Chapter II 20
Chapter II 20
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Teh Hijau
Teh adalah bahan minuman yang secara universal dikonsumsi di banyak
negara serta berbagai lapisan masyarakat (Tuminah, 2004). Teh juga mengandung
banyak bahan-bahan aktif yang bisa berfungsi sebagai antioksidan maupun
antimikroba (Gramza et al., 2005).
Teh hijau merupakan teh yang tidak mengalami proses fermentasi dan
banyak dikonsumsi orang karena nilai medisnya. Teh hijau kerap digunakan untuk
membantu proses pencernaan dan juga karena kemampuannya dalam membunuh
bakteri. Kandungan polifenol yang tinggi dalam teh hijau dimanfaatkan untuk
membunuh bakteri-bakteri perusak dan juga bakteri yang menyebabkan penyakit
di rongga mulut (penyakit periodontal) (Kushiyama et al., 2009). Konsumsi teh
hijau juga dipercayai memiliki efek untuk menurunkan angka mortalitas pasienpasien dengan penyakit pneumonia (Watanabe et al., 2009).
2.1.1. Taksonomi
Pada zaman dahulu, genus Camellia dibedakan menjadi beberapa spesies
teh yaitu sinensis, assamica, dan irrawadiensis. Namun, pada tahun 1958, semua
jenis teh secara universal dikenal sebagai suatu spesies tunggal yaitu Camellia
sinensis dengan nama varietas yang berbeda. Taksonomi teh adalah sebagai
berikut (Tuminah, 2004 dan Mahmood et al., 2010) :
Superdivisi
Divisi
Kelas
Sub Kelas
: Dilleniidae
glukosa, fruktosa, sukrosa (5-7%); lemak dalam bentuk asam linoleat dan asam
linolenat; sterol dalam bentuk stigmasterol; vitamin B,C,dan E; kafein dan teofilin;
pigmen seperti karotenoid dan klorofil; senyawa volatile seperti aldehida, alkohol,
lakton, ester, dan hidrokarbon; mineral dan elemen-elemen lain seperti Ca, Mg,
Mn, Fe, Cu, Zn, Mo, Se, Na, P, Co, Sr, Ni, K, F, dan Al (5%) (Cabrera et al.,
2006).
Teh telah dilaporkan memiliki lebih dari 4000 campuran bioaktif dimana
sepertiganya merupakan senyawa-senyawa polifenol. Polifenol merupakan cincin
benzene yang terikat pada gugus-gugus hidroksil. Polifenol dapat berupa senyawa
flavonoid ataupun non-flavonoid. Namun, polifenol yang ditemukan dalam teh
hampir semuanya merupakan senyawa flavonoid (Sumpio, 2006). Senyawa
flavonoid tersebut merupakan hasil metabolisme sekunder dari tanaman yang
berasal dari reaksi kondensasi cinnamic acid bersama tiga gugus malonyl-CoA.
Banyak jenis-jenis flavonoid yang ada di dalam teh, tetapi yang memiliki nilai
gizi biasanya dibagi menjadi enam kelompok besar (Mahmood et al., 2010).
Tabel. 2.1. Jenis-Jenis Flavonoid (Mahmood et al., 2010)
Radikal bebas merupakan senyawa oksigen yang tidak stabil ditandai dengan
adanya elektron-elektron yang tidak berpasangan. Penelitian oleh Naghma Khan
dan Hasan Mukhtar (2007) menunjukkan bahwa sediaan teh hijau dapat
menangkap Reactive Oxygen Species (ROS) seperti oksigen yang tidak
berpasangan, radikal superoksida, radikal hydroksil, oksida nitrat, peroksinitrit,
dan nitrogen dioksida sehingga mengurangi kerusakan pada protein, membran
lipid, dan asam nukleat pada sel.
Teori radikal bebas menunjukkan bahwa stress oksidatif dan paparan lama
terhadap radikal bebas dapat mempercepat proses degenerasi seperti degenerasi
neuronal. Parkinson dan penyakit-penyakit kardiovaskular merupakan keadaan
dimana terdapat ketidakseimbangan antara oksidan dan antioksidan. Teh hijau
memiliki kemampuan untuk melindungi lipid dalam serum dan protein dari stress
oksidatif yang dapat mempercepat proses penuaan. Selain itu, teh hijau juga
menurunkan penanda kerusakan oksidatif pada DNA yaitu 8-oxodeoxyguanosine
(8-oxodG) di ginjal dan serebrum, sehingga dikatakan memiliki efek untuk
mencegah proses penuaan secara dini (Mahmood et al., 2010).
Senyawa-senyawa utama yang berperan sebagai pelindung kimiawi dalam
teh hijau adalah stuktur kompleks flavonoid seperti epigallocatechin gallate
(EGCG), epicatechin gallate (ECG), dan epigallocatechin (EGC). Akhir-akhir ini,
catechin di dalam teh hijau dipercayai dapat mencegah terjadinya kanker dengan
struktur dan fungsi yang sama dengan chaperone.
2.2.
Bakteri
Bakteri berasal dari bahasa Latin bacterium (jamak, bacteria) adalah
gram
positif
adalah
Staphylococcus,
Streptococcus,
Bacillus,
Escherichia,
Shigella,
Klabsiella,
Salmonella,
Vibrio,
mengkilat dan konsistensinya lunak. Warnanya yang khas adalah kuning atau
coklat keemasan. (Jawetz, 2007)
yang berspektrum luas pada manusia dimulai dari penyakit yang disebabkan oleh
toxin, seperti toxic shock syndrome, sampai dengan penyakit-penyakit yang
mematikan seperti septicemia, endocarditis, pneumonia, dan osteomyelitis.
(Nickerson et al., 2009)
Tabel 2.2. Jenis-Jenis dan Karakteristik Staphylococcus spp. yang Sering
Menyerang Manusia (Kayser et al., 2005)
Katalase
Stapylococcus menghasilkan katalase, yang mengubah hidrogen peroksida
menggumpalkan
plasma
yang
mengandung
oksalat
atau
sitrat.
c.
Enzim lain
Enzim-enzim lain yang dihasilkan oleh staphylococcus antara lain adalah
Leukosid
Toksin Staphylococcus aureus ini memiliki dua komponen. Leukosid
dapat membunuh sel darah putih manusia dan kelinci. Kedua komponen tersebut
bekerja secara sinergi pada membran sel darah putih membentuk pori-pori dan
meningkatkan permeabilitas kation.
f. Toksin Eksfoliatif
Toksin ini menyebabkan pemisahan interseluler lapisan epidermis antara
stratum spinosum dan stratum granulosum, mungkin melalui disrupsi tautan
interseluler. Terdapat dua varian toksin eksoliatif, yaitu varian yang bersifat
antigenik pada manusia dan varian yang bertindak sebagai antibodi yang memberi
efek anti toksik terhadap toksin itu sendiri.
g. Enterotoksin
Enterotoksin merupakan penyebab penting dalam keracunan makanan;
enterotoksin dihasilkan bila Staphylococcus aureus tumbuh di makanan yang
mengandung karbohidrat dan protein. Enterotoksin juga tahan terhadap panas dan
resisten terhadap kerja enzim usus.
berwarna merah atau merah jambu, bulat, dan tidak berlendir. Namun, pada Eosin
methylene blue agar, E.coli menghasilkan koloni yang berwarna metallic green .
Antigen permukaan
Pada E.coli paling tidak terdapat 2 tipe fimbria, yaitu tipe sensitif manosa
(pili) dan tipe resisten manosa (CFAS I & II). Kedua tipe fimbriae ini penting
sebagai colonization factor, yaitu untuk perlekatan sel bakteri pada sel/jaringan
inang.
b.
Enterotoksin
Ada dua macam enterotoksin, yaitu toksin LT (termolabin) dan toksin ST
(termostabil). Produksi kedua toksin tersebut di atur oleh plasmid yang mampu
pindah dari satu sel bakteri ke sel bakteri lainnya. Terdapat dua macam plasmid,
yaitu satu plasmid mengkode pembentukan toksin LT dan ST, dan satu plasmid
lainnya mengatur pembentukan toksin ST saja.
Hemolisin
Peranan hemolisin pada infeksi oleh E.coli tidak jelas tetapi strain
2.3.
Antimikroba
Antimikroba
merupakan
substansi
yang
dihasilkan
oleh
suatu
Struktur molekul DNA erat kaitannya dengan dua peran utama yaitu
duplikasi dan transkripsi. Contoh antimikroba golongan ini adalah kuinolon,
pirimetamin, rifampisin, sulfonamide.