Anda di halaman 1dari 30

ANALISIS VEKTOR

Aljabar Vektor
Operasi vektor
Besaran yang memiliki nilai dan arah disebut dengan vektor. Contohnya adalah
perpindahan, kecepatan, percepatan, gaya, dan momentum. Sementara itu, besaran yang
hanya memiliki nilai tanpa arah disebut dengan skalar. Contohnya adalah massa, muatan,
kerapatan, dan temperatur. Untuk notasinya, besaran yang dinyatakan sebagai vektor akan
,
ditandai dengan tanda panah di atas simbolnya ( A
B , dan seterusnya), sedangkan skalar
dapat dituliskan A

dinyatakan dengan huruf biasa. Besar (nilai) dari suatu vektor A


atau dengan notasi skalar, A .

A

Gambar 1

Dalam diagram, vektor biasanya dinyatakan dengan panah. Panjang dari panah
sebanding dengan besar vektor dan kepala panah menyatakan arah dari vektor tersebut.
, tetapi
(yaitu  A
) adalah sebuah vektor dengan besar yang sama seperti A
Minus A
pada arah sebaliknya (gambar 1). Perhatikan bahwa vektor memiliki besar dan arah, tetapi
tidak mutlak menyatakan lokasi. Sebagai contoh, sebuah perpindahan sejauh 4 km ke arah
utara dari Bandung direpresentasikan dengan vektor yang sama pada perpindahan sejauh 4
km ke utara Padang (kelengkungan Bumi diabaikan). Dengan demikian vektor dapat
digeser sesuka hati selama besar dan arahnya tidak diubah.
halaman 1

Kappa Mu Phi, 2007


halaman 2

Operasi vektor dapat dibagi menjadi empat kelompok:


sehingga dapat
(1) Penjumlahan dua vektor. Tempatkan ekor
B pada kepala A

hingga kepala
diperoleh jumlah vektor A
B , yaitu vektor dari ekor A
B (gambar 2).

pada proses di
Penjumlahan vektor bersifat komutatif sehingga jika
B ditukar dengan A
atas, maka hasilnya akan tetap sama:

.
A
B=
B A

B A

B A

B
Gambar 2

Penjumlahan ini juga bersifat asosiatif:


=A
B
C .
A
B C
Untuk mengurangkan sebuah vektor (gambar 3), tambahkan kebalikannya:


A
B= A
B .

B


B
Gambar 3

(2) Perkalian dengan sebuah skalar. Perkalian suatu vektor oleh sebuah skalar k
positif merupakan perkalian besar vektor oleh skalar tersebut dengan arah yang tidak
berubah (gambar 4). Namun jika k negatif, arah vektor berubah menjadi sebaliknya.

Kappa Mu Phi, 2007


halaman 3

Perkalian ini bersifat distributif:



k
k A
B =k A
B.

2A

Gambar 4

Gambar 5

(3) Perkalian titik dua vektor. Perkalian titik didefinisikan oleh



A
B= A B cos ,

(1)

dengan adalah sudut antara vektor-vektor tersebut ketika kedua ekornya saling bertemu

(gambar 5). Perhatikan bahwa A
B menghasilkan sebuah skalar sehingga perkalian titik
ini sering juga disebut perkalian skalar. Perkalian ini bersifat komutatif,

,
A
B=
BA
dan distributif,

= A

C
.
A
B C
B A

(2)

(atau

Secara geometri, A
B adalah perkalian dari A dengan proyeksi
B pada A
pada
sebaliknya perkalian B dengan proyeksi A
B ). Jika dua vektor sejajar, maka

, secara khusus berlaku
A
B= A B . Untuk sembarang vektor A
A
= A2 .
A

(3)

dan

Jika vektor A
B=0 .
B saling tegak lurus, maka A
(4) Perkalian silang dua vektor. Perkalian silang didefinisikan oleh

A
B = A B sin n ,

(4)

Kappa Mu Phi, 2007


halaman 4

dengan n adalah sebuah vektor satuan (yang panjangnya 1) mengarah tegak lurus bidang
dan
yang sisi-sisinya dibentuk oleh vektor A
B . Namun ternyata ada dua arah yang

tegak lurus bidang tersebut, yaitu masuk dan keluar. Untuk mengatasi masalah ini,
digunakanlah kesepakatan aturan tangan kanan: jadikan keempat jari selain ibu jari agar
menunjuk pada vektor pertama (dengan ibu jari tegak lurus keempat jari), kemudian putar
keempatnya (pada sudut terkecil) ke arah vektor kedua, maka ibu jari menandakan arah

dari perkalian silang kedua vektor tersebut. Perhatikan bahwa A
B akan menghasilkan
sebuah vektor sehingga perkalian silang sering disebut dengan perkalian vektor.


mengarah masuk bidang kertas.
Gambar 6. A
B mengarah keluar bidang kertas,
BA

Perkalian silang bersifat distributif,



= A

C ,
A
B C
B A

(5)

tetapi tidak komutatif, justru



.
A
B=
B A

(6)


dan
Secara geometri, A
B adalah luas daerah jajaran genjang yang dibentuk oleh A

B (gambar 6). Jika kedua vektor saling sejajar, maka perkalian silangnya nol dan secara
A=0

.
khusus A
untuk sembarang vektor A

Bentuk komponen
Pada bagian sebelumnya telah didefinisikan beberapa operasi vektor dalam bentuk yang
masih kabur, yakni tanpa merujuk pada sistem koordinat tertentu. Dalam praktik biasanya
cukup mudah untuk bekerja dengan komponen vektor dalam sistem koordinat tertentu.
Misalkan pada koordinat kartesian:

i , j , dan k masing-masing adalah vektor satuan

Kappa Mu Phi, 2007


halaman 5

dapat
yang sejajar dengan sumbu-x, y, dan z (gambar 7). Sebuah vektor sembarang A
dinyatakan dalam suku vektor basis tersebut (gambar 8), yaitu
A x i A y j A z k .
A=
z

j
A x i

A z k
y

A y j

x
Gambar 7

Gambar 8

. Tafsiran geometri dari


Bilangan A x , A y , dan A z disebut komponen dari A
sepanjang tiga sumbu koordinat. Dengan
komponen vektor tersebut adalah proyeksi A
hasil ini, keempat operasi vektor yang telah dijelaskan sebelumnya dapat dirumuskan ulang
dalam bentuk komponen-komponennya:
(1) Penjumlahan dua vektor:

A
B= A x B x i A y B y j A z B z k .

(7)

(2) Perkalian dengan sebuah skalar:


=k A x i k A y j k A z k .
kA

(8)

(3) Perkalian titik dua vektor:


ii = jj = k k=1;

i j = ik=
jk=0

(9)


A
B= A x B x A y B y A z B z .

(10)

A
= A 2x A 2y A 2z ,
A
A= A x A y A z .
2

(11)

Kappa Mu Phi, 2007


halaman 6

(4) Perkalian silang dua vektor:


i i = j j =k
k=0

,
i j = j i= k ,

(12)

j k=

j = i ,
k
i =i k=
j .
k

A B= A x
Bx

j
Ay
By

k
Az .
Bz

(13)

Perkalian tripel
dapat menghasilkan
,
Perkalian titik dan silang antara 3 buah vektor, A
B , dan C


, dan A

sesuatu yang berarti dalam bentuk A
B C , A
B C
BC . Aturanaturan yang berlaku adalah:


.
A
B C A
BC

(14)


= B
C
A
=C
A

A
B C
B ,

(15)

(16)



A
BC A
BC ,

(17)


= A
C

A
B C
B A
B C
.
B
C
= A
C

A

A
B
BC

(18)

Ax

= B x
A
B C
Cx

Ay
By
Cy

Az
Bz .
Cz


disebut dengan perkalian tripel skalar dan dapat ditulis [ A

Perkalian A
B C
B C ] .
Secara geometri, perkalian tripel skalar akan menghasilkan besar volume ruang yang
,
sebagai sisi-sisinya. Volume ruang tersebut akan bernilai
dibentuk oleh A
B , dan C

positif atau negatif tergantung pada unsur perkalian silang di dalam perkalian tripel skalar.

Sementara itu, perkalian A
BC disebut dengan perkalian tripel vektor karena hasil
akhirnya adalah sebuah vektor.

Kappa Mu Phi, 2007


halaman 7

Posisi, perpindahan, dan jarak


Lokasi sebuah titik dalam tiga dimensi dapat dinyatakan dalam koordinat kartesian

x , y , z . Vektor yang mengarah ke titik tersebut dari titik asal disebut dengan vektor
posisi:
r =x i y j z k .

(19)

2
2
2
r =x y z ,

(20)

r x i y j z k
r = =
,
r x 2 y 2z 2

(21)

Besarnya

adalah jarak dari titik asal, dan

merupakan vektor satuan yang mengarah radial keluar.


Bagian kecil vektor perpindahan, dari x , y , z hingga x dx , ydy , z dz adalah
d
r =dx i dy j dz k .

(22)

Pada berbagai kasus fisika, kita akan sering berhadapan dengan permasalahan yang
melibatkan dua titik, yatu sebuah titik sumber
r ' (tempat sumber medan berada) dan titik
medan r yang sedang ditinjau besar medannya. Akan memudahkan jika sejak awal
dibuatkan notasi baru untuk menyatakan posisi relatif dari titik sumber ke titik medan.
Notasi yang akan digunakan untuk keperluan ini adalah r (gambar 9):
r =r r ' .

(23)

titik medan
r
r
titik sumber
r '

Gambar 9. Vektor posisi relatif antara titik sumber dan titik medan.

Kappa Mu Phi, 2007


halaman 8

Besar dari vektor posisi relatif tersebut adalah


r=r r ' ,

(24)

dan vektor satuannya (mengarah dari r ' ke r ):


r r r '
.
r = =
r r r '

(25)

Kalkulus Vektor
Limit, kontinuitas, dan turunan fungsi vektor
, maka A
disebut
Jika untuk setiap nilai suatu skalar u kita kaitkan sebuah vektor A
u . Notasi ini dalam tiga dimensi dapat dituliskan
fungsi dari u dan dinyatakan dengan A
u =A x u i A y u j Az u k .
menjadi A
Konsep fungsi ini dapat diperluas dengan mudah. Jika setiap titik x , y , z berkaitan
, maka A
adalah fungsi dari x , y , z yang dinyatakan dengan
dengan sebuah vektor A
x , y , z = A x x , y , z i A y x , y , z j A z x , y , z k . Dapat dikatakan vektor A

A
ini mendefinisikan sebuah medan vektor dan serupa dengannya x , y , z mendefinisikan
medan skalar.
Aturan limit, kontinuitas, dan turunan untuk fungsi vektor mengikuti aturan yang sama
seperti skalar.
u dikatakan kontinu pada u 0 jika untuk
(1) Fungsi vektor yang dinyatakan dengan A
setiap bilangan positif dapat ditemukan suatu bilangan positif sehingga
u  A
u 0
A

dengan

uu 0 .

Pernyataan

ini

ekuivalen

dengan

u 0 .
lim
Au = A

u u0

u didefinisikan d A = lim A u u  A u , dengan syarat


(2) Turunan dari A
du u 0
u
u =A x u i A y u j Az u k dapat diperoleh
limitnya ada. Pada kasus A

Kappa Mu Phi, 2007


halaman 9

dA x
dA
dA
dA
i y j z k .
=
du
du
du
du

(26)

/du 2 didefinisikan dengan cara yang serupa.


Turunan yang lebih tinggi seperti d 2 A
x , y , z = A x x , y , z i A y x , y , z j A z x , y , z k , maka
(3) Jika A

= A dx A dy A dz .
dA
x
y
z

(27)

.
adalah diferensial total dari A
(4) Turunan dari perkalian vektor dengan skalar atau vektor dengan vektor mengikuti
aturan yang sama seperti pada fungsi skalar. Namun perlu diingat ketika kita
melibatkan perkalian silang maka urutan penulisan penting untuk diperhatikan karena
terkait dengan arah dari hasil perkalian tersebut.
Beberapa contoh diantaranya:

d
= d A d A
,
A
du
du
du

(28)


B A
A
B = A
B , (urutan tidak masalah)
y
y y

(29)

A
dan

B A
B = A
B (pertahankan urutan A
B ).
z
z z

(30)

Gradien, Divergensi, dan Curl


dalam koordinat kartesian didefinisikan
Misalkan sebuah operator vektor
i j k
=
x
y
z .

(31)

x , y , z memiliki turunan parsial pertama yang kontinu pada


Jika x , y , z dan A
daerah tertentu, maka dapat didefinisikan beberapa besaran berikut:
= i j k
gradien: grad =
x
y
z

(32)

Kappa Mu Phi, 2007


halaman 10

A x A y Az
A
=
=
divergensi: div A

x
y
z

i
A
=
=
curl: curl A
x
Ax

y
Ay

z
Az

(33)

(34)

,
Jika turunan parsial dari fungsi-fungsi A
B , U , dan V diasumsikan ada, maka
1.

U V =
U
V atau grad U V =grad U grad V

2.

A
A




div

B =
B atau div A
B =div A
B

3.

A




div

A
B =
B atau curl A
B =curl A
B

4.

U A
A
=
U

U
A

5.

U A
A
=
U

U
A

6.

A
A


 A

B =
B
B

7.

A
A




 A

A
B =
B
B
B A
B

8.

A
A

A


A

A

B =
B
B
B
B

9.

2
2
2

U = 2 U = U U U disebut Laplacian dari U

2
2
2
x
y
z

2
2
2
dan = 2 2 2 disebut dengan operator Laplacian.
x y z
2


U =0 . Curl dari gradien U adalah nol.
10.

A
adalah nol.
11.
=0 . Divergensi dari curl A

A

A
12.
=
 2 A

Gradien, divergensi, dan curl bukanlah sekedar operasi matematik belaka. Ketiganya
dapat ditafsirkan secara geometri.

Kappa Mu Phi, 2007


halaman 11

Tafsiran Gradien. Seperti vektor lainnya, gradien memiliki besar dan arah. Untuk
menentukan arti geometrinya, kita dapat memisalkan ada sebuah fungsi tiga variabel,
katakanlah temperatur dalam ruang, T x , y , z , yang merupakan sebuah skalar.
Seberapa cepat perubahan temperatur tersebut dinyatakan dalam bentuk diferensial total
dT =

T
T
T
dx
dy
dz .
x
y
z

(35)

Dalam bentuk perkalian titik, pernyataan di atas setara dengan


dT =

T T T

i
j
k dx i dy j dz k
x
y
z

(36)

T d r ,
=
atau
Td
Td r cos ,
dT =
r =

(37)

dT
Tu ,
= Tcos =
dr

(38)

yang berarti

T dan d
dengan adalah sudut antara
r , kemudian
u adalah suatu vektor satuan
yang menyatakan arah gerak kita. Dengan demikian, laju perubahan temperatur ( dT /dr )
T (yaitu saat =0 ).
akan bernilai paling besar ketika geraknya searah dengan
Bayangkan kita berada pada sebuah lereng bukit. Lihat ke sekeliling dan temukan
bagian yang paling curam. Itu adalah arah dari gradien. Sekarang ukur kemiringan pada
arah tersebut. Itu adalah besar dari gradien. Lalu bagaimana jika gradiennya nol? Jika
T =0 pada x , y , z , maka dT =0 untuk perpindahan yang kecil di sekitar titik

x , y , z . Keadaan ini akan berarti sebuah titik stasioner dari fungsi T x , y , z . Titik
tersebut dapat berupa nilai maksimum (puncak), minimum (lembah), daerah pelana, atau
sebuah permukaan berbentuk seperti bahu.
Tafsiran Divergensi. Sesuai namanya, divergensi

menyatakan ukuran

. Perhatikan gambar 10 sebagai contoh pada kasus dua dimensi.


penyebaran vektor A

Kappa Mu Phi, 2007


halaman 12

Fungsi pada gambar 10(a) memiliki divergensi yang sangat besar dan positif (jika panahnya
mengarah ke dalam berarti nilainya negatif), fungsi pada gambar 10(b) memiliki divergensi
nol, dan fungsi pada gambar 10(c) memiliki divergensi positif yang nilainya agak kecil.

(a)

(b)

(c)
Gambar 10

Tafsiran Curl. Pemilihan nama curl juga disesuaikan dengan arti geometrinya yang
menyatakan ukuran rotasi pada sebuah titik. Oleh karena itu seluruh fungsi pada gambar
10 memiliki curl yang bernilai nol (bisa kita cek dengan mengetahui fungsinya) dan fungsi
pada gambar 11 memiliki curl yang sangat besar berarah pada sumbu-z.
z

x
Gambar 11

Kappa Mu Phi, 2007


halaman 13

Koordinat lengkung
Misalkan persamaan transformasi
x = f u 1 , u 2 , u 3 ,

y = g u 1 , u 2 , u 3 ,

z =h u 1 , u 2 , u 3

(39)

(dengan asumsi f, g, h kontinu, memiliki turunan parsial kontinu, dan memiliki sebuah nilai
invers tunggal) membentuk korespondensi satu-satu antara titik-titik dalam sistem
koordinat xyz dan u 1 u 2 u 3 . Dalam notasi vektor, persamaan (39) dapat dituliskan
f u 1 , u 2 , u 3 i g u 1 , u 2 , u 3 j h u 1 , u 2 , u 3 k .
r =x i y j z k=

(40)

Sebuah titik P (gambar 12) dengan demikian dapat didefinisikan tidak hanya oleh
koordinat x , y , z tetapi juga oleh koordinat u 1 , u 2 , u 3 . Kita sebut u 1 , u 2 , u 3
sebagai koordinat lengkung dari suatu titik.

z
e3
u3
e1

u1

u2

e2

x
Gambar 12

Dari persamaan (40), diperoleh


d
r=

r
r
r
du 1
du 2
du .
u1
u2
u3 3

(41)

Dalam sistem koordinat lengkung ini, bentuk diferensial dari panjang busur suatu kurva
dapat dituliskan
ds 2= g 11 du 1 2 g 22 du 2 2 g 33 du 3 2 ,
dengan

(42)

Kappa Mu Phi, 2007


halaman 14

g 11 =

r r

,
x x

g 22 =

r r

,
y y

g 22 =

r r

.
z z

43)

Vektor r / u 1 bersinggungan dengan koordinat u 1 pada P. Jika e1 merupakan


sebuah vektor satuan pada arah tersebut, maka r / u 1=h 1 e1 dengan h 1= r / u 1 .
Serupa dengannya, r / u 2 =h 2 e2 dan r / u 3=h 3 e3 dengan h 2 = r / u 2 dan
r / u 3 . Dengan demikian,
h 3=
d
r =h 1 du 1 e1h 2 du 2 e2 h 3 du 3 e3 ,

(44)

Besaran h 1 , h 2 , h 3 sering disebut sebagai faktor skala.


Jika e1 , e2 , e3 saling tegak lurus pada titik P, koordinatnya dikatakan ortogonal. Oleh
karena itu, kita temukan kuadrat panjang busur adalah
ds 2=d r d r =h 12 du 21 h 22 du 22 h 32 du 23 ,

(45)

yang bersesuaian dengan panjang diagonal ruang balok pada gambar 12, dan elemen
volumnya ( d ) dapat ditulis
d =h 1 h 2 h 3 du 1 du 2 du 3 .

(46)

A 1 e1 A 2 e2 A 3 e3 adalah fungsi
Misalkan adalah sebuah fungsi skalar dan A=
dalam koordinat lengkung ortogonal u 1 , u 2 , u 3 , maka gradien, divergensi, curl, dan
laplacian-nya adalah:
1.

=grad = 1 e 1 e 1 e

h 1 u 1 1 h2 u 2 2 h3 u 3 3

2.

A
=div A
=

3.

h 1 e1
1

A
=curl A
=

h1 h2 h3 u1
A1

4.

2 =laplacian =

1
A h h h A h h h A
h1 h2 h3 u 1 1 2 3 u 2 1 2 3 u 3 1 2 3

h2 e2

u2
A2

h 3 e3

u 3
A3

1
h2 h 3 h 1 h 3 h 1 h 2
h 1 h 2 h3 u 1 h1 u 1 u 2 h 2 u 2 u 3 h 3 u 3

Kappa Mu Phi, 2007


halaman 15

Keempat bentuk tersebut* akan tereduksi menjadi ekspresi biasa dalam koordinat
kartesian jika u 1 , u 2 ,u 3 digantikan oleh x , y , z ; lalu e1 , e2 , e3 diganti dengan i , j , k ; dan
h 1=h 2 =h 3 =1 .
Bentuk khusus koordinat lengkung ortogonal lain diantaranya adalah koordinat silinder
dan koordinat bola.
Z

P(r, , )

P(, , z)

r
z

r
O

X
Gambar 13

Gambar 14

Koordinat Silinder , , z . Perhatikan gambar 13.


Persamaan transformasi: x= cos , y= sin , z =z ,
dengan 0 , 02 ,z .
Faktor skala: h 1=1 , h 2= , h 3 =1 .
Elemen panjang busur: ds 2=d 2 2 d 2 dz 2 .
Elemen volum: d = d d dz
Perhatikan bahwa dari sini dapat juga diperoleh hasil lain untuk koordinat polar dalam
bidang dengan mengabaikan ketergantungan pada z. Sebagai contoh dalam kasus
koordinat polar tersebut,

ds 2=d 2 2 d 2 ; sedangkan elemen volum digantikan oleh

elemen luas, da= d d .

* Lihat buku Mathematical Methods in The Physical Sciences (Mary L. Boas) untuk penurunan lengkapnya.

Kappa Mu Phi, 2007


halaman 16

Koordinat Bola , , . Perhatikan gambar 14.


Persamaan transformasi: x=r sin cos , y=r sin sin , z =r cos ,
dengan r 0 , 0, 02 .
Faktor skala: h 1=1 , h 2=r , h 3 =r sin .
Elemen panjang busur: ds 2=dr 2 r 2 d 2 r 2 sin 2 d 2 .
Elemen volum: d =r 2 sin dr d d .

Integral Garis, Permukaan, dan Volum


Dalam bahasan listrik magnet selanjutnya akan ditemui berbagai macam bentuk integral,
diantaranya yang paling penting adalah integral garis (atau lintasan), integral permukaan
(atau fluks), dan integral volum.
Integral Garis. Sebuah integral garis I adalah suatu pernyataan dalam bentuk
b

I = v d r ,

(47)

dengan v adalah sebuah fungsi vektor, d r adalah elemen vektor perpindahan (pers. 22),
dan daerah integrasi berada pada lintasan antara titik a hingga titik b . Jika lintasan
integrasi membentuk loop tertutup, maka tanda integral diberi tambahan lingkaran:

vd r .
Integral Permukaan. Sebuah integral permukaan I didefinisikan
I = v d a ,
S

(48)

dengan v adalah sebuah fungsi vektor dan d a adalah elemen vektor luas yang arahnya
tegak lurus permukaan yang dimaksud. Jika permukaannya tertutup (menjadi seperti
ruang), maka seperti sebelumnya tanda integral diberi tambahan lingkaran:

vd a .
Untuk integral permukaan biasa (pers. 48) , dapat ditemui dua arah yang tegak lurus

Kappa Mu Phi, 2007


halaman 17

permukaan sehingga pemilihan arah permukaan akan cukup membingungkan. Namun


biasanya kita bebas memilih salah satu dari kedua arah tersebut. Untuk kasus integral
permukaan tertutup, arah yang keluar (menjauh) dari permukaan disepakati sebagai arah
elemen luas, d a .
Integral Volum. Sebuah integral volum I dinyatakan
I = T d ,

(49)

dengan T adalah sebuah fungsi skalar dan d adalah elemen kecil dari volum. Untuk
koordinat kartesian,

d =dx dy dz .
Sebagai contoh, jika T adalah kerapatan suatu materi (yang nilainya dapat bervariasi dari
titik ke titik), maka integral volum akan memberikan massa total.
Kadang akan ditemui juga bentuk integral volum dari suatu fungsi vektor:

v d = v x i v y j v z k d =i v x d j v y d k v z d .
Teorema fundamental
Untuk memudahkan perhitungan seringkali dibutuhkan penyederhanaan bentuk integral
yang berdasarkan pada teorema tertentu. Ada tiga teorema fundamental berkaitan dengan
operasi diferensial dan integral yang telah dijelaskan sebelumnya.
b

Teorema Gradien:

T d r =T b T a

(50)

Teorema Curl (Stokes):

v d a= vd r

Teorema Divergensi (Gauss):

v d = v d a

(51)
(52)

Dari pers. 50 s.d. 52 dapat dilihat bahwa teorema gradien melibatkan operasi gradien dan
integral garis; teorema curl melibatkan operasi curl, integral permukaan, dan integral garis;

Kappa Mu Phi, 2007


halaman 18

dan teorema divergensi melibatkan operasi divergensi, integral volum, dan integral
permukaan.

Teorema potensial (skalar dan vektor)


Teorema 1. Jika curl dari sebuah medan vektor
F bernilai nol dimanapun, maka
F
dapat dituliskan sebagai gradien dari sebuah potensial skalar V :
F
V,
=0 F
=

(53)

atau setara dengan pernyataan berikut:


b

Fd r

tidak tergantung lintasan (konservatif) untuk setiap titik-titik ujung yang

diberikan,

Fd r =0

untuk sembarang loop tertutup.

Teorema 2. Jika divergensi dari sebuah medan vektor


F bernilai nol dimanapun,
:
maka
F dapat dinyatakan sebagai curl dari sebuah potensial vektor A
F
A
=0 F
=
,

(54)

yang juga setara dengan:

Fd a

Fd a =0

tidak tergantung permukaan untuk setiap batas tertutup yang diberikan,


untuk sembarang permukaan tertutup.

KUMPULAN SOAL-JAWAB
SOAL 1

seperti pada gambar di samping. Turunkan


Misalkan suatu vektor C
pada
aturan cosinus dengan memanfaatkan perkalian titik dari vektor C
dirinya sendiri dengan menyesuaikan variabel pada A dan B !

Kappa Mu Phi, 2007


halaman 19

Jawab:

=A

Dari gambar dapat kita tentukan: C
B , kemudian
C
= A


A
A


C
B A
B = A
B
BA
B
B,
atau
C 2 =A 2 B 2 2 A B cos (aturan cosinus).
SOAL 2
Tentukan sudut antara dua buah diagonal ruang suatu kubus!
Jawab:
Berdasarkan gambar di samping,

z
1

=1 i 1 j 1 k ; A= 3
A

r
A

B =1 i 1 j 1 k ; B= 3
r
B


A
B =111=1= A B cos= 3 3cos

1
cos = ,
3
sehingga =arc cos

1
70,5288o .
3

SOAL 3
Dengan

menggunakan

perkalian

silang,

tentukanlah

komponen vektor satuan yang tegak lurus bidang seperti

ada gambar!

Jawab:
2

Perkalian silang antara dua vektor sembarang yang menjadi


sisi-sisi bidang pada gambar akan menghasilkan vektor

1
x

yang tegak lurus bidang tersebut. Sebagai contoh, ambil bagian alas dan sisi sebelah kiri
dan
masing-masing menjadi vektor A
B:

Kappa Mu Phi, 2007


halaman 20

=1 i 2 j 0 k ;
A
B =1 i 0 j 3 k

i
j k

A B = 1 2 0 =6 i 3 j 2 k .
1 0 3
B
ini arahnya sudah sesuai dengan n , tetapi besarnya belum cocok (ingat,
Vektor A

vektor satuan harus bernilai 1 satuan). Untuk menghasilkan vektor satuan n , bagi saja

B
= 3694=7 . Dengan demikian,
A
B dengan besarnya: A
n =


A
B 6 3 2
= i k .
j 7

A
B 7

SOAL 4
Carilah vektor posisi relatif r dari titik sumber (2, 8, 7) ke titik medan (4, 6, 8). Tentukan
besarnya dan bentuk vektor satuan r !
Jawab:

i 8 j7 k=2
i 2 j1 k .
r=r r '=4 i 6 j 8 k2
2
2
1
r= 441=3 , sehingga r = i  j k .
3
3
3
SOAL 5
Tentukan gradien fungsi-fungsi berikut:
(a) f x , y , z =x 2 y 3z 4 ; (b) f x , y , z =x 2 y 3 z 4 ; (c) f x , y , z =e x sin y lnz .
Jawab:
f =2 x i 3 y 2 j 4 z 3 k
(a)
f =2 x y 3 z 4 i 3 x 2 y 2 z 4 j 4 x 2 y 3 z 4 k
(b)

f =e x sin y ln z i e x cos y ln z j e x sin y 1 k


(c)
z

Kappa Mu Phi, 2007


halaman 21

SOAL 6
Ketinggian dari suatu bukit (dalam satuan meter) diberikan oleh
2

h x , y =10 2 x y 3 x 4 y 18 x 28 y 12 ,
dengan y adalah jarak (dalam km) sebelah utara, x adalah jarak ke timur kota Bandung.
(a) Di manakah puncak bukit tersebut berada?
(b) Berapa ketinggian bukit tersebut?
(c) Seberapa curam kemiringan (dalam satuan m/km) pada sebuah titik 1 km utara dan 1
km timur kota Bandung? Pada arah manakah kemiringan tercuram di titik tersebut?
Jawab:
(a) Tentukan gradien fungsi terlebih dahulu:
h=10[ 2 y 6 x 18 i 2 x 8 y 28 j ] .

h=0 (puncak bukit merupakan


Untuk menentukan puncak bukit, gunakan syarat
salah satu jenis titik stasioner):
h=10[ 2 y6 x 18 i 2 x 8 y28 j ]=0 , menghasilkan sistem persamaan

linear dua peubah:


2 y 6 x 18=0
2 x 8 y 28=0

} . Solusi dari sistem persamaan ini adalah x , y =2 ,3 .

Dengan demikian puncak bukit tersebut berada pada 2 km sebelah barat dan 3 km
utara Bandung.
(b) Substitusikan x , y =2 ,3 pada h x , y :
h 2, 3=10 121236368412=720 m .
h.
(c) Substitusikan x , y =1 , 1 pada
h 1 ,1=10 [2618 i 2828 j ]=220 i j .

h=220 2311 m/km , arahnya ke barat laut (135 derajat dari sumbu-x positif).

Kappa Mu Phi, 2007


halaman 22

SOAL 7
Misalkan r adalah sebuah vektor dari suatu titik tertentu x 0 , y 0 , z 0 ke titik x , y ,z
dan r adalah panjangnya.
r 2=2 r
(a) Tunjukkan bahwa

r n (dalam bentuk r , yaitu vektor satuan yang searah


(b) Cari rumus umum untuk
dengan r )
Jawab:
(x, y, z)

r=x x 0 i y  y 0 jz z 0 k
r= x x 0 y  y 0 z z 0
2

r 2=x x 0 2 y  y 02z z 02

(x0 , y 0 , z 0 )

2
2
2
2
2
2

2
(a) r = x [ x x 0 y y 0 z z 0 ] i y [ x x 0 y  y 0 zz 0 ] j
2
2
2
[ x x 0 y y 0 z z 0 ] k
z

=2 x x 0 i 2 y  y 0 j 2z z 0 k=2
r (terbukti)
(b)

r n =n r n1 r =n r n1 1 1 2 r =n r n 1 r , ( r =x x )
x
x
0
x
x
2 r x
r n =n r n1 r
r n =n r n1 r
r n =n r n1 r .
y ,
z ; sehingga
y
z

SOAL 8
Ujilah kebenaran teorema gradien, menggunakan fungsi T =x 24 x y 2 y z 3 dengan
titik-titik a=0, 0 ,0 , b=1 ,1, 1 dan dua lintasan berikut:
(a)

(b)

(1 , 1 , 1 )

(1 , 1 , 1 )

z = x2 = y 2
x

Kappa Mu Phi, 2007


halaman 23

Jawab:
b

Teorema gradien adalah:

T d r =T b T a .
a

Pada soal telah disebutkan T =x 24 x y2 y z 3 , sehingga


T a=0 ; T b=142=7 ; dan T bT a =7 .
(a) Lintasan ini dapat dibagi menjadi 3 bagian,
1

- bagian 1, x :0 1 , y =z =dy=dz =0 .

T d r1= 2 x dx=[x 2 ]10=1 .


0
1

- bagian 2, y :0 1 , x =1 , z =0 , dx=dz =0 .

T d r2= 4 dy=[4 y ]10=4 .


0
1

- bagian 3, z :0 1 , x = y=1 , dx=dy=0 .

T d r3= 6 z 2dz =[2z 3]10=2 .


0

T d r = T d r1 T d r2 T d r3=142=7 .
a

T d r =2 x 4 ydx 4 x 2z 3dy 6 y z 2 dz .
(b)
Karena x :0 1; y =x , z =x 2 , dy =dx , dz =2 x dx , maka
T d r =2 x 4 x dx 4 x 2 x 6 dx6 x x 4 dx=10 x 14 x 6 dx

T d r = 10 x 14 x 6 dx=[5 x 22 x 7 ]10=52=7 .
z

SOAL 9
Uji

kebenaran

teorema

divergensi

v =x y i 2 y z j 3 x z k .

untuk

Gunakan

volum

fungsi
pada

gambar kubus di samping dengan panjang sisi 2 satuan!

2
2

Jawab:
x

Teorema divergensi adalah:

v d = v d a

.
V

v = y2z 3 x .
Cari dulu nilai ruas kiri: sesuai dengan soal, dapat diperoleh

Kappa Mu Phi, 2007


halaman 24
2 2 2

v d = y 2z 3 x dx dy dz =48 .

0 0 0

Cek nilai ruas kanan dengan menggunakan penomoran permukaan berikut ini:
z

(V )
(II)

(III)

(IV )

(I)
(V I)

2 2

(I)

vd a1= 2 y dy dz =2[ y2 ]02=8 .

d a1 =dy dz i , x =2 ;

0 0

(II)

d a2=dy dz i , x =0 ; v d a2 =0 ;

vd a2=0 .

2 2

(III) d a3 =dx dz j , y=2 ;

vd a3= 4z dx dz =16 .
0 0

(IV) d a4 =dx dz j , y=0 ; v d a4 =0 ;

vd a4=0 .

2 2

(V)

d a5 =dx dy k , z=2 ;

vd a5= 6 x dx dy =24 .
0 0

(VI) d a6 =dx dy k , z =0 ; v d a6=0 ;

vd a6=0 .

Jumlahkan seluruh integrasi (I) s.d. (VI), ternyata hasilnya adalah

vd a =81624=48

(cocok dengan ruas kiri).

SOAL 10
Ujilah kembali kebenaran teorema divergensi untuk fungsi
2
2
2
.
v =r cos r r cos r cos sin

Gunakan bola berjari-jari R pada oktan pertama sebagai volum yang ditinjau!

Kappa Mu Phi, 2007


halaman 25

Jawab:
z

Sesuai transformasi pada koordinat lengkung, divergensi

untuk koordinat bola dapat dituliskan


v sin 1 v ,
v = 1 r 2 v 1

2
r
r
sin

r sin
r

R
y
R

sehingga untuk soal ini diperoleh


x

r 2 cos sin 1
v = 1 r 2 r 2 cos 1

r 2 cos sin
2
r sin
r sin
r r
=

1 3
1
1
r 2 cos cos
r 2 cos cos
4 r cos
2
r sin
r sin
r

r cos
[4 sin coscos ]=4 r cos .
sin

Kemudian hitung ruas kiri teorema divergensi dengan elemen volum dalam koordinat
bola, d =r 2 sin dr d d :
R

v d = 4r cos r 2 sin dr d d =4 r 2 dr

0

=R

/ 2

/ 2

cos sin d d
0

4
R
=
.
2
4

1
2

Sekarang cek ruas kanan, perrmukaan bola yang dimaksud terdiri dari 4 bagian:
(1) bagian lengkung, d a1 =R 2 sin d d r ; r =R ; vd a1=R 2 cos R 2 sin d d
/2

/2

vd a1=R 4 cos sin d d =R 4


0


1
2

4
R
.
=
2
4

=0 ; vd a2=r 2 cos sin r dr d =0


(2) kiri: d a2=r dr d ;

vd a2=0 .

; = ; vd a3=r 2 cos sin r dr d =r 3 cos dr d


(3) belakang: d a3=r dr d
2
/ 2

vd a3= r
0

dr

cos d =
0

1
1 4
R 1= R 4 .
4
4

Kappa Mu Phi, 2007


halaman 26

= ; vd a =r 2 cosr dr d
(4) alas: d a4 =r sin dr d ;
2
/ 2

vd a4= r

dr

Totalnya adalah:

cosd = 4 R 4 .
0

vd a =

R
1 4 1 4 R
(cocok).
0 R R =
4
4
4
4

SOAL 11

Uji kebenaran teorema Stokes (curl) untuk fungsi v = y k

(0 , 0 , a)

pada permukaan segitiga seperti gambar di samping!


(0 , 2 a, 0 )

Jawab:
Teorema Stokes adalah:

v d a= vd r
S

(a, 0 , 0 )
x

Cek ruas kanan, v d r = y dz .

Ambil jalur yang berlawanan jarum jam pada garis-garis batas permukaan tertutup segitiga.
Ada 3 bagian garis pada segitiga tersebut:
(1) kiri: z =ax ; dz =dx ; y=0 ; sehingga
(2) alas: dz =0 , sehingga

vd r2=0 .

(3) belakang (kanan): z =a


0

vd r3=
2a

vd r1=0 .

1
1
y ; dz =
dy ; y : 2a 0 .
2
2
0

[ ]

1
1 y2
y dy =
2
2 2

Totalnya dalam loop tertutup adalah

2a

4 a2 2
=a
4

vd r =00a 2=a 2 .

v =i .
Sekarang cek ruas kiri:
1

v d a = proyeksi permukaan segitiga pada bidang xy= 2 a 2a =a 2

(cocok).

Kappa Mu Phi, 2007


halaman 27

SOAL 12
Misalkan F1 =x 2 k dan F2=x i y j z k . Hitung divergensi juga curl dari F1 dan
F2 . Manakah yang dapat dituliskan sebaga gradien dari skalar? Cari potensial skalar yang
cocok dengannya! Dan manakah yang dapat dinyatakan sebagai curl dari vektor? Cari
potensial vektor yang cocok dengannya!
Jawab:
F = x y z =111=3 .
F = 0 0 x 2 =0;

1
2
x
y
z
x y z

i
F =

1
x
0

y
0

2


z = j x x =2 x j ; F 2=
x2

x
x

y
y

=0 .
z
z

F =0 , maka F2 adalah gradien dari suatu skalar.

2
1 2
2
2
V.
Potensial skalar yang memenuhi adalah V = x y z sehingga F2=
2

F =0 , maka F1 adalah curl dari suatu vektor.

1
A
dengan syarat F1=
,
Potensial vektor yang berkaitan dengan F1 adalah A
menyebabkan

A y Ax
A y Az
A x Az
x3
2

=x A y = .

=

=0 ;
z
y
z
x
x
y
3
2

= x j (tapi tidak unik).


Dengan ketentuan ini dapat dipilih A x = Az =0 sehingga A
3

Fungsi Delta Dirac (Pengayaan)


Misalkan ada suatu fungsi vektor v =
mengarah radial keluar.

1
r dalam koordinat bola. Pada setiap titik, v
r2

Kappa Mu Phi, 2007


halaman 28

Jika seseorang mencari sebuah fungsi dengan divergensi positif yang sangat besar, maka
fungsi itulah contohnya. Akan tetapi, jika divergensinya dihitung dengan cara biasa
(koordinat bola), ternyata hasilnya tepat nol !

v = 1 r 2 1 = 1 1=0 .

2
2
2
r r
r
r r
Lebih aneh lagi jika kita coba uji kebenaran teorema divergensi dengan mengecek ruas
kanan teorema, yaitu dengan mengintegrasikan fungsi sepanjang permukaan bola berjarijari R yang berpusat pada titik asal koordinat:

vd a =

1
r R 2 sin d d r = sin d d =4 ,
2
R
0
0

padahal ruas kiri teorema divergensi,

v d =0 .

Mana yang benar? Ruas kiri atau ruas kanan? Apakah teorema divergensi telah salah?
Permasalahan rupanya disebabkan oleh titik r =0 di mana v nilainya meledak secara
v )
liar (pembagian dengan nol akan menghasilkan nilai tak hingga). Divergensi v (
sebenarnya memang bernilai nol, kecuali di r =0 . Oleh karena itu, perlu didefinisikan
fungsi baru yang dapat mengakomodasi sifat divergensi ini. Patokan yang digunakan untuk
adalah nilai teorema divergensi untuk kasus ini haruslah 4 (mengacu pada ruas kanan).
Fungsi spesial ini dikenal dengan nama fungsi delta Dirac.

Fungsi delta Dirac 1D


x a
luasnya 1
satuan

Gambar 15. Fungsi delta Dirac, luas daerah di bawah kurva bernilai 1 satuan.

Kappa Mu Phi, 2007


halaman 29

Definisi:

jika x a
jika x =a

0,
x a =
,

x a dx =1 .


(55)

f x x a dx = f a .


(56)

dengan

Sifat-sifat:

f x x a = f a x a dan

Fungsi delta Dirac 3D


Definisi yang diberikan pada fungsi delta Dirac 1D dapat diperluas menjadi 3D:
3 r = x y z ,

(57)

dan integral volumnya bernilai 1:

3 r d =


x y z dx dy dz =1 .

(58)

f r 3 r r0= f r0 .

(59)

Selain itu,

Dengan fungsi delta Dirac ini, masalah yang dikemukakan pada bagian awal dapat
terpecahkan secara mudah, yaitu

r =4 3 r ,

r2
atau secara umum

r =4 3 r .

r2

(60)

SOAL 13
(a) Tuliskan pernyataan yang menyatakan kerapatan massa dari sebuah partikel bermassa
m yang berada pada titik r0 . Lakukan hal yang sama untuk rapat muatan dari suatu

Kappa Mu Phi, 2007


halaman 30

muatan titik pada r0 !


(b) Berapa rapat muatan dari sebuah dipol listrik, yang terdiri dari muatan titik -q pada
titik asal koordnat dan muatan titik +q pada r0 ?
(c) Berapakah rapat muatan yang seragam dari kulit bola tipis berjari-jari R dan muatan
totalnya Q?
Jawab:
(a) Perhatikan pers. (58), satu per volum merupakan fungsi delta Dirac, sehingga:
m r =m 3 r r0 ; q r =q 3 r r0 .
(b) r =q 3 r r0 q 3
r.
(c) Misalkan r = A r R . Untuk mendapatkan konstanta A, maka dibutuhkan
syarat Q= r d = A r R 4 2 dr = A 4 R 2 , sehingga A=
Dengan demikian, r =

Q
r R .
4 R 2

***

Q
.
4 R 2

Anda mungkin juga menyukai