Komite Audit
Komite Audit
DAN
Teori Keagenan
Teori keagenan adalah teori yang
mendasari hubungan antara pemilik atau
oleh komisaris,
independen.
kecuali
komisaris
bahwa
pengalaman
bekerja
pada
perusahaan
lain
mulanya
dapat
meningkatkan efektivitas anggota komite
audit. Namun, keadaan tersebut seeara
cepat berbalik ketika anggota komite audit
bekerja di banyak perusahaan lain (lebih
dari tiga perusahaan).
Price Waterhouse (dalam Ataina 2000)
merekomendasikan bahwa komite audit
secara periodik harus mengevaluasi
kinerjanya. Ataina (2000) berpendapat
bahwa evaluasi komite audit sebaiknya
dilakukan oleh akuntan publik yang
independen yang bukan akuntan publik
perusahaan. Pendapat ini didukung oleh
Sommer (1991) dalam Ataina (2000) yang
menyatakan bahwa auditor mempunyai
posisi yang strategis untuk mengevaluasi
kinerja komite audit. Hal ini disebakan
karena auditor merupakan pihak yang
sering bergaul dengan berbagai komite
audit suatu perusahaan. Selain itu, akuntan
publik juga menerapkan sistem peer review
(evaluasi kinerja suatu Kantor Akuntan
Publik (KAP) oleh KAP lain) dalam
melakukan evaluasi kinerja sehingga hasil
evaluasi lebih bersifat rdiabel. Komite audit
juga hams mereview hasil evaluasi tersebut
dengan seluruh anggota dewan komisaris
(Ataina 2000).
3. Faktor Sekunder
Faktor sekunder yang mempengaruhi
efektivitas komite audit adalah pertemuan
formal dan informal. Pertemuan formal
komite audit merupakan hal penting bagi
kesuksesan komite audit. Pertemuan ini
diselenggarakan untuk membahas keenam
faktor di atas, mengevaluasi kualitasnya,
dan membahas perbaikan-perbaikan yang
perlu dilakukan.
Frekuensi dan isi pertemuan
tergantung pada tugas dan tanggung jawab
yang diberikan kepada komite audit.
Jumlah pertemuan dapat ditentukan
berdasarkan ukuran perusahaan dan
besarnya tugas yang diberikan kepada
komite audit. Namun, pada umumnya
komite audit bersidang dua sampai tiga kali
dalam setahun yaitu sebelum laporan
periode
biaya
atau
H3 :
Gambar 1
Kerangka Pemikiran
Independensi
Komite Audit
Keahlian
Komite Audit
Manajemen Laba
Oportunistik
Frekuensi Pertemuan
Komite Audit
Komitmen Waktu Komite
Audit
METODE PENELITIAN
Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat merupakan variabel
yang menjadi perhatian utama peneliti.
Melalui analisis terhadap variabel terikat
adalah mungkin untuk menemukan
jawaban atas suatu masalah (Uma Sekaran
2006). Variabel terikat dalam penelitian
ini adalah manajemen laba.
Sejauh ini hanya model berbasis
agregate accrual yang diterima secara
ACMEET
ACCOMIT
BIG4
: Reputasi
(Big4/Non Big4)
FINANCQ
: Kebutuhan
ekstemaL
auditor
pembiayaan
Metode Analisis
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan
menggunakan analisis regresi berganda.
Sedangkan model persamaan yang
digunakan adalah:
DACCi,t = o + 1 ACIND + 2 ACEXP+ 3
ACMEET + 4 ACCOMIT + 5
B1G4 + 6 FINANCQ+ e
DACC
: Discretionary
Accruals
sebagai
proksi
manajemen laba
ACIND
: Independensi
komite audit
ACEXP
anggota
Interpretasi Hasil
Pengaruh Independensi Komite Audit
terhadap Manajemen Laba
Dalam penelitian ini, pengaruh
independensi komite audit terhadap
manajemen laba dihipotesiskan bahwa
independensi komite audit berhubungan
negatif terhadap Discretionary Accruals
(DACC). Seperti yang tampak pada tabel
4.16, uji t menunjukkan nilai koefisien= 0,360dan nilai p = 0,023 (p<0,05). Artinya,
independensi
komite
audit
secara
signifikan berpengaruh negatif terhadap
Discretionary Accruals (DACC). Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa HI
tidak dapat ditolak. Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian Klein (2002) dan Xie et al.
(2003).
Kedua
penelitian
tersebut
menyatakan bahwa terdapat hubungan
Audit
dibentuk
oleh
perusahaan
tidak
menjalankan fungsi dan peranannya secara
efektif sehingga komite audit tidak
mempunyai pengaruh terhadap manajemen
laba. Menurut Sommer (1977) dalam
Khomsiyah (2005), banyak komite audit di
perusahaan belum melaksanakan tugasnya
dengan baik. A1asan lain yang mendukung
hasil penelitian ini adalah peraturan
Bapepam belum menjelaskan karakteristik
apa sajakah yang harus dimiliki oleh
seseorang agar dapat dinyatakan memiliki
financial literacy.
Sehingga, kurang jelasnya definisi
financial literacy yang yang hams dimiliki
oleh anggota komite audit menyebabkan
tiap perusahaan sampel kemungkinan
memiliki definisi yang berbeda. Hal ini
berpengaruh pada penunjukkan anggota
komite audit yang memiliki financial
literacy (Fitriasari 2007). Hasil penelitian
ini juga menunjukkan bahwa pembentukan
komite audit pada perusahaan manufaktur
belum mencapm kesuksesan dalam
menjalankan peran pengawasannya.
Pengaruh Frekuensi Pertemuan Komife
Audit terhadap Manajemen Laba
Hasil uji statistik t antara frekuensi
pertemuan
komite
audit
dengan
manajemen laba menunjukkan bahwa nilai
p= 0,001 dan nilai p=0,880 (p>0,05)
artinya frekuensi pertemuan komite audit
memiliki pengaruh positif namun tidak
signifikan terhadap manajemen laba. Hasil
penelitian ini mendukung hasil penelitian
Lin et al. (2006) dan Fitriasari (2007). Ia
menemukan bahwa anggota komite audit
yang bertemu minimal empat kali dalam
satu tahun tidak mampu mengurangi
terjadinya kecurangan dalam proses
pelaporan keuangan. Namun demikian,
hasil penelitian ini bertentangan dengan
penelitian Xie et al. (2003). Ia menemukan
bahwa
komite
audit
yang
aktif
berpengaruh negatif dengan tingkat
manajemen laba.
Frekuensi pertemuan yang rutin antar
anggota komite audit diharapkan dapat
mengurangi tingkat manajemen laba.
Fitriasari,
Debby.
2007.
Pengaruh
Aktivitas dan Financial Literacy
Komite Audit terhadap Jenis
Manajemen Laba. Paper disajikan
pada
Simposium
Nasional
Akuntansi, Makasar, 26-28 Juli
2007.
Forum Corporate Governance Indonesia.
2000. Peranan Dewan Komisaris
dan Komite Audit
dalam
Pelaksanaan Corporate
Governance.
http://w1.t/w.google.com. diakses
tanggal19 Desember 2008.
Francis, JR. Maydew EL dan Sparks HC.
1999. The Role of Big 6 Auditors in
the Credible Reporting of Accruals.
Auditing: A Journal of Practice and
Theory. Vol. 18. pp.17-34.
Ghozali,
Imam.
2005.
Analisis
Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit FE
Universitas Diponegoro.
Halim, Julia. Carmel Meiden. Rudolf
Lumban Tobing. 2005. Pengaruh
Manjamen Laba pada Tingkat
Pengungkapan Laporan Keuangan
pada Perusahaan Manufaktur yang
Termasuk dalam Indeks LQ-45.
Paper disajikan pada Simposium
Nasional Akuntansi VIII. Solo. 1516 September 2005.
Hidayati, Ataina. 2000. Kunci Sukses
Komite Audit. Jurnal Akuntansi dan
Auditing Indonesia. Vol. 4. No.1.
Jerry, W Lin. June F Lin. dan Joon S
Yang. 2006. The Effect of Audit
Committee
Performance
on
Earnings
Quality.
Managerial
Auditing Journal. Vol. 21. No. 9.
pp. 921-933.
Khomsiyah, Azzam Jasin dan Muammar
Aditya. 2005. Karakteristik Komite
http://www.google.com.
diakses
tanggal19 Desember 2008.