Anda di halaman 1dari 8

TENTIR V MODUL METABOLIK & ENDOKRIN

2009
DIVISI TENTIR 2007
NICHI-AGHIS-ANISA PN-GANDA-VENITA-NAFISAH-CHRISTOPHER-IRA-ANDYBILA-FITRI-DEVI

Pemeriksaan Laboratorium DIABETES Melitus


PEMERIKSAAN LABORATORIUM UNTUK DIABETES
MELLITUS
Diabetes mellitus : penyakit yang terjadi karena defisiensi
insulin absolut atau relatif.
Insulin dibutuhkan oleh jaringan otot dan adiposa untuk
memasukkan glukosa ke dalam kedua sel tersebut.
Hati sendiri tidak membutuhkan insulin untuk memasukkan
glukosa ke dalam sel-sel nya, namun insulin dibutuhkan di hati
untuk perubahan glukosa menjadi glikogen.
Jika tubuh kekurangan insulin, akan muncul gejala klinik
diabetes mellitus yang khas, yaitu 3P : polidipsi, poliuria, dan
polifagia
POLIURIA terjadi karena kelebihan glukosa di darah akan
dibuang melalui ginjal. Keluarnya glukosa melalui ginjal akan
membuat air semakin banyak dikeluarkan (diuresis osmotik)
darah akan memberikan sinyal kepada sistem saraf pusat
bahwa tubuh kita dehidrasi haus polidipsi (banyak minum).
Sementara itu, POLIFAGIA terjadi karena tubuh selalu merasa
kekurangan energi SSP lapar makan
KLASIFIKASI DIABETES MELLITUS
1. DM tipe 1 atau biasa disebut IDDM, terjadi karena destruksi sel
defisiensi insulin absolut. Bisa terjadi karena faktor imun
atau idiopatik
2. DM tipe 2 atau NIDDM , karena terjadi resistensi insulin.
3. Tipe lainnya, seperi MODY, defek genetik pada aksi insulin,
diabetes yang terjadi karena eksokrin pankreas, endokrinopati,
atau diabetes yang diinduksi obat-obatan, serta karena infeksi,
dll
Ingat juga terdapat DM gestasional yaitu gejala DM yang muncul
pada saat kehamilan

OBAT-OBATAN yang dapat menyebabkan DIABETES


1. vacor, pentamidine, asam nikotinat
2. Glukokortikoid, hormon tiroid
3. Tiazida, dilantin, alfa interferon
IDDM
Lebih sering menyebabkan ketoasidosis dan koma, karena
penderita benar-benar membutuhkan insulin
Bisa terjadi pada anak-anak, dan remaja. Maka itu sering
disebut juvenile diabetes.
Terdapat hubungan genetik dengan HLA tipe DR3 dan DR4
Penyakit ini juga dapat diinduksi adanya infeksi virus yang
menghancurkan sel pankreas hingga 90% sehingga terjadi
defisiensi insulin yang absolut.
Pasien dapat mengalami remisi setelah mendapatkan terapi
insulin.
Komplikasi IDDM lebih buruk dan nyata (dibandingkan NIDDM),
seperti kebutaan, penyakit jantung, penyakit renal, dan
amputasi karena gangrene

NIDDM
Penyakit ini lebih bersifat multifaktorial, bisa merupakan
kombinasi faktor genetik dan lingkungan
Biasanya terjadi pada orang yang berusia di atas 40 tahun
Patogenesis penyakit ini dapat terjadi karena
o Penurunan sekresi insulin
o Resistensi insulin yang terjadi karena berkurangnya
reseptor insulin di periifer
o Insulin normal, namun tidak ada respon sel terhadap
insulin
o Insulin yang dihasilkan abnormal strukturnya karena
mutasi
GANGGUAN TOLERANSI GLUKOSA
Gangguan toleransi glukosa atau Impaired Glucose
Tolerance (IGT) menandakan kondisi intermediate antara
normal dan DM.
Orang yang memiliki IGT memiliki angka FASTING GLUCOSE
(gula darah puasa atau FG) 110-125 atau POST PRANDIAL
GLUCOSE (gula darah setelah makan, PPG) 140-199 mg/dL

Sebagian besar pasien dengan IGT akan menjadi DM di


kemudian hari
Perubahan menjadi DM ini akan makin jelas pada orang tua,
obese dan setelah mengkonsumsi obat tertentu
DIAGNOSTIK KRITERIA UNTUK DM (lebih jelas kalau sambil
liat slide)
Pertama, cek pada anamnesis apakah pasien memiliki gejala
atau tidak (3p), jika :
Ada gejala cek FG dan PPG. Jika FG > 126 ATAU PPG > 200.
maka pasien positif DM. Hanya butuh salah satu dari PPG atau
FG yang nggak normal
Jika pada pasien bergejala ini FG dan PPg nya normal, maka
ulang pemeriksaannya FG dan PPG nya. Jika ternyata hasilnya
FG >126 atau PPG >200, maka ia DM. KALAU tetap normal,
lakukan pemeriksaan Oral Glucose Tolerance Test. Jika hasil tes
OGTT di atas 200, maka pasien DM. Namun jika gula darah
pasien hanya 140-199 maka pasien memiliki IGT. Angka di
bwah 140 normal.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tes urin.
Yang bisa dites pada urin adalah ada tidaknya glukosa urin,
albumin, benda keton, dan sedimen
Pada urin juga bisa dites mikroalbumin yaitu pengecekan
adanya albumin dengan metode yang lebih sensitif sehingga
dapat mengukur albumin dengan kadar yang lebih rendah
Jika hasil tes mikroalbumin positif, berarti pasien mengalami
diabetes nefrotik insipien. Jenis inisipen ini kemungkinan
akan menghasilkan hasil tes negatif jika dilakukan
menggunakan test strip (karena lebih rendahnya sensitivitas
tes strip)
Sementara itu, jika pasien mengalami diabetes nefrotik klinik,
maka hasil test strip untuk albumin nya akan menandakan
hasil POSITIF. Apalagi tes mikroalbuminnya.
Diabetes nefrotik insipien masih bersifat reversibel, sementara
diabetes nefrotik klinis bersifat irreversibel.
KURVA GLUKOSA HARIAN.
Merupakan tes kadar glukosa yang dilakukan pada keadaan
puasa jam 11 pagi dan 4 sore.

Memberikan angka yang kasar mengenai keadaan metabolik


pasien.
Penting dilakukan pada pasien yang akan menjalani operasi.
Hasil kurva glukosa harian yang buruk akan menyebabkan
kadar glukosa selama operasi harus dipertahankan secara
ketat.
HbA1c dan Fructosamine
Glikosilasi non enzimatik setelah translasi protein dipengaruhi
langsung oleh kadar gluksa darah. Reaksi glikosilasi
berlangsung lebih mudah dengan kadar glukosa yang tinggi
(hiperglikemia)
Pada pasien DM, terjadi hiperglikemia kronik, sehingga protein
yang diglikosilasi akan meningkat, dan kadar HbA1c dan
Fructosamine akan meningkat
HbA1C adalah hemoglobin yang terglikosilasi, sedangkan
fruktosamin adalah protein yang terglikosilasi.
Fructosamine menandakan kadar glukosa darah pada 2-4
minggu terakhir. Nilai normalnya yakni <285 mmol/L
Sementara HbA1c menandakan glukosa darah 6-8 minggu
terakhir.Nilai normal yakni 4.4-6% dri Hb total. Namun tes ini
tidak dapat dipakai pada pasien anemia hemolitikus akibat
banyaknya sel darah merah yang pecah sehingga
menyebabkan hasil rendah palsu (hemoglobin yang
terglikosilasi tak terukur karena sudah lisis).
Terkadang hasil FG dan PPG pasien normal, namun HbA1c nya
tinggi. Ini berarti pada beberapa minggu terakhir, pasien
makan tidak dijaga (glukosa nya banyak), namun karena akan
dites lab, ia diet sehari sebelum dites laboratorium.
Namun, terkadang FG dan PPG pasien tinggi, sementara HbA1c
nya normal. Ini berarti pada beberapa minggu terakhir pasien
mampu menjaga pola makan antidiabetik dengan baik, namun
satu hari sebelum tes "kelepasan" makan, sehingga gula
darahnya naik. Kondisi ini lebih baik daripada kondisi yang
sebelumnya, karena kontrol glukosa masih baik
WALAUPUN PENTING untuk diperiksa, FRUCTOSAMINE DAN
HbA1c tidak dapat menggantikan pemeriksaan kadar gula
darah.
TES TOLERANSI GLUKOSA

CARA : 3 hari sebelum pemeriksaan, pasien tidak boleh diet.


Namun harus datang ke laboratorium dalam keadaan puasa 8
jam untuk diperiksa kadar gula darahnya. Pasien diberikan
minuman yang mengandung 75 gram glukosadiambil darah
pada satu jam dan dua jam setelahnya.
Namun banyak pasien protes diambil darah melulu
modifikasi gula darah diperiksa pada keadaan puasa dan 2
jam setelah pemberian 75 gram glukosa.
TES LABORATORIUM UNTUK MEMERIKSA KOMPLIKASI
DIABETES MELLITUS
Terdapat dua komplikasi DM, YAITU yang bersifat akut, dan
kronik

KOMPLIKASI AKUT biasanya dalam bentuk koma


KOMA yang terjadi dapat berupa koma hiperglikemia dan
hipoglikemia
Jika ada pasien koma dan memiliki sejarah DM, maka cek gula
darahnya. Jika rendah, berarti pasien mengalami koma
hipoglikemia. Kemungkinan karena terapi insulin berlebihan.
Terapinya mudah berikan glukosa
Namun, jika pasien memiliki glukosa darah tinggi, berarti
terjadi KOMA HIPERGLIKEMIK
Terdapat 3 jenis koma hiperglikemik
Diabetic ketoacidosis (DKA)
Hiperosmolar hyperglycemic state (HHS)
Lactic acidosis

1. DIABETIC KETOACIDOSIS
Terjadi jika glukosa darah 400-700 mg/dL
Terjadi penurunan GFR dan peningkatan urea di ginjal
Peningkatan urea terjadi karena aktifnya jalur metabolik
pemecahan protein (untuk glukoneogenesis) dan menghasilkan
banyak urea yang dikeluarkan lewat urin.
Yang khas pada DKA adalah meningkatnya kadar K+ di urin.
Mengapa ini bisa terjadi?
o PADA keadaan asidosis, akan terdapat banyak ion H di
darah ion H masuk ke intraselular tukeran dengan ion
K intraselular K+ keluar dari sel ion K darah akan
menjadi tinggi dikeluarkan lewat urin ion K urin juga
tinggi.

o Setelah terapi, kadar ion K di urin akan turun, namun di

darah juga akan turun karena ion K akan kembali masuk ke


intraselularperlu terapi pengganti/resusitasi kalium
plasma.
2. NON KETOTIC HIPEROSMOLAR atau hiperosmolar
hyperglycemic state (HHS)
Masih belum jelas mengapa beberapa pasien dapat mengalami
kondisi HHS dan mengapa sebagian mengalami DKA (menurut
dosen, tapi menurut buku Robins Cotran, DKA banyak pada DM
tipe I akibat tidak adanya hambatan insulin terhadap sekresi
glukagon (sebagai hormon glukoneogenesis), sedangkan HHS
banyak pada DM tipe II akibat hambatan sekresi glukagon
akibat hiperinsulinemia).
HHS terjadi karena pasien DM yang tidak diterapi mengalami
diuresis osmotik berlebihanhiperosmolaritas (terutama bila
pasien kurang minum atau
dehidrasihipotensiconfusionstuporkoma)
Beberapa pasien bahkan mengalami koma tanpa adanya
ketosis.
Terapi yang diberikan pada pasien pasien tersebut adalah
dengan tujuan menjaga keseimbangan cairan tubuh, diberikan
terapi insulin, dan pemberian ion K untuk mengembalikan K ke
dalam sel. ( ion K plasma turun, karena K ekstrasel masuk ke
intrasel)
3. LACTIC ACIDOSIS
Disebabkan karena kelebihan glikolisis laktat
Patogenesis : akumulasi laktat dapat disebabkan peningkatan
produksi karena meningkatnya glikolisis anaerob atau karena
penurunan penggunaan laktat, yaitu karena gangguan
glukoneogenesis jalur TCA
Lactic acidosis dapat disebabkan DM dan hipoksia setelah
serangan jantung
Dikatakan terjadi lactic acidosis jika kadar laktat plasma di atas
20 mg/dL.

TES -TES Yang DILAKUKAN UNTUK MENILAI KOMPLIKASI


DM
Glukosa darah
Gas darah arterial (pH, HCO3-)

Elektrolit (anion gap)


Keton darah dan urin
Laktat
Osmolaritas
TES PRE ANALITIKAL
Dilakukan untuk menilai keadaan apakah yang sebenarnya
dilami pasien
Benda keton : sample dari urin yang SEGAR
Laktat : dari vena statis (jangan dibendung, nanti kadar laktat
jadi tinggi)
Elektrolit
TES GAS DARAH
Pasien harus dalam keadaan relax
Jika pasien telah diberikan oksigen, sampel diambil 20 menit
setelah perubahan ventilasi
Udara di spuit harus dibuang agar tidak mempengaruhi hasil
Jika sampel diambil dari darah arteri, hangatkan daerah kapiler
40-50 derajat Celcius SELAMA 10 MENIT
TES KETON - udah ngerti lah yaaa..

KOMA HIPOGLIKEMIA KARENA OVERDOSIS OBAT


Terjadi jika glukosa darah kurang dari 40 mg/dL dan glukosa
plasma kurang dari 45 mg/dL.
Gejala : pusing, soporo / koma, keringat, dan takikardia, yang
disebabkan peningkatan adrenalin
Ingat bahwa koma hipoglikemia lebih cepat menyebabkan
kematian daripada koma hiperglikemia
Sering terjadi karena overdosis insulin pada pasien DM
KOMPLIKASI KRONIK DARI DIABETES MELLITUS
Komplikasi vaskular , ada hyang makroangiopati dan
mikroangiopati
Komplikasi makroangiopati :
o PJK
o Penyakit serebrovaskular (stroke)
o Penyakit perifer vaskular
Komplikasi mikroangipati
o
Nefropati

Retinopati
Neuropati
Komplikasi non vaskular : disfungsi seksual dan perubahan
kulit
o
o

DISLIPIDEMIA PADA DM
Trigliserida dapat meningkat.
LDL kolesterol naik
HDL kolesterol turun, terutama pada DM tipe 2
DIABETIC NEPHROPATHY
Terjadi karena hiperglikemia berkepanjangan, serta faktor
genetik, metabolik, dan lingkungan. Keempat hal tersebut
dapat menyebabkan komplikasi mikrovaskular. Namun
mekanismenya masih belum jelas
Nefropati terjadi pada 20-40% pasien DM tipe 1, terutama yag
mengalami DM sebelum pubertas dan memiliki kecenderungan
hipertensi.
Pada pasien DM tipe 2, nefropati terjadi pada 5-10% pasien
NEFROPATI DIABETES (MOGENSON)
Stadium
1

Hipertrofi renal

Stadium
2

Asimptomatik

Stadium
3

Nefropati diabetik insipien

Stadium
4

Nefropati diabetik klinis

GFR naik

GFr naik

Mikroalbuminuria (30-300 mg/hari atau 20-200


mikrogram/menit)
GFR turun

Makroalbuminuria (lebih dari 300 mg/hari)

Stadium
5

GFR turun

Insulin berikatan dengan reseptor selular untuk menghasilkan


efeknya.

End stage renal disease

Diabetes mellitus (DM) memiliki hubungan yang erat dengan


insulin.

Tes laboratorium yang dilakukan untuk pencegah diabetes


kronik
Glukosa darah
HbA1C
Profil lipid : kolesteroal total, TAG. LDL, HDL
Mikroalbuminuria
Angka-angka yang normal tes-tes di atas sudah disebutkan
atau baca i slide.

Patologi Anatomi Diabetes Melitus


Kelenjar pankreas memiliki bagian eksokrin dan endokrin. Bagian
endokrin terdiri atas pulau-pulau langerhans yang tersebar merata
di seluruh kelenjar pankreas, terutama paling banyak di ekor.
Kelenjar endokrin di pankreas terdiri atas 3 sel utama: sel beta
(memproduksi insulin), sel alfa (memproduksi glukagon, antagonis
insulin), dan sel-sel lain yang mensekresikan somatostatin dan
vasoactive intestinal polypeptide .
Kita dapat mengidentifikasi sel beta dan sel alfa menggunakan
pewarnaan immunoperoksidase.
Pulau-pulau langerhans memiliki sekar fibrovaskuler produk
dikeluarkan langsung ke pembuluh darah.
Aksi metabolisme insulin
Insulin adalah satu-satunya hormon yang menurunkan kadar
glukosa darah.
Sel target insulin adalah sel hati, otot, dan sel lemak. Glukosa
masuk ke sel-sel ini hanya bisa dilakukan dengan bantuan insulin.

DM adalah kelainan sistemik karena kelainan metabolisme


karbohidrat, protein, dan lemak.
Kelainan ini disebabkan oleh defisiensi insulin absolut atau relatif.
DM dicirikan dengan adanya hiperglikemia. Secara klinis, DM
biasanya memiliki gejala 3P: Poliuria (banyak buang air kecil),
Polidipsia (banyak minum), polifagia (banyak makan).
Klasifikasi
1. DM Primer
a. DM tipe I- (IDDM/Insulin Dependent Diabetes
Mellitus/Juvenile) defisiensi absolut insulit akibat
destruksi sel pankreas 10% kasus
b. DM tipe II- (NIDDM/Non Insulin Dependent Diabetes
Mellitus/Adult Onset) disebabkan oleh resistansi
perifer terhadap aksi insulin dan sekresi yang
inadekuat (defisiensi insulin relatif)80% kasus
c. MODY (Maturity Onset Diabetes of the Young)-5%
d. Diabetes Gestasional
2. DM Sekunder akibat destruksi
a. Infeksi: Rubella kongenital, CMV
b. Pankreatitis/tumor/Hemokromatosis
c. Obat-obatan: kortikosteroid
Pada diabetes primer, terdapat DM tipe I dan tipe II yang
menyebabkan hiperglikemia. Hiperglikemia menimbulkan efek
sistemik, mengenai semua pembuluh darah, ginjal, mata, dan
syaraf. Dari ujung rambut sampai kaki kena.
Patogenesis DM tipe I
DM tipe 1 adalah penyakit autoimun di mana terjadi kerusakan selsel pulau langerhans akibat limfosit T yang bereaksi terhadap
antigen sel Beta. Seperti pada seluruh penyakit autoimun lainnya,
kerentanan genetik dan faktor lingkungan berperan penting dalam
patogenesisnya. Walaupun onset klinik DM tipe I bersifat

mendadak, penyakit ini disebabkan oleh serangan kronik autoimun


pada sel pankreas yang biasanya dimulai bertahun-tahun
sebelum penyakit terlihat. Manifestasi klasik penyakit
(hiperglikemia dan ketosis) terjadi setelah 90% sel dirusak.

Penumpukan amiloid akan berwarna pink dengan pulasan kongored.

Destruksi sel beta pada insulitis autoimun ini menyebabkan


defisiensi insulin berat yang menandai DM tipe I.

Komplikasi DM

DM tipe I terjadi sebelum usia 15 dan dikarakterisasi oleh onset


yang mendadak. Injeksi insulin dibutuhkan untuk mencegah
ketoasidosis. Pada DM tipe I, ditemukan kesulitan dalam
mempertahankan level gula darah dengan fluktuasi gula darah
yang mencolok.
Patogenesis DM tipe II
Dalam patogenesis DM tipe II, dicurigai ada peran genetik dan
faktor lingkungan. Obesitas diduga menyebabkan DM karena pada
keadaan obese terdapat glukosa yang tinggi pada darah. Hal ini
menyebabkan insulin harus diproduksi berlebihan, bahkan dapat
mencapai maksimal. Hal ini menyebabkan kelelahan reseptor.
Kelelahan reseptor menyebabkan resistensi insulin (berkurangnya
efek insulin dari efek biologis yang diharapkan) yang berakibat
pada terhambatnya transport glukosa masuk ke sel target. Hal ini
berujung pada kondisi hiperglikemia. Jika dikendalikan, kadar
glukosa darah dapat normal lagi. Jika sel beta langerhans terus
dipaksa untuk menghasilkan insulin, maka sel beta dapat
mengalami kelelahan menghasilkan insulin. Kelelahan ini lebih
lanjut menyebabkan DM tipe 2.
DM tipe II membutuhkan terapi insulin untuk kontrol gejala tapi
tidak dibutuhkan untuk mempertahankan hidup (survival).
PA pankreas pada diabetes
1. Tipe I
a. Pengurangan jumlah dan ukuran pulau langerhans
b. Infiltrasi limfosit T
c. Degranulasi sel beta
2. Tipe II
a. Penumpukan amyloid pada pulau-pulau langerhans
dan fibrosis

Komplikasi DM antara lain (1)meningkatnya kerentanan terhadap


infeksi, seperti tuberkulosis, pneumonia, pyelonefritis, dan
kandidiasis mukokutaneus; (2) neuropati perifer dan autonomik,
yang bermanifestasi sebagai sensory loss, impotensi, hipotensi
postural, konstipasi, dan diare; dan (3) kelainan vaskular (berasal
dari mikroangiopati pada DM tipe 1 dan dari arteriosklerosis pada
DM tipe 2) seperti retinopati, penyakit ginjal (terutama
glomerulosklerosis), dan aterosklerosis yang menyebabkifan
penyakit jantung kororner, stroke, dan gangren ekstremitas bawah.
Patologi komplikasi DM
a. Pulau langerhans. Pada pulau-pulau langerhans pankreas
terjadi perubahan histologis, mulai dari hialinisasi kronik,
fibrosis, hingga infilllrasi limfosit.
b. Pembuluh darah kecil. Mikroangiopati mempengaruhi aerteri
kecil dan kapiler. Tanda morfologis yang mula-mula muncul
adalah berkurangnya jumlah perisit dan penebalan
membran basal. Kedua hal ini tercermin pada otot, kulit,
retina, ginjal, dan jaringan lainya.
c. Pembuluh darah ukurang sedang dan besar. Lesi terutama
terjadi pada arteri koroner, arteri serebral, arteri mesenterik,
arteri renalis, dan arteri femoralis.
d. Ginjal. Lesi yang paling khas adalah glumerulonefritis
nodular dengan penebalan membran basalis kapiler secara
fokal, dan akumulasi materi hialin eksudatif.
e. Mata. Pada retinopati diabetes, gangguan mikrosirkulais
menyebabkan mikroaneurisma, pembentukan kapiler baru,
dan perdarahan ke dalam vitrous.
Patogenesis mikroangiopati
Jika seseorang mengalami DM dalam jangka panjang, maka orang
tersebut mengalami hiperglikemia kronik. Keadaan ini
menyebabkan glikosilasi protein membran basal sehingga
pembuluh darah menjadi bocor. Selain itu, terjadi pula penebalan

membran basal secara difus. Penebalan ini terutama terjadi di


kapiler kulit, otot skleletal, retina, glomerulus renal, dan medulla
renal. Mikroangipoati pada DM mendasar perkembangan nefropati,
retinopati, dan beberapa bentuk neuropati.
Komplikasi ginjal
Terdapat berbagai komplikasi yang melibatkan ginjal.
Glomerulosklerosis nodular dan difus dapat menyebabkan gagal
ginjal kronik. Diabetes juga rentan terhadap infeksi, salah satunya
pyelonefritis. Infeksi bakteri dan fungal (dapat terjadi kandidiasis)
dapat terjadi pada ginjal.
Atherosklerosis
Pasien DM, baik tipe I maupun tipe II, mengalami aterosklerosis
yang lebih dini serta lebih cepat. Komplikasi yang paling parah
dari aterosklerosis ini adalah penyakit jantung aterosklerosis,
penyakit serebrovaskular, dan penyakit ginjal. Penyebab kematian
yang paling sering dari DM adalah infark miokard.
Sedangkan penyakit vaskular perifer adalah salah satu masalah
yang ditemukan pada DM dan diperburuk dengan neuropati
diabetes. Hal ini dapat menyebabkan kecenderungan terjadi
trauma.
Retinopati pada diabetes dapat menyebabkan kebutaan. Selain itu,
katarak juga sering ditemukan pada penderita DM.
Neuropati
Prevalensi neuropati pada DM:

Pada onset penyakit : 7,5%;


25 tahun setelah onset: 50%
Secara keseluruhan: 30%
Sedikit lebih tinggi atau sama jumlah kejadiananya pada DM
tipe II dibandingkan pada DM tipe I.

Neuropati salah satunya disebabkan oleh demielinasi fokal.


Kematian pada DM umumnya disebabkan oleh
-

Infark miokard

Gagal ginjal
Penyakit jantung aterosklerosis
Penyakit serebrovaskular
Infeksi
Gangrene
Hipoglikemia/ketoasidosis

Neoplasma pada endrokrin pankreas


Konsep umum
Tumor pulau Langerhans (islet cell tumors) dapat bersifat jinak
atau ganas, fungsional atau nonfungsional. Tumor sel pualu
langerhans dianggap jinak jika memiliki tepi yang jelas atau
berkapsul dan tidak menunjukkan metastasis. Neoplasma tanpa
metastasis tetapi disertai dengan tepi yang infiltratif, mitosis, atau
invasi vaskular dianggap sebagai lesi borderline. Jika ditemukan
metastasis ke nodus limf atau hati, maka tumor sel pulau
langerhans didiagnosis sebagai karsinoma sel pulau langerhans
(islet cell carcinoma).
Tumor spesifik

Adenoma sel pulau langerhans jinak nonfungsionaltidak


menghasilkan gejala klinis sehingga biasanya hanya
ditemukan secara tidak sengaja pada autopsi
Insulinomaberasal dari sel beta, menghasilkan insulin
dalam jumlah besar
o 90% insulinoma jinak, 10% ganas. Sebagian besar
insulinoma muncul sebagai lesi soliter, tetapi sekitar
5% insulinoma terdapat pada pasien MEN (Multiple
Endocrine Neoplasm) tipe I.
o Tumor memiliki pola organoid atau endokrin, dengan
sarang dan korda sel disokokng oleh stroma
fibrovaskular. Tanda keganasan pada insulinoma
muncul berupa invasi pembuluh darah dan invasi
kapsul, mitosis dalam jumlah besar,dan metastasis ke
nodus limf regional dan hati.
o Secara umum, insulinoma dapat bermetastasis ke
hati, walaupun lebih lambat dari adenokarsinoma

pankreas. Biasanya, pasien menginggal karena efek


hipoglikemi yang diproduksi oleh tumor yang tidak
dipotong (reseksi).
Gastrinoma ditemukan di pankreas, menyebabkan sindrom
Zollinger-Ellison.
o Peningkatan sekresi gastrin dari tumor menstimulais
hiperplasia sel parietal gastrik, menyebabkan asam
lambung yang dihaslkan meningkat 10 hingga 20 kali.
o 60-70% gastrinoma bersifat ganas, sedangkan 30%
bersifat jinak
o 5-10% pasien dengan gastrinoma mengalami MEN
tipe I
o Secara histologis, gastrinoma tampak seperti
insulinoma dan sama-sama sulit dibedakan apakah
suatu tumor bersifat jinak atau ganas.
VIPoma menghasilkan VIP (vasoactive intestinal
polypeptide)menyebabkan sindrom kolera pankreas,
disebut juga sindrom Verner-Morrison, atau sindrom WDHA
(watery diarrhea, hypokalemia, and achlorhydria)
o VIPoma dapat menjadi fatal karena 80% bersifat
ganas.
Glukagonoma berasal dari sel alfa, sebagian besar ganas
o Sindrom klinis glukagonoma ditandai dengan diabetes
melitus, lesi kulit nekrotik, stomatitis, dan anemia.
Karsinoma sel pulau langerhans nonfungsional
(nonfunctional islet cell carcinoma)
o Pada karsinoma ini tidak ada kelebihan sekresi
hormon yang menyebabkan adanya gejala klinis
keganasan (tidak seperti pada adenokarsinoma).
Karsinoma ini justru ditandai oleh ikterus obstruktif,
metastasis hati, atau massa besar di abdomen.
Secara histologis, sel-selnya tersusun dalam pola
organoid atau endokrin. 60% dari karsinoma ini
bersifat ganas.
Nesidioblatosis
o Kondisi yang sering ditemukan pada bayi baru lahir
dengan hipoglikemia tidak terkontrol berupa
hiperplasia difus pulau langerhans

Anda mungkin juga menyukai