Anda di halaman 1dari 4

Refleksi Diri

Nama : Deri Wilasa


NPM : 1306489110
Kelas : A Ekstensi 2013
MA : Promosi Kesehatan
Sebelum mengikuti pendidikan D3 keperawatan saya belum mengetahui
secara teori tentang promosi kesehatan. Menurut pandangan saya dulu promosi
kesehatan berupa informasi tentang kesehatan yang biasa disampaikan seorang
tenaga kesehatan baik itu dokter, perawat, ahli gizi, dll yang biasa muncul di
media cetak ataupun elektronik serta poster poster dan spanduk yang biasa saya
temukan di jalan. Setelah saya menyelesaikan pendidikan D3 yang saya ketahui
tentang promosi kesehatan khususnya edukasi kesehatan kepada masyarakat
(pasien, keluarga, masyarakat) berupa sebuah pengalaman belajar yang
direncanakan yang menggunakan kombinasi dari metoda metoda seperti
pembelajaran, konseling, dan teknik memodifikasi perilaku yang mempengaruhi
pengetahuan dan perilaku hidup sehat (Barleft, dalam Potter dan Perry, 2005).
Pada intinya bertujuan untuk mengubah perilaku menjadi lebih sehat serta
mempertahankan bahkan meningkatkan status kesehatan seseorang.
Dalam penerapan ilmu promosi kesehatan di dunia perkerjaan setelah saya
menyelesaikan pendidikan D3, banyak pengalaman pengalaman yang saya
dapatkan. Apalagi dari awal saya bekerja hingga sekarang saya ditempatkan di
puskesmas yang notabenya lebih banyak berinteraksi langsung dengan masyarakat
sehingga program promosi kesehatan (edukasi kesehatan kepada klien) terus
berlangsung. Selama bekerja saya mencoba menerapkan ilmu promosi kesehatan
edukasi kesehatan kepada klien. Antara lain, saya bersama rekan sejawat
memberikan edukasi kesehatan di pelayanan dalam gedung serta diluar gedung
puskesmas.
Pemberian edukasi kesehatan didalam gedung biasa nya saya dan teman
sejawat lakukan secara langsung ketika klien menanyakan informasi tentang
kesehatannya. Beberapa klien menanyakan informasi tentang penyakit Diabetes

Melitus (DM), Kolesterol, Asam Urat, Tuberculosis Paru, Diare, DBD, Ispa, dan
lainnya. Kaitannya edukasi yang kami berikan ini dengan discharge planning, dari
awal klien datang ke puskesmas hingga pulang. Sehingga klien dapat lebih
mandiri dirumah dalam penanganan masalah kesehatannya. (Kozier, 2004)
Setelah saya serta teman sejawat memberikan edukasi kesehatan kepada
klien didalam gedung banyak diantara klien dapat mencegah kambuhnya
penyakit, memulihkan kesehatannya. Ini dibuktikan dengan klien yang mengalami
penyakit DM, kolesterol, asam urat datang setiap 2 minggu sekali/satu bulan
sekali untuk sekedar mengontrol kadar normal dari DM, kolesterol serta asam
urat. Banyak diantara klien yang dapat mengontrol pola makan setelah diberikan
edukasi kesehatan. Selain itu klien dengan masalah kesehatan tuberculosis paru
(TB paru) rutin tiap bulan datang mengambil obat yang biasa didampingi
keluarga. Hal ini menunjukkan manfaat serta tujuan dari edukasi kesehatan
(Craven dalam Kozier, 2004) yaitu :
-

Meningkatkan kesejahteraan

Mencegah penyakit

Memulihkan kesehatan & fungsi jika terjadi penyakit

Membantu pasien & keluarga beradaptasi terhadap perubahan

Selain itu kami memberikan edukasi kesehatan ke komunitas serta sekolah.


Disekolah sertiap tahun kami melakukan screnning untuk yang di lakukan tim
UKS puskesmas, dikomunitas kami memberikan edukasi tentang masalah
kesehatan terkini yang sedang dihadapi masyarakat khususnya di wilayah
puskesmas. Seperti yang sudah saya berikan bersama teman sejawat edukasi
kesehatan mengenai DBD, Malaria, PHBS, serta TB paru dengan langsung ke
desa-desa wilayah puskesmas kami.
Tantangan dalam pemberian edukasi kesehatan kepada masyarakat dapat
kami rasakan ketika motivasi individu/kelompok untuk mengubah perilaku hidup
sehatnya kurang termotivasi. Sehingga kami perlu melakukan pendekatan kepada
kepala desa untuk dapat memotivasi individu tersebut, kami melakukan
kunjungan ke rumah individu yang sakit (penderita TB paru, DBD, Diare, balita
gizi kurang, stroke) sebagai motivator dimasyarakat agar tetangga mereka mau

serta ikut termotivasi untuk mencegah munculnya masalah kesehatan. Hal ini
terkait tindakan prevensi yang kami lakukan.
-

Prevensi primer : upaya melindungi kesehatan. Klien DM, kolesterol,


asam urat di puskesmas dapat menerapkan pola diit seimbang. Kontrol
kadar gula, kolesterol ke puskesmas tiap bulan.

Prevensi sekunder : Deteksi dini & pengobatan. Tiap tahun puskesmas


kami melakukan screnning ke sekolah, adanya kesadaran klien untuk
datang ke puskesmas mengambil obat OAT TB paru, atau sekedar untuk
mengetahui kadar gulanya.

Prevensi tersier : Optimalkan fungsi serta rehabilitasi. Klien stroke dengan


keluarganya yang datang untuk mengetahui cara penanganan dirumah.

Leavell & Clark (1965 didalam Ayers., Bruno. & Langford, 1999)
Setelah saya dan teman sejawat memberikan edukasi kesehatan ke seluruh desa
wilayah puskesmas. Beberapa angka kejadian DBD, malaria, TB paru, diare dapat
diturunkan. Dengan adanya kesadaran dari pihak desa untuk selalu mengingatkan
warganya tentang masalah kesehatan. Walaupun, ada sebagian desa yang masih
kurang motivasinya, sehingga menjadi tugas bagi saya serta teman sejawat untuk
terus melakukan tindakan edukasi kesehatan. Memang tidak mudah merubah
perilaku seorang individu serta kelompok karena hal ini terkait kebiasaan serta
budaya desa tersebut. Dibutuhkan kesabaran, pendekatan yang lebih untuk dapat
terus mempertahankan status kesehatan serta meningkatkan status kesehatan
masyarakat di wilayah puskesmas kami.
Setelah saya mendapatkan lagi ilmu tentang promosi kesehatan mengenai
eduaksi kesehatan klien. Saya mendapatkan lagi penyegaran ilmu promosi
kesehatan ini. Ternyata dibutuhkan pengkajian lebih mendalam agar edukasi
kesehatan kepada klien (individu, keluarga, masyarakat) dapat mencapai hasil
yang optimal sesuai dengan yang diharapkan. Dalam penerapannya juga harus
memperhatikan domain belajar (kognitif, afektif, serta psikomotor), aspek
kesiapan belajar (Individu, keluarga, komunitas), pertimbangan budaya di desa
wilayah puskesmas kami, metode yang tepat dalam pemberian edukasi kesehatan,
dan yang paling penting motivasi belajar klien. Serta harus dilakukan evaluasi

dalam proses pemberian promosi kesehatan edukasi kesehatan klien. (Rankin &
Stallings, 2001)
Setelah pembelajaran promosi kesehatan ini saya akan berusaha
menerapkan kembali ilmu edukasi kesehatan klien dalam aktifitas pekerjaan
dengan melibatkan teman sejawat. Dibutuhkan dukungan motivasi dari tim
kesehatan lainnya agat pemberian promosi kesehatan edukasi kesehatan klien ini
dapat lebih optimal lagi. Sehingga motivasi masyarakat untuk meningkatkan
status kesehatan dapat lebih meningkat

Anda mungkin juga menyukai