Anda di halaman 1dari 20

BPKM Teknik Transmisi

BAB III

Plesiochronous Digital Hierarkhy

Tujuan Khusus
Setelah mengikuti, mempelajari dan mengerjakan soal/latihan-latihan dalam bab ini
mahasiswa dapat :
a. Memahami dan menjelaskan pengertian teknik transmisi PDH.
b. Menjelaskan perbedaan PDH Eropa, PDH Amerika dan PDH Jepang.
c. Menjelaskan proses pembentukan frame orde 1 orde 2 orde 3 dan orde 4 PDH Eropa.

3.1. Konsep Dasar PDH


PDH (Plesiochronous Digital Hierarkhy) adalah suatu jenis multiplexing TDM.

PDH

merupakan jenis teknik transmisi digital, sehingga semua sinyal analog yang akan dilewatkan
melalui teknik transmisi PDH harus diubah ke dalam bentuk digital (dalam proses PCM) bit
rate 64 kbps. Setelah itu baru dilakukan multiplexing dengan pengambilan informasi dari
kanal 64 kbps dilakukan per 8 bit.

Fungsi multiplexing ini dilaksanakan dengan cara

mengalokasikan timeslot pada kanal transmisi (high speed) untuk tiap kanal informasi (low
rate). Kemudian dilakukan pembentukan frame secara periodik pada kanal (high speed)
dengan menambah sinyal sinkronisasi (F) untuk mengidentifikasi posisi kanal (low speed) di
penerima (gambar 3-1).

Gambar 3-1. Blok sistem telekomunikasi PDH


Disisi pengirim peralatan yang berfungsi menggabungkan beberapa kanal informasi disebut
Multiplexing atau MUX sedang disisi penerima, disebut Demultiplexing atau DEMUX.
Sebelum dilakukan multiplexing terlebih dahulu dilakukan pemisahan kanal arah kirim dan
arah terima dengan rangkaian hybrid 2 ke 4 kawat, sehingga dua kawat yang mula mula berisi
pembicaraan 2 orang (pemanggil dan yang dipanggil) akan dipisahkan suaranya, pemanggil
35

BPKM Teknik Transmisi


ada di 2 kawat arah kirim dan suaranya yang dipanggil ada di 2 kawat arah terima. Sinyal
yang akan menuju lawan bicara diubah ke dalam bentuk digital 64 kbps, kemudian masuk
perangkat multiplexing. PDH ini merupakan teknologi transmisi digital pertama. Pada saat itu
terdapat 2 negara yang mengembangkan konsep PDH yaitu Amerika yang diikuti oleh Jepang
dan Eropa termasuk diikuti oleh Indonesia. Dua konsep dasar PDH ini berbeda dari jumlah
kanal informasi yang di multiplex dan juga bit rate kanal high way yang dihasilkan.
Amerika menggunakan standart ANSI (American National Standart Institut) dengan T-carrier
(Terrestrial-carrier), Eropa dengan standart ETSI (European Telecommunication Standart
Institut) dengan E-carrier (European-carrier) dan Jepang membuat standar J-carrier
(Japanese-carrier). Eropa diikuti oleh sebagian besar Asia, Amerika Latin, dan Afrika.
Ketiga konsep PDH ini menggunakan bit rate dasar yang sama yaitu 64 kbps, tetapi dalam
highway berbeda beda. Perbedaan konsep ketiga PDH diperlihatkan pada gambar 3-2.

Gambar 3-2. Konsep PDH Eropa, Amerika dan Jepang


Hierarkhy PDH pada gambar 3-2, pada level-1 yang dibentuk dari n x kanal tunggal 64 kbps,
sebenarnya dapat dikatakan transmisi sinkron, karena bit rate level-1 (E1) 2048 kbps sama
dengan 32 x 64 kbps. Sedangkan level-2 ke atas merupakan transmisi asinkron.
Meskipun antara Amerika, Eropa dan Jepang mempunyai perbedaan, namun secara garis
besar memiliki kesamaan dalam elemen elemen PDH. Secara umum elemen transmisi PDH
terdiri atas peralatan terminal yang terdiri atas multiplexer, DXC (Digital Cross Connect),
DLC (Digital Loop Cerrier), CSU (Channel Service Unit) atau DSU (Data Service Unit),
media transmisi digital dan perangkat repeater (gambar 3-3). Namun antar elemen PDH tidak
saling kompatibel, karenanya untuk dapat interkoneksi harus diturunkan sampai ke tingkat
36

BPKM Teknik Transmisi


base band 64 kbps. Jadi tiap negara harus mempunyai komponen PDH negara lawan,
meskipun sebenarnya di negara tersebut tidak menggunakan sistem itu.

Gambar 3-3. Elemen elemen PDH

CSU (Channel Service Unit), adalah terminal akhir dari sistem carrier T atau E atau J,
perangkat ini akan menyelaraskan sinyal yang diterima, menyeleksi bentuk gelombang yang
dipancarkan atau diterima, dan menyesuaikan dengan sinyal yang dibutuhkan pelanggan.
CSU juga berfungsi sebagai peralatan yang melakukan tes diagnostik kondisi saluran untuk di
sesuaikan dengan carrier E atau T atau J ke PABX, channel bank, multiplexer atau peralatan
terminal lainnya.

Multiplexer, berupa Time division multiplexer mempunyai serangkaian tingkatan hierarkhy


dalam infrastruktur PDH. Tingkatan pertama dari multiplexer adalah channel bank, yaitu
suatu mux yang bertugas mengkonsolidasi channel voice dan data individu agar bisa
dilewatkan kedalam transmisi kecepatan tinggi.

Misalnya pada T1 maka channel bank

mengkonsolidasi 24 kanal, sedang pada sistem E1 channel bank mengkonsolidasi 32 kanal.


Channel bank menerima sinyal input analog kemudian merubah jadi digital dengan proses
PCM untuk selanjutnya menyesuaikan kedalam struktur frame transmisi kecepatan tinggi.
Multiplexer juga ada yang bisa mengkonsolidasikan sinyal E1 ke dalam sinyal E4, atau T1 ke
T3 atau J1 ke J5 dan seterusnya.

3.1.1. Media transmisi digital


Media transmisi yang digunakan dalam PDH bisa berupa kabel tembaga multipair, coaxcial
microwave dan fiber optik. Pilihan apakah menggunakan kabel tembaga multipair atau
coaxial atau microwave atau fiber optik ditentukan oleh bitrate kanal transmisi yang
digunakan. Misalkan kanal transmisi berupa sinyal E1 atau T1 atau J1, maka bisa digunakan
kebel tembaga multipair, namun jika sinyal yang dikirimkan mempunyai bitrate lebih tinggi
(E3 atau T3 atau J3), maka dipilih media transmisi yang mempunyai bandwidth lebih tinggi
37

BPKM Teknik Transmisi


yaitu coaxial, atau microwave atau fiber optik. Media transmisi yang digunakan harus bisa
beroperasi dua arah full duplex, karenanya harus berupa rangkaian 4 kawat, termasuk jika
menggunakan media microwave, dalam satu antena terdapat 2 sinyal yang beroperasi dengan
frekuensi berbeda, misal Tx dengan 21952 MHz dan Rx dengan 23002 MHz (gambar 3-4).

Gambar 3-4. Rangkaian 4 kawat pada microwave

3.2. PCM (Pulse Code Modulatin).


PCM merupakan suatu jenis modulasi yang mengubah sinyal analog menjadi sinyal digital.
Dalam aplikasinya banyak digunakan sebagai interface antara peralatan yang menggunakan
sinyal analog dengan peralatan yang menggunakan sinyal digital, pada arah kirim (Tx),
berfungsi merubah sinyal analog menjadi sinyal digital, sedang pada arah terima (Rx), PCM
berfungsi merubah sinyal digital menjadi sinyal analog. Proses pengubahan sinyal analog
menjadi sinyal digital dalam sistem PCM dilakukan melalui tiga tahap, yaitu : sampling,
quantizing dan coding.

3.2.1.

Sampling

Sampling adalah suatu proses pengambilan (sampel) amplitudo sinyal analog secara periodik.
Dari proses sampling dihasilkan pulsa-pulsa sampel yang disebut Pulse Amplitude
Modulation (PAM) lihat gambar 3-5. Banyaknya sinyal PAM yang dihasilkan dalam proses
sampling ditentukan oleh frekuensi sampling.

Semakin tinggi frekuensi sampling akan

menghasilkan sinyal PAM lebih banyak, semakin rendah frekuensi sampling akan

38

BPKM Teknik Transmisi


menghasilkan sinyal PAM lebih sedikit. Untuk mendapatkan

frekuensi sampling ideal

dikemukakan oleh teori Nyquist sebagai berikut :


fs2 x fimaksimum
Keterangan : fs = frekuensi sampling (hz)
Fi = frekuensi informasi (hz)

PAM signal
Electronic switch
t

analog (telephone)
signal
Sample

sampling interval :
TA = 1/fA = 125 ms

pulse

Sampling rate : 8 KHz

Gambar 3-5. Proses sampling


Untuk sinyal informasi voice dengan frekuensi 300 hz s/d 3400 hz, CCITT (Committe
Consultative International Telephone and Telegraph) memberikan rekomendasi besarnya
frekuensi sampling adalah 8000 hz. Dengan frekuensi 8 kHz tersebut akan dihasilkan sinyal
PAM sebanyak 8000 PAM/detik, hal ini menyebabkan waktu antara sinyal PAM 1 ke sinyal
PAM berikutnya adalah sebesar 125 S (lihat gambar 3-5).

3.2.2. Quantizing
Quantizing atau kuantisasi adalah proses penyesuaian amplitudo sinyal PAM ke dalam
amplitudo standar pengkodean (coding). Terdapat dua jenis kuantisasi, yaitu kuantisasi
uniform dan kuantisasi non-uniform.

a. Uniform Quantizing.
Pada kuantisasi uniform, amplitudo sinyal PAM dibagi menjadi 8 segmen sama besar baik
untuk level positip maupun level negatif. Dalam kuantisasi ini terdapat kesalahan kuantisasi
(Error Quantizing) sebesar Eq=Y/Y (Y adalah selisih amplitudo sinyal dengan level
kuantisasi standar, Y adalah amplitudo sinyal). Pada kuantisasi uniform ini kesalahan
kuantisasi untuk sinyal PAM dengan amplitudo kecil akan jauh lebih besar dibandingkan
39

BPKM Teknik Transmisi


dengan sinyal PAM dengan level amplitodu besar, karena itu sistem kuantisasi ini diperbaiki
dengan kuantisasi uniform (lihat gambar 3-6).
Quantizing
intervals

PAM signal

+8
+7

error quantizing =

Dy

+6

+5
+4

error
kuantisasi

+3

+2
+1
x

-1

Dx

-2
-3
-4

error quantizing =

Dx

skala : linier (uniform)

Dy

-5

-6
-7
-8
t0

t1

t2

t3

t4

t5

Sampling instant

Dx

Dy

Error quantizing untuk sinyal dg level rendah lebih besar dibanding level
tinggi, sedangkan secara statistik sinyal voice (tlp) lebih dominan berlevel
rendah maka dikembangkan kuantisasi non linier/non uniform

m-Law
(standar Eropa)
E1

A-Law
(standar Amerika/
Jepang)
T1

Gambar 3-6. Quantizing uniform

b. Non-Uniform Quantizing
Pada kuantisasi non-uniform, amplitudo sinyal PAM dibagi menjadi 8 segmen yang tidak
sama besarnya baik untuk level positip maupun level negatif. Ada dua macam kuantisasi nonuniform yaitu -Law yang dipakai oleh Eropa dan A-Law yang dipakai oleh Amerika.
Dalam kuantisasi ini kesalahan kuantisasi (Error Quantizing) sebesar Eq=Y/Y (Y adalah
selisih amplitudo sinyal dengan level kuantisasi standar, Y adalah amplitudo sinyal) dapat
diperkecil, hal ini dapat terjadi karena pada kuantisasi non-uniform ini kesalahan kuantisasi
untuk sinyal PAM dengan amplitudo kecil sebanding dengan sinyal PAM dengan level
amplitudo besar, dan untuk memperkecil kesalahan kuantisasi dilakukan dengan membagi
lagi tiap segmen menjadi 16 interval yang sama, sehingga sebuah sinyal kecil yang

40

BPKM Teknik Transmisi


mempunyai amplitudo berbeda tetapi berada pada segmen sama dapat dibedakan kedalam
interval yang berbeda (lihat gambar 3-7).

128
127
126
125
124
123
122
121
120
119
118
117
116
115
114
113

Quantizing
interval
nos

.
.
.
.
.

49
48

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
1

6
8

11

5
8
4
8
3
8
2
8
1
8

Segment
no 7

Segment
no 13

12

10

me

nt

en

t5

65
64

33
32

gm

85

.
.
.
.
.

.
.
.
.
.

Output
signal

g
Se

ent 7

Se

.
.
.
.
.

85

7
8

Se g m

97
96

81
80

11010100

118

.
.
.
.
.

11110000

113
112

125

mt

11110101

.
.
.
.
.

Sg

Decoding

128

Sg-3

Encoding

Sg-2

11111100

Seg-1

11111111

1/4

1/2

1/8

1/16
1/32
1 1 1
64 32 16

1
8

1
4

1
2

Input
signal

1/64

6
5
4
3

Segment
no 1

PAM signal
-1

Gambar 3-7. Kuantisasi Non-uniform -Law

Segmen 7

1)

bawah = 0,50000

atas = 1

Segmen 6

( 1/4

1/2 )

bawah = 0,25000

atas = 0,5

Segmen 5

( 1/8

1/4 )

bawah = 0,12500

atas = 0,25

Segmen 4

( 1/16

1/8 )

bawah = 0,06250

atas = 0,125

Segmen 3

( 1/32

1/16 )

bawah = 0,03125

atas = 0,0625

Segmen 2

( 1/64

1/32 )

bawah = 0,015625

atas = 0,03125

Segmen 1

( 1/128

1/64 )

bawah = 0,007812

atas = 0,015625

Segmen 0

( 0,00

1/128 )

bawah = 0,00000

atas = 0.007812

41

BPKM Teknik Transmisi


Interval 15
Interval 14
Interval 13
Interval 12
Interval 11
Segmen 7
Interval 10
Interval 9
0,195313
Interval 8
0,1875

Segmen 6

Interval 7
0,25

Interval 6

0,192
Segmen 5

Interval 5

0,174

0,125
Interval 4

0,007813

Interval 3
Interval 2
Interval 1
Interval 0

Gambar 3-8. Interval pada segmen 5.


Dari ke 16 interval pada tiap tiap segmen mempunyai harga sama. Jarak antar interval
(interval 1 ke interval 2) dan seterusnya dapat dihitung sebagai berikut :
Jarak antar interval
Pada segmen 5, jarak antar interval
Untuk mencari nilai interval ke N dari suatu harga amplitudo sinyal PAM dihitung dengan
persamaan sebagai berikut :
N

42

BPKM Teknik Transmisi


Harga N bisa jadi tidak berupa bilangan bulat, hal ini tidak jadi masalah, karena angka
dibelakang koma menunjukkan posisi amplitudo PAM di interval tersebut dan nilai interval
diambil angka desimal tanpa angka dibelakang koma. Dalam gambar 3-8, amplitudo sinyal
PAM sebesar 0,174 berada di segmen 5 dan interval (N) sebesar 6,272 harga ini menunjukkan
nilai interval 6, sedang nilai 0,272 menunjukkan posisi amplitudo PAM di interval 6 kurang
lebih 27,2 %, bandingkan untuk amplitudo PAM sebesar 0,192.

3.2.3. Coding
Coding adalah proses pengkodean sinyal PAM hasil kuantisasi untuk dijadikan sinyal (data)
digital 8 bit dari range amplitudo segmen 0 sampai segmen 7 baik yang positip maupun
negatip, proses ini pada dasarnya adalah proses Analog to Digital Convertion (ADC). CCITT
merekomendasikan format pengkodean adalah sebagai berikut :
S A B C

W X Y Z

Nomor Interval
Nomor Segmen
Polaritas amplitudo
Polaritas amplitudo sinyal PAM dinyatakan dengan data digital pada S, jika polaritas positip
maka S = 1 dan jika polaritas negatip S = 0. Nomor segmen dinyatakan dengan data digital 3
bit dalam ABC, sedang nomor interval dinyatakan dengan data digital 4 bit dalam WXYZ.
Nilai digital pada segmen maupun interval ditunjukkan pada tabel 3-1 dan tabel 3-2. Gambar
3-9 menggambarkan konversi PAM ke bit bit digital.

Tabel 3-1. Nilai digital tiap segmen


Segmen

Segmen 0

Segmen 1

Segmen 2

Segmen 3

Segmen 4

Segmen 5

Segmen 6

Segmen 7

43

BPKM Teknik Transmisi


Tabel 3-2. Nilai digital tiap interval
Interval

Interval 0

Interval 1

Interval 2

Interval 3

Interval 4

Interval 5

Interval 6

Interval 7

Interval 8

Interval 9

Interval 10

Interval 11

Interval 12

Interval 13

Interval 14

Interval 15

Dalam proses coding, setiap sinyal PAM yang sudah dijadikan data digital 8 bit paralel diubah
dan dikirimkan secara serial, sehingga menghasilkan bitrate 64 kbps. Perhitungan bit rate ini
adalah : Dengan frekuensi sampling 8000 Hz, akan menghasilkan sinyal PAM 8000 buah per
detik.).

Gambar 39. Sinyal PAM dan bit yg sesuai

44

BPKM Teknik Transmisi


Kemudian 1 sinyal PAM akan menghasilkan data digital 8 bit, sehingga jumlah bit yang
dihasilkan tiap detik adalah 8000/detik x 8 bit = 64.000 bit/detik, atau ditulis 64 kbps (64 kilo
bit per second

3.3. PDH Eropa


PDH Eropa dibentuk dengan menggabungkan 30 kanal telepon analog yang masing masing
telah diubah menjadi sinyal digital 64 kbps (DS0), kemudian ditambah sinyal sinkronisasi dan
sinyal signalling dalam multiplexer orde 1 membentuk highway kecepatan 2 Mbps atau E1,
dan seterusnya sampai E4, lihat gambar 3-10. Pada awalnya sistem ini digunakan sebagai
interface antara sentral analog kedalam sistem jaringan digital kecepatan tinggi. Seiring
dengan perkembangan teknologi dengan dipakainya sentral digital maka pembentukan kanal
E1 terjadi dalam sentral digital. Sehingga keluar trunk sentral digital telah berupa sinyal E1,
penggabungan 30 kanal pembicaraan sinyal analog serta proses merubah ke dalam sinyal
digital serta multiplexing menjadi satu kanal transmisi digital dilakukan di dalam sentral
digital. PDH Eropa juga disebut PCM-30, karena dalam satu peralatan ini dapat menampung
sekaligus 30 kanal telepon dalam waktu yang bersamaan.

Gambar 3-10. Hierarkhy PDH Eropa

3.3.1. PDH Eropa Orde 1


Tiap-tiap kanal pembicaraan telepon ini ditempatkan pada satu time slot, sehingga ke 30 kanal
telepon tersebut menempati 30 time slot, namun demikian dalam satu framenya PCM-30
terdapat 32 time slot, dengan tambahan satu time slot untuk signalling dan satu time slot lagi
untuk sinkronisasi. Tiap tiap time slot berkapasitas 8 bit, sehingga dalam satu frame terdapat
8 bit x 32 time slot = 256 bit.
45

BPKM Teknik Transmisi


Dalam tingkat primary, channel bank berfungsi sebagai penggabung ke 30 kanal 64 kbps dan
pembentuk serta menyesuaikan menjadi kanal E1 2048 kbps. Terjadinya multiplexing pada
level ini masuk dalam katagori transmisi sinkron, karena bit rate output sama dengan n x bit
rate inputnya.

Gambar 3-11. Isi frame E1


Bitrate 2048 kbps didapat dari 32 kanal (time slot) x 64 kbps. Isi dari 32 time slot adalah 30
time slot kanal voice ditambah 1 time slot sinkronisasi (FAS=Frame Alignment Signall) dan
satu time slot untuk signalling (gambar 3-11). Urutan isi masing masing time slot adalah :

Time Slot 0 (Ts0) berisi FAS

Time slot 1 (Ts1) berisi voice kanal 1 berurutan terus sampai time slot 15 (Ts15)

Time slot 15 (Ts15) berisi voice kanal 15

Time slot 16 (Ts16) berisi kanal signalling CAS, MAS dan Alarm

Time slot 17 (Ts17) berisi voice kanal 16 berurutan sampai time slot 31

Time slot 31 (Ts31) berisi voice kanal 30.

Khusus Time Slot 16 digunakan untuk sinkronisasi multiframe (MAS=Multiframe Alignment


Signal) dan untuk kanal signalling dari masing masing kanal voice.
Tiap kanal voice memerlukan 4 bit untuk kanal signalling, sehingga keseluruhan kanal
memerlukan 4 x 30 kanal = 120 bit atau 15 frame (karena 1 frame bisa menapung 8 bit, yaitu
pada time slot 16) yaitu mulai frame 1 sampai frame ke 15, sedangkan untuk sinkronisasi
multiframe digunakan time slot 16 pada frame ke 0.

Multiframe Alignment

Signal

mempunyai pola bit khusus yang bisa diidentifikasi oleh peralatan demultiplexer sehingga
memungkinkan pemrosesan sinyal dengan benar sehingga bit-bit yang diterima dapat
diasosiasikan dengan tributari-tributari yang benar. Susunan MAS dan signalling seperti pada
gambar 3-12.
46

BPKM Teknik Transmisi

Ts0 Ts1

Ts15 Ts16 Ts17

Ts31

Frame 0
MAS
Alarm
Frame 1 Signalling Ch 1 Signalling Ch 16
Frame 2 Signalling Ch 2 Signalling Ch 17
Frame 3 Signalling Ch 3 Signalling Ch 18

Frame 13 Signalling Ch 13 Signalling Ch 28


Frame 14 Signalling Ch 14 Signalling Ch 29
Frame 15 Signalling Ch 15 Signalling Ch 30

Gambar 3-12. Isi time slot 16 dalam multiframe.

3.3.2. PDH Eropa Orde 2


Orde 2 diberi notasi E2, dibentuk dengan menggabungkan 4 buah orde 1. Dalam orde ini
kecepatan transmisinya adalah sebesar 8448 kbps, hal ini lebih besar dari 2048 kbps x 4 yang
hanya 8192 kbps. Perbedaan ini disebabkan adanya bit bit tambahan yang dikenal dengan
justifikasi bit atau bit stuffing, yang fungsinya adalah untuk proses sinkronisasi masing
masing kanal tributary agar tidak ada perbedaan kecepatan. Ada tiga cara justifikasi yaitu
positive justification, negative justification dan positive zero negative justification
(gambar 3-13).

Gambar 3-13. Mensinkronkan sinyal tributary


47

BPKM Teknik Transmisi


Proses mengubah rate digit dari sinyal digital secara terkontrol sehingga dapat sesuai dengan
rate digit yg diinginkan yg berbeda dari rate asalnya, tanpa kehilangan informasi asalnya.

Dikonversikan ke rate synchronous lebih tinggi dari rate tributari nominal cara ini
disebut sebagai positive justification

Dikonversikan ke rate synchronous lebih rendah dari rate tributari nominal cara ini
disebut sebagai negative justification

Dikonversikan ke rate synchronous pada rate tributari nominal cara ini disebut sebagai
positive zero negative justification

Positive Justification, adalah metoda justifikasi dimana timeslot digit yang digunakan untuk
membawa sinyal digital mempunyai rate digit yang selalu lebih tinggi dari rate digit sinyal
original. Biasanya dicapai dengan penempatan sejumlah tambahan digit timeslot tetap per
frame (bit justifikasi, JT) pd sinyal multiplex yg bisa digunakan utk membawa data atau
dummy sesuai dg rate digit relatif dari tributari dan sinyal multiplex. Perlu informasi yang
mengidentifikasikan apakah bit justifikasi berisi data atau dummy, informasi ini disimpan dlm
justification service digits, JS pada sinyal multiplex.
Negative Justification, adalah metoda justifikasi dimana timeslot digit yang digunakan untuk
membawa sinyal digital mempunyai rate digit yang selalu lebih rendah daripada rate digit dari
sinyal original. Digit-digit yang dibuang dibawa dengan cara terpisah.
Positive/Zero/Negative Justification, adalah metoda justifikasi dimana timeslot digit yang
digunakan untuk membawa sinyal digital mempunyai rate digit yang mungkin, lebih besar,
sama, atau lebih rendah daripada rate digit sinyal original. Tipe justifikasi ini dapat dilihat
sebagai kombinasi dari justifikasi positif dan negatif.
Dalam PDH tributari tributari mempunyai harga nominal yg sama tetapi dapat bervariasi
dalam range yg sudah dispesifikasikan. Digunakan justifikasi positif, karena sinyal multiplex
selalu lebih besar atau sama dengan aggregat seluruh tributari, maka kelebihan bit digunakan
untuk mengakomodir variasi dari tributari, yg disebut (justification bit, JT). Justification bit
dapat memuat data dari tributari atau dummy. Pada peralatan demultiplex bit justifikasi
(dummy) harus diekstrak (dibuang) sebelum sinyal tributari dapat direkonstruksi. Bit-bit yang
digunakan untuk indikasi justifikasi, disebut justification service bits (JS).
Informasi pada justification service bits (JS bit) sangat kritis karena jika salah
mengindikasikan isi dari justification bit maka sinyal output demultiplex dapat mempunyai
kelebihan atau kekurangan bit yang berakibat

kehilangan frame. Kode error biasanya

diterapkan utk justification service bits (JS), dimana satu service bit error tidak akan
menghasilkan keputusan justifikasi yang salah pada demultiplexer. Keputusan dibuat pada
48

BPKM Teknik Transmisi


demultiplexer mengenai apakah suatu justification bit memuat informasi tributari yg
diperlukan atau informasi dummy atas dasar kondisi mayoritas (1 atau 0) dari digit JS.

Gambar 3-14. Justifikasi pada orde 2.

Keterangan : TB = Tributari bit

Panjang frame = 100,38 s

JT = Bit justifikasi atau bit tributari

JS = Justification Service bit

Jumlah bit tributari/frame = 820 824

Bit rate = 8448 Kbps +/- 30 ppm

Ada 848 bit dalam satu frame, tiap frame berisi 1 justification bit untuk masing-masing dari 4
tributari. Karena justification service diulang 3 kali, frame dibagi kedalam empat subframe
212 bit. Frame alignment word terdiri dari 10 bit serta disediakan 2 bit service. Jumlah bit
data per frame (untuk 4 tributari) adalah antara 820 824. Rate sistem adalah 8448 Kbit/s
dengan toleransi 253 Hz (yaitu 30 ppm) dari clock frekuensi. Durasi frame kira-kira sebesar
0,1 mdet (gambar 3-14).
Sinyal sinkronisasi (Frame Alignment), pada sistem PDH ITU-T frame alignment digunakan
pada sistem orde 2 (8 Mbit/s), yaitu 10 bit (1111010000) pada blok I, berulang setiap 848 bit.
Sistem orde 3 (34 Mbit/s), yaitu 10 bit (1111010000) pada blok I dan berulang setiap 1536
bit. Sistem orde 4 (140 Mbit/s), yaitu 12 bit (111110100000) pada blok I dan berulang setiap
2928 bit.
Strategi frame alignment dilihat dari sinyal yang diterima dianggap out of alignment jika 4 FA
words berturutan tidak terdeksi atau error, FA recovery tidak dapat dikonfirmasi jika 3 FA
words berturutan tidak dapat dikenali pada interval durasi frame.

49

BPKM Teknik Transmisi

3.3.3. PDH Eropa Orde 3


PDH Orde 3 dibentuk dengan menggabungkan 4 buah PDH Orde 2 sebagai masukan
tributary. Pada highway aliran data dikelompokkan pada frame frame, yang masing-masing
frame orde tiga berisi 1536 bit. Justification service diulangi 3 kali dan karenanya ada 4
subframe masing-masing dengan 384 bit. Frame alignment word terdiri dari 10 bit, serta
disediakan 2 bit service bit. Tiap frame berisi 1 justification bit untuk masing-masing dari 4
tributari. Tiap frame karenanya berisi 1508 1512 bit-bit data. Rate sistem adalah 34368
Kbit/s, dengan toleransi clock 687 Hz (yaitu 20 ppm). Durasi kira-kira dari tiap frame adalah
0,045 mdet (gambar 3-15).

Gambar 3-15. Susunan Frame Orde 3

3.3.4. PDH Eropa Orde 4


PDH Eropa Orde 4 dibentuk dengan menggabungkan 4 buah PDH Orde 3 sebagai masukan
tributary. Pada highway mempunyai bitrate 139.264 Mbps, serta dikelompokkan pada frame
frame yang masing-masing frame orde ke-4 berisi 2928 bit. Karena justification service
diulang 5 kali, maka ada 6 subframe, masing-masing dengan 488 bit. Frame alignment word
berisi 12 bit serta disediakan 4 bit-bit service. Tiap frame berisi 1 justification bit untuk
masing-masing dari 4 tributari. Tiap frame berisi 2888 2892 bit-bit data. Rate dari sistem
adalah 139264 Kbit/s, dengan toleransi 2089 Hz (yaitu 15 ppm). Durasi kira-kira dari frame
adalah 0,02 mdet (gambar 3-16).

50

BPKM Teknik Transmisi

Gambar 3-16. Susunan Frame Orde 4.


3.3.5. Contoh Aplikasi PDH
Contoh aplikasi PDH diperlihatkan pada gambar 3-17, gambar 3-18, gambar 3-19 dan gambar
3-20.

Gambar 3-17. Radio PDH E3

Gambar 3-18. Transmisi PDH E3 melalui media fiber optik


51

BPKM Teknik Transmisi

Gambar 3-19. PDH E1 untuk transmisi BTS

Gambar 3-20. PDH E1 untuk transmisi PBX

3.4. Contoh soal


1.

Jelaskan mengapa PDH Eropa pada level 1 tidak dapat digabung dengan PDH
Amerika level 1. Bagaimana cara menggabung sinyal informasinya ?
Penyelesaian :
Persyaratan untuk bisa digabung adalah harus terdapat kesamaan bitrate, kesamaan
susunan frame dan kesamaan isi frame.
Sedangkan PDH Eropa dengan PDH Amerika tidak terdapat kesamaan Bitrate maupun
susunan frame serta isi frame.

52

BPKM Teknik Transmisi


Untuk dapat menggabung informasi yang dimiliki masing masing harus diturunkan
sampai ke bitrate 64 kbps baru kemudian dimultiplex lagi sesuai standar masing
masing.
2.

Contoh amplitudo sinyal PAM sebesar 0,714 akan menghasilkan nilai N sebesar 6,272
harga ini menunjukkan nilai interval 6, sedang nilai 0,272 menunjukkan posisi
amplitudo PAM di interval 6 kurang lebih 27,2 %.

3.5. Rangkuman
Ada 3 konsep hirarkhy multiplexing ini, yaitu yang dikembangkan Eropa dikenal dengan
sebutan PCM-30, yang dikembangkan Amerika utara dan Jepang disebut PCM-24. Karena
ketiganya merupakan jenis transmisi asinkron maka disebut PDH Eropa dengan European
Carrier (E1 s/d E4), PDH Amerika dengan Teresterial arrier (T1 s/d T4) dan PDH Jepang
dengan Japan-Carrier (J1 s/d J4). Ketiga konsep Plesiochronous Digital Hierarkhy (PDH) ini
pada dasarnya berbeda, karena adanya perbedaan bitrate highway dengan jumlah kanal
tributary sebagai masukan untuk level berikutnya berbeda beda. Misalnya level 2 PDH Eropa
maupun Amerika maupun Jepang dibentuk dari 4 kali bitrate inputnya (Tributary E1, T1, J1),
sedangkan pada level ke 3 PDH Eropa dibentuk dari 4 kali bitrate E2, Amerika dibentuk dari
7 kali bitrate T2 dan Jepang dibentuk dari 5 kali bitrate J2. Seperti terlihat pada gambar 3-21
berikut.

Gambar 3-21. Perbandingan PDH Eropa, Amerika dan Jepang.


Pembentukan hierarkhy PDH Eropa diperlihatkan dalam gambar 3-22 berikut.
53

BPKM Teknik Transmisi

Gambar 3-22. Hierarkhy PDH Eropa

3.6. Latihan
1.

Jelaskan mengapa bitrate highway E2 lebih besar dari 4 x bitrate E1.

2.

Jelaskan mengapa susunan multiframe dalam E1 diperlukan jumlah frame sebanyak


16 frame ?

3.

Berapa jumlah sinyal FAS per detik dalam E1.

4.

Berapa jumlah sinyal MAS per detik dalam E1.

5.

Berapa lama waktu dalam satu multiframe ?

6.

Berapa kecepatan data (bitrate) dalam susunan multiframe ?

7.

Hitung jumlah kanal dalam E2, E3 dan E4, jelaskan.

54

Anda mungkin juga menyukai