BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Fenomena mengenai keselamatan transportasi tidak lagi
menjadi masalah nasional tetapi masalah global dan sosial
masyarakat. Sesungguhnya persentase terbesar kerugian dan
kehilangan nyawa dalam kecelakaan disebabkan oleh kecelakaan
jalan raya. Terutama ketika pengendara melaju dengan kecepatan
tinggi pada saat jalan padat. Kecelakaan lalu lintas jalan raya dapat
disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya disebabkan karna
kelalaian pengendara. Sehingga, hal ini dapat menimbulkan
kecelakaan yang tidak diharapkan.
Global Road Safety (2003), dalam Direktorat Jenderal
Hubungan Darat (Ditjen Hubdat) (2006), menyatakan bahwa
Indonesia merupakan Negara yang menduduki peringkat pertama
dalam jumlah korban meninggal akibat kecelakaan lalu lintas di
tingkat ASEAN. Selain itu, WHO (2006), dalam Direktorat Jenderal
Hubungan Darat (Ditjen Hubdat) (2006), menyatakan bahwa 85%
dari 1,5 juta jiwa meninggal disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas.
Beberapa penelitian, seperti penelitian Treat et al (1977) dan
Austroad (2002), yang bertujuan untuk mengetahui penyebab
kecelakaan mulai diungkapkan kembali oleh Mulyono (2008). Kedua
penelitian tersebut difokuskan pada 3 (tiga) penyebab utama
terjadinya kecelakaan, yaitu: (1) manusia; (2) kendaraan; (3) jalan
dan lingkungan. Disebutkan bahwa interaksi antara manusia dan
infrastruktur jalan memiliki persentase berturut-turut sebesar
34,8% dan 24%.
Penelitian yang ada menunjukkan bahwa faktor jalan dan
lingkungan belum menjadi fokus studi untuk mengurangi tingkat
fatalitas (angka kematian). Sementara itu, studi analisis kecelakaan
yang
berbasis
lapangan
menunjukkan
bahwa
kesalahan
pengendara roda dua lebih banyak terjadi pada lokasi tertentu. Oleh
karena itu, kami mencoba untuk membuat helm cerdas yang
memiliki kelebihan dibandingkan dengan helm biasa. Dimana helm
cerdas dapat mendeteksi kendaraan lain pada jarak tertentu,
sehingga selain berfungsi untuk melindungi kepala dari benturan
juga dapat menghindarkan kita dari resiko kecelakaan.
BAB II
STUDI PUSTAKA
2.1 Komponen Elektronika
2.1.1 Mikrokontroler ATMega8535
Mikrokontroler merupakan sebuah sistem komputer yang
seluruh atau sebagian besar elemennya dikemas dalam satu keping
IC (integrated circuits) sehingga sering disebut mikrokomputer cip
tunggal. Lebih lanjut, mikrokontroler merupakan sistem komputer
yang mempunyai satu atau beberapa tugas yang sangat spesifik,
berbeda dengan personal computer (PC) yang memiliki beberapa
fungsi. Mikrokontroler dapat diumpamakan sebagai bentuk
minimum dari sebuah mikrokomputer. Ada perangkat keras dan
perangkat lunaknya, juga ada memorinya, CPU, dan lain
sebagainya, yang terpadu dalam satu cip IC. Mikrokontroler
merupakan salah satu pilihan untuk memenuhi kebutuhan alat
kontrol yang fleksibel dan portable, serta dapat diprogram ulang
(programmable). Dalam perkembangannya, mikrokontroler telah
mengambil peran penting dalam dunia sistem elektronika, terutama
dalam aplikasi elektronika konsumen. Berbeda dengan CPU
serbaguna, mikrokontroler tidak selalu memerlukan memori
eksternal sehingga mikrokontroler dapat dibuat dengan biaya yang
lebih murah dalam kemasan yang lebih kecil dengan jumlah dengan
jumlah pin yang lebih sedikit. Mikrokontroler sebagai sebuah one
chip solution pada dasarnya adalah rangkaian terintregrasi
(Integrated Circuit-IC) yang telah mengandung secara lengkap
berbagai komponen pembentuk sebuah komputer. Berbeda dengan
penggunaan mikroprosesor yang masih memerlukan komponen luar
kirim terhadap pulsa yang diterima, maka jarak yang diukur dapat
dikalkulasikan. PING))) Parallax memiliki presesi pengukuran tanpa
kontak dengan titik ukur dari 3 centimeter (1,2 inci) hingga 3 meter
(3,3 yard). Sensor ultrasonik PING))) mendeteksi objek dengan
mengirimkan pulsa-pulsa pendek ultrasonik dan kemudian
menunggu gelombang pantulan (echo). Sensor ini membutuhkan
pulsa penyulut (trigger pulse) dengan mengantarmukakan peranti
pengendali (microcontroller) sehingga pengiriman gelombang
ultrasonik 40 kHz pendek oleh sensor akan menunggu instruksi dari
pengendali. Gelombang ultrasonik merambat di udara dengan
kecepatan 1.130 kaki per detik ( 340 meter/sekon), yang akan
membentur objek terukur dan memantulkannya kembali menuju
sensor. Sensor ultrasonik PING))) mengeluarkan pulsa keluaran
kepada pengendali (host) yang akan menentukan saat pantulan
terdeteksi. Lebar pulsa pada durasi pengiriman hingga pantulan
terdeteksi berhubungan dengan jarak yang terukur.
BAB III
METODE PELAKSANAAN
Pembuatan Alat
Pengujian di Lapangan
Ran
Mikrokontrole
gkai
r ATMEGA
an
8535
Rela
Keypad
Speak
er /
sirine
10
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1 Anggaran Biaya
No Jenis Pengeluaran
1.
Peralatan Penunjang
2.
Bahan Habis Pakai
3.
Transportasi
4.
Publikasi/Seminar
JUMLAH
Biaya (Rp)
Rp 3.600.000
Rp 4.785.000
Rp 1.100.000
Rp 1.740.000
Rp 11.225.000
Jenis Kegiatan
Pembuatan desain
rancangan
Persiapan alat dan
komponen
Pembuatan alat
Pengujian di lapangan
Waktu Kegiatan
Bulan
Bulan
Bulan
Bulan
ke-1
ke-2
ke-3
ke-4
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
11
DAFTAR PUSTAKA
Frieyadie. 2006. Panduan Pemograman C++. Yogyakarta: Andi
Offset.
Setiawan, Afrie. 2011. Mikrokontroler ATMEGA 8535 dan ATEMEGA
16
Menggunakan BASCOM-AVR. Yogyakarta: Andi Offset.
Suyadhi, Taufiq Dwi Septian. 2010. Buku Pintar Robotika. Yogyakarta: Andi Offset.
Syahrul. 2014. Pemograman Mikrokontroler AVR Bahasa Assembly
dan C.
Bandung: Informatika Bandung.