Anda di halaman 1dari 22

Nuzul Al-Quran

DISUSUN OLEH:
1. FAJAR SIDIK RUDINI
2. M. IHSAN HIDAYAT
3. WIDI SYAHPUTRA
KELAS : III.C

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2015

DAFTAR ISI

Bab I (pendahuluan).................................................................................................................3
A.latar belakang.......................................................................................................................3
B.rumusan masalah..................................................................................................................3
Bab II (pembahasan)................................................................................................................4
A. Pengertian nuzul al-quran....................................................................................................4
B. Cara nuzul al-quran secara tanjim atau jumlah wahidah.....................................................5
C. Hikmah diturunkan al-quran secara tanjim..........................................................................9
D. Faedah nuzul al-quran secara tanjim dalam pendidikan dan pengajaran...........................10
E. Mengumpulkan al-quran dan menertibkannya...................................................................11
F.syubhat orang yang berusaha mengurangi ketsiqahan kepada al-quran dan membuat
keraguan terhadapnya, serta jawaban dan bantahannya..........................................................17
G. Tertib surat apakah tauqifi ataupun taufiqi ........................................................................19
Bab III (penutup).....................................................................................................................21
A. Kesimpulan.........................................................................................................................21
B. saran....................................................................................................................................21
Daftar pustaka..........................................................................................................................22

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam mempelajari ilmu al-quran, ada beberapa hal yang penting untuk
dipelajari dan salah satunya adalah bagaimana al-quran diturunkan dan
bagaimana al-quran itu dibukukan pada masa khulafaur rasyidin. Karena
dengan mengetahui bagaimana proses pengumpula al-quran kita dapat
mengerti

bagaimana

usaha-usaha

para

sahabat

untuk

tetap

memelihara al-quran.
Mempelajari al-quran adalah kewajiban. Ada beberapa prinsip dasar untuk
memahaminya,

khusus

dari

segi

hubungan

al-quran

dengan

ilmu

pengetahuan. Atau, dengan kata lain, mengenai memahami al -quran


dalam

hubungannya

dengan

ilmu

pengetahuan.

Dan alangkah baiknya, sebelum mempelajari lebih dalam ilmu-ilmu yang


terkandung didalam al-quran, kita harus mengetahui terlebih dahulu
bagaimana sejarah dan awal mula

al-quran diturukan kepada nabi

muhamad, tahap-tahapan al-quran itu diturunkan diturukan kepada nabi


muhammad,dan bagaimana manusia mampu menerjemahkan hikmahhikmah turunya al quran. Serta permasalahan lain yang berhubungan
turunnya

al-quran.

B. Rumusan masalah
a) apa pengertian nuzul al-quran?
b) bagaimana cara nuzul al-quran secara tanjim atau jumlah wahidah?
c).apa hikmah diturunkannya al-quran secara tanjim?
d). apa faedah dari nuzul al-quran secara tanjim dalam pendidikan dan pengajaran?
e) bagaimana cara mengumpulkan al-quran dan menertibkannya?
f).syubhat dan tertib surat apakah tauqifi ataupun taufiqi?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Nuzul al-Quran
Kata Nuzul Al-Quran merupakan gabungan dari dua kata, yang dalam bahasa arab
susunan semacam ini disebut dengan istilah tarkib idhofi dan dalam bahasa indonesia biasa
diartikan dengan turunnya al-quran.1
Nuzul juga secara etimologi dapat berarti singgah atau tiba ditempat tertentu. Makna
nuzul dalam pengertian yang disebut terakhir ini dalam kebiasaan orang arab. Sehingga, kata
singgah, mampir, atau tiba umpamanya sering diungkapkan oleh orang arab dalam formulasi
seperti seorang penguasa singgah atau tiba disuatu tempat.2
Ada lima makna nuzul yaitu dua diantaranya yang telah disebutkan diatas sedangkan
dua makna lainnya berarti tertib, teratur dan perkumpulan. Kemudian yang terakhir kata
dapat berarti turun secara berangsur-angsur dan terkadang sekaligus.3
Penakwilan kata nuzul ialah dengan kata ilam yang didasarkan pada beberapa alasan
berikut:
1.Al-Quran ialah kalam Allah karena itu sangat terkait dengan dalalah dan pemahaman, maka
penakwilan terhadap kata nuzul dengan arti ilam berarti kembali kepada suatu yang
telah diketahui dan dipahami dari apa yang terkait tadi (dalalah dan pemahaman)
2.

Yang diamksud dengan al-quran berada di lauh al-mahfuzh dan di langit dunia (bait
al-izzah) serta didalam hati Nabi Muhammad juga dalam arti bahwasanya Al-Quran
itu telah di ilamkan oleh Allah kepada makhluknya dibumi sesuai dengan kehendak
Allah sebagai petunjuk bagi manusia untuk mencapai kebenaran.

Usman.ulumul quran ( Yogyakarta: TERAS: 2009), hlm. 37.

Muhammad abd azhim az-zarqoni, manahil al-irfan fi ulumil quran, hlm. 41.

3 Ahmad sayyed al-kumi dan muhammad yusuf al-qosim, ulumul quran, hlm.23.
4

3.

Ditafsirkannya lafal inzal, nuzul dengan lafal ilam dalam konteks ini hanyalah tertuju
kepada Al-Quran dengan segala yang dikandungnya.4
Kata Nuzul itu sendiri berasal dari bahasa arab nazala-yanzilu berarti turun, baik itu

secara langsung maupun secara berangsur-angsur. Namun, kata nuzul juga dapat di artikan
bergeraknya sesuatu dari atas kebawah. Sesuatu yang bergerak dari atas ke bawah tepat dan
lazim di gunakan pada benda atau materi yang memiliki jenis dan berat, sedangkan Al-Quran
bukanlah hal yang semacam itu. Jadi, kata nuzul tidak hanya diartikan secara harfiyah.5
B. Cara Nuzul al-Quran:
1.

Secara tanjim (berangsur-angsur)


Allah SWT berfirman:





Artinya: Dan Sesungguhnya Al Quran Ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan
semesta Alam, Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), Ke dalam hatimu
(Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi
peringatan, Dengan bahasa Arab yang jelas. (QS.Asy-Syura: 192-195)
Firman yang lain:

Usman.ulumul quran, hlm, 39-40.

Usman.ulumul quran, hlm, 37.

Artinya: Katakanlah: Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Quran itu dari Tuhanmu
dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang Telah beriman, dan menjadi
petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).
(QS.An-Nahl: 102)
Firman yang lain:




Artinya: Katakanlah: Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, Maka Jibril itu
Telah menurunkannya (Al Quran) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa
(kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang
yang beriman. (QS.Al-Baqorah: 97)
Firman yang lain:


Artinya: Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang kami
wahyukan kepada hamba kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al
Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang
benar. (QS.Al-Baqorah: 23)
Ayat-ayat diatas menjelaskan, bahwa al-Quran al-karim itu adalah Kalam Allah
dengan lafadnya yang berbahasa Arab. Jibril telah menurunkannya kedalam hati Rasulullah.
Yang dimaksud turunnya itu di sini bukanlah turunnya yang pertama kali ke langit dunia.
Tetapi turunnya al-Quran secara bertahap. Karena itu diungkapkan dengan kata-kata tanzil
dalam ayat-ayat di atas bukan inzal. Ini menunjukkan bahwa turunnya itu secara bertahap dan
berangsur-angsur. Ulama bahasa membedakan antara inzal dengan tanzil. Tanzil berarti turun
secara berangsur-angsur sedang inzal menunjuk pada makna turun secara umum.
Al-Quran turun secra berangsur-angsur selama dua puluh tiga tahun di Makah dan
sepuluh tahun di Madinah. Penjelasan turunnya berangsur-angsur itu terdapat dalamFirman Allah:
6


Artinya: Dan Al Quran itu Telah kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu
membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan kami menurunkannya bagian demi
bagian.(QS.AlIsyra: 106).
Maksudnya, Kami telah menjadikan turunnya Al-Quran itu secara berangsur-angsur
agar kamu membacakannya kepada manusia secara perlahan dan benar, juga Kami
menurunkannya sesuai dengan berbagai peristiwa dan kejadian.6
Adapun kitab-kitab samawi yang lain, seperti; Taurat,Injil dan Zabur, turunnya sekaligus.
Sebagaimana dalam firman-Nya,

Artinya: Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Qur'an itu tidak


diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu
dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar). (Al-Furqan: 32)
Ayat ini sebagai dalil bahwa kitab-kitab samawi terdahulu itu diturunkannya sekali
jadi. Pendapat inilah yang dipegang oleh jumur ulama. Seandainya kitab-kitab yang terdahulu
itu turun secara berangsur-angsur, tentulah orang-orang kafir tidak akan merasa heran
terhadap Al-Quran yang turun secara bertahap. Makna kata-kata mereka,Mengapa AlQuran itu tidak diturunkan kepadanya sekaligus? Seperti halnya kitab-kitab yang lain.
Mengapa ia diturunkan secara bertahap? Mengapa ia diturunkan secara terpisah-pisah? Allah
tidak menjawab mereka, bahwa yang demikian itu merupakan sunnah-Nya di dalam
menurunkan semua kitab samawi, sebagaimana dia menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
mereka lontarkan.
Dan mereka berkata; Mengapa Rasul itu memakan makanan dan berjalan di pasarpasar? (Al-Furqan: 7), dengan jawaban,Dan Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu,
melainkan mereka sungguh memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar. (Al-Furqan:
20)

Syakh Manna Al-Qoththan dan Penj. H. Ainuur Rafiq El.Mazani, Lc, MA, Pengantar Studi Ilmu Al-Quran, (Jakarta : Pustaka Kausar,2007), hlm. 124-125, 131.

Dalam hal ini Allah memberi jawaban khusus, yaitu dengan menjelaskan hikmah
mengapa Al-Quran diturunkan secara bertahap dengan firman-Nya, Demikianlah supaya
Kami dapat meneguhkan hatimu. Maksudnya, demikianlah Kami menurunkan Al-Quran
secara bertahap dan terpisah-pisah karena suatu hikmah, yaitu untuk meneguhkan hati
Rasulullah. Dan kami membacakannya secara tartil. Maksudnya, Kami menurunkannya
seayat demi seayat atau sebagian demi sebagian. Kami menjelaskannya dengan sejelas
mungkin, karena sesungguhnya cara penurunan bertahap yang sesuai dengan peristiwaperistiwa itu lebih dapat memudahkan hafalan dan pemahaman. Yang demikian merupakan
salah satu penyebab kemantapan hati.
Al-Quran dinuzulkan dari Bait al-Izzah kepada Nabi Muhammad di bumi secara
berangsur-angsur (tanjim). Al-Quran diturunkan secara berturut-turut selama 22 tahun 2
bulan 22 hari.7
2.

Secara jumlah wahidah (sekaligus)


Allah SWT berfirman:







Artinya: (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasanpenjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena
itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka
hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia
berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada
hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu
mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.
(QS.Al-Baqorah: 185)
7

Lihat Ar-Raghih, Al-Mufradat

Turunnya seluruh al-Quran dari Lauhul Mahfudz (papan takdir) dalam satu waktu ke
Bait al-Izzah (langit dunia). Turunnya alQuran dengan cara ini turun pada 10 hari akhir
bulan Ramadhan yang dinamakan dengan Lailatul Qadar (malam penghargaan atau
kemuliaan).8
Malam kemuliaan lebih baik dari seribu bulan, pada malam itu turun Malaikatmalaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Allah untuk mengatur segala urusan sampai
terbitnya fajar.
C. Tahap turunnya al-Quran dan Hikmahnya
Ada beberapa tahapan turunnya al-Quran, yaitu:
1.

Al-Quran tersimpan di Lauhul Mahfudz. Allah berfirman:

(21)
(22)

Bahkan yang didustakan mereka itu ialah al-Quran yang mulia, yang (tersimpan)
dalam Lauhul Mahfudz. (QS.Al-Buruj: 21-22).
Hikmahnya: Menunjukkan keberadaan bahwa Lauhul Mahfudz itu sendiri sebagai
tempat tahapan dari segala hal yang ditentukan dan diputuskan.
2.

Allah menurunkan secara sempurna di Baitul Izzah (langit dunia) pada malam lailatul
Qadar.

Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Quran) pada malam kemuliaan.


(QS. Al-Qadr: 1).
Hikmahnya: Diturunkannya al-Quran sekaligus di Baitul Izzah adalah untuk
menyatakan kehebatan (kebesaran) al-Quran dan kemuliaan orang yang kepadanya
al-Quran diturunkan.

Supiana, M.Ag, dan M. Karman, M.Ag, Ulumul Quran,(Bandung : Pustaka Islamika,2002), hlm. 58.

3.

Dari Baitul Izzah ke bumi (kepada Rasulullah) secara berangsur-angsur selama 22


tahun 2 bulan 22 hari; sejak Rasulullah ditetapkan sebagai Nabi hingga beliau
meninggal.

Al-Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu


membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian
demi bagian. (QS.Al-Isra:106)

Hikmahnya:
-

Menguatkan (meneguhkan) hati Rasulullah dalam menghadapi orang-orang kafir yang

membangkang.
Sebagai kasih sayang pada Rasulullah ketika turunnya wahyu.
Memudahkan dalam menghafalnya bagi kaum muslimin.
Sebagai argumentasi suatu peristiwa yang terjadi.
Menunjukkan al-Quran diturunkan dari sisi Yang Maha Agung. Meskipun al-Quran
diturunkan selama kurang lebih 23 tahun, namun masih ada keterkaitan antara satu dan
lainnya dan tidak ada pertentangan di dalamnya.9

D. Faedah Turunnya Al-Q uran Secara Bertahap Dalam Pendidikan Dan Pengajaran
Proses belajar-mengajar itu berlandaskan dua asas: perhatian terhadap tingkat pemikiran
siswa, pengembangan potensial akal, jiwa dan jasmaniahnya dengan metode yang dapat
membawanya ke arah kebaikan dan keterbimbingan.
Dalam hikmah turunnya al-quran secara bertahap itu kita melihat adanya suatu metode yang
berfaedah bagi kita dalam mengaplikasikan kedua asas tersebut seperti yang kami sebutkan
tadi. Sebab turunnya al-quran itu telah meningkatkan pendidikan umat islam secara bertahap
dan bersifat alami untuk memperbaiki jiwa manusia, meluruskan perilakunya, membentuk
kepribadian dan menyempurnakan eksistensinya sehingga jiwa itu tumbuh kokoh di atas
pilar-pilar yang kokoh dan mendatangkan buah yang baik bagi kebaikan umat manusia
seluruhnya dengan izin tuhannya.

Mohammad Gufron, M.Pd dan Rahmawati, MA, Ulumul Quran, (Yogyakarta : TERAS, 2013), hlm, 15-17.

10

Pentahapan turunnya al-quran itu merupakan bantuan yang paling baik bagi jiwa manusia
dalam upaya menghafal al-quran, memahami, mempelajari, memikirkan makna-maknanya
dan mengamalkan apa yang dikandungnya.
Diantara ayat-ayat al-quran yang diturunkan pertama kali didapati perintah untuk membaca
dan belajar dengan alat tulis (iqra),

(
1
)

( 2


( 3)

( 4)

(5)




Artinya: (1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang telah menciptakan. (2) Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. (3) Bacalah, dan Tuhanmu adalah Maha
Pemurah. (4) Yang mengajar (manusia) dengan perantaran qalam (alat tulis) (5) Dia
mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (al-alaq:1-5)
Demikian pula dalam turunnya ayat-ayat al-quran tentang riba dan warisan dalam masalah
harta kekayaan, atau turunnya ayat-ayat tentang peperangan untuk membedakan secara tegas
antara islam dengan kemusyrikan. Diantara itu semua, terdapat tahapan-tahapan yang
mempunyai berbagai cara yang sesuai dengan tingkat perkembangan masyarakat islam, dari
kondisi lemah menjadi kuat dan tangguh.
Sistem belajar mengajar yang tidak memikirkan tingkat pemikiran siswa dalam tahap-tahap
pengajaran, pembinaan bagian-bagian ilmu di atas sesuatu yang berifat menyeluruh dan
mutlak, serta dari yang umum menjadi lebih khusus, atau tidak memperhatikan pertumbuhan
aspek-aspek kepribadian yang bersifat intelektual, rohani dan jasmani, maka ia adalah sistem
pendidikan yang gaal dan tidak akan memberi hasil ilmu pengetahuan kepada umat, selain
hanya menambah kebekuan dan kemunduran.
Demikian juga halnya guru yang tidak memberikan kepada siswanya porsi materi yang
sesuai, dan hanya menambah beban kepada mereka diluar kesanggupan untuk menghafal dan
memahami, atau berbicara kepada mereka dengan sesuatu yang tidak dapat mereka jangkau,
maka guru itu termasuk guru yang gagal.
Petunjuk ilahi tentang hikmah turunnya al-quran secara bertahap merupakan contoh paling
baik dalam menyusun kurikulum pengajaran, memilih metode, dan menyusun buku
pelajaran.10
10

Periksa uraian hikmah ini dalam Manahil Al-Irfan oleh Az-Zarqani, hlm, 148-149

11

E. Mengumpulkan Al-Quran Dan Menertibkannya


Yang dimaksud dengan pengumpulan al-quran oleh para ulama adalah salah satu dari dua
pengertian berikut:
Pertama: pengumpulan dalam arti hafazhahu(menghafal dalam hati). Jummaul quran artinya
huffazhuhu (para penghafalnya, yaitu orang-orang yang menghafalkannya didalam hati).
Inilah makna yang dimaksud dalam firman allah kepada nabi, dimana nabi senantiasa
menggerak-gerakkan bibir dan lidah untuk membaca al-quran ketika al-quran itu turun
kepadanya sebelum jibril selesai membacakannya, kaerna hasrat besarnya untuk
menghafalnya.
Kedua: pengumpulan dalam arti kitabuhu kullihi (penulisan al-quran semuanya) baik dengan
memisah-misahkan ayat-ayat dan surat-suratnya, atau menertibkan ayat-ayatnya semata-mata
dan setiap surat ditulis dalam satu lembaran yang terpisah, ataupun menertibkan ayat-ayat
dan surat-suratnya dalam lembaran-lembaran yang terkumpul yang menghimpun semua surat,
sebagiannnya ditulis sesudah sebagian yang lain.

1. a) Pengumpulan Al-Quran Dalam Konteks Hafalan Pada Masa Nabi


Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, amat menyukai wahyu, ia senantiasa
menunggu penurunan wahyu dengan rasa rindu, lalu menghafal dan memahaminya,
persis

seperti

dijanjikan

allah,sesungguhnya

atas

tanggungan

kamilah

mengumpulkannya(di dadamu) dan pembacanya. (Al-Qiyamah:17). Oleh sebab itu,


ia adalah hafizh al-quran pertama dan merupakan comtoh paling baik bagi para
sahabat dalam menghafalnya, sebagai bentuk cinta mereka kepada sumber agama
dan

risalah islam. Proses penurunannya terkadang hanya turun satu ayat dan

terkadang sampai sepuluh ayat. Setiap kali sebuah ayat turun, dihafal dalam dada dan
diletakkan dalam hati, sebab bangsa arab secara kodrati memang mempunyai daya
hafal yang kuat. Sebab pada umumnya mereka buta huruf, sehingga dalam penulisan
berita-berita,syair-syair, dan silsilah mereka dilakukan dengan catatan di hati mereka.
Dalam kitab shahih-nya, al-bukhari telah mengemukakan tentang tujuh penghafal alquran dengan tiga riwayat. Mereka adalah Abdullah Bin Masud, Salim Bin Maqil
Maula Abi Hudzaifah, Muadz Bin Jabal, Ubay Bin Kaab, Zaid Bin Tsabit, Abu Zaid
Bin Sakan Dan Abu Ad-Darda.
1. Diriwayatkan dari Abdullah Bin Arm Bin Al-Ash, ia berkata; aku mendengar
rasulullah bersabda,ambillah al-quran dari empat orang sahabatku; abdullah bin
masud, salim, muadz, dan ubay bin kaab keempat orang tersebut dua orang dari
12

muhajirin, yaitu abdullah bin masud dan salim, dan dua orang dari ansahr, yaitu
muadz dan ubay.
2. Diriwayatkan dari Qatadah, ia berkata, aku bertanya kepada anas bin malik,
siapakah orang yang mengumpulkan al-quran di manasa rasulullah? Dia
menjawab,empat orang. Semuanya dari kaum anshar;Ubay Bin Kaab, Muadz
Bin Jabal, Zaid Bin Tsabit, dan Abu Zaid.aku bertanya lagiabu zaid itu
siapa?salah seorang pamanku,jawabnya.
3. Dan diriwayatkan pula melalui Tsabit, dari Anas katanya,rasulullah wafat sedang
al-quran belum dihafal kecuali oleh mepat orang;Abu Darda, Muadz Bin Jabal,
Zaid Bin Tsabit, Dan Abu Zaid.
Abu zaid yang disebutkan dalam hadist-hadist diatas penjelasannya terdapat dalam riwayat
yang di tulis oleh ibnu hajar dengan isnad yang memenuhi persyaratan al-bhukari. Menurut
anas abu zaid penghafal al-quran itu, namanya qais bin sakan. Ia adalah seorang laki-laki
dari bani adi an-najjar dan termasuk salah seorang paman kami. Ia meninggal dunia tanpa
meinggalkan anak, dan kamilah pewarisnya.
Ibnu hajar ketika menuliskan biografi said bin ubaid menjelaskan bahwa ia termasuk seorang
penghafal al-quran dan dijuluki dengan al-qori (pembaca al-quran). Pembatasan tujuh orang
sebagaimana disebutkan al-bukhari dengan tiga riwayat diatas maksudnya mereka itulah yang
hafal seluruh isi al-quran di luar kepala, dan selalu merujukkan hafalannya di hadapan nabi,
isnad-isnadnya sampai kepada kita. Sedangkan para penghafal al-quran lainnya yang
berjumlah banyak tidak memenuhi hal-hal tersebut, terutama karena mereka telah tersebar di
berbagai wilayah dan sebagian mereka menghafal dari yang lain.

b) Pengumpulan Al-Quran Dalam Konteks Penulisannya Pada Masa Nabi


Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengangkat para penulis wahyu al-quran dari
sahabat-sahabat terkemuka, seperti Ali, Muawiyah, Ubay Bin Kaab Dan Zaid Bin
Tsabit. Bila ayat turun, ia memerintahkan mereka menuliskannya dan menunjukkan,
dimana tempat ayat tersebut didalam surat. Maka penulisan pada lembaran itu
membantu penghafalan didalam hati.
Sebagian sahabat menulis al-quran di pelepah korma, lempengan batu, papan tipis,
kulit atau daun kayu, pelana, dan potongan tulang belulang binatang. Zaib bin tsabit
berkata kami menyusun al-quran di hadapan rasulullah pada kulit binatang. Tulisan-

13

tulisan al-quran pada masa nabi tidak terkumpul dalam satu mushaf. Biasanya yang
ada ditangan seorang sahabat belum tentu dimiliki oleh yang lain.
Al-quran telah dihafal dan ditulis dalam mushaf dengan susunan seperti disebutkan
diatas; ayat-ayat dan surat-surat dipisahkan, atau ditertibkan ayat-ayatnya saja, setiap
surat berada dalam satu lembaran secara terpisah dan dalam tujuh huruf , tetapi alquran belum dikumpulkan dalam satu mushaf yang menyeluruh(lengkap), sebab
apabila wahyu turun segera dihafal oleh para qurra dan ditulis oleh para penulis.
Susunan atau tertib penulisan al-quran itu tidak menurut tertib nuzulnya, tetapi setiap
ayat yang diturun dituliskan di tempat penulisan sesuai dengan petunjuk nabi, beliau
biasanya menginstruksikan bahawa ayat itu harus diletakkan dalam surat itu. Azzarkasyi berkata,al-quran tidak dituliskan dalam satu mushaf pada zaman nabi agar ia
tidak berubah pada setiap waktu. Oleh sebab itu, penulisannya dilakukan kemudian
sesudah al-quran selesai turun semua, yaitu dengan wafatnya Rasulullah. Sesudah
berakhir masa turunnya dengan wafatnya rasulullah,maka allah mengilhamkan
penulisan mushaf secara lengkap kepada para khaulafaur rasyidin sesuai dengan
janji-Nya yang benar kepada umat ini tentang jaminan pemeliharaannya. Hal ini
terjadi pertama kali pada masa Abu bakar atas pertimbangan usulan Umar. Dengan
demikian pengumpulan dimasa nabi ini dinamakan: hifzhan, dan kitabatan yang
pertama.
2. Pengumpulan Al-Quran Pada Masa Abu Bakar
Abu bakar menjabat sebagai khalifah pertama dalam islam sesudah rasulullah wafat. Ia
dihadapkan kepada peristiwa-peristiwa besar berkenaan dengan murtadnya sejumlah
orang arab. Karena itu ia segera menyiapkan pasukan dan mengirimkannya untuk
memerangi orang-orang uyang murtad itu.
Peperangan Yamamah adalah suatu peperangan yang amat dahsyat. Banyak kalangan
sahabat yang hafal Al-Qur'an dan ahli bacanya mati syahid yang jumlahnya lebih dari 70
orang huffazh ternama. Oleh karenanya kaum muslimin menjadi bingung dan khawatir.
Umar sendiri merasa prihatin lalu beliau menemui Abu Bakar yang sedang dalam
keadaan sedih dan sakit. Umar mengajukan usul (bermusyawarah dengannya) supaya
mengumpulkan Al-Qur'an karena khawatir lenyap dengan banyaknya khufazh yang
gugur, Abu Bakar pertama kali merasa ragu.
Setelah dijelaskan oleh Umar tentang nilai-nilai positipnya ia memandang baik untuk
menerima usul dari Umar. Dan Allah melapangkan dada Abu Bakar untuk melaksanakan
14

tugas yang mulia tersebut, ia mengutus Zaid bin Tsabit dan mengajukan persoalannya,
serta menyuruhnya agar segera menangani dan mengumpulkan Al-Qur'an dalam satu
mushhaf. Mula pertama Zaid pun merasa ragu, kemudian iapun dilapangkan Allah
dadanya sebagaimana halnya Allah melapangkan dada Abu Bakar dan Umar."Dari Zaid
bin Tsabit bahwa ia berkata: "Abu Bakar mengirimkan berita kepadaku tentang korban
pertempuran Yamamah, setelah orang yang hafal Al-Qur'an sejumlah 70 orang gugur.
Kala itu Umar berada di samping Abu Bakar. Kemudian Abu Bakar mengatakan "Umar
telah datang kepadaku dan ia mengatakan: "Sesungguhnya pertumpahan darah pada
pertempuran Yamamah banyak mengancam terhadap para penghafal Al-Qur'an. Aku
khawatir kalau pembunuhan terhadap para penghafal Al-Qur'an terus-menerus terjadi di
setiap pertempuran, akan mengakibatkan banyak Al-Qur'an yang hilang. Saya
berpendapat agar anda memerintahkan seseorang untuk mengumpulkan Al-Qur'an". Aku
(Abu Bakar) menjawab: "Bagaimana aku harus melakukan suatu perbuatan sedang Rasul
SAW tidak pernah melakukannya?". Umar menjawab: "Demi Allah perbuatan tersebut
adalah baik". Dan ia berulangkali mengucapkannya sehingga Allah melapangkan dadaku
sebagaimana ia melapangkan dada Umar. Dalam hal itu aku sependapat dengan pendapat
Umar.
Zaid berkata: Abu Bakar mengatakan: "engkau adalah seorang pemuda yang cerdas, aku
tidak meragukan kemampuan anda. Engkau adalah penulis wahyu dari Rasulullah SAW.
Oleh karena itu carilah Al-Our'an dan kumpulkanlah" Zaid menjawab: "Demi Allah
andai kata aku dibebani tugas untuk memindahkan gunung tidaklah akan berat bagiku
jika dibandingkan dengan tugas yang dibebankan kepadaku ini". Saya mengatakan:
"Bagaimana anda berdua akan melakukan pekerjaan yang tidak pernah dilakukan oleh
Rasululah SAW?". Abu Bakar menjawab: "Demi Allah hal ini adalah baik", dan ia
mengulanginya berulangkali sampai aku dilapangkan dada oleh Allah SWT sebagaimana
ia telah melapangkan dada Abu Bakar dan Umar.
Zaid sangat berhati-hati dalamm tugasnya seperti yang diceritakan dalam satu
riwayat: Dan aku dapatkan akhir surah At-Taubah pada Abu Khuzaimah Al-Anshari
yang tidak aku dapatkan pada orang lain, Riwayat ini tidak menghilangkan arti hatihati dan tidak pula berarti bahwa akhir surah At-Taubah itu tidak mutawatir. Tetapi yang
dimaksud ialah bahwa ia tidak mendapat akhir surah Taubah tersebut dalam keadaan
tertulis selain pada Abu Khuzaimah. Sedangkan Zaid sendiri hafal dan demikian pula
15

banyak diantara para sahabat yang menghafalnya. Perkataan itu lahir karena Zaid
berpegang pada hafalan dan tulisan, jadi akhir surah Taubah itu telah dihafal oleh banyak
sahabat. Dan mereka menyaksikan ayat tersebut dicatat. Tetapi catatannya hanya terdapat
pada Abu Khuzaimah al-Ansari. Dengan demikian, abu bakar adalah orang pertama yang
mengumpulkan al-quran dalam satu mushaf dengan cara seperti ini, disamping terdapat
juga mushaf-mushaf pribadi sebagian sahabat, seperti mushaf ali, mushaf ubay, dan
mushaf ibnu masud. Periode abu bakar ini dinamakan jamu al-quran atstsani(pengumpulan al-quran kedua).
3. Pengumpulan Al-Quran Pada Masa Utsman
Setelah wilayah kekuasaan islam semakin luas, dan para qurra pun tersebar di berbagai
wilayah penduduk di setiap wilayah itu biasanya mempelajari qiraat(bacaan) ayat dari
qari yang dikirim kepada mereka. Pembacaan al-quran yang mereka bawakan berbedabeda relevan dengan perbedaan huruf-huruf yang dengannya al-quran diturunkan. Ketika
penyerbuan armenia dan azerbaijan dari penduduk irak, termasuk hudzaifah bin alyaman. Ia melihat banyak perbedaan dalam cara-cara membaca al-quran. Sebagian
bacaan itu bercampur dengan ketidakfasihan, masing-masing mempertahankan dan
berpegang pada bacaannya, serta menetang setiap orang yang menyalahi bacaannya dan
puncak mereka saling mengafirkan. Melihat kenyataan yang demikian hudzaifah segera
menghadap utsman dan melaporkan kepadanya apa yang telah diliatnya. Dan para
sahabat amat memprihatinkan kenyataan ini karena takut kalau-kalau perbedaan itu akan
menimbulkan penyimpangan dan perubahan. Mereka bersepakat untuk menyalin
lembaran-lembaran pertama yang ada pada abu bakar dan menyatukan uamt islam pada
lembaran-lembaran itu dengan bacaan-bacaan baku pada satu huruf.
Utsman kemudian mengirim utusan kepada hafshah(untuk meminjamkan mushaf abu
bakar yang ada padanya), dan hafshah pun mengirimkan lembaran-lembaran itu
kepadanya. Kemudian utsman memanggil Zaid Bin Tsabit Al-Anshari, Abdullah Bin AzZubair, Said Bin Al-Ash Dan Abdurrahman Bin Al-Harits Bin Hisyam(Tiga Orang
Quraisy). Lalu ia memerintahkan mereka agar menyalin dan memperbanyak mushaf, jika
ada perbedaan antara zaid dengan ketiga orang Quraisy itu, hendaklah ditulis dalam
bahasa Quraisym karena al-quran turun dalam dialog bahasa mereka. Mereka
melaksanakan perintah itu. Setelah mereka selesai menyalinnya menjadi beberapa
mushaf, utsman mengembalikan lembaran-lembaran asli itu kepada hafshah. Selanjutnya
utsman mengirimkan mushaf baru tersebut ke setiap wilayah dan memerintahkan agar

16

semua al-quran atau mushaf lainnya dibakar. Pengumpulan al-quran pada masa utsman
ini disebut dengan jamu al-quran yang ketiga pada tahun 25 H.
4. Perbedaan Antara Pengumpulan Al-Quran Di Masa Abu Bakar Dan Ustman
Pengumpulan al-quran yang dilakukan abu bakar ialah memindahkan semua tulisan atau
catatan al-quran yang semula nya bertebaran di kulit binatang, tulang belulang, pelepah
korma, dan sebagainya, kemudian dikumpulkan dalam satu mushaf. Tulisan-tulisan
tersebut dkumpulkan dengan ayat-ayat dan surat-suratnya yang tersusun serta terbatas
pada bacaan yang tidak dimansukh dan mencangkup ketujuh huruf sebagaimana ketika
al-quran diturunkan. Sedangkan pengumpulan yang dilakukan utsman adalah
menyalinnya dalam satu huruf diantara ketujuh huruf itu, untuk mempersatukan kaum
muslimin dalam satu mushaf dan satu huruf yang mereka baca tanpa enam huruf lainnya.

F. Syubhat Orang Yang Berusaha Mengurangi Ketsiqahan Kepada Al-Quran Dan


Membuat Keraguan Terhadapnya, Serta Jawaban Dan Bantahannya
Ada beberapa keraguan (syubhat) yang sengaja dihembuskan oleh pengumbar hawa nafsu
untuk melemahkan keyakinan terhadap al-quran dan proses pengumpulannya yang telah
dilakukan secara teliti. Ada beberapa tanggapannya yaitu:
1. Menurut penyebar syubhat itu, beberapa riwayat menunjukkan bahwa ada beberapa
bagian al-quran yang tidak dituliskan dalam mushaf-mushaf yang ada ditangan kita
ini. Beberapa riwayat tersebut yaitu:
a) Diriwayatkan dari aisyah, dia mengatakan bahwa rasulullah pernah mendengar
seorang membaca al-quran di masjid, lalu beliau berkata.semoga allah
mengasihinya.dalam riwayat lain dikatakan,aku telah menggurkannya dari ayat
ini dan ini. Juga,aku telah dibuat lupa terhadapnya.
Syubhat ini` dapat dijawab, teringatnya rasulullah akan satu atau beberapa ayat yang
ia lupa atau ia gugurkan karena lupa itu hendaklah tidak menimbulkan keragu-raguan
dalam masalah pengumpulan al-quran, karena riwayat yang menggunakan ungkapan
isqath(menggugurkan) itu telah ditafsirkan oleh riwayat lain, kuntu unsituha(aku telah
lupa terhadapnya). Ini menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan isqath itu adalah
nasituha, sebagaimana ditunjukkan pula oleh kata-kata adrakani(telah mengingatkan
aku). Masalah lupa itu bisa saja terjadi pada rasulullah dalam hal yang tidak
mencederai makna tabligh. Disamping itu, ayat-ayat tersebut telah dihafal rasulullah,
dicatat oleh penulis wahyu serta dihafal oleh para sahabat. Hafalan dan pencatatannya
pun telah mencapai tingkat mutawatir. Dengan demikian masalah lupa yang dialami
17

rasulullah sesudah itu tidak berpengaruh kepada kecermatan dalam mengumpulkan alquran.
b) Allah berfirman dalam surat al-aala ayat 6-7

Artinya: kami akan membacakan(Al-quran) kepadamu(muhammad), maka kamu


tidak akan lupa, kecuali kalau allah menghendaki.
Pengecualian dalam ayat ini menunjukkan bahwa ada beberapa ayat yang terlupakan
oleh rasulullah. Mengenai hal ini, dapatlah dijawab bahwa allah telah berjanji kepada
rasul-Nya untuk membacakan al-quran ini dan memelihara serta mengamankannya
dari kelupaan, namun kaerana ayat ini mengesankan seakan-akan hal itu merupakan
suatu keharusan, padahal allah berbuat menurut kehendak-Nya secara bebas.
Pengecualian seperti ini untuk menunjukkan bahawa pengabadian dan pengekalan itu
semata-mata kaerana kemurahan dan keluasan karunia allah, bukan keharusan dan
kewajiban bagi-Nya. Dan bila ia berkehendak untuk mencabutnya, maka tidak ada
seorang pun yang dapat menghalangi.
2. Mereka mengatakan, dalam al-quran terdapat sesuatu yang bukan al-quran. Mereka
berdalil dengan riwayat yag mengatakan bahwa ibnu masud mengingkari surat annas dan al-falaq termasuk bagian dari al-quran. Terhadap pendapat ini dapat diajukan
jawaban sebagai berikut, yaitu: riwayat yang diterima dari ibnu masud itu tidak
benar, karena bertentangan dengan kesepakatan umat. Imam an-nawawi mwngatakan
syarh al-muhadzdzad,kaum muslimin sepakat bahwa kedua surat itu dan surat alfatiah termasuk al-quran. Dan siapa saja yang mengingkarinya, sedikit pun, ia adalah
kafir. Sedangkan riwayat yang diterima dari ibnu masud adalah batil tidak
shahih.Ibnu hazm berpendapat, riwayat tersebut merupakan dusta atas nama ibnu
masud.
3. Satu kelompok syiah yang ektrim menuduh abu bakar, umar, dan utsman telah
mengubah al-quran serta menggugurkan beberapa ayat dan suratnya. Mereka telah
mengganti dengan lafal ummatun hiya arba min ummatinsatu umat yang lebih
bannyak jumlahnya dari umat yang lain (An-Nahl:62), asalnya adalah, aimmatun
hiya azka min aimmatikumimam-imam yang lebih suci dari pada imam-imam
kamu. Mereka juga menggugurkan ayat-ayat dalam surat al-ahzab tentang
keutamaan ahlul bait, yang panjangnya sama dengan surat al-anam`, dan surat
tenatang kekuasaan secara total dalam al-quran.

18

Jawaban terhadap masalah ini adalah bahawasanya tuduhan tersebut merupakan


tuduhan yang batil, tanpa sadar dan tidak argumentatif. Sebagian ulama syiah sendiri
cuci tangan dari anggapan bodoh semacam ini. Kontradiktif dengan pandangan
sayyidina ali, seorang yang mereka jadikan imam syiah pertama, yang menunjuk
terjadinya kesepakatan akan kemutawatiran al-quran yang tertulis di mushaf.
Diriwayatkan bahwa ali memuji tindaka abu bakar dalam masalah pengumpulan alquran manusia yang paling berjasa dalam hal mushaf-mushaf al-quran adalah abu
bakar, semoga alllah melimpahkan rahmat kepadanya karena dialah orang pertama
yang mengumpulkan kitabullah. Apa yang diriwayatkan ali sendiri ini membungkam
para pendusta yang mengganggap diri mereka sebagai pembela ali.
G. Tertib Surat apakah tauqifi ataupun taufiqi
Para ulama berbeda pendapat tentang tertib surat-surat al-quran yang ada sekarang.
a) Ada yang berpendapat bahwa tertib surat itu tauqifi dan ditandatangani langsung oleh
nabi sebagaimana yang diberitahukan malaikat jibril kepadanya atas perintah allah.
Dengan demikian, al-quran pada masa nabi telah tersusun surat-suratnya secara tertib
sebagaimana tertib ayat-ayatnya, seperti yang ada ditangan kita sekarang ini, yaitu tertib
mushaf utsman yang tak ada seorang sahabat pun menetangnya. Ini menunjukkan telah
terjadi ijma atas susunan surat yang ada, tanpa suatu perselisihan apa pun.
b) Kelompok kedua berpendapat bahwa tertib surat itu berdasarkan ijtihad para sahabat,
sebab ternyata ada perbedaan tertib di dalam mushaf-mushaf mereka. Misalnya mushaf
ali disusun menurut tertib nuzul, yakni dimulai dari iqra kemudian al-muzammil, dan
seterusnya hingga akhir surat makkiyah dan madaniyah.
c) Kelompok ketiga berpendapat, sebagian surat itu tertibnya bersifat tauqifi dan sebagian
lainnya berdasarkan ijtihad para sahabat. Hal ini karena terdapat dalil yang menunjukkan
tertib sebagian surat pada masa nabi. Misalnya, keteranagan yang menunjukkan tertib assabu ath-thiwal, al-hawamim dan al-mufashshal pada masa hidup rasulullah.
Apabila membicarakan ketiga pendapat ini, jelaslah bagi kita bahwa pendapat kedua yang
menyatakan tertib surat-surat itu berdasarkan ijtihad para sahabat, tidak bersandar dan
berdasar pada suatu dalil. Sebab, ijtihad sebagian besar para sahabat mengenai tertib mushaf
mereka yang khusus, merupakan ikhtiar mereka sebelum al-quran dikumpulkan secara tertib.
Ketika pada masa utsman al-quran dikumpulkan, ditertibkan ayat-ayat dan surat-suratnya
pada satu dialek, umat pun sepakat, maka mushaf-mushaf yang ada pada mereka
ditinggalkan. Dengan demikian jelaslah bahwa tertib surat-surat ini bersifat tauqifi, seperti
halnya tertib ayat-ayat. Abu bakar bin al-anbari menyebutkan,allah telah menurunkan al19

quran seluruhnya kelangit dunia. Kemudian secara berangsur-angsur selama dua puluh sekian
tahun. Sebuah surat turun karena ada suatu masalah yang terjadi, ayat pun turun sebagai
jawaban bagi orang yang bertanya. Jibril senantiasa memberitahukan kepada nabi dimana
surat dan ayat tersebut harus ditempatkan. Dengan demikian susunan surat-surat, seperti
halnya susunan ayat-ayat dan huruf-huruf al-quran seluruhnya berasal dari nabi. Oleh karena
itu, barang siapa mendahulukan sesuatu surat atau mengakhirkannya, berarti ia telah merusak
tatanan al-quran.
Kata al-kirmani dalam al-burhantertib surat seperti kita kenal sekarang ini sudah menjadi
ketentuan allah dalam lauh mahfuzh. Menurut tertib ini pula nabi membacakan di hadapan
jibril setiap tahunnya. Demikian juga pada akhir hayatnya beliau membacakan di hadapan
jibril, menurut tertib ini sebanyak dua kali. Dan ayat yang terakhir kali turun ialah,dan
peliharalah dirimu pada hari dimana waktu itu kamu semua akan dikembalikan kepada
allah(al-baqarah:281) lalau jibril memerintahkan kepadaya untuk meletakkan ayat ini di
antara ayat riba dan ayat tentang hutang piutang.
As-suyuthi mendukung pendapat al-baihaqi yang mengatakan,surat-surat dan ayat-ayat alquran pada masa nabi, telah tersusun menurut tertib ini kecuali al-anfal dan baraah, sesuai
dengan hadist Utsman.

20

BAB III
PENUTUP
A.

kesimpulan
Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wasalam adalah rasul Allah yang diberi oleh-Nya

mujizat yang amat berguna bagi umat manusia, bahkan sampai zaman ini mujizat tersebut,
menjadi tuntunan bagi seluruh umat, barang siapa yang mengamalkan ajaran yang terkandung
di dalamnya pasti akan selamat di dunia maupun di akhirat dan barangsiapa yang melalaikan
bahkan tidak mau memahaminya niscaya akan celaka, mujizat itu tidak lain dan tidak bukan
adalah Kitab Suci Al-Quran yang turun melalui perantara malaikat jibril secara bertahap
kepada Nabi Muhammad SAW, kejadian tersebut dinamakan Nuzulul Quran.
Ayat-ayat Al Quran tidaklah diturunkan sekaligus secara keseluruhan, tetapi secara
berangsur-angsur sesuai dengan keperluan yang ada. Surat-surat yang diturunkanya pun tidak
sama jumlah panjang dan pendeknya, terkadang diturunkan sekaligus secara penuh dan
terkadang sebagianya saja.
Dengan diturunkanya Al-Quran secara berangsur-angsur banyak hikmah yang akan
diperoleh yaitu menetapkan hati Rasulullah, melemahkan lawan-lawannya, mudah difahami
dan dihafal, penyusunannya akan sesuai dengan lalulintas peristiwa atau kejadian.

B.

saran
Dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita lalai dalam hal mengerjakan amal-amal

shaleh seperti dalam hal membaca kitab suci al-quran,apabila kita cermati dan kita renungi
bahwasanya pada masa turunnya al-quran para sahabat nabi begitu cermat dan tertib serta
tanpa lalai sedikit pun dalam mengumpulkan mashuf-mashuf yang letaknya berjauhan tempat
dan berlainan arah, namun para sahabat tidaklah pernah sedikitpun merasa bosan dan putus
asa untuk mengumpulkan semua mashuf-mashuf yang sampai sekarang masih terjaga
kesuciannya, dari hal ini dapat kita renungi bahwa tidaklah mudah dalam hal menjaga,
memelihara keasliannya, dan menyalin semua isi mashuf ke dalam satu salinan. maka dari itu
marilah kita senantiasa terus mengamalkan, menjaga dan lebih meningkatkan pemahaman
kita terhadap al-quran agar kita dapat memperoleh rahmat dan hidayah-Nya.

DAFTAR PUSTAKA
21

Al-Qaththan, Syaikh Manna.2013.Pengantar Studi Ilmu Al-Quran. Jakarta:Pustaka


Al-Kautsar(cetakan kedelapan)
Al-Qoththan, Syaikh Manna dan Penj. H. Ainuur Rafiq El.Mazani, Lc, MA, 2006. Pengantar
Studi Ilmu Al-Quran. Jakarta : Pustaka Al-Kautsar(cetakan pertama)
Hamid, Shalahbuddin.2008.Study Ulumul Quran.Jakarta:Intimedia Ciptanusantara
Usman, 2009. Ulumul Quran. Yogyakarta: TERAS
Supiana, M.Ag, dan M. Karman, M.Ag, 2002. Ulumul Quran. Bandung : Pustaka Islamika
Gufron, Mohammad M.Pd dan Rahmawati, MA, 2013. Ulumul Quran. Yogyakarta:TERAS

22

Anda mungkin juga menyukai