Melitus (DM), Kolesterol, Asam Urat, Tuberculosis Paru, Diare, DBD, Ispa, dan
lainnya. Kaitannya edukasi yang kami berikan ini dengan discharge planning, dari
awal klien datang ke puskesmas hingga pulang. Sehingga klien dapat lebih
mandiri dirumah dalam penanganan masalah kesehatannya. (Kozier, 2004)
Setelah saya serta teman sejawat memberikan edukasi kesehatan kepada
klien didalam gedung banyak diantara klien dapat mencegah kambuhnya
penyakit, memulihkan kesehatannya. Ini dibuktikan dengan klien yang mengalami
penyakit DM, kolesterol, asam urat datang setiap 2 minggu sekali/satu bulan
sekali untuk sekedar mengontrol kadar normal dari DM, kolesterol serta asam
urat. Banyak diantara klien yang dapat mengontrol pola makan setelah diberikan
edukasi kesehatan. Selain itu klien dengan masalah kesehatan tuberculosis paru
(TB paru) rutin tiap bulan datang mengambil obat yang biasa didampingi
keluarga. Hal ini menunjukkan manfaat serta tujuan dari edukasi kesehatan
(Craven dalam Kozier, 2004) yaitu :
-
Meningkatkan kesejahteraan
Mencegah penyakit
serta ikut termotivasi untuk mencegah munculnya masalah kesehatan. Hal ini
terkait tindakan prevensi yang kami lakukan.
-
Leavell & Clark (1965 didalam Ayers., Bruno. & Langford, 1999)
Setelah saya dan teman sejawat memberikan edukasi kesehatan ke seluruh desa
wilayah puskesmas. Beberapa angka kejadian DBD, malaria, TB paru, diare dapat
diturunkan. Dengan adanya kesadaran dari pihak desa untuk selalu mengingatkan
warganya tentang masalah kesehatan. Walaupun, ada sebagian desa yang masih
kurang motivasinya, sehingga menjadi tugas bagi saya serta teman sejawat untuk
terus melakukan tindakan edukasi kesehatan. Memang tidak mudah merubah
perilaku seorang individu serta kelompok karena hal ini terkait kebiasaan serta
budaya desa tersebut. Dibutuhkan kesabaran, pendekatan yang lebih untuk dapat
terus mempertahankan status kesehatan serta meningkatkan status kesehatan
masyarakat di wilayah puskesmas kami.
Setelah saya mendapatkan lagi ilmu tentang promosi kesehatan mengenai
eduaksi kesehatan klien. Saya mendapatkan lagi penyegaran ilmu promosi
kesehatan ini. Ternyata dibutuhkan pengkajian lebih mendalam agar edukasi
kesehatan kepada klien (individu, keluarga, masyarakat) dapat mencapai hasil
yang optimal sesuai dengan yang diharapkan. Dalam penerapannya juga harus
memperhatikan domain belajar (kognitif, afektif, serta psikomotor), aspek
kesiapan belajar (Individu, keluarga, komunitas), pertimbangan budaya di desa
wilayah puskesmas kami, metode yang tepat dalam pemberian edukasi kesehatan,
dan yang paling penting motivasi belajar klien. Serta harus dilakukan evaluasi
dalam proses pemberian promosi kesehatan edukasi kesehatan klien. (Rankin &
Stallings, 2001)
Setelah pembelajaran promosi kesehatan ini saya akan berusaha
menerapkan kembali ilmu edukasi kesehatan klien dalam aktifitas pekerjaan
dengan melibatkan teman sejawat. Dibutuhkan dukungan motivasi dari tim
kesehatan lainnya agat pemberian promosi kesehatan edukasi kesehatan klien ini
dapat lebih optimal lagi. Sehingga motivasi masyarakat untuk meningkatkan
status kesehatan dapat lebih meningkat