikasikan isi dari justification bit maka sinyal output demultiplex dapat mempunyai
kelebihan atau kekurangan bit yang berakibat
diterapkan utk justification service bits (JS), dimana satu service bit error tidak akan
menghasilkan keputusan justifikasi yang salah pada demultiplexer. Keputusan dibuat pada
48
Ada 848 bit dalam satu frame, tiap frame berisi 1 justification bit untuk masing-masing dari 4
tributari. Karena justification service diulang 3 kali, frame dibagi kedalam empat subframe
212 bit. Frame alignment word terdiri dari 10 bit serta disediakan 2 bit service. Jumlah bit
data per frame (untuk 4 tributari) adalah antara 820 824. Rate sistem adalah 8448 Kbit/s
dengan toleransi 253 Hz (yaitu 30 ppm) dari clock frekuensi. Durasi frame kira-kira sebesar
0,1 mdet (gambar 3-14).
Sinyal sinkronisasi (Frame Alignment), pada sistem PDH ITU-T frame alignment digunakan
pada sistem orde 2 (8 Mbit/s), yaitu 10 bit (1111010000) pada blok I, berulang setiap 848 bit.
Sistem orde 3 (34 Mbit/s), yaitu 10 bit (1111010000) pada blok I dan berulang setiap 1536
bit. Sistem orde 4 (140 Mbit/s), yaitu 12 bit (111110100000) pada blok I dan berulang setiap
2928 bit.
Strategi frame alignment dilihat dari sinyal yang diterima dianggap out of alignment jika 4 FA
words berturutan tidak terdeksi atau error, FA recovery tidak dapat dikonfirmasi jika 3 FA
words berturutan tidak dapat dikenali pada interval durasi frame.
49
50
Jelaskan mengapa PDH Eropa pada level 1 tidak dapat digabung dengan PDH
Amerika level 1. Bagaimana cara menggabung sinyal informasinya ?
Penyelesaian :
Persyaratan untuk bisa digabung adalah harus terdapat kesamaan bitrate, kesamaan
susunan frame dan kesamaan isi frame.
Sedangkan PDH Eropa dengan PDH Amerika tidak terdapat kesamaan Bitrate maupun
susunan frame serta isi frame.
52
Contoh amplitudo sinyal PAM sebesar 0,714 akan menghasilkan nilai N sebesar 6,272
harga ini menunjukkan nilai interval 6, sedang nilai 0,272 menunjukkan posisi
amplitudo PAM di interval 6 kurang lebih 27,2 %.
3.5. Rangkuman
Ada 3 konsep hirarkhy multiplexing ini, yaitu yang dikembangkan Eropa dikenal dengan
sebutan PCM-30, yang dikembangkan Amerika utara dan Jepang disebut PCM-24. Karena
ketiganya merupakan jenis transmisi asinkron maka disebut PDH Eropa dengan European
Carrier (E1 s/d E4), PDH Amerika dengan Teresterial arrier (T1 s/d T4) dan PDH Jepang
dengan Japan-Carrier (J1 s/d J4). Ketiga konsep Plesiochronous Digital Hierarkhy (PDH) ini
pada dasarnya berbeda, karena adanya perbedaan bitrate highway dengan jumlah kanal
tributary sebagai masukan untuk level berikutnya berbeda beda. Misalnya level 2 PDH Eropa
maupun Amerika maupun Jepang dibentuk dari 4 kali bitrate inputnya (Tributary E1, T1, J1),
sedangkan pada level ke 3 PDH Eropa dibentuk dari 4 kali bitrate E2, Amerika dibentuk dari
7 kali bitrate T2 dan Jepang dibentuk dari 5 kali bitrate J2. Seperti terlihat pada gambar 3-21
berikut.
3.6. Latihan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
54