Dokumen - Tips - Laporan Praktikum Waktu Pencampuran
Dokumen - Tips - Laporan Praktikum Waktu Pencampuran
WAKTU PENCAMPURAN
DI SUSUN OLEH
KELOMPOK : VI (enam)
Abstrak
Pencampuran (mixing) merupakan peristiwa menyebarnya bahan-bahan secara
acak. Penggunaan sistem pengadukan untuk pencampuran banyak ditemui di
industri kimia, salah satunya adalah tangki berpengaduk. Sistem tangki
berpengaduk terdiri dari suatu tangki penampung fluida, pengaduk (impeller)
yang terpasang pada batang pengaduk, dan perangkat penggeraknya (motor).
Percobaan ini bertujuan membandingkan efektivitas beberapa tipe impeller pada
pencampuran NaCl dengan air. Metode percobaan yanng dilakukan adalah
megunakan alat-alat yaitu tangki berpengaduk yang dilengkapi motor, beberapa
jenis pengaduk, stopwatch, dan timbangan. Bahan yang digunakan adalah air
dan garam NaCl (natrium clorida). Prosedur kerja yang dilakukan adalah
pertama pasang rangkain alat pengaduk dengan baik. Kemudian isi dengan air
dengan ketinggian 20 cn dari dasar tangki, kemudian jalankan motor pengaduk
dan atur kecepatannya. Kemudian campurkan 25 gram garam NaCl bersamaan
dengan menghidupkan stopwatch. Amati nilai konduktifitas larutan sampai stabil.
Kemudian catat hasilnya. Dari percobaan diketahui bahwa penggunaan turbin
sebagai impeller lebih efektif dalam proses pencampuran karena memiliki waktu
pencampuran yang paling singkat. Pada tangki yang tidak dilengkapi baffle untuk
NaCl, turbin merupakan impeller yang paling efektif karena membutuhkan waktu
yang paling sedikit untuk mencapai nilai konduktivitas yang konstan, yaitu 80, 65,
dan 52 detik. Dan pada penggunaan tangki yang dilengapi dengan buffel.
Yaitu:48, 18, dan 10 detik. Dari percobaaan didapatkan bahwa penggunaan
buffel pada tanki pencampuran sangat efektif digunakan untuk mengoptimalkan
waktu pencampuran.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberhasilan operasi suatu proses pengolahan dalam suatu industri adalah
sangat penting. Keberhasilan tersebut bergantung pada efektifnya pengadukan dan
pencampuran zat cair dalam proses pencampuran. Pencampuran adalah peristiwa
menyebarnya bahan-bahan secara acak, dimana bahan yang satu menyebar ke
dalam bahan yang lain dan sebaliknya, dimana bahan-bahan itu sebelumnya
terpisah dalam dua fase atau lebih. Pencampuran dilakukan dengan tujuan
menghasilkan campuran bahan yang bersifat homogen. Proses pencampuran dapat
dilakukan dalam sebuah tangki berpengaduk. Faktor-faktor yang mempengaruhi
proses pencampuran diantaranya adalah perbandingan antara geometri tangki
dengan geometri pengaduk, bentuk dan jumlah pengaduk, posisi sumbu pengaduk,
kecepatan putaran pengaduk, dan penggunaan baffle juga sangat berpengaruh
pada waktu pencampuran yang dihasilkan.
1.2 Teori
1.2.1 Defenisi Pencampuran
Pencampuran diartikan sebagai suatu proses menghimpun dan membaurkan
bahan-bahan. Tujuan pencampuran adalah menghasilkan campuran bahan dengan
komposisi tertentu dan homogen, menghasilkan bahan setengah jadi agar mudah
diolah pada proses selanjutnya atau menghasilkan produk akhir yang baik. Suatu
proses pencampuran sangat diharapkan terjadinya pencampuran yang baik,
dimana bahan-bahan telah tercampur dengan merata. Proses pencampuran
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
a. Aliran
berbeda tanpa reaksi kimia yang terjadi (obyek tidak menempel satu sama lain).
Pencampuran dapat dipisahkan menjadi komponen aslinya secara mekanis.
1.2.2 Waktu pencampuran
Waktu pencampuran adalah waktu yang dibutuhkan fluida untuk bercampur
merata keseluruh tangki sehingga campuran bersifat homogen.
Waktu
pencampuran suatu larutan dipengaruhi oleh: jenis pengaduk, jenis tangki baffle
dan unbaffle, kecepatan putaran pengaduk. Secara umum waktu yang dibutuhkan
larutannya.
Proses
pencampuran sangat
diharapkan dapat
reduksi gerakan pada bahan, biasanya terjadi pada suatu tempat seperti bejana.
Gerakan hasil reduksi tersebut mempunyai pola sirkulasi. Akibat yang
ditimbulkan dari operasi pengadukan adalah terjadinya pencampuran (mixing) dari
satu atau lebih komponen yang teraduk. Pada tangki berpengaduk, pola aliran
yang dihasilkan bergantung pada beberapa faktor antara lain geometri tangki, sifat
fisik fluida dan jenis pengaduk itu sendiri. Pengaduk jenis turbin akan cenderung
membentuk pola aliran radial sedangkan propeller cenderung membentuk aliran
aksial. Komponen radial dan tangensial terletak pada daerah horizontal dan
komponen longitudinal pada daerah vertikal untuk kasus tangkai tegak (vertical
shaft). Komponen radial dan longitudinal sangat berguna untuk penentuan pola
aliran yang diperlukan untuk aksi pencampuran (mixing action). Menurut aliran
yang dihasilkan, pengaduk dapat dibagi menjadi tiga golongan:
dengan
Pengaduk aliran radial yang akan menimbulkan aliran yang berarah tangensial
dan radial terhadap bidang rotasi pengaduk. Komponen aliran tangensial
menyebabkan timbulnya vortek dan terjadinya pusaran, dan dapat dihilangkan
dengan pemasangan sekat (baffle ).
1. Paddle
Bentuknya seperti dayung. Pola sirkulasi yang dominan adalah pola aliran
radial (aliran tegak lurus sumbu pengaduk), biasanya digunakan pada
kecepatan rendah yaitu 20-200 rpm. Penggunaan pengaduk jenis ini pada
kecepatan putaran tinggi dapat menimbulkan pusaran (vortex), sehingga
penggunaanya dilengkapi dengan pemasangan baffle
2. Propeller
Bentuknya seperti baling-baling. Pola aliran yang dominan terbentuk adalah
pola aliran aksial (aliran sejajar sumbu pengaduk). Propeller digunakan untuk
fluida yang mempunyai viskositas rendah dan berkecepatan tinggi (400-1750
putaran per menit).
3. Turbine
Beberapa tipe turbine antara lain: flat blade, disk flat blade, pitchet blade,
pitchet fane, curvet blade, arrow head, titled blade, pitch curvet blade, dan
shrouded. Pola sirkulasi yang terbentuk adalah radial dan tangensial (aliran
yang mengelilingi batang pengaduk).
Masing-masing pengaduk memberikan hasil waktu pencampuran yang
berbeda. Perbedaan itu terjadi karena efektivitas aliran yang dihasilkan oleh
pengaduk untuk menjangkau seluruh tangki berbeda. Semakin efektif aliran yang
dihasilkan oleh pengaduk maka semakin sedikit waktu pencampuran yang
dibutuhkan. Propeller memiliki waktu untuk mencampurkan bahan elektrolit yang
paling lama dibanding impeller yang lain. Sedangkan padle berada diantara turbin
dan propeller. Impeller jenis turbine merupakan jenis impeller yang mempunyai
kecepatan putaran paling tinggi. Ini disebabkan karena impeller jenis turbin
mampu bekerja secara maksimum pada fluida jenis air.
B. Jenis Tangki (baffle dan unbaffle)
Pemilihan tangki juga berpengaruh terhadap waktu pencampuran. Pada
percobaan terdapat dua jenis tangki yaitu tangki yang mempunyai sekat (baffle)
dan tangki yang tidak mempunyai sekat (unbaffle). Bila suatu jenis pengaduk
memberikan pola aliran selain pola aliran turbulen, kita bisa menciptakan aliran
BAB II
METODE PERCOBAAN
2.1 alat dan bahan yang digunakan
Metode percobaan yang dilakukan adalah menggunakan alat alat berupa :
tangki berpengaduk, beberapa tipe pengaduk,stopwatch, dan timbangan. Bahan
yang digunakan adalah air dan garam natrium klorida (NaCl) sebagai elektrolit.
2.2 Gambar alat praktikum
4. Kecepatan putar pengaduk diatur dengan kecepatan 125 rpm. Kemudian NaCl
di masukkan ke dalam tangki berseberangan dengan alat konduktivitimeter.
5. Pencatatan waktu dilakukan bersamaan dengan masuknya NaCl ke tangki
pengaduk.
6. Pencatatan waktu dihentikan ketika alat pengukur konduktivitas telah
menunjukkan nilai konstan.
7. Dilakukan Tahapan yang sama dilakukan pada kecepatan 250, 375, dan 500
rpm.
8. Percobaan diulangi lagi dengan mengganti tipe pengaduk atau impeller dengan
tipe propeller dan tipe turbin
9. Percobaan dilakukan kembali dengan menggunakan zat elektrolit KCl.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hubungan kecepatan putaran pengaduk dengan waktu pencampuran
pada tangki unbaffel.
Percobaan yang dilakukan menggunakan tangki unbaffel pada beberapa
variasi impeller dan kecepatannya didapatkan waktu yang dibutuhkan untuk
mencampurkan 25 gr NaCl dengan 8 Liter air. Hubungan antara kecepatan
impeller dari masing-masing jenis impeller dengan waktu dapat dilihat pada
Gambar 3.1
Baling-baling
Turbin
Dayung besar
Dayung sedang
Dayung kecil
Waktu Pencampuran(detik)
250
375
500
pengadukan,
kecepatan
pengadukan
pada
umumnya
akan
rpm waktu pencampuran yang diperoleh yaitu 106 detik. Dapat dilihat bahwa
semakin tinggi laju putaran impeller, maka semakin sedikit waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai konduktivitas konstan. Dari Gambar 3.2 didapatkan
bahwa turbin merupakan impeller yang paling efektif dibandingkan dengan
baling-baling, dayung besar, dayung kecil, dan dayung kecil. Hal ini disebabkan
karena impeller turbin. menghasilkan efek pengadukan yang paling besar
sehingga pencampuran garam NaCl dengan air berlangsung cepat.
3.1 Hubungan kecepatan putaran pengaduk dengan waktu pencampuran
pada tangki dilengkangkapi dengan baffle.
Percobaan menggunakan tangki yang dilengkapi dengan baffle pada
beberapa variasi impeller dan kecepatannya didapatkan waktu pencampuran untuk
mencapai homogenitas dari larutan NaCl. Didapatkan hubungan antara variasi
kecepatan putaran dan jenis impeller terhadap waktu pencampuran yang dapat
dilihat pada Gambar 3.2.
176
151
126
101
Waktu Pencampuran (detik) 76
51
26
1
250
375
500
Baling-baling
Turbin
Dayung besar
Dayung sedang
Dayung kecil
Konduktifitas (Ohm)
6
5
4
3
2
1
0
Baling-baling
Turbin
Dayung besar
Dayung sedang
Dayung kecil
5
0
Dayung kecil
Dayung sedang
Dayung besar
Turbin
Baling-baling
5
0
5 detik 10 detik konstan
Dayung kecil
Dayung sedang
Dayung besar
Turbin
Baling-baling
5
0
5 detik 10 detik konstan
selang waktu pencampuran
Dayung kecil
Dayung sedang
Dayung besar
Turbin
Baling-baling
15
10
konduktivitas(Ohm)
5
0
5 detik
10 detik
konstan
Dayung kecil
Dayung sedang
Dayung besar
Turbin
Baling-baling
konduktifitas (Ohm)
16
12
8
4
0
5 detik
10 detik
konstan
Dayung kecil
Dayung sedang
Dayung besar
Turbin
Baling-baling
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
1. Semakin besar kecepatan pengaduk maka semakin cepat laju pencampuran
yang didapatkan.
2. Berdasarkan percobaan yang dilakukan didapatkan impeller yang paling efektif
digunakan adalah baling-baling, karena memiliki waktu pencampuran paling
singkat dibandingkan impeller yang lainnya.
4.2 Saran
1. Lakukan pencucian tangki pengaduk pada setiap kali pengujian, agar hasil
yang didapatkan benar.
2. Karena pembacaan alat konduktivitimeter tidak stabil maka lakukan pencatatan
angka yang paling lama dan sering muncul.
3. Lakukan pembagian tugas dalam menimbang bahan (NaCl), mengukur
konduktivitas larutan, dan memperhatikan stopwatch.
DAFTAR PUSTAKA
McCabe L Warren, Smith C Julian, & Herriot Peter. 1985. Operasi Teknik Kimia
Jilid 1 Edisi Keempat. Erlangga: Jakarta.
Purwanto, 2008. Pengaruh desain impeller,buffel, kecepatan putar pada proses
isolasi minyak kelapa murni dengan metode pengadukan. Institut
Teknologi Adhi Tama: Yogyakarta.
Tim Penyusun Penuntun Praktikum Operasi Teknik Kimia I. Penuntun praktikum
operasi teknik kimia I. Laboratorium Dasar Proses dan Operasi Pabrik
Program Studi D III Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Riau:
Pekanbaru.