Anda di halaman 1dari 91

TIDAK DIPERDAGANGKAN UNTUK

902

Struktur Bahasa Aceh

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

BIBLIOTHEEK KITLV

0050 8638

'

TIDAK DIPERDAGANGKAN UNTUK UMUM

Struktur Bahasa Aceh

. <"-

-ri

Struktur Bahasa Aceh

Oleh:

v^ujx ins,
v'
"*>

Si

VOOR

M. Adnan Hanafiah
Ibrahim Makam

u,

H A D I A H
PUSAT PEMBINAAN OAN PENGEMBANGAN RAHARA

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Jakarta
1984
UI

Hak cipta pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Naskah buku ini semula merupakan hasil Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra
Indonesia dan Daerah Daerah Istimewa Aceh 1977/1978, disunting dan diterbitkan
dengan dana Proyek Penelitian Pusat.
Staf inti Proyek Pusat: Dra. Sri Sukesi Adiwimarta (Pemimpin), Drs. Hasjmi Dini
(Bendaharawan), Drs. Lukman Hakim (Sekretaris), Prof. Dr. Haryati Soebadio,
Dr. Amran Halim dan Dr. Astrid Susanto (konsultan).
Sebagian atau seluruh isi buku ini dilarang digunakan atau diperbanyak dalam
bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit kecuali dalam hal kutipan untuk
keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah.
Alamat penerbit: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Jalan Daksinapati Barat IV, Rawamangun
Jakarta Timur.

iv

PRAKATA
Dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun (1979/1980-1983/1984)
telah digariskan kebijaksanaan pembinaan dan pengembangan kebudayaan
nasional dalam berbagai seginya. Dalam kebijaksanaan ini, masalah kebahasaan dan kesastraan merupakan salah satu masalah kebudayaan nasional yang
perlu digarap dengan sungguh-sungguh dan berencana sehingga tujuan akhir
pembinaan dan Pengembangan bahasa Indonesia dan bahasa daerah, termasuk sastranya, tercapai. Tujuan akhir itu adalah berkembangnya bahasa
Indonesia sebagai sarana komunikasi nasional dengan baik di kalangan
masyarakat luas.
Untuk mencapai tujuan akhir itu, perlu dilakukan kegiatan kebahasaan
dan kesastraan, seperti (1) pembakuan ejaan, tata bahasa, dan peristilahan
melalui penelitian bahasa dan sastra Indonesia dan daerah, penyusunan
berbagai kamus Indonesia dan kamus daerah, penyusunan berbagai kamus
istilah, serta penyusunan buku pedoman ejaan, pedoman tata bahasa,
dan pedoman pembentukan istilah, (2) penyuluhan bahasa Indonesia melalui
berbagai media massa, (3) penerjemahan karya sastra daerah yang utama,
sastra dunia, dan karya kebahasaan yang penting ke dalam bahasa Indonesia,
(4) Pengembangan pusat informasi kebahasaan dan kesastraan melalui
penelitian, inventarisasi, perekaman, pendokumentasian, dan pembinaan
jaringan informasi, dan (5) pengembangan tenaga, bakat, dan prestasi
dalam bidang bahasa dan sastra melalui penataran, sayembara mengarang,
serta pemberian bea siswa dan hadiah atau tanda penghargaan.
Sebagai salah satu tindak lanjut kebijaksanaan itu, dibentuklah oleh
Pemerintah, dalam hal ini Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek
Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah pada Pusat Pembinaan
dan Pengembangan bahasa
v

dan Pengembangan Bahasa (Proyek Penelitian Pusat) pada tahun 1974.


Proyek itu bertugas mengadakan penelitian bahasa dan sastra Indonesia
dan daerah dalam aspeknya, termasuk peristilahan untuk berbagai bidang
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Karena luasnya masalah kebahasaan dan kesastraan yang perlu dijangkau, sejakbahun 1976 Proyek Penelitian Pusat ditunjang oleh 10
proyek penelitian tingkat daerah yang berkedudukan di 10 propinsi, yaitu:
(1) Daerah Istimewa Aceh, (2) Sumatra Barat, (3) Sumatra Selatan,
(4) Jawa Barat, (5) Daerah Istimewa Yogyakarta, (6) Jawa Timur, (7) Kalimantan Selatan, (8) Sulawesi Selatan, (9) Sulawesi Utara, dan (10) Bali.
Selanjutnya, sejak tahun 1981 telah diadakan pula proyek penelitian
bahasa di 5 propinsi lain, yaitu: (1) Sumatra Utara, (2) Kalimantan Barat,
(3) Riau, (4) Sulawesi Tengah, dan ,(5) Maluku. Pada tahun 1983 ini
telah diadakan pula proyek penelitian bahasa di 5 propinsi lain, yaitu:
,(1) Jawa Tengah, (2) Lampung, (3) Kalimantan Tengah, (4) Irian Jaya,
dan (5) Nusa Tenggara Timur. Dengan demikian, pada saat ini terdapat
20 proyek penelitian tingkat daerah di samping Proyek Penelitian Pusat,
yang berkedudukan di Jakarta.
Program kegiatan proyek penelitian bahasa di daerah dan proyek
Penelitian Pusat sebagian disusun berdasarkan Rencana Induk Pusat Pembina
an dan Pengembangan Bahasa dengan memperhatikan isi buku Pelita
dan usul-usul yang diajukan oleh daerah yang bersangkutan.
Proyek Penelitian Pusat bertugas, antara lain, sebagai koordinator,
pengarah administratif dan teknis proyek penelitian daerah serta menerbitkan
hasil penelitian bahasa dan sastra. Kepala Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa berkedudukan sebagai pembina proyek, baik proyek penelitian
tingkat daerah maupun Proyek Penelitian Pusat.
Kegiatan penelitian bahasa dilakukan atas dasar kerja sama dengan
perguruan tinggi baik di daerah maupun di Jakarta.
Hingga tahun 1983 ini Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia
dan Daerah telah menghasilkan lebih kurang 652 naskah laporan penelitian
bahasa dan sastra serta pengajaran bahasa dan sastra, dan 43 naskah
kamus dan daftar istilah berbagai bidang ilmu dan teknologi. Atas dasar
pertimbangan efisiensi kerja sejak tahun 1980 penelitian dan penyusunan
kamus dan daftar istilah serta penyusunan Kamus bahasa Indonesia dan
bahasa daerah ditangani oleh Proyek Pengembangan Bahasa dan sastra
Indonesia dan Daerah. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

vi

Dalam rangka penyediaan sarana kerja sama buku-buku acuan bagi


mahasiswa, dosen, guru, tenaga peneliti, serta masyarakat umum, naskahnaskah laporan hasil penelitian itu diterbitkan setelah dinilai dan disunting.
Buku Struktur Bahasa Aceh ini semula merupakan naskah laporan
penelitian yang berjudul "Struktur Bahasa Aceh", yang disusun oleh tim
peneliti Fakultas Keguruan Universitas Syah Kuala dalam rangka kerja
sama dengan Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah
-Daerah Istimewa Aceh tahun 1977/1978. Setelah melalui proses penilaian
dan disunting oleh Drs. Farid Hadi dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa, naskah ini diterbitkan dengan dana yang disediakan oleh Proyek
Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah-Jakarta.
Akhirnya, kepada Dra. Sri Sukesi Adiwimarta, Pemimpin Proyek
Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah-Jakarta (Proyek Penelitian
Pusat) beserta staf, tim peneliti, serta semua pihak yang memungkinkan
terbitnya buku ini, kami ucapkan terima kasih yang tak terhingga.
Mudah-mudahan buku ini bermanfaat bagi pembinaan dan pengembangan bahasa dan sastra di Indonesia.
Jakarta, Januari 1984

Amran Halim
Kepala Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa

vu

VUl

DAFTAR ISI
PRAKATA

Halaman

DAFTAR ISI

Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Wilayah dan Jumlah Pemakai
1.5 PeTan dan Kedudukan
1.5.1 Tempat dan Situasi Pemakai
1.5.2 Tradisi Sastra Lisan
1.5.3 Tradisi Sastra Tulis
1.6 Studi Pustaka
1.7 Metoda

1
1
2
2
3
4
4
5
6
1
7

Bab II Fonologi

2.1
2.2

Fonem .
Ejaan

9
35

Bab III Morfologi

39

3.1
3.1.1
3.1.2
3.13
3.2

39
39
43
44
54

Afiksasi
Distribusi Imbuhan
Proses Morfofonemik
Fungsi dan Arti Tiap Imbuhan
Reduplikasi
ix

3.2.1 Tipe-tipe Perulangan


3-2-2 Kombinasi Perulangan dengan Afiks
3.3 Pemajemukan (Kompositum)

54
55
55

Bab IV Sintaksis
4.1 Klausa
4.1.1 Klausa Verbal

57
57
57

4.12 Klausa Verbal Transitif.


4.23iKlausa Verbal Intransitif
4.1.4 Klausa Transitif
4.1.5 Klausa Aktif
4.1.6 Klausa Pasif
4.1.7 Klausa Nominal
4.1.8 Klausa dengan Kata Sifat
4.2 Struktur Frase
4.2.1 Frase Nominal (Noun Phrase)
4.2.2 Frase Verbal
4.2.3 Frase Ajektif
4.2.4 Frase Numeral
4.3 Sistem Bilangan
4.4 Pola Kalimat Dasar
4.4.1 Kalimat Verbal
4.4.2 Kalimat Nominal

57
58
58
58
59
59
59
60
60
62
63
64
64
65
67
68

DAFTAR BACAAN

71

LAMPIRAN

72

1. DAFTAR KOSA KATA DASAR


72
2. REKAMAN CERITA RAKYAT DAN TERJEMAHANNYA . 76

BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bangsa Indonesia terdiri dari bermacam-macam suku bangsa
yang masing-masing memiliki bahasa daerahnya. Bahasa merupakan
bagian kebudayaan sehingga bahasa daerah merupakan bagian yang
penting dari kebudayaan Indonesia.
Dengan demikian,masalah pembinaan dan pengembangan bahasa
di Indonesia, baik bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan
bahasa resmi negara maupun bahasa-bahasa daerah, sudah merupakan
masalah yang memerlukan perencanaan secara nasional.
Pembinaan dan pengembangan bahasa daerah merupakan keharusan, di samping pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia.
Keharusan ini tertuang dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945
Bab XV, Pasal 36, yang berbunyi sebagai berikut.
"Di daerah-daerah yang mempunyai bahasa sendiri, yang dipelihara,
oleh rakyatnya dengan baik-baik, maka bahasa-bahasa itu akan dihormati dan dipelihara juga oleh Negara."
Sehubungan dengan penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 itu,
bahasa Aceh sebagai salah satu bahasa daerah yang masih hidup
dan masih dipakai oleh lebih kurang 1.777.701 jiwa masyarakat
Aceh perlu dipelihara dan dibina sehingga akan berfungsi sesuai
dengan kedudukannya selaku bahasa daerah.
Fungsi umum bahasa Aceh ialah sebagai alat komunikasi dalam
keluarga dan masyarakat. Aceh, sebagai .pengungkap pikiran, dan
kehendaknya. Selain itu, tentu juga berfungsi sebagai lambang identitas
dan kebanggaan daerahnya. Dalam hubungan dengan pembinaan bahasa
Indonesia, bahasa Aceh mempunyai peranan juga.
1

Mengingat pentingnya pembinaan dan pengembangan bahasa


Aceh seperti tersebut di atas, penelitian untuk memperoleh data
dan deskriptif terhadap bahasa Aceh perlu segera dilakukan.
Masalah
Berdasarkan survei pustaka dan keterangan lain-lain, ternyata
penelitian tentang bahasa Aceh, terutama mengenai struktur dan
latar belakang sosialnya belum pernah dilakukan. Padahal struktur
bahasa merupakan salah satu aspek kebahasaan yang sangat penting
untuk pembinaan dan pengembangan bahasa itu, di samping aspekaspek yang lain.
Dua buah kamus dan sebuah buku tentang bahasa Aceh yang
pernah diterbitkan adalah sebagai berikut. ..
1. Atjehsch Handwoordenboek (Atjehsh-Nederland) oleh J.Kraemer,
1931
2. Atjehsch-NederlandschWoordenbook
Djajadiningrat, 1934.
3. Atjehsch Taal

0 leh

Dr. A. R. Hosein

oleh K.F.H. Van Langen, 1889.

Buku itu didasarkan pada bahan atau data beberapa tahun yang lalu
sehingga uraiannya tidak sesuai menurut sistem bahasa Aceh yang
hidup dewasa ini. Dengan demikian, jelaslah bahwa data dan informasi
yang lengkap 'mengenai bahasa Aceh belum tersedia sehingga usaha
pembinaan dan pengembangannya belum dapat dilaksanakan menurut
semestinya.
Oleh sebab itu, masalah-masalah itu merupakan masalah pokok
yang perlu segera digarap.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data
dan informasi tentang struktur bahasa Aceh dan latar belakang
sehingga dapat memberikan bahan yang berguna bagi pembinaan
dan pengemb anganny a.
Selain itu, diharapkan juga hasil penelitian ini dapat menjadi
sumbangan untuk kelengkapan kepustakaan kebahasaan di Indonesia,
terutama kepustakaan bahasa daerah.

Secara terperinci tujuan penelitian ini ialah memperoleh data


dan informasi tentang:
1) latar belakang, yang mencakup lokasi, luas daerah pemakaian,
jumlah pemakai, lingkungan pemakai, tradisi sastra lisan dan tulisan,
serta variasi dialektis;
2) struktur bahasa, yang mencakup fonologi, morfologi, dan sitaksis.
Wilayah dan Jumlah Pemakai
Berdasarkan administrasi pemerintah, Daerah Istimewa Aceh
terdiri dari 10 buah daerah tingkat II, yaitu Kabupaten Aceh Besar,
Kabupaten Pidie, Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Aceh Timur,
Kabupaten Aceh Barat, Kabupaten Aceh Selatan, Kabupaten Aceh
Tengah, Kabupaten Aceh Tenggara, Kotamadya Banda Aceh, dan
Kotamadya Sabang.
Dari jumlah daerah tingkat II itu, yang termasuk dalam wilayah
bahasa Aceh ialah Aceh Besar, Pidie, Aceh Utara, Aceh Barat,
Kotamadya Banda Aceh, Kotamadya Sabang, sebagian besar Aceh
Timur, dan sebagian Aceh Selatan, sedangkan Aceh Tengah dan
Tenggara, masing-masing termasuk wilayah bahasa Gayo dan bahasa
Alas. Sebagian kecil Aceh Timur adalah wilayah bahasa Tamiang
dan sebagian Aceh Selatan termasuk wilayah bahasa Jamee, bahasa
Singkil, dan bahasa Kluet. 'Demikian juga, Pulau Simeulu yang termasuk ke dalam wilayah Aceh Barat adalah wilayah bahasa Simeulu.
Dengan demikian, sebagian besar Daerah Istimewa Aceh adalah
daerah/wilayah bahasa Aceh.
Jumlah penduduk Daerah Istimewa Aceh berdasarkan sensus
terakhir 2.002.782 jiwa.'Dari jumlah itu yang mempergunakan bahasa
Aceh sebagai bahasa pertamanya (bahasa ibu) adalah sebanyak 1.775.701
jiwa. Berdasarkan jumlah itu dapat dikatakan 80% penduduk Daerah
Istimewa Aceh adalah penduduk yang berbahasa ibu bahasa Aceh.
Variasi Dialektis
Hampir setiap bahasa memiliki variasi dialektis, hanya besar
atau kecilnya variasi dialektis itu yang berbeda-beda.
Demikian juga dalam bahasa Aceh terdapat juga variasi dialektis,
tetapi variasi itu sangat kecil sehingga tidak mengganggu kelancaran
dalam berkomunikasi antarpenutur bahasa itu.

Berdasarkan letak geografis dialek bahasa Aceh terdiri atas:


1) dialek Aceh Besar,
2) dialek Pidie,
3) dialek Peusangan (Aceh Utara),
4) dialek Pasai,
5) dialek Aceh Timur,
6) dialek Aceh Barat, dan
7) dialek Daya.
Dialek Aceh Besar ditandai oleh Pengucapan " a J7 pada
akhir kata V^g diucapkan [t] dalam dialek itu. ltupun terbatas
pada beberapa buah kata seperti pada contoh di bawah ini.
saka akej 'gula'
tika ikej 'tikar'
teuka /teukej 'datang'
Dialek Pidie ditandai dengan pengucapan bunyi /oi/ untuk
bunyi /o/, sebagai berikut.
brh (hroihj 'sampah'
crh [croih] 'menggoreng'
tikh [tikoihj'tikus'
Haloh [haloihj 'halus'
khoh [khoihj'b annpok'
utoh itoihj 'tukang'
1.5 Peran dan Kedudukan
1.5.1 Tempat dan Situasi Pemakaian
Dalam penggunaan sehari-hari bahasa Aceh dipakai dalam lingkungan keluarga dan masyarakat pada suasana tidak resmi. Dalam
percakapan pada pertemuan airsan yang bersifat keluarga, upacaraupacara adat, dan rapat umum pada umumnya dipergunakan bahasa
Aceh, kecuali di kota-kota. Di kota-kota dalam situasi itu kebanyakan mempergunakan bahasa Indonesia. Dalam khotbah-khotbah
penggunaan bahasa Aceh sudah mulai terdesak oleh penggunaan
bahasa Indonesia, baik di desa-desa maupun di kota-kota. Penggunaan
bahasa Aceh yang agak menonjol ialah di pasar-pasar, baik di kota-kota
besar maupun di pekan^ekan demikian juga di kantor pemerintah,

5
baik pegawai maupun orang-orang yang berurusan ke kantor. Akan
tetapi, penggunaan bahasa tergantung kepada lawan berbicara. Seandainya lawan berbicara adalah orang yang berbahasa Aceh, bahasa
pengantar yang dipergunakan adalah bahasa Aceh. Sebaliknya, jika
lawan berbicara adalah yang bukan berbahasa ibu bahasa Aceh, bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa Indonesia. Pidato pengarahan dalam pertemuan antara camat dan kepala-kepala kampung
atau kepala mukim pada umumnya menggunakan juga bahasa Aceh.
Dalam berkomunikasi dengan orang-orang yang baru dikenal,
penggunaan bahasa Aceh tergantung kepada situasi dan lawan berbicara. Kalau lawan berbicara memulai dengan bahasa Indonesia
walaupun ia sebenarnya orang yang berbahasa ibu bahasa Aceh,
bahasa yang dipergunakan adalah bahasa Indonesia.
Di sekolah-sekolah, kecuali di kota-kota bahasa Aceh, masih
dipergunakan sebagai bahasa pengantar di kelas I - III SD walaupun
persentasenya sangat kecil, yaitu sekitar 5%, sedangkan bahasa Aceh
sebagai alat pembantu terutama untuk pelajaran yang sukar masih
juga dipergunakan sampai kelas VI SD yang berada di desa.
Penggunaan bahasa Aceh di luar situasi belajar antara guru
dan murid mencapai 50%.
Secara singkat dapat disimpulkan mengenai tempat dan situasi
pemakaian bahwa bahasa Aceh dipakai dalam lingkungan keluarga
dan lingkungan kekerabatan, baik pada situasi formal dalam lingkungan
sosial maupun dalam lingkungan pemerintahan.
1.5.2 Tradisi Sastra Lisan
Bahasa Aceh bukan hanya sebagai bahasa percakapan, tetapi
juga memiliki tradisi sastra lisan yang meluas dalam masyarakat
Aceh.
Jenis sastra lisan yang dikembangkan melalui media bahasa
Aceh antara lain sebagai berikut:
a. Sindiran dan Montera
Contoh:
He kilat taloe meureuntang
Anak u rang teugila-gila
Maken ku tidak maken that datang
Maken kupandang maken that gila

6
b. Hadih Maja (Peribahasa Aceh)
Contoh:
Meuseuruek bak aleue jai 'Terperosok pada lantai yang
rapat'
Lagee laumo rot situek
'Seperti lembu memakan api
pinang'
c. Puisi Rakyat
Contoh:
Bungong meulu puteh meupoe-proe
Bungong teubee meucula-cula
Ada jeuet gata bungong mangkat bee
Lon Ihat bak ulee beurang ho Ion ba
d. Ceritera. Prosa Rakyat
Contoh:
Haba Peulandok
cerita pelanduk'
Haba Pancuri Tujoh 'ceritera tujuh pencurf
Haba Keubeue 'ceritera kerbau'
Haba Nenggroe Jen 'ceritera negeri jin'
Haba Teungku Syiah Khudam 'Bayan Budiman'
Haba Boh Mancang 'ceritera buah embacang'
e. Nyanyian Rakyat
Contoh:
Taek egle 'naik ke gunung
Bungong J'eumpa 'bunga cempaka'
1.5.3 Tradisi Sastra Tulis
Dalam bahasa Aceh terdapat juga tradisi sastra tulis. Tradisi
tulis-menulis itu mempergunakan huruf Latin.
Selain huruf Latin, huruf Arab terdapat juga dalam tradisi
sastra tulis atau kegiatan tulis-menulis pada umumnya. Orang tua
Aceh yang buta huruf Latin selalu menggunakan huruf Arab untuk
kegiatan tulis-menulis sehingga tidak ada orang Aceh yang termasuk

7
golongan buta huruf Arab. Penggunaan huruf Arab sebagai media sastra tulis pada umumnya terdapat pada hasil karya sastra lama,
seperti pada Hikayat Putroe Geumbak Meuh, Hikayat Raja-raja Aceh,
Hikayat Malem Diwa, dan Hikayat Malen Dagang. Sebaliknya, hasil
sastra tulis angkatan baru semua ditulis dalam bahasa Aceh dengan
menggunakan huruf Latin.
Contoh:
1) Bungong si Tungkoi oleh Tgk. Nurdin
2} Bungong Mawoe Deyah Boro oleh Anzieb
3) Bungong Rampoe oleh H.M. Zainuddin
4) Seumangat Aceh oleh Abdullah Arief
5) Seuramoe Mekkah oleh Ismuha
6) Pantoun Aceh oleh Abdullah Arief

Studi Pustaka
Sebagaimana yang telah dikemukakan, bahan kepustakaan mengenai bahasa Aceh sangat terbatas sehingga studi pustaka dalam
rangka penelitian struktur bahasa Aceh ini terbatas pada bahan
bahan sebagai berikut.
1) Atjehsch Taal oleh R.F.H. van Langen
2) Lee Saboh Nang oleh Vriss ngon Haji Abubakar
3) Atjehsch Nederlandsch woordenboek oleh Dr. R.A. Husein
Djajadiningrat.
4) Atjehsch Handwoordenboek (Atjehsch Nederlandsch) oleh
J. Kraemer
5) Atjehers oleh Snouck Hurgronje
6) Fonologi dan Morfologi Bahasa Aceh oleh Zaini Ali
Metoda
Penelitian struktur bahasa Aceh ini dilakukan dengan pendekata
deskriptif. Data yang dipergunakan adalah korpus data yang terd
ri daii kata dan kalimat yang direkam dari informan, yang berbahas
ibu bahasa Aceh. Selain itu, direkam juga ceritera rakyat.

8
Informan terdiri dari, baik laki-laki dan perempuan, baik yang
berpendidikan dan yang tidak, dipilih dari umur yang berlainan,
baik tua maupun yang muda, dengan memperhatikan faktor kelancaran ucapan. Selain rekaman, diadakan juga wawancara dengan
orang-orang yang dianggap cakap mengenai materi penelitian.
Wawancara ini dipergunakan juga untuk memperoleh data tentang peran dan kedudukan.
Sebelum peneliti terjun ke lapangan, kerangka struktur bahasa
Aceh sudah dipersiapkan sebelumnya sehingga teknik pengecekan
kembali kepada informan dapat dilakukan. Teknik ini dapat dilakukan karena tim peneliti adalah penutur bahasa Aceh.

BAB II FONOLOGI
2.1

Fonem
Fonem-fonem dalam bahasa Aceh dapat dibagi dalam dua ke lompok besar, yaitu fonem segmental dan fonem suprasegmental.

2.1.2 Fonem Segmental


Fonem segmental terdiri dari dua jenis, yaitu fonem vokal
dan fonem konsonan.
a. Fonem Vokal
Dalam bahasa Aceh, di samping vokal, terdapat juga vokal
sengau (nasalized vowel). Jumlah fonem vokal dalam bahasa Aceh
ada lima belas buah, yaitu sembilan vokal tunggal biasa (nonnasalized
vowel) dan enam vokal sengau (nasalized vowel).
Dalam bahasa Aceh terdapat vokal ganda (diphthong), baik
yang tidak sengau maupun yang sengau.
1) Transkipsi fonemis dan pasangan minimal vokal
Vokal [i] terdapat pada contoh berikut.
ija jaj 'kain'
aja
a/a /ja/ ajar'
gli /glj7 'geli'
[e]

gla Qla] licin '


sirong [siiorfl 'miring'
sarong /saro)J 'sarung'

seperti pada kata pade /pad7 'padi"

Bukti [e]:
9

10
peh /phj 'menggiling'
pih /pih7 'juga'
tapeh /tapeh7 'sabut kelapa'
tapih /tapih7 'mengelak dengan tangan'
seperti pada kata:

/ E

bek
bak
hek
/ a /

/hakj 'ltak'
e ' k j 'naik'
f e'k J 'tahi'

Seperti pada kata:


bak
bek
bah
boh

/i

/pkj jangan
hak
/aak7 'pohon'
ek
[h e k j
lelah 'ek

[bak J
"bk J
f ball J
[ bh J

'pohon'
'jangan'
"biar'
'buah, kemaluan lelaki'

Seperti pada kata:


lop /opj 'balik'
lap /lap/ 'menglap'
koh /k5rj7 'potong'
kah /kahj Tcau'

/ o /

Seperti pada kata:


ok [o kj 'rambut'
ok [kj 'bohong'
boh / boh J. tuang, taruh ke piring'
boh bahj'buah'
pt pot.7 'mengipas'
pot Z"potJ7 'memetik'

/u/

Seperti pada kata:


ule /TuleaJ'kepala'
alee aled_/'alu'
s" [sv 'suara'
sa /"saj 'satu'
buku fbukuj Tiuku'
buka fbukaj 'buka'

11

/q/

Seperti pada kata:


eungkt /fankot J 'mengangkut'
angkat /ankotj 'mengangkut'
teuka /7tuka_7 'datang'
tuka tukaj 'tukar'

/ a /

S eperti pada kata:


le I / *benyak'
le /"lej 'oleh'
let [lt] 'kejar'
let [stj 'mencabut'
BAGAN FONEM VOKAL

Depan atas
\ n \ Tengah u/ u~7
Belakang atas
Depan tengah atas \ e \
/ o/
Belakang tengah atas
/ / Belakang tengah
Depan tengah
\ \
Depan bawah \
U/ Belakang bawah
2) Trnaskripsi fonemis fonem vokal sengau dan pasangan minimalnya
I i/

Seperti pada kata:


' G J J 'mendesis'
ci l ci I 'coba'
c

Cr

/ I

Seperti pada kata:


syeh CS&lD 'sedikit'
syeh Istt)~J
' s y en '
bre 0> f^CZl 'bunyi air jatuh'
br r> 'J 'lamban,malas'

t**

I cl I

Seperti pada kata:


sah [shj 'bisik'
sah /"sahJ 'sah'
crahlXta-b&j 'tumis'
crah CruhJ 'retak'

12
/}/

Seperti pada kata:

<<
/U/

groh [tfi

'melenguh'

gorh [rSfJ

'muda (untuk buahan)'

Seperti pada kata:


u f u J 'menderu'
u [u]

<^>
lUl

Tcelapa'

Seperti pada kata:


seilt "sutj 'tampi'
seut [sutj 'siram /dengan mencampakkan air/'
ue

[ uj

'ya'

eu

[U]

'lihat'

BAGAN FONEM VOKAL SENGAU


Tinggi

Rendah
Di samping vokal tunggal dalam bahasa Aceh, terdapat juga vokal
ganda (diftong). Jumlah vokal ganda sebanyak lima belas, yaitu
sepuluh vokal ganda biasa dan lima 'vokal ganda yang sengau.
3) Vokal ganda biasa (non-nasalized vowel clusters)
seperti pada kata mie [ mia J 'kucing'
/ea/
seperti pada kata kayee / f k a y e a j Tcayu'
/Cd
I? seperti pada kata asai /isay J 'asal'
seperti pada kata taloe /talo^ 'tali'
106
I oy seperti pada kata boinah [ boynah J 'harta pusaka'
seperti pada kata beatoi /botoy7 'betul'
/ov
lue- seperti pada kata takuc [ takua J 'leher'
/ w sepetti pada kata bui C buy J 'b ab i'
seperti pada kata keubeue f kubu 3 J
'kerbau'
lx/r
seperti pada kata hei [ by J 'panggil'

/ay

13

Di sini dapat kita lihat bahwa hanya dua bunyi yang dapat menempati
unsur kedua dari vokal ganda itu, yaitu bunyi /i/ dan [h]. Juga jelas
terlihat lima vokal ganda mengambil /i/ sebagai unsur kedua dan
lima lagi mengambil /a/ sebagai unsur kedua.
4) Fonem vokal ganda sengau (nasalized vowel clusters)
I / 3 / seperti pada kata ciep C^tipJ "peot'
ll' I seperti pada kata / ca - ce c&-%J 'laba-laba'
/ t / seperti pada kata meuhai / muhai / 'mahal'
/ i / seperti pada kata uet / u d t / 'telan'
I 0-9 I seperti pada kata eue / u / 'merangkak'
b. Fonem Konsonan
Jumlah fonem konsonan dalam bahasa Aceh ialah 21 buah, yajtu:
/b/, seperti pada kata

bu /bu/'nasi'
bak j bak / 'batang X'; pakCp^J
bawang bawai7 'bawang X'
pawang /pawaj7 'dukun'

'pukul

/p/, seperti pada kata

peng [pa.3] 'uang'; bong lbo i J 'warung'


poh [ puh J 'pukul' boh [ boh 7 ^uah'

/d/, seperti pada kata

dapu C dapu J 'dapur''; gapu /gapu7 'kapur'


bada b a d a 7 'pisang goreng'\bata /"bataJ
'batu bata'
dang [da$] 'sementara'; pang /pa 3 / 'kepala ketua'

/t/, seperti pada kata

toe [ tee J 'dekat'; doe [dm J 'tertimbun'


tak Z"tak_7 'bacok'; dak /"dak.7 'dalam keadaan kekurangan'
baro j baro / 'baru'; garo /Tgaro7 'garut'

/g/, seperti pada kata

14

agam /"agam J 'lelaki'; apai"apamj 'serabi'


gula f gula_7 'gula aren'; pula [ pula j 'tanami'
A/, seperti pada kata

kong / > o j J Tcuat'; dong [dos ] "berdiri'


Arewe /HkuaJ 'depan'; dewe /"doa J 'dangkal'

/m/, seperti pada kata

mat "mat J 'pegang'


ma/ee "malgaj 'malu'; a/ee b a l 3 7 'janda'

/n/, seperti pada kata

Meunan /inuna7 'menang'; seunang s u n a ^


'senang'
nek /Tnek J 'nenek'
bunoe "bunuo 'J 'tadi'; bumoe /bumui7 'bumi'
/w /~na J 'ada'; mo/~ma j["'ibu / mamak'

/ 3 / , seperti pada kata

go /j$n 7 'kawan'
# Z j *J 7 'enggang' ; a# " naj J 'induk'
parang / " p a r a n j 'parang';paran /Tparanj/
' desa'

///, seperti pada kata

Ion "lon J 'saya'


/om Z"lum7 'lagi'; &o? /Icorn7 'tidak menetas'
Ion lon_7 'saya'; mo mon.7 'embun'

/n/, seperti pada kata

nyan n a n 7 'itu'; 'nan C nan J 'nama'


_ye " n e n j 'ketam'; e /n e K/ 'pemilih
makanan'

/m/, seperti pada kata

mhang /ma J Tcampungan'


mhah[mahj'nenek'; mah/mari/ 'ukuran'

/n/, seperti pada kata

benda ,/pana7 'sembunyi'; nab [nabj


perut di atas kemaluan'

/r/, seperti pada kata

rab C rab J 'dekat'; urat urat J 'urat'


ulat l ulat J 'ulat'; rangoe ragoaj 'ragi'
Mgoe /Tsagua.7 'segi'; meng rm^
'pung gung'
lueng\ui^l 'selokan'

'ujung

15

/s/, seperti pada kata

seupot /jupotJ7 'sore'


gasa TgasaJ 'kasar'; gata %aia.J 'anda'
soh sohJ 'tinju'; toh l toh J T>ertelur\
turun hujan '

/h/, seperti pada kata

hana {"han7 'tidak ada'


hah IhahJ 'buku mulut'; kah kahj
Tcau'
sah /"sah 7 'sah'; sak sak J 'padatkan'
soh l soh J 'tinju' soksdk2
'pakai'

/J/, seperti pada kata

/'i T j i h J 'dia'
/ofr T jok J 'berikan'; yokyokJ
Tcuk'
/aroe jarua7 'tangan'; baroe /"barua7 Ttemaren'

/s/, seperti pada kata

syiit /"sik J 'besar'


syef l set J 'putus sekali tetak'; cef /"cet 7
'kecil'
J^O: /TsukJ 'waswas'; tempat menumbuk sirih dari besi; cofc /" cok 7 'ambil'

/c/, seperti pada kata

cah IcahJ 'rintis'


coh cohJ 'patuk'; kohkohj
'potong'
cet C cut J 'jolok'; tet[ tot 7 "bakar'
ce T &h 7 'menetas'; syeh [ sh 7 'pemimpin/ syeh'

/ j / , seperti pada kata

yub /Tjub J 'hembus'


raya /"raja7'besar*; rajiz /"rajaJ 'raja'
raya /"raja 7 'besar'; rog< raga J keranjang'

/w/, seperti pada kata

woe /Two 7 'pulang'; weue [woaj


'kandang'
fteue jCbuaJ 'tembolok'; aweuek /awuah_7
'sendok besar'
abeuek /abuJk 7 'paya-paya'; MO T w a J 'peluk' oa T ba 7 "bawa'

16

BAGAN FONEM KONSONAN


Bilabial
Plosives

Alveolar

b
P

Fric tives

Alv. Palatal

Velar

d
t
s

Glot

g
k
h

c
Lateral

Nasals

Ine Nasals

Medians

y
r

Triu

c. Distribusi Fonem
1 ) Distribusi Vokal Tunggal
Semua vokal tunggal biasa, kecuali /a/ dapat menempati posisi
awal.
/i/, seperti pada kata itek /"itekJ7 'itik'; iku \kuj
inong /~inon/ 'perempuan'
/e/, seperti pada kata eh /TehJ 'tidur'; ek [ekj
cleimiee [ elome'a7 'ilmu'
ll, seperti pada kata c [eh]
ek ek]
/a/seperti pada kata

'ekor'
'naik'

'es'- ehram /"ehram7 'ihram'


'iah f

asai /"asai J 'asal'; aduen /Taduanj'abang'


apui TapuyJ 'api' ftsca /Tasu a7 'daging' isi'

17
lol, seperti pada kata

ok f okJ Tjonong' ; ong [o3j 'tumpul'

/o/, seperti pada kata

ok [okj 'rambut'; ononJ 'daun'

/u/, seperti pada kata

uroe /rugj 'harf ; uteuen /"utoanj "hutan'


ureueng [uray J 'orang

lU/, seperti pada kata

keubeue kobuaj 'kerbau'; eungkot /u3kot7


'ikan'

Semua vokal tunggal dapat menempati posisi' tengah


/i/, seperti pada kata

pike pike7 'pikir'; ubit ubit] 'kecil'


lipeh /_"liph7 'tipis'

/e/, seperti pada kata keudeh /kudh7 'ke sana'; oi're/Jbinth7


'dinding' gateh /TgatehJ 'betis'
/, seperti pada kata bek bekj 'jangan'; prehfprij
keh /fcehj 'korek api'

'tunggu'

/a/, seperti pada kata bak bakj 'batang'; bah CbahJ Tjiar'
lampoh / lampoh / Tcebun' ; saboh / c a b o h j
'satu, sebuah'
/o/, seperti pada kata

koh /)coh7 'potong'; so/isohJ 'kosong'


gadoh /"gadohJ Tulang' ; carong [zarovTJ 'pin tar'

/o/, seperti pada kata sok /sok/ 'pakai'; brokj$rokj 'buruk'


trok /trok/ 'datang'; Ion /Ion/ 'saya'
/u/, seperti pada kata bulee /buleaj Tjulu'; gudaudj 'kuda'
pula (pula] ' tanami'; puleh' iulehj 'sembuh'
/J/, seperti pada kata

keunong /kunas[7'kena'; teubiet /Tubiaf/ Tceluar'


reupah /nipah/'rebut'; seupot/Jupqf7 'sore'

/cty, seperti pada kata

?re /Jrarf/ 'turun';/e /lari/ 'padam'


eer /cat} 'jolok';rer /taf? T>akar'

Semua vokal tunggal biasa dapat menempati posisi' akhir


I'll, seperti pada kata

gaki /gakj7 "kaki'; rri' titi7 'jembatan'


meuhilmeuhil 'menyerupai'; turi /turi/ kenal'
/pakrj/ 'bagaimana'

18
/e/, seperti pada kata ate /te7 'hati'; /iase/hase7 'hasil'
gle [gl$[ *bukit';sare /sare7 'rata'
ade idej 'ad'; /e/lej'oleh'
lj, seperti pada kata keude /Jcude/ 'kedai'; wise /mis J 'kumis'
me [m] bawa'; gade adef 'gadai', meminta minta'
/a/, seperti pada kata ba /hal Tsawa'; da /da7 'kakak perempuan'
sira /sira7 'garam'; rima /Jima7 'timba'
loi seperti pada kata

meulho /mulho/ 'berkelahi';


pho o7 'terbang'; gofoj
atau hulu' *
/o/, seperti pada kata baro jbaroj 'baru' ; ato [toj
tab /talo7 Tcalah'; thoho/

ku fo/jcutaj 'kotor'
'tangkai gagang
'atur'
'kering'

/w/, seperti pada kata s /su7 'suara'; />s /usy7 Tcetapel'


bu /bu7 'nasi'; mu [mu] 'tandan'
hu /u7 'menyala'
/C//, seperti pada kata tabeu /fabu/'tawar'; miseuxsj 'misal'
keubeufeubtf! 'kerbau'
/!/, seperti pada kata

tahe /tahg7 'tercengang' ; beuhe^ubfj

*berani'

/d/, seperti pada kata

le /TnJ 'banyak'; taheftahj 'tercengang'


beuhe /buhe/ 'berani'

2) Distribusi Vokal Tunggal Sengau


I'll

hanya menempati posisi akhir

/i/
//

meuti /nuj 'mendesing' ; meuci /mucj7 'suara mendesing'


dapat menempati ketiga posisi

Awal:

er /e t J 'pendek' ; ebb] '(seperti bunyi ayam)'

Tengah: kheb [khebj busuk'; cet /cet/ 'kecil


cakrer /Sakref/ 'sebangsa burung yang sering terbang di sawah'
Akhir: pe/pg/'perduU'; s.ye/?'tindik'
pa-e /pa-|7 'tokek'
/a/ dapat menempati ketiga posisi
Awal:

ab /abj 'suap/makan'

14

Tengah: sah /sa*h/ 'bisik'; naphah /nafah7 'nafas'


crah jerah] 'tumis'
Akhir: da /doa/ 'doa'; meucacanucacj 'menyembur (darah, air dan
sebagainya)'
meu-a-a /meu a-aj 'bunyi tangis'
/O/ dapat menempati ketiga posisi
Awal:

oh noe /5hno7 'sampai di sini'; ob Job] 'hantu momok'


on /on/ 'on (ukuran berat'
Tengah: meuhop fmohopJ 'marah'; khop /khopj 'busuk'
syob /sob/ 'tusuk'
Akhir: syo ($$ 'bidung'; meu-o-'o /mo-o-oj 'bunyi'
/u/ hanya dapat menempati posisi akhir
n- [pn-u/ 'daun kelapa'; meii-u-u /mu-u-iy 'mendengung'
/u/ hanya dapat menempati posisi awal dan "tengah.
Awal:

eu /u/ 'ya'; cun /n7 'nafsu'

Tengah: mheut /nuhutj 'ingin'; seut /sutj 'menampi'; ceu? /cutj


'ikat/buhul'
3) Distribusi Vokal Ganda Biasa
/ia/ dapat menempati ketiga posisi
Awal:

iet JJjtt} 'sejenis ikan sungai'


k l'vij 'air'

Tengah: teubiet /tabiatj 'keluar; niet /niatj 'niat'


Arier /kriatj 'kikir'; trieng [tmnj 'bambu'
Akhir: mie /miaj 'kucing'; sie /sia/ 'daging'
leupie /Iupia7 'dingin'; &We /khia7 'tengik'
/eD/ hanya dapat menempati posisi akhir
bee [bej 'bau'; abee /bea7 'debu'
fcayee iaje;j7 'kayu'; ajee /5aje$7 'baju'
Mee /rakeiaj 'minta'
/ay/hanya dapat menempati posisi akhir
asai Jzs&y] 'asal'; bangai banay/ 'bodoh'
feuftai' ftubayj 'tebal'; langai /anay7 'bajak'

20

fil hanya dapat menempati posisi akhir


bloe /Bl.i.a7 'beli'; bajoe /bajuJ 'pasak'
bunoe /bunoa? 'tadi'; taloe /taloa7 'tali'
/oy/ hanya dapat menempati posisi tengah
boinah /Boynah/ 'harta pusaka'; lagoina /TagoynaJ 'sangat'
/oy/ hanya dapat menempati posisi akhir
beutoi /butoyj 'betul'; leumoi /lumoyj 'nomor'; soi fsoy]
'sisip'; goi /goyj 'perduli'
/ua/ dapat menempati ketiga posisi:
Awal:

uem ihm[ 'peluk'; uet /liat/ 'gosok'


ueh /uaK/ 'aus'; uek /uak7 'sebangsa ulat yang terdapat dalam kayu busuk'

Tengah: bruek /bruakj 'tempurung'; duek fduak7 'duduk'


pluek /pluak7 'kupas' plueng /pluaif/ 'lari'
Akhir: bue jbuij 'kera'; takue /FakuaJ 'leher'
sue /JuaJ 'ampas'; keunue /konua/ 'tumit'
/uy/ dapat menempati hanya posisi awal dan aAA/r
Awal:

ui [\iy] 'tiri'
hanya dalam ungkapan: ayah ui 'ayah tiri'
ma ui 'ibu tiri'
tf/jez/fc ui 'anak tiri'

Akhir: fc/ /BuyJ 'babi'; apw/ /apuy/ 'api'


pto/ /phuy7 'ringan'; guifguyj 'menjambak'
/ua/ dapat menempati ketiga posisi
Awal:

eue idj 'langkah', ancang-ancang'

Tengah: beuet /buat7 'belajar/mengaji'; peuet /puj7 'empat'


kleuet /jduat? 'liar'; kreueh /kruahj 'keras'
pheuet /phuat7 'pahat'
Akhir:

keubeue /kubua7 'kerbau'; labeue /tabua/ 'tawar'


fceue /kua/ 'depan'; a/eue /ilua7 'lantai'
Wewe /blua/ 'landai'

/ay/ hanya dapat menempati posisi akhir


hei /hayj 'panggil'

21

4) Distribusi Vokal Rangkap Sengau


/ia/ dapat menempati ketiga posisi
Awal:

ie /ia/ 'bunyi'; iek /kj 'kencing'

Tengah: ciep /ciapj 'peot'; piep /pia^ 'isap'


priek /prakj 'mengoyak'; prieh /priabj 'melengus'
Akhir:

cie /cia7 'kerdil'; pacie /paciaj 'melempar dengan sepotong


kayu'

/ee/ hanya dapat menempati posisi awal dan akhir


Awal:

ee /a7 'bunyi' orang bersorak'

Akhir:

ca-ee /ca-eaj 'sebangsa laba-laba'

/ay/ hanya dapat menempati posisi akhir


meuhai /muhayi 'mahal'
/ Ua/ hanya dapat menempati posisi awal dan akhir
Awal:

er [\xt] 'telan/'

Tengah: aiefc [cuahj 'memadamkan dengan air'


a/er /cut7 'ikat/buhul dengan benang'
hueng /huaV '(sebangsa kumbang hitam pemakan kayu)'
syueng /suat7 'bau amis (kencing)'
Akhir: mu-ue /mu-uaj 'membajak'
/Ua/ hanya dapat menempati posisi awal
eue /uj 'merangkak'
S) Distribusi Konsonan
Semua fonem konsonan dapat menempati posisi awal dan tengah.
Hanya delapan fonem konsonan yang dapat menempati ketiga posisi (awal, tengah, dan akhir).
Fonem itu ialah: /b/; /p/; /t/; /k/; /h/; /m/; /n/; dan /r/.
/b/

awal: fcafc /bakj 'batang'; binteh /bintehj 'dinding'


/'rte/i /bineh7 'pinggir'; beukah /bukahj 'koyak'
tengah: raa /saba7 'sabar'; ra /tubaj 'racun'
aftee /abejj? 'debu'; haba /haba/ 'cerita'
akhir:

raft /rabj 'dekat'; Araft /krabj 'rapat'


seubab /subabj 'sebab'

22

/p/

awal:

puleh /puleh/ 'sembuh'; pula /pula/ 'tanam'


pinah /pinah/ 'pindahkan'; peng /pen/ 'uang'

tengah: lipeh /lipeh/ 'tipis'; seupot /supot/ 'sore'


sapai /sapay/ 'lengan'; reupah /nipah/ 'rebut'

/d/

akhir:

asap /asap/ 'asap'; pagap /pagap7 'kejar'


cop /copj 'jahit'; Aap /kap/ 'gigit'

awal:

d<eA /duak/ 'duduk'; dudoe[dud<yj 'belakangan'


dit /dit/ 'sedikit'; dah /dah/ 'sumbu'

tengah: padum /padurn/ 'berapa'; gacfcm /gadori/ 'hilang'


guda /guda/ 'kuda'; bandum /bandurn/ 'semua'
/t/

awal: ft//w /jtuha/ 'tua'; tar/ /Juri/ 'kenal'


tameh /tameh/ 'tiang'; tunong /tunoyj 'selatan'
tengah: pwto/z /putoh/ 'putus'; putie /putia/ 'putar'
uroft /Jitoh/ 'tukang'; patch /pateh/ 'jatuh'

/g/

akhir:

batat /batat/ 'degil'; paror /patot/ 'patut'


brat /brat/ 'berat'; mar /mal/ 'pegang'

awal:

a<2o/2 /gadohj 'hilang'; gw&m /gulani/ 'pikul'


gule /gula/ 'gulai'; guAee /gukea/ 'kuku'

tengah: peugah /pugah/ 'beri tahukan'; lagot /agot/ 'laku'


jtTU^oe /pugoo/ 'bangunkan'; swgor /sugofj 'sisir'
rewga /tuga/ 'kuat'
/k/

awal:

kon /_kon7 'bukan'; Aw e/z /kuah/ 'gali'


kilang /jcilan/ 'mesin jahit'; kalang _/kalao7 'dahi'
tengah: ZaAoe /TakoaJ 'suami'; likot /Jikot/ 'belakang'
bokong /Bako_n7 'tembakau'; fi'Aa /tika/ 'tikar'

akhir:

/m/

Z>aA /bak/ 'batang'; tak Jtak] 'bacok'


jak /jakj 'pergi'; buhak /Buhak/ 'boros'
c?ueA /duak/ 'duduk'

a wal: manee /manua/ 'mandi'; mantong /piantunj 'masih'


meu/i /muh/ 'emas'; mu /mu/ 'tandan'
m/e /mia/ 'kuncing'
tengah: tima /tima7 'timba'; tamong /tamun/ 'masuk'
famefc /tamebj 'tiang'; ramah /ramah/ 'kemas'

23

/n/

akhir:

tem /terri/ 'mau'; gulam /gulam7 'pikul'


torn /torn/ 'pernah'; uram /ram/ 'pangkal'
reugam 'genggam'; khem /khenj7 'ketawa'

awal:

ne/j /heh/ 'memilih'; // /nit/ 'sedikit'


m'er /niat/ 'niat'; na /naj 'ada'
naleueng /haluan/ 'rumput'

tengah: keunong /kunon/ 'kena'; tunong /tunoj/ 'selatan'


rw /tunu/ 'kesal'; dara /Sarah/ 'nanah'
rurta/i /tunah7 'tunas'; uneun /unon/ 'kanan'
/n/

awal:

gu/ /juy/ 'pakai'; geut /nuf/ 'bodoh'


oft /riobj 'karam'; ngieng /nian/ 'lihat'
tengah: bungong /bupoij/ 'bunga'; bungkoh /butikoh/ 'bungkus'
beungeh /buneh/ 'marah'; pingan /pinan/ 'piring'
puo /punu/ 'gila'

akhir:
/1/

awal:

tunong /tunuyj 'selatan' ; ateueng /tuan7 'pematang'


pewg /pen/ 'uang'; giart /glan/ 'cacing'
lom /lom/ 'lagi'; /ZAor /jikot/ 'belakang'
leumah /iumahj 'tampak'; lampoh /lampoh/ 'kebun'
iaAoe /lakuaj 'suami'

tengah: pa/ee /palea7 'palu'; ftu/ee /BuleJ7 'bulu'


sa/op /salop7 'bungkus'; pu/a /pula7 'tanam'
pu/e/i /puleh/ 'sembuh'; paleh /palehj 'jaha*'
/n/

awal:

yoe /noaj 'ini'; nyan /hari/ 'itu'


/um /num/ 'rasa'; nyeh [pehj 'ketam'
nyap /habj 'alat penangkap ikan dari bambu'

tengah: panyot /panufj 'lampu'; panyang /panan/ 'panjang'


minyeuk /minok/ 'minyak'; manyang /manan/ 'tinggi
tanyong /tanojt/ 'tanya'; punyueng /punuaji/ 'telinga'
/r/

awal:

m^oe /rugoaj 'rugi'; rumo /rumoh/ 'rumah'


rimueng /rimuanj 'harimau'; reubah /rubah/ 'jatuh'
rzyo/i /riyoh/ 'ribut'

tengah: ftare /bareh/ 'baris'; s/ra /sira7 'garam'


guree /gure/ 'guru'; uram /ram/ 'pangkal'
ftaroe /baroa/ 'kemarin'
/s/

awal:

sep /sepj 'cukup'; su /su/ 'suara'


sue /sua/ 'ampas'; so/i /soh/ 'tinju'

24

som /som/ 'sembunyi'; sabe /sab/ 'selalu, sama sama besar'.


sulet /sulefj 'bohong'
tengah: asap /asap7 'asap'; asoe /asus? 'daging, isi'
gasien /gasian7 'miskin'; masen /masen/ 'asin'
baso /basj/ 'semban';paseueng /pasuain/ 'pasang'
/h/

/j/

awal:

afta /Raba/ 'kabar'; a /Fiah/ 'buka mulut'


/10 /hq/ 'ke mana'; hue /hua/ 'hela, seret'
hek /Hls? 'lelah'; m'em /hiam/ 'teka teki'
tengah:meuto'/muhaj/ 'mahal'; peuhahfpuhah"} 'buka'
tulw /fuhaj 'tua'; leuhop/luhop7 'lumpur'
ftu/iaA /buhakj 'boros'

akhir:

peuhah /puhah/ 'buka'; Aan /kahj 'kau'


/dahj'sumbu';
/poh/ 'pukul'
/bah/'biar';
/koh/ 'potong'

awal:

/aroe /jaroa/ 'tangan'; /'e /Jeh/ 'itu'


jak /Jak/ 'pergi'; /euer /juat/ 'boleh'
/eft /jeb/ 'minum'; jamee /Jamea/ 'tamu'

tengah: u/o /ujon/ 'ujung'; pa/on /fpajoh/ /pajoh/ 'makan'


pajan /pajan/ 'kapan'; pijet /pijet/ 'kutu busuk'
bajoe /bajo;7 'pasak'; bajee /bajejj/ 'baju'
/s/

awal:

s y ^ /sot/ 'corot'; 'terakhir'; syueng /suan/ 'bau amis'


bau kencing.
syen /sen/ 'melompat'; syoA /sok/ 'waswas'
tengah: desyades] 'dosa' kasyuk /kasuk/ 'mengacau air dengan tangan

/c/

awal:

j , Jcoh] 'patuk'; com /com/ 'cium'


cah fcah/ 'tebas'; c e r /cet/ 'jolok'
ceng /cen7 'timbangan'; ^ ^ /cua/ 'curi'
caror# /paron/ 'pintar'

co

tengah: cicak /cical/ 'cecak'; pwcoA /pucok/ 'pucuk'


Aaca /kaca/ 'botol'; ticem /ticem/ 'burung'
meucuca /rhucucaj 'main air'

25
/y/

awal:

yub /yub/ 'hembus, bawah'; y oh [y oh] 'waktu, 'ketika'


yue /yua/ 'suruh'; y eh /yeh/ 'goyah'
yuek /yuak/ 'berkurang'; yum /yum/ 'harga'

tengah: piyoh /piyohj 'mampir'; payah /payah/ 'sukar'


miyub /miyub/ 'rendah'; bayeuen /bayu^7 'bayar'
raya /raya/ 'besar'; tayeuen /tayuarj/ 'tempayan'
/w/

awal:

wie /wie/ 'kiri'; w/er/wiet/ 'patahkan'


weueA /wuak/ 'bagi'; weu/j /wulj/ 'sedih'
wah /wah/ 'retak, pecah'; wat /wat/ 'daya, tenaga'

tengah: aweueh /awuah/ 'ketumbar'; silawet /jilawet/ 'selama'


siluweue /siluwua/ 'celana' awi'n /awih/ 'dukung'
/awoA /awok/ 'aduk, campur'
d. Variasi-variasi
Variasi-variasi yang ada dalam bahasa Aceh adalah sebagai berikut.
1) Variasi Alternatif
Dalam contoh berikut /a/ dan fe] dengan lingkungan fonem-fonem
yang sama mempunyai arti berbeda pang /pan/ 'kepala', 'regu'; peng fpeifj
'uang'. Pada contoh lain /a/ dan /e/ dengan lingkungan sama mempunyai
arti yang sama pula.
phang /phap/ pheng /pheg/ 'ngangkang'
nek /nek/ 'nenek'; nok /hok/ 'balok besar'
get /get/ ^> got /got/ 'bagus'
pet [pet] <--? pot /pot/ 'petik'
ret /ret/ <^~> rot /rot/ 'jalan'
6a /ba/ 'bawa'; ftue /bua/ 'monyet'
Tetapi: gla /gla/so /ue /glu/ 'licin'
Hal ini juga terjadi pada variasi alternasi konsonan duek /duak/ 'duduk'
muek /muak/ 'makan gula/tepung tanpa kawannya'
j -nu- ibsi iteduisd
Tetapi: d/r /Hit/ mit /mit/ 'sedikit'
m ^niJi8Bfa ^
rnjiyo
deungo /duno/; /eun^o /jujo/ 'dengar'
I

.-:

.:' ;3ff!

\x:ixjfj

(-rnu-)
iUJuq' vrioJuqi s\oUfc\

MHO')

26
2) Variasi Alofonis
Dalam hal ini dua bunyi yang berbeda ucapan dalam lingkungan
yang sama tidak membedakan arti, kedua bunyi itu merupakan alofon
dari satu fonem. Pada variasi alofonis biasanya bunyi tunggal pada satu
dialek diucapkan dengan bunyi ganda pada dialek lain dalam bahasa Aceh.
/<i/ misalnya, mempunyai alofon /oa/ sebab /oa/ tidak pernah, menempati
dua posisi awal dan tengah di antara tiga posisi yang dapat ditempati oleh /o/
dengan kata lain /09/ hanya menempati posisi akhir
Variasi
3) Variasi Alofonis Vokal
fo
c? B
_. _
blo
Wo7 c-o bloe
/bloa/'beli'
tab
/talo/ <-^> taloe
/taloa/'tali'
uro
/uro/ *""* ' uroe
/roa/'hari'
rafteu
/tabu/ Cy~> tabeue [ tabua/ 'tawar'
/aAw
/taku/ ^"> fflfcue
/"takuaj 'leher'
phing /phm/ c - o plueng [ pluajj/ 'lari'
(d) Variasi Alofonis Konsonan
tef
teun
to
db/
cfeue
Aem
Aa

/tat/
/tun/
fon/
/dot7
/uan/
/kern/
/kan/

00
c_-->
<-->
<-^>
-^-
c-o
<L^

that

/thai/'sangat
/theun/ 'tahan'
/thon/'tahun/
fAort
rfAo, fdhot/ 'bentak'
dheuen f dhuan/ 'dahan'
AAem
/khem/ 'ketawa'
Aten / /*hap7 separoh

po
pa

rpoj
M

00
"

pno /phQ/ terbang


P t e /pha/'paha'

*i/

pte/ *

tneun

tmgan

4) Harmonisasi Vokal
Dalam bahasa Aceh tidak terdapat infiks I -un- I dan I -un- I.
Yang ada ialah infiks (-eun) dan u m / . Kedua infiks itu masing-masing
berubah jadi -un- f-un-J dan -um- f-umj dalam proses afiksasi bila suku
pertama kata dasarnya mengandung bunyi u.
Contoh:

pula /pula/ menjadi punula /punula/


(-eum-) menjadi (-um-)
putoh /putofj/ 'putus' menjadi punutoh /punutoli/ 'putusan'

27
puwoc /puwua/ 'bawa pulang' menjadi punuwoe /punuwoa/
'bawaan'
( -eum-) menjadi ( -um-)
tuleh /tuleh/ '.tulis' menjadi tumuleh /tumulehj 'menulis'
culek /culek/ 'ukir' menjadi cumulek /umulek7 'mengukir'
tumpok /tumpok/ 'tumpuk' menjadi tumumpok /tumumpok/
'menumpuk'
kubang /Jcuban/ 'kubang' menjadi kumubang /cumuban/ 'berkubang'
(-eul-) menjadi (-ui-)
sumpai /sumpay/ 'menyumbat' menjadi sulumpai /sulumpay/
'sumbat'
luah /IuaK/ 'luas' menjadi puluah /puluah/ 'memperluas'
5) Pola Suku Kata
(a)

Susunan vokal dan konsonan yang terdiri dari satu suku kata

(1)

Terdiri dari vokal (v) tanpa didahului atau diikuti oleh konsonan:
a.
u.
ie
eue

'kakak'
'kelapa'
'air'
'ancang-ancang'

(2)

Vokal diikuti konsonan (VK):


eh 'tidur' eA 'naik'
on 'daun' ueJ 'gosok'

(3)

Konsonan diikuti vokal (KV):


ka 'sudah'; le 'banyak'
me 'bawa'; a'ada'

(4)

Konsonan diikuti vokal tambah konsonan (KVK):


loh 'saya'; par'di mana'
jak 'pergi'; poh 'pukul'

2S
(5)

Konsonan tambah konsonan tambah vokal (KKV):


gla 'licin'; klo 'tuli'
gle' 'bukit'; th 'kering'
jra 'jera'

(6)

Konsonan tambah konsonan tambah vokal tambah konsonan


(KKVK):
kreuch 'keras'; preh 'tunggu'
pluek 'kupas'; plah 'belah'

(b)

Susunan yang terdiri dari dua suku kata

(1)

Vokal tambah konsonan tambah vokal (VKV):


ate 'hati'; abee 'debu'
adee 'jemur'; ato 'atur'

(2)

KVV:
su-sue 'soal'; pi-e 'perangai
sew-/ 'tidak enak badan'; mu-we 'membajak'

(3)

KVV K:

meu-ah 'maaf; meu-'en 'main'


seu-iet 'jinak'

(4)

VKKV:

akhe 'akhir'; atra 'milik'


unta unta 'unta'
(5)

VKVK:
wrort 'tukang';
irt 'peot'

(6)

alat' 'bumbu'

KVKV :
haba 'khabar'; sira 'garam'
pula 'tanam'

29

(7)

KVKVK:

(8)

piyoh 'mampir'; pijuet 'kurus'


gulam 'pikul'; gadoh 'sibuk'
'ikan'
VKKVK:
intat 'antara'; angkot 'angkut'
eungkt 'ikan'

(9)

KVKKV:
bangk 'bangkai'; lungk 'tanduk'

(10) KVKKVK:
binteh 'dinding'; bungkh 'bungkusan'
(11) VKKVK:
euntreuk 'nanti'
(12) KKVKKV:
glanteo 'pengganti'
13) KVKKKVK:
(13)
ringkhk 'hampir ambruk'; rungkhom 'terkam'
(c)

Susunan yang terdiri dari tiga suku kata

(1)

VKVKVK:
areuta 'harta'; leume 'ilmu'

(2)

VKVKVK:
alamat 'pertanda'; e'tikeuet 'itikat'

(3)

KVKVKV:
keurija 'kerja'; seurapa 'resapah'

(4)

VKKVKV:
antara 'kayangan'

30

(5)

VKWK:
ajaeb 'ajaib'

(6)

VKKVKVK:
akhirat 'akhirat'

(7)

KVKVKVK:
teurimong 'terima'

(8)

KVKVKKV:
seulangke 'telangkai'; calitra 'cerita'

(9)

KVKVKKVK:
seulangkot 'sangkutan'

(10) KKVKKVKV:
khanduri 'kenduri'
(11) KWKV:
kuala 'muara'
(12) KVKKVKV:
bentara 'bintara'
(13) KVKVVK:
jeumeu-at 'jum'at'
(14) KVKKVKVK:
lambay^ng 'lembayung'
0 5) KVKVKKKV:
si/ahtera 'sejahtera'
(16) KKVVKVK:
khianat 'khianat'

31
(17) KVKVKKKVK:
geurimpheng lagu yang dimainkan dengan rebana
(18) KWKVK:
paidah

'faedah'

(19) KKVKVKVK:
khedeumat Tchidmat'
(d)

Susunan yang terdiri dari empat suku kata

(1)

VKVKVKV:
arakata semacam surat atau dokumen

(2)

VKVKVKV:
ekeutiyeue 'ikhtiar'

(3)

VKVKVKVK:
ulee balang 'hulubalang'

(4)

KVKVKVKV:
darohaka 'durhaka'

(5)

KVKWK:
meutuah 'bertuah'

(6)

KVKWKV:
meu tiara 'mutiara'

(7)

KVKVKKVKV:
mirahpati 'merpati'

(8)

KVKKVKVKV:
sinjakala 'senjakah'

32

(9)

KVKKKVKVKV:
cintramani

'(sebangsa ular)'

(10) KVKKVKVKVK:
sutramaneh 'sutra manis'
(11) KVKVKVKVK:
meuseulihat 'muslihat'
(12) KVKVKKWK:
meunafaat 'bermanfaat'
(e)

Susunan yang terdiri dari lima suku kata

(1)

KVKVKVKVKV:
peureumadani 'permadani'

(2)

KVKVKKVKKVKV:
meureundamdiwi 'putri kayangan'

Kelompok Konsonan
Dalam bahasa Aceh, di samping konsonan tunggal, terdapat konsonan
ganda sebanyak 13 buah yaitu:
/bl/,

seperti pada kata bloe /bluo/ 'beli'


Klaster ini hanya menempati posisi awal
biang /blan/ 'sawah'; blet / b W 'cabut'; bloh /bloh/ 'masuk
ke air'; blet /blet/ 'kaleng'; blie /belia/ 'membelalak'

/gl/,

seperti pada kata gle' /glej 'bukti'


Klaster ini hanya menempati posisi awal
geh /glehj 'bersih'; glah /glahj 'gelas', 'kelas';
glang /glarj/ 'cacing'; gleueng /gluan7 'gelang'
$ak /glak7 'muak'; glueng /gluany 'tendang'

/kl/,

seperti pada kata kiat /kiat/ 'kelat'


Klaster ini menempati posisi awal dan tengah

33

awal:
kleuet /kluat/ 'liar'; kleueng /kluan/ 'elang'
tengah: sukla /sukla/ 'hitam pekat'
siklep /siklfcp/ 'sekejap mata'
singklet /sinklat/ 'melilit'
/pl/,

seperti pada kata plang /plan/ 'belang'


Klaster ini hanya menempati posisi awal
plah /plah/ 'belah'; plueng /pluajj/ 'lari'
ploh /ploh/ 'lepaskan ikatan'; /ploh/ 'puluhan'

/cl/,

seperti pada kata clam /clam/ 'bunyi air'


Hanya menempati posisi awal
cium
clap
clup
Klaster

/br/,

/cium/ 'bunyi air'


/clap/ 'bunyi air'
/clup/ 'bunyi air'
dengan r sebagai elemen kedua dan distribusinya.

seperti pada kata /brat/ 'berat'


Klaster ini menempati posisi awal dan tengah.
awal:
bruek /bruak/ 'tempurung'; breueh /bruah7 'beras'
bre /jbrej 'tidak sungguh-sungguh'; brbk /brokj 'buruk'
bri /Brij 'beri'
tengah: bubrang /bubranj 'sebangsa cerapai pemakan ikan'
bubruek /bubruik7 'burung air'; subra ubraj 'ribut'
'bising'

/dr/,

seperti pada kata droe /droa/ 'diri'


Klaster ini menempati posisi awal dan tengah
awal:

drop /Brop7 'tangkap' dra /lraj 'siksa'


c/ra/ /drahj 'diskusi'; dr/i [xo\J 'gonggong'
tengah: cidra /cidra/ 'cacat'; tadnz ./kadra) 'ikan belanak'
geundrang ^gundrag7 'genderang'
/gr/,

seperti pada kata grop /gropT. 'melompat'


Klaster ini menempati awal dan tengah
awal: graA: igrak7 'gerak'; g-n'ef /griat/ 'desak'
grek igrek7 'kereta sorong'; grah /grarU 'haus'
grefc /greh7 'sepotong'
tengah: nanggroe /nangroa7 'negeri'
panggrop /pangrop/ 'membal'
meugriet /jhugriai7 'terburu-buru'

34

/kr/,

seperti pada kata kreueh /kruabj 'keras'


Klaster ini menempati posisi awal dan tengah
awal:

kra /kra/ 'gurau'; krueng /kruaj7 'sungai'


kreh /kreh/ 'keris', 'kerok'; krang /kran/ 'gersang'
kru /kruj 'ketombe'; krak /krak/ 'kerak'
kr iet /kriatj 'kikir'

tengah: sukriet /sukruat/ 'sakarat'; OMto-z'A: /bukrik) 'kurus,


buncit'; cakret /cakret? (sebangsa burung pemakan
belalang)
/pr/,

seperti pada kata prang /praj/" 'perang'


Klaster ini menempati posisi awal dan tengah
awal:

pre/? /preh7 'tunggu'; pre'/pre7 'libur'


jwa/7 /parat/ 'peras'; /m//i /pruh/ 'sembur'
pro/j /prohj 'belah'; pw/i /prian/ 'kerdil'

tengah: caprok /caprok/ 'mangkok dari tanah'; seupreuek


/Jupruak/ 'sebar'; tabur'
/tr/,

seperti pada kata imc [IxoJ 'kenyang'


Klaster ini menempati posisi awal dan tengah
awal:

Iran /tran/ 'tarik': /row /trorn7 'tendang'


/TV>A: /trok/ 'tiba', datang'; tren /tran/ 'turun'
fneflg /triany 'bambu': /w/; /tron/ 'simpan'

tengah: c//ra /eintra) 'sangkar'; a/ra /atra) 'punya'


eunlreuk /untrok/ 'nanti'
/jr/,

seperti pada kata /ra /jraj 'jera'


Klaster ini menempati posisi awa/ dan tengah
awal:

/cr/,

///// /Jroli7 'bagus'; /ruck fimakj 'asin. teruk'

tengah: keujruen /kujruan) 'mandor irigasi'


seperti pada kata rm/i /crohj 'goreng'
Klaster ini hanya menempati posisi awal
crah /crahj 'tumis'; crah /crah/ 'retak';
crak /crak/ 'bual'; fn7/i# /crotj7 'menimba'
rrue-6 /cruab7 'telungkup'

35
Kita dapat memperhatikan tidak ada satu pun di antara klaster-klaster yang telah dibicarakan di atas dapat menempati posisi akhir . Selain
konsonan ganda (konsonan klaster) yang telah dibicarakan di atas, dalam
bahasa Aceh terdapat gugus/konsonan yang menempati posisi tengah
saja, seperti yang tertera di bawah ini,
/nj/, seperti pada kata sinjakala 'senjakala'
/hp/, seperti pada kata mirahpati 'merpati'
/ntr/, seperti pada kata cintramani 'sejenis ular'
/mph/ seperti pada kata geurimpheng 'lagu rebana'
/htr/ seperti pada kata sijahtra 'sejahtera'
/mb/ seperti pada kata lembayong 'lembayung'
/nt/ seperti pada kata bentara 'bintara'
/nd/ seperti pada kata khanduri 'kenduri'
/ngk/ seperti pada kata rungkhom 'terkam'
2.2

Ejaan

Bahasa Aceh tidak memiliki huruf sendiri. Sejak dahulu masyarakat


Aceh telah mempergunakan huruf Arab dan Latin untuk pencatatan
bahasa Aceh dan untuk kebutuhan itu orang Aceh lebih dahulu mengenal
dan mempergunakan huruf Arab daripada aksara Latin. Ini terbukti,
misalnya, jika diperhatikan pencatatan-pencatatan pada peninggalan sejarah
di Aceh, kita temukan peninggalan itu memakai catatan dalam huruf
Arab. Mata uang Kerajaan Aceh semasa Sultan Assama Trani (abad ke-16),
misalnya, juga memakai catatan dalam bahasa Arab. Huruf Latin mungkin
baru dikenal dan dipergunakan oleh orang Aceh pada abad ke-19.
Ejaan yang dipergunakan di kalangan masyarakat Aceh sampai sekarang
masih ada perbedaan di sana sini dari satu penulis ke penulis lain. Perbedaan
itu pada hakikatnya terletak pada pemberian tanda simbol untuk bunyi
vokal, sedangkan untuk pemberian tanda bunyi konsonan tidak terdapat
perbedaan lagi.
Berikut ini adalah contoh pemberian tanda yang berbeda untuk
bunyi-bunyi vokal yang sama.
"o o o o

seperti dalam kata "on-on-on-on


thn -thon-thon-thon
'tahun'

'daun'

ee - ee ee - ee -

seperti pada kata abee - abee - abee - abec 'debu'


bee - bee - bee - bee 'bau'

36

Dengan menyadari perbedaan-perbedaan yang walaupun kecil, tetapi masih


terdapat dalam pemakaian ejaan bahasa Aceh, dalam Seminar Bahasa Aceh
yang diadakan oleh IKIP Bandung Cabang Banda Aceh pada tahun 1965,
diusulkan agar ada keseragaman dalam pemakaian ejaan.
Ejaan yang kami pergunakan dalam penulisan penelitian ini juga kami
dasarkan pada ejaan yang diputuskan dalam seminar bahasa Aceh itu
dan sekaligus merupakan ejaan yang kami usulkan di sini dan tentu
saja harus disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
sejauh dapat dilaksanakan.
EJAAN BAHASA ACEH
Fonem
/i/
/e/
/e/
/a/
/u/
/o/
/o/
M/
/u/

Ejaan yang
Diusulkan

Fonemis

Ejaan

Arti

e
a
u

/ija/
/pade/
/kude/
/hana/
/umu/

aja
pade
keude
nana
umu
cok
ok
tahe
meuh

kain
padi
kedai
tidak ada
umur
ambil
rambut
tercengang
mas

kencing
pendek
daun kelapa kering
berbisik
marah/kesal
menampi
daging
debu
asal
api

i
t

/cjk/

5
0
eu

/ok/
/taha/

/fik/

171

let

L
/on u/

iek
>
on u

i~i

a
0

/sah/
/mohob/

sah/
meuhob

eu
ie
e
ai
ui

/sut/
/sia/
/abea/
/asai/
/apui/

seul
sic
abee
asai
apui

/mjh/

Vokal sengau
/i/

/ia/
/ea/
/ai/
/ui/

37

/botoi/
/takua/
/soa/
/hei/
/put/

beutoi
takue
soe
hei
peuet

betul
leher
siapa
panggil
empat

ie
w

/pab/
/cat/

pe

isap
lawa-lawa

/2/
/53/
/5/

'Si

/bangai/

ca*ee
bangai

ue

/uat/

uet

telan

eue

/fi"/

CM

merangkak

/b/

/P/

pade

padi

lal

P
d

/to/
/pade/

eue
ta

/do 3 /

dong

berdiri

/t/
/g/
/k/

t
g
k

/tima/
/guda/
/kamoa/

tima
guda
kamoe

timba
kuda
kami

lil

j
c

/jok/
/ck/

jok

berikan

cok

ambil

/m/
/n/

sy
m
n

/syok/
/mia/
/nan/

syok
mie
nan

duga
kucing
nama

/n/

sy

/noa/

nyoe

ini

/3/
/s/
/1/

ng
s
1

/j>on/

ngon

kawan

/simak/
/laba/

simak
laba

/r/
/j/
/h/
/w/

r
j
h
w

/rugoa/
/yum/
/haba/
/wia/

rugoe
yum
haba
wie

perhatikan
untung/
laba
rugi
harga
kabar
kiri

/oi/
/ua/
/oa/
/ai/
/oa/

oi
ue
oe
ei
eue

Diftong sengau

/S/
/ft/

id
fil

Cm

bodoh

bawa

38

BAB III MORFOLOGI


3.1

Afiksasi

Yang dimaksud dengan afiksasi ialah pemberian imbuhan pada suatu


bentuk (morf). baik pada bentuk tunggal maupun pada bentuk kompleks
dalam rangka pembetukan kata baru.
3.1.1 Distribusi Imbuhan (afiks)
Berdasarkan hasil penelitian maka dalam bahasa Aceh terdapat tiga
kelompok imbuhan yaitu 1) awalan (prefiks), L) sisipan (infiks) dan
(3) akhiran (sufiks). Di antara ketiga kelompok imbuhan itu yang terbanyak ialah awalan dan akhiran, sedangkan sisipan hanya empat buah
saja. Secara keseluruhan dalam bahasa Aceh terdapat 33 imbuhan, yaitu
17 awalan, 12 akhiran, dan 4 sisipan. Setiap imbuhan itu akan diuraikan
dalam pemakaian kata-kata.
a. Awalan
Awalan dalam bahasa Aceh berjumlah 17 buah; terdiri dari 8 buah
awalan biasa dan 9 buah awalan kata ganti orang (personal prefiks).
1) Awalan biasa
a) awalan {meu-}
Contoh:

meugrak 'bergerak'; meukeue 'berhadapan';


meujampu 'bercampur'; meugaki 'berkaki'

b) awalan {peu-}
Contoh: peulikot 'membelakangi'; peukhem 'menertawakan'
peunduek 'meletakkan'; peurayak 'membesarkan'
39

40

c) awalan {beu-}
Contoh: beuteuhah 'sampai terbuka'; beumiyup 'sampai rendah'
beumate 'sampai mati'; beumangat 'sampai enak'
d) awalan {keu-}
Contoh: keudua 'kedua'; keusoe 'untuk siapa'
keupadum 'yang keberapa'; keulon 'untuk saya'
e) awalan {teu-}
Contoh: teukap 'tergigit'; teuduek 'terduduk'
teumat 'terpegang'; teuntok 'terantuk'
0 awalan {si-}
Contoh: siuroe 'sehari'; sikilo 'sekilo'
sigohlom 'sebelum'; sipat 'satu tempat'
g) awalan {neu-}
Contoh: neungui 'dandanan'; neulhat 'sangkutan'
neurok 'pintu pagar'; neurajah 'mantera'
h) awalan {seu-}
Contoh: seulawet 'selama'; seubaro 'membaharui'
seumale 'memalukan'; seumanoe 'memandikan'
2) Awalan kata ganti orang (personal prefiks)
Awalan kata ganti orang dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
a) Awalan kata ganti orang pertama:
(1) awalan {ku-}
Contoh: kubloe 'kubeli'; kupoh 'kupukul'
kukab 'kugigit'; kuplueng 'kulari'
(2)

awalan {meu-}
Contoh: meuwoe 'kami pulang'; meujak 'kami pergi'
meudeungo 'kami dengar'; meungisa 'kami kembali'
meukalon 'kami lihat'

(3) Awalan {ta-}


Contoh: tagrak 'kita angkat'; tame 'kita bawa'
tatarak 'kita tarik'; tamat 'kita pegang'

41
b) Awalan kata ganti orang kedua:
(1)

awalan {ka-}
Contoh:
kapoh 'kaupukul'; kacok 'kauambil'
kawoe 'pulanglah kamu'; katiek 'kamu letakkan'

(2)

awalan {ta-}
Contoh:
taduek 'duduklah'; tapiyh 'singgahlah'
taweh 'pergikah'; taintat 'antarlah'

(3)

awalan { neu-}
Contoh:
neuwoe 'pulanglah'; neubloe 'belilah'
neupeugah 'katakanlah'

c) Awalan kata ganti orang ketiga:


(1)

awalan {ji-}
Contoh: jimeureunoe 'dipelajarinya'; jimeupake 'dia berkelahi'
jitarek 'ditarik'; jikheun 'dikatakan'

(2)

awalan {geu-}
Contoh: geumeukat 'beliau berjualan'; geubri 'beliau berikan'
geupasoe 'beliau isi' ; geusak 'beliau masukkan'

(3)

awalan {neu-}
Contoh:
neuyue 'beliau suruh'; neusipak 'beliau menyepaki'
neudhet 'beliau memarahi'; neupiku 'beliau memikiri'

b) Akhiran
Akhiran dalam bahasa Aceh berjumlah 12 buah, terdiri dari 5 akhiran
biasa dan 7 akhiran kata ganti orang (personal-sufiks).
1) Akhiran biasa:
a)

akhiran { <m}
Contoh:
tulesan 'tulisan'; bungkosan 'bungkusan'
lapesan 'lapisan'; urosan 'urusan'

b)

akhiran {-l.on}
Contoh: jameunkon 'zaman dahulu'; bunoekon 'sejak tadi'
baroekon 'dahulu'

c)

akhiran { cit)
Contoh:
nacit 'ada juga' meunancit 'demikian juga'
adakcit 'sungguhpun'; hancit 'tidak juga'

42

d)

akhiran {-pih }
Contoh:
lonpih 'saya juga'; pengpih 'uangpun'

e)

akhiran {-keuh}
Contoh: pajankeuh 'kapankah'; jakkeuh 'pergilah'
nakeuh 'adalah'; makeuh 'bawalah'

2) Akhiran kata ganti orang (personal sufiks)


a) Akhiran kata ganti orang pertama:
(1 )

akhiran {-kuh}
Contoh: atrakuh 'milikku'; aneukkuh 'anakku'
hartakuh 'hartaku'; rumohkuh 'rumahku'

(2)

akhiran {-meuh}
Contoh: gampongmeuh 'kampung kami'; blangmeuh 'sawah kami'
mutomeuh 'mobil kami'; rumoh sikulameuh 'rumah sekolah kami'

(3)

akhiran {-teuh}
Contoh: nanggroeteuh 'negeri kita'; muriteuh 'murid kita'
gureeteuh 'guru kita'; meunasahteuh 'surau kita'

b) Akhiran kata ganti orang kedua:


(1)

akhiran {-keuh}
Contoh: makeuh 'ibumu'; buetkeuh 'pekerjaanmu'
atrakeuh 'hartamu'; aduenkeuh 'abangmu'

(2)

akhiran {-neuh}
Contoh: rumohneuh 'rumah anda'; pengneuh 'uang anda'
aneukneuh 'anak anda'; peurumohneuh 'istri anda'

c) Akhiran kata ganti orang ketiga:


(1 )

akhiran {-jih}
Contoh: bajeejih 'bajunya'; umujih 'umurnya'
babahjih 'mulutnya'; buleejih 'bulunya'

(2)

akhiran {.-geuh}
Contoh: hareutgeuh 'hartanya'; tubohgeuh 'badannya'

43

c) Sisipan
Sisipan dalam bahasa Aceh hanya berjumlah empat buah, yaitu:
1) sisipan {-eum-}
Contoh:
keumayoh 'mengayuh'; seumipat 'mengukur'
seumipak 'menendang'; keumawe 'memancing'
2) sisipan {-eun-}
Contoh: seunipat 'pengukur panjang'
3) sisipan {-eul-}
Contoh:
seulumpai 'alat penyumbat'
4) sisipan {-eur-}
Contoh:
ceureulop 'menculupi'; geureudhuk 'terantuk-antuk'
3.1.2 Proses Morfofonemik
Pembentukan kata baru (kata berimbuhan) dalam bahasa Aceh dengan
cara penambahan imbuhan kepada kata dasar. Sebagai akibat dari proses
itu kadang-kadang terjadilah perubahan fonologis, yaitu perubahan atau
penggantian pada salah satu fonem dari suatu morfem. Proses perubahan
morfofonemik.
Dalam bahasa-bahasa Aceh gejala morfofonemik itu terdapat pada
awalan {meu-}, {peu-}, {beu-} dan akhiran {-an}.
a) Morfofonemik awalan meuFonem /eu/ pada awalan {meu-}berubah menjadi fonem /u/ sehingga
awalan {meu-} berubah menjadi /mu-/ apabila awalan {meu-} itu diimbuhkan pada kata-kata yang mulai dengan fonem /b/, /p/, /m/, dan /w/, seperti:
meu} + { bajee}' /mubajeej
meu} + {bloe} > /mubloej
meu} + {peng} + /mupeng/
meu}+ {prang} . /muprang/
meu ^ + {mata } > /jrmmata/
meuji-{manokj> /mumanok7
meu}+{weuek}* /muweuek7
{meu} + { wet-wet}> jjmuwet-wet/

berbaju'
membeli'
beruang'
berperang'
bermata'
beternak ayam'
membagi'
berputar-putar'

44

b) Morfofonemik awalan {peu-}


Fonem /U/ pada awalan {peu-} berubah menjadi fonem /u/, sehingga
awalan {peu-} berubah menjadi {pu-} apabila awalan {peu-} itu diimbuhkan
pada kata-kata yang didahului oleh fonem /b/, /p/, /m/ dan /w/, seperti:
{ peu} + {beuhe}
{.peu} +{batat}
{peu} + {payong}
{peu,}+{paloe}
/peu,} + {manoe,}
(peu,}+ {malee}
/peu} + {weuek}

. ./pubeuhej
^Ypubatat/
^/pupayong/
^/pupaloej
WpumanoeJ
/pumaleej
/puweuek?

'memberanikan'
'membandelkan diri'
'memayungi'
'mencelakakan'
'memandikan'
'memalukan'
'membagikan'

c) Morfofonemik awalan { beu-}


Fonem /U/ pada awalan {beu-} berubah menjadi fonem /u/ sehingga
awalan peu- berubah menjadi /pu-/ apabila awalan peu- itu diimbuhkan
pada kata-kata yang mulai dengan fonem /b/, /p/, /m/ dan /w/, seperti:
{beu} + {bagah}
{ beu} + {brat}
(beu}+{ patah}
{ beu } + { paneuk }
beu,}+{mangat}
beu } + { mate}
{beu,} + {wah}

*. /bubaghj
> /bubraj7
* /bupatah/
> [bupaneuk/
/bumangafj
* /bumatej
> /buwah7

'lekaslah'
'sehingga berat'
'sehingga patah'
'sehingga pendek'
'menjadi enak'
'sehingga mati'
'sehingga belah'

d) Morfofonemik akhiran /-an/


Apabila akhiran{-an} diimbuhkan pdaa kata-kata yang berakhir dengan
fonem /h/, fonem /h/ itu berubah menjadi fonem /s/.
{tuleh}
+ {an}*Jtu\esa.nJ
'tulisan'
{bungkoh} + {an}>/bungkosan7 'bungkusan'
{lapeh}
+ {an}-^>/Japesan7 'lapisan'
3.1.3 Fungsi dan Arti Tiap Imbuhan
Setiap imbuhan mempunyai fungsi, yaitu berfungsi membentuk kata
baru dan dapat juga mengubah kelas kata, misalnya, boh 'buah' termasuk
kelas kata benda dalam bahasa Aceh. Apabila kata itu diberi awalan
{meu}, kata benda itu menjadi kata sifat, yaitu meuboh (berubah),

45

Imbuhan tidak hanya berfungsi seperti tersebut tetapi juga mengandung


arti tertentu, yaitu arti gramatikal yang timbul sebagai akibat dari peristiwa
morfologis. Misalnya, awalan /meu-/ pada kata meuboh, mengandung arti
mempunyai. Berdasarkan contoh itu, arti imbuhan tidak dapat dilepaskan
dari fungsinya sehingga kedua hal ini akan dibicarakan bersama-sama.
Fungsi dan arti setiap imbuhan dalam bahasa Aceh adalah sebagai
berikut.
a. Fungsi dan arti awalan meu1) Membentuk kata kerja dari kata kerja, yang berarti melakukan
dan kena, seperti:
{meu} + {Drang}*muprang
{meu} + {saih}
^meusaih
{meu} + {sipak} meusipak

'berperang'
'berbisik'
'tersepak'

2) Membentuk kata kerja dari kata benda, yang berarti:


a) mempunyai
Contoh: {meu}
{meu}

+ {boh}> muboh
+ {gaki}> meugaki

'berbuah'
'berkaki'

b) memakai/memperminakan
Contoh: {meu} + {dayung }->meudayong 'berdayung'
{meu} + {pukat}>mupukat
'berpukat'
c) mengumpulkan/mencari
Contoh: {meu} +{unoe} + meuunoe 'mencari madu'
{meu} + {bieng}* mubieng 'mencari kepiting'
d) mengusahakan
Contoh: {meu} + {\ampoh} ,+meulampoh 'berkebun'
{meu} + {biang}* mublang 'bersawah'
e) bekerja sebagai
Contoh: {meu} + {kuli} * meukuli
'bekerja sebagai kuli'
{meu} + {dukon}*.meudukon 'bekerja sebagai dukun'
f) menyerupai/seperti
Contoh: {meu} + {aneuk miet} meuaneuk miet 'seperti anakanak'
{meu} + {binatang}
mubinatang 'menyerupai binatang'

46
g) menuju
Contoh:

{meu}
{meu)

+ {darat}^mendarat
+ {ili} ymeuili

'menuju darat'
'menuju hilir'

3) Membentuk kata kerja dari kata ganti orang, dengan arti


menyebut/memanggil
Contoh:

{meu}
kamu'

+ {kah} y meukah/meukahkah

'menyebut sebutan

4) Membentuk kata kerja dari kata sifat, dengan arti.


Contoh:

(meu}
(meu/

+ {kureng} <rmeukureng 'menyerupai loreng'


+ {keulabee}*-meukeulabee 'menyerupai kelabu'

5) Membentuk kata bilangan dari kata bilangan, awalan meu di sini berarti tiap.
Contoh: {meu} + {ribee}ymeuribee 'tiap-tiap seribu'
6) Membentuk kata kerja dari kata
ni berarti membuat lebih.
Contoh:

{meu}

+ {diet}

tambahan, awalan meu- di si-

meudiet 'membuat lebih sedikit'

b. Awalan peu1) Membentuk kata kerja dari kata kerja, awalan peu- di sini berarti
melakukan atau mengerjakan.
Contoh:

{peu}
{peu}

+ {woe}^.puwoe 'memulangkan'
+ {duek}^peuduek 'mendudukkan'

2) Membentuk kata kerja dari kata benda, awalan peu- di sini berarti
bersikap seperti dan menggunakan sebagai alat.
Contoh:

J peul + {namiet}rpeunamiet 'bersikap seperti budak'


{peu} + {cincong} *peurincong 'menggunakan rincong sebagai alat'

3) Membentuk kata kerja dari kata ganti orang, awalan peu di sini
berarti menyebut atau memanggil.
Contoh: {peu} + {kah}
*-peukah 'menyebut sebutan kamu'

47

4) Membentuk kata kerja dari kata sifat; awalan peu- di sini berarti
orang yang mempunyai sifat seperti yang tersebut pada kata dasarnya.
Contoh:

{peu}

+ {beuo}

*pubeuo 'membuat diri jadi malas'

5) Membentuk kata kerja dari kata tambahan, yang berarti membuat


jadi.
Contoh:

{peu}

+ {meulek}-^pumeulek

'melambatkan'

6) Membentuk kata kerja dari kata bilangan, yang berarti membuat


jadi.
Contoh:

{peu}

+ {dua}

*-peudua membuat jadi dua'

c. Awalan {beu-}
Awalan {beu-} membentuk kata tambahan yang menyatakan harapan.
Contoh:

(beu}
{beu)

+ {na} * beuna Tiarus ada'


+ {mate}* bumate "harus mati'

d. Awalan {keu-}
Awalan keu membentuk kata bilangan, yang berarti menyatakan
tingkat dan jumlah.
Contoh:

{keu}
{keu}

+ {dua} *keudua
'kedua'
+ {limong}>keulimong 'kelima-limanya'

e. Awalan {teu-}
Awalan {teu-} ini hanya membentuk kata kerja dari kata kerja.
Artinya ialah:
1) menyatakan perbuatan tidak sengaja.
Contoh:
{teu} + {antok}*teuantok 'terantuk'
2) menyatakan pasif.
Contoh: {teu} + {ikat}
teuikat
'terikat'
{teu} + { kurong }~*.teukurong 'dikurung'
f. Awalan {si-}
Awalan {si-} ini baik fungsi maupun arti sama dengan awalan sidalam bahasa Indonesia

48
Contoh:

{si} + {bak} *sibak


'sebatang'
(si} + {droe} *sidroe 'seorang'
{si} + {malam}- simalam 'semalam'

g. Awalan {neu-}
Awalan neu- membentuk kata benda dari kata kerja, yang berarti
hasil perbuatan yang tersebut pada kata dasarnya.
Contoh:

{neu}+ {me} -*neume


{neu} + [ngui}-*neungui

'bawaan'
'dandanan'

h. Awalan {seu-}
Awalan seu- membentuk kata kerja dari kata sifat, yang berarti
menjadikan seperti yang tersebut pada kata dasarnya.
Contoh:

(seu)
{seu/

+ ('baro} *seubaro 'membaharui'


+ {malee} +seumalee 'memalukan'

i. Awalan Kata Ganti Orang


Awalan kata ganti orang dalam bahasa Aceh yang berjumlah sembilan
buah, semuanya diimbuhkan pada kata kerja. Fungsinya maupun artinya
menunjukkan pelaku terhadap kata kerja yang mengikutinya.
1) Awalan kata ganti orang pertama.
a) Awalan {ku-}
Fungsi dan arti awalan {ku-} menunjukkan bahwa pelaku pada kata
kerja yang mengikutinya adalah orang pertama tunggal, yaitu Ion
(saya).
Contoh: Lon kumeujak u biang 'saya maupergi ke sawah'
b) Awalan {meu-}
Fungsi dan arti awalan /meu-/ menunjukkan bahwa pelaku pada kata
kerja yang mengikutinya adalah orang pertama jamak, yaitu kamoe
'kami'.
Contoh: kamoe meuwoe bak sikula 'kami pulang dari sekolah'.
c) Awalan /ta-/
Fungsi dan arti awalan ta- menunjukkan bahwa pelaku pada kata

49
kerja yang mengikutinya adalah orang pertama jamak dan
lawan berbicara, yaitu geutanyoe 'kita'.

termasuk

Contoh: Geutanyoe taplueng beubagah 'Kita lari kencang-kencang'


2) Awalan kata ganti orang kedua
a) Awalan [ka-j
Fungsi dan arti awalan {ka-} menunjukkan bahwa pelaku pada kata
kerja yang mengikutinya adalah orang kedua yang umurnya lebih
muda daripada si pembicara, yaitu kah 'kamu'; 'engkau'.
Contoh:

Kah kapeungeut Ion baroe 'Engkau mendustai aku kemarin'

b) Awalan {neu-}
Fungsi dan arti awalan {neu-} menunjukkan bahwa pelaku pada kata
kerja yang mengikutinya adalah orang kedua yang umurnya lebih
tua daripada si pembicara, yaitu droeneuh 'anda'.
Contoh:
pung'

Pajan neuwoe u gampong 'Kapan Anda pulang ke kam-

c) Awalan {ta-}
Fungsi dan arti awalan {ta-} menunjukkan bahwa pelaku pada kata
kerja yang mengiktuinya adalah orang kedua yang umurnyanya le
muda tetapi dihormati oleh si pembicara, yaitu gata 'kamu'.
Contoh:

Gata ho tameujak uroenyoe 'Engkau mau pergi ke mana hari


ini?'

3) Awalan kata ganti orang ketiga


a) Awalan {ji-}
Awalan {ji-} ini selain sebagai awalan kata ganti orang ketiga, juga sebagai awalan kata ganti untuk binatang dan benda lain, baik
tunggal maupun jamak.
Fungsi dan arti awalan ji- menunjukkan bahwa pelaku pada kata kerja yang mengikutinya adalah orang ketiga yang umurnya lebih
muda daripada si pembicara, yaitu jih 'ia, dia'.
Contoh:
Jih jituleh surat 'Dia menulis surat'
Contoh kata ganti untuk binatang

50

Leumo nyan teungoh jimeurot di lampoh 'Lembu itu sedang makan


rumput di kebun'.
b) Awalan {geu-}
Fungsi dan arti awalan {geu-} menunjukkan bahwa pelaku pada kata
kerja yang mengikutinya adalah orang ketiga tunggal dan jamak
yang umurnya lebih tua daripada si pembicara.
Contoh:

Mak ka geujak u peukan 'Ibu sudah pergi ke pasar'.

j . Fungsi dan arti sisipan {-eum-}


1) Membentuk kata kerja dari kata kerja, dengan arti melakukan perbuatan seperti yang tersebut pada kata dasar seperti:
sampoh skumampoh
sipat
* seumipat

'menyapu'
'mengukur'

2) Membentuk kata kerja dari kata benda; artinya melakukan perbuatan


dengan mempergunakan alat yang tersebut pada kata dasarnya, seperti:
kawe

keumawe 'mengail'

k. Sisipan {-eun-}
1) Membentuk kata benda dari kata kerja; artinya adalah menyatakan
yang dapat di.
Contoh:

pajoh +peunajoh
peugot *peuneugot

'makanan'
'buatan'

2)Membentuk kata benda dari kata sifat; artinya adalah menyatakan:


hasil/menyerupai.
Contoh:

payah *peunayah
kuneng *keununeng

'hasil jerih payah'


'menyerupai kuning'

1. Sisipan {-eul-}
Sisipan {-eul-} tidak produktif lagi dan hampir hilang dalam pemakaian.
1) Fungsinya membentuk kata benda dari kata kerja; artinya adalah
menunjukkan untuk melakukan perbuatan yang disebut pada kata
dasar.
Contoh:

sumpai *seulumpai
gantoe geulanto

'alat penutup lubang'


'pengganti'

51
2) Membentuk kata benda dari kata benda; artinya adalah menunjukkan
benda.
Contoh:

lapak ^ teulapak

'telapak ^ k i '

m. Sisipan {-eur-}
Sisipan {eur-} pun tidak produktif lagi.
1) Fungsinya membentuk kata kerja dari kata kerja, yang berarti menyatakan perbuatan yang berulang-ulang.
Contoh:

gudhuk >gearuduk

'terantuk-antuk'

2) Membentuk kata benda dari kata kerja.


Contoh:

ceulop *-ceureulop

'alat pewarna kain'

o. Fungsi dan arti akhiran {-an}


Fungsi dan arti akhiran /-an/ dalam bahasa Aceh sama dengan fungsi
dan arti akhiran {-an} dalam bahasa Indonesia. Kemungkinan akhiran
{-an} ini pengaruh dari bahasa Indonesia.
Fungsi akhiran {-an} ini ialah:
1) Membentuk kata benda dari kata kerja, akhiran ini berarti:
a) menyatakan tempat
Contoh:

{kurong} + {an}+Jcurongan
{sangkot} + {an}
n

'kurungan'
'sangkutan'

b) yang di
Contoh:

{harap}
{uroh}

+
harapan 'yang diharap'
+ {an}**uronan 'yang diurus'

c) menyatakan hasil
Contoh:

{pike {r} } + {an}^pikeran 'pikiran'


{bagi}
+ /an}> bagian 'bagian

2) Membentuk kata benda dari kata sifat; artinya mempunyai sifat


seperti yang tersebut pada kata dasar.
Contoh:

(koto (r) }
{kuneng}

+ (an}>kotoran 'kotoran'
+ {an,}*kuneng- 'kuningan'
an

52

p. Akhiran {-kon}
Akhiran {-kon} pada umumnya merupakan akhiran pada kata-kata
penunjuk waktu dan mempunyai arti sejak atau dari.
Contoh: bunoe&on 'sejak tadi'; jameun/con 'sejak dulu'
Dalam beberapa hai akhiran ini dapat disamakan dengan akhiran {-kan}
dalam bahasa Indonesia, baik mengenai fungsi maupun mengenai artin

^a'

Contoh: nakon 'adakan'; jehkon, 'itukan'; nyoekon 'yakin'


'Ail!1F.-yi:

q. Akhiran {-cit}
Akhiran {-cit} berfungsi mengeras arti sehingga akhiran -cit berarti
iuga: juga -fctau ,/H*/?,
,L
Contoh:

kahcit 'kamu juga'; ureueng nyancit 'orang itu juga';


adakcit 'walaupun
iagnui afigu3b mr,2 riai)/. eailsci
r
fie$W^i.:{-i#i}in8:>I .hsnobni t
Fungsi dan arti akhiran -pih'isama dengan fungsi dan arti akhiran
{-rit}.
Contoh;

lonpih 'saya juga'^nyoepih 'ini juga'; geucikpih 'kepala


kampungpun

,
i ,
s. Akhiran {-keuh}
gotmr '
n^nryivrX{as)
Fungsi daB^arti akhjrsn:4-K$.uW-W3 dengan akhiran {-kah} dan {-lah}
dalam bahasa Indonesia.
Contoh;r nakeuh 'adalah'; pajankeuff 'kapankah'; soekeuh 'siapa/arti'
+

t. Akhiran kata ganti orang

Akhiran kata ganti orang ini berjumlah 7 buah dan semuanya diimbuhkan
pada akhir kata benda.
Fungsi dan arti kata ganti orang-menyatakan kepunyaan:
IMtf ,' !

1) Akhiran kata ganti orang pertama.


)a\a i)'Akhiran

kuh} ns

;JBS

aiE neb sbnad

akhiran {-kuh} termasuk akhiran kata ganti orang pertama, yaitu


kee 'aku. Akhiran {-kuh} ini menjurus pada pemakaian bahasa
yang kasar.
**(rus)
{gnaj

53

Fungsi dan artinya menyatakan milik (kepunyaan) orang pertama


tunggal.
Contoh:

aneukkuh 'anakku'; hartakuh 'hartal'.

b) Akhiran {-meuh}
Fungsi dan arti akhiran {-meuh} menunjukkan bahwa benda yang
disebutkan pada kata dasarnya adalah kepunyaan orang pertama
jamak, yaitu kamoe 'kami'.
Contoh: rumohmeuh 'rumah kami'; atrameuh 'milik kami';
gampongmeuh 'kampung kami'.
c) Akhiran {-teuhj
Fungsi dan arti akhiran {-teuh} menunjukkan bahwa benda yang
disebut pada kata dasar adalah kepunyaan orang pertama jamak,
yaitu guetanyoe 'kita'
Contoh: nanggroeteuh 'negeri kita'; bueteuh 'pekerjaan kita'
2) Akhiran kata ganti orang kedua
a) Akhiran {-keuh}
Fungsi dan arti akhiran {-keuh} menunjukkan bahwa benda yang
disebut pada kata dasar adalah kepunyaan orang kedua tunggal,
yaitu kah 'kamu'.
Contoh: adekkeuh 'adikmu'; atekeuh 'hatimu'
Selain akhiran {-teuh} untuk kata ganti orang kedua tunggal ini
dipergunakan juga akhiran {-teuh}. Akhiran {-teuh} ini digunakan
apabila lawan berbicara adalah orang kedua yang disegani atau
dihormati oleh si pembicara.
Contoh: aneukteuh 'anakmu'; atrateuh 'milikmu' kamengteuh
"kambingmu '
b) Akhiran {-neuh}
Fungsi dan arti akhiran ,-neuh) menunjukkan bahwa benda yang
disebut pada kata dasar adalah kepunyaan orang kedua tunggal
yang umurnya lebih tua daripada si pembicara, yaitu droeneuh
'anda'.

54

Contoh: keudeneuh 'kedai anda'; blangneuh 'sawah anda';


peurohoneuh 'perahu anda'.
3) Akhiran kata ganti orang ketiga
a) Akhiran {-jih}
Fungsi dan arti akhiran {-jih} menunjukkan bahwa benda yang
disebut pada kata dasar adalah kepunyaan orang ketiga tunggal,
yaitu, jih 'dia'.
Contoh bajeejih 'ha]unya'; adejih 'adiknya'; rumohjih 'rumah/ya'
Selain itu akhiran {-jih} ini juga menyatakan kepunyaan binatang,
atau tumbuh-tumbuhan.
Contoh: buleejih 'bulu/ya'; dheunjih 'dahannya'
b) Akhiran {-geuh}
Fungsi dan arti akhiran {-geuh} menunjukkan bahwa benda yang
disebut pada kata dasar adalah kepunyaan orang ketiga yang
umurnya lebih tua daripada si pembicara, yaitu gobnyan 'beliau'.
Contoh: cucogeuh 'cucu beliau'; motogeuh 'mobil beliau'; murid geuh 'murid beliau'
3.2

Reduplikasi (Perulangan)

Pembentukan kata dalam bahasa Aceh dapat pula dilakukan dengan


perulangan morfem bebas atau kata kompleks, baik sebagian maupun
keseluruhan dengan perubahan atau tanpa perubahan fonem. Kata yang
dibentuk oleh proses perulangan seperti itu dinamakan kata ulang Reduplicated words)
3.2.1 Tipe-tipe Perulangan
Dalam bahasa Aceh mengenal beberapa tipe perulangan, yaitu:
a. Perulangan utuh (murni), yakni perulangan yang kata dasarnya diulang
secara utuh. Perulangan utuh terdiri dari:
1) Perulangan kata kerja, seperti:
plueng-plueng 'berlari-lari'
jak-jak 'berjalan-jalan'

55

2) Perulangan kata benda, seperti:


rumoh-rumoh 'rumah-rumah'
buku-buku 'buku-buku'
3) Perulangan kata sifat, seperti:
beuhe-bcuhe 'berani-berani'
itam-itam 'hitam-hitam'
4) Perulangan kata bilangan, seperti:
dua-dua 'dua-dua'
peuet-peuet 'empat-empat'
b. Perulangan utuh dengan variasi vokal, seperti:
tam-tum 'tiruan bunyi tembakan'
gram-grum (tiruan bunyi orang berjalan di lantai)
krieb-krieb (tiruan bunyi ayam)
c. Perulangan partial, yaitu perulangan yang hanya sebagian saja mengulang
suku kata dasarnya; jadi, pengulangannya tidak utuh, seperti: siat-at
'sebentar-sebentar'
peuleuheuen-leuheuen 'perlahan-lahan'
3.2.2 Kombinasi Perulangan dengan Afiks
Kombinasi perulangan dengan afiks ini meliputi kombinasi perulangan
dengan awalan, sisipan, dan akhiran.
a. Kombinasi perulangan dengan awalan, baik dengan awalan biasa maupun
dengan awalan kata ganti orang.
1) Kombinasi perulangan dengan awalan biasa.
Contoh:

meulet-let 'berkejar-kejaran'
meuthon-thon 'bertahun-tahun'
meuseunoh-seunoh 'berebut-rebut'

2) Kombinasi perulangan dengan awalan kata ganti orang.


Contoh:

jigrop-grop 'ia berlompat-lompat'


kangieng-ngieng 'kamu lihat-lihat'

b. Kombinasi perulangan dengan sisipan. Contohnya:


koh-koh ^keuh-keuh >k + eum + euh + koh
keumeukoh + keumeukoh 'memotong padi'

56

c. Kombinasi perulangan dengan akhiran.


Contoh:

3.3

soe-soekeuh 'siapa-siapakah'
peu-peukeuh 'apa-apakah'

Pemajemukan (Kompositum)

Pembentukan kata dalam bahasa Aceh dapat pula dilakukan dengan


jalan persenyawaan (kompositum), yaitu dengan cara penggabungan dua
kata atau lebih, baik kata dasar maupun kata berimbuhan yang dapat
melahirkan satu pengertian. Kata yang dihasilkan dengan proses tersebut
dinamakan kata majemuk.
(compound word).
Bahasa Aceh hanya mengenal satu jenis pemajemukan, yaitu
pemamukan utuh. Pemajemukan utuh adalah pemajemukan tanpa ada perubahan fonologis antara komponen-komponennya. Pemajemukan utuh ini1,
terdiri atas sebagai berikut.
1 ) Pemajemukan yang mempunyai hubungan setara, yaitu kata-kata
yang tersusun dalam persenyawaan adalah unsur-unsur yang sama derajatnya.
Contoh:

bloe-publoe 'jual beli'


paneuk-panyang 'panjang pendek'
uroe malam 'siang malam'
la koe binoc 'suami istri'

2) Pemajemukan yang tidak mempunyai hubungan setara, yaitu katakata yang tersusun dalam persenyawaan mempunyai hubungan diterangkan
menerangkan. Unsur kedua menerangkan unsur pertama.
Contoh:

inong pade
'induk padi'
aneuk bajeueng 'anak jazah'

3) Pemajemukan yang menimbulkan arti kiasan/ungkapan.


Contoh:

tuloe rueng 'bandel'


tajam babah 'mulut lancang'
lalat mirah
(orang yang memfitnah orang lain)
burujuek balee 'orang yang selalu merepet'

BAB IV SINTAKSIS
4.1

Klausa

Klausa ialah konstruksi yang memiliki subjek dan predikat sendiri


dan membentuk bagian dari kalimat. Ada klausa yang dapat berkembang
jadi kalimat, biasanya kalimat sederhana (klausa demikian disebut klausa
bebas), dan ada pula klausa yang tidak dapat berdiri sendiri, tetapi merupakan
bagian dari kalimat (klausa demikian disebut klausa terikat).
4.1.1 Klausa Verbal
Klausa verbal ialah klausa yang predikatnya terdiri dari verbal (kata
kerja), seperti terdapat pada contoh di bawah ini.
( 1)

( Aneukj nyang teungoh manoe jeh . . .


'(Anak) yang tengah mandi itu' . . .

(2)

(Bak kayee) nyang reubah baroe . . .


Y Pohon) yang tumbang kemarin' . . .

(3) ( Dara baro) nyang duek jeh . . .


'( Penganten baru) yang duduk itu' . . .
4.1.2 Klausa Verbal Transitif
Klausa verbal transitif ialah klausa yang verbalnya diikuti oleh
objek. Contoh:
(1)
(2)

Ureung nyang teungoh jeb kupi dilua . . .


'Orang yang sedang minum kopi di luar...
Si dara nyang banlheuh tampoe breuh . . .
'Gadis yang baru saja menampi beras'
57

58
(3)

Aneuk nyangpubloc eungkot bunoe.. .


'Anak yang jual ikan tadi. . .

4.1.3 Klausa Verbal Intransitif


Klausa verbal intransitif ialah klausa yang tidak diikuti oleh objek.
Contoh:
(1) Aneuk again nyang manoe di krueng. . .
'Anak lelaki yang mandi di sungai . . .
(2)

Guda nyang plueng jeh . . .


'Kuda yang lari itu . .

(3)

Dara nyang teungoh seumeurhah di mon. . .


'Gadis yang sedang mencuci di sumur. . .

(4)

. . . nyang teungoh mubungong ka mate.


' . . yang sedang berbunga sudah mati.

(5)

. . . nyang woe u gampang bcuklam


' . . yang pulang ke kampung tadi malam'

(6)

...

nyang teuka ngon kupai teureubang

. . yang datang dengan kapal terbang'


4.1.4 Klausa Transitif
klausa transitif ialah kalusa verbal dengan hanya satu objek. Contoh:
(1)
(2)

nyang koh pade jeh bang D olah


yang memotong padi itu bang Dolah'
. . . nyang peubah pinta bunoe nek Ion
. . yang buka pintu tadi nenek saya'

...

(3)

. . . nyang meuhei geutanyoe bak keurija.


. . yang mengundang kita ke pesta'

(4)

. . . nyang croh eungkot di dapu.


'. . yang menggoreng di dapur!

4.1.5 Klausa Aktif


Klausa aktif ialah klausa yang subjeknya menjadi pelaku.
Contoh :
(1)

. . . nyang meunari jeh ceudah that.


. . yang menari itu cantik sekali'

59
nyang ikot kuliah bunoe beungoh cit peuet pion droe.
yang ikut kuliah tadi pagi hanya empat puluh orang'
nyang teulat teuka haroh preh siat.
yang terlambat datang harus tunggu sebentar'
nyang meusulet meuri bak ie muka.
yang berdusta kentara pada wajah'

(2)
(3)
(4)

4.1.6 Klausa Pasif


Klausa pasif ialah klausa yang subjeknya bukan pelaku.
Contoh:
nyang geudhot le guru cit jeuheut.
yang dimarahi oleh guru memang nakal.
nyang geubloe le ma kureueng got.
yang dibeli oleh mama kurang baik'
nyang jipujoe hana thee keudroe.
yang dipuji/sanjung lupa daratan'
nyang jiuji bunoe hana Moh.
yang diuji tadi tidak lulus'

O)
(2)
(3)
(4)

4.1.7 Klausa Nominal


Klausa nominal ialah klausa yang predikatnya terdiri dari nomina
(kata benda).
Contoh:
(1)
(2)

...
' . .
...
' . .

nyang nyoe meuh Aceh, kon meuh London.


yang ini mas Aceh, bukan mas London'
nyang jeh bang Ali, kon bang Lullah.
yang itu bang Ali, bukan bang Dullah'

4,1.8. Klausa dengan Kata Sifat


Klausa dengan kata sifat ialah klausa yang predikatnya terdiri dari
kata sifat (ajektif)Contoh:
(1)

. . . jeh nyang nadak baroe.


' . . Itu (orang) yang sakit parah kemarin'

60

(3)
(4)

nyang teungeut nyan soe?


yang ngantuk itu siapa?
nyang raya blh wie, rumoh Pak Amir.
yang besar di sebelah kiri, rumah Pak Amir'
nyang kaya teukabo.
yang kaya takabur'

4.2. Struktur Frase


Yang dimaksud dengan frase ialah rangkaian atau rentetan dari dua
kata atau lebih yang disusun secara gramatikal, tetapi rangkaian kata-kata
tersebut tidak memiliki subjek atau predikat, seperti:
rumah besar, rumah makan,
rumah kayu, rumah di ujung jalan
Bahasa Aceh memiliki struktur frase yang tidak berbeda dengan struktur frase bahasa Indonesia, yaitu yang diterangkan mendahului yang
menerangkan.
Contoh:
Rumoh
D (yang diterangkan)
rumoh kayee
D M

rayek
M (menerangkan)

'rumah besar'
D
M

'rumah kayu'
D M

Bahasa Aceh memiliki empat jenis frase, yaitu frase (1) nominal, (2) Verbal,
(3) ajektif dan (4) numeral.

4.2.1 Frase Nominal (Noun Phrase)


a. Frase nominal yang terdiri dari kata benda + kata benda (KB + KB)
yang menunjukkan hubungan atributif.
Contoh:
rumoh kayee 'rumah kayu' keurusiawe 'kursi rotan'
keude ija 'toko kain' euncien meuh 'cincin emas'

61
b. Frase nominal yang terdiri dari kata benda + kata sifat (KB + KS)
Contoh:
buku baro 'buku baru' sikin tumpoi 'pisau tumpul'
aneuk jeumot 'anak rajin' ujeun tunyai Tiujan lebat'
c. Frase nominal yang terdiri dari kata benda + kata kerja (KB +
KJ).
Contoh:
keubeue meukubang 'kerbau berkubang'
ureueng khem 'orang ketawa'
guda sipak 'kuda terjang'
ureueng manoe 'orang mandi'
d. Frase nominal yang terdiri dari kata benda + kata tambahan
(KB + KT)
Contoh:
keude di keue 'kedai di depan'
moto di likot 'mobil di belakang'
surat haba baro 'surat kabar kemarin'
aneuk dara di M/A:'anak gadis di kamar'
e. Frase nominal yang terdiri dari kata benda + kata penanya
(KB + KP)
Contoh:
peng sipo 'uang siapa' ; jalan toh 'jalan mana'
ureueng pane 'orang dari mana'; bajee biek toh 'baju yang bagaimana'
f. Frase nominal yang terdiri dari kata benda + kata penunjuk
(KB + KP).
Contoh:
bajee nyoe 'baju ini'; parang nyan 'parang itu'
aneuk jeh 'anak itu'; pingan nyoe 'piring ini'
g. Frase nominal yang terdiri dari kata benda + kata penunjuk milik
(KB + KM).

62
Contoh:
sipatu jih
cuda Ion
lakjoe malot
sikula kamoe

'sepatu dia' (sepatunya)


'kakak saya'
'Suami makcik'
'sekolah kami'

h. Frase nominal yang terdiri dari kata benda + kata bilangan


(KB + KBIL)
Contoh:
bareh keudua
ureueng rame
uroe keupeuet'
aneuk phon

'baris kedua'
'orang banyak'
'hari ke empat'
'anak pertama'

i. Frase nominal yang terdiri dari kata benda + kata penunjuk jenis
(KB + KPJ).
Contoh:
rumoh Aceh 'rumah Aceh' basa Cina 'bahasa Cina'
adat Meulayu 'adat Melayu' tari Jawa 'tarian Jawa'

4.2.2 Frase Verbal


a. Frase verbal yang terdiri dari kata kerja + kata kerja (KK + KK),
seperti:
duek preh 'duduk menanti'
trok-trok 'ceumarot 'datang-datang memaki'
teuka meugade 'datang mengemis'
jak meunueb-nueb 'jalan membungkuk'

b. Frase verbal yang terdiri


(KK + KT), seperti:

dari kata kerja + kata tambahan

plueng bagah 'lari cepat'


baca beurayek 'baca yang kuat'
mat keukong 'pegang yang kuat'
jak bacut-bacut 'jalan perlahan-lahan'

63

c. Frase verbal yang terdiri dari kata kerja + frase kata depan,
seperti:
tinggal di lua 'tinggal di luar'
preh di yub
'tunggu di bawah'
d. Frase verbal terdiri dari kata kerja + kata sifat (KK + KS), seperti:
bi bacut 'berikan sedikit'; eet beuij 'cat sampai hijau'
adee beutho 'jemur sampai kering'
e. Frase verbal yang terdiri dari kata kerja + kata benda (KK + KB),
seperti:
pajoh bu 'makan nasi'; koh kayee 'potong kayu'; sampoh broh 'menyapu sampah'; pinah keu deh 'pindah ke sana'; teuka di Medan 'datang dari Medan'
keurusi bak ujong 'kursi di ujung'; minah u lua 'pindah ke luar'
f. Frase verbal yang terdiri dari kata Kerja + keterangan waktu
(KK + KW), seperti:
preh siat 'tunggu sebentar'; jak trep 'pergi lama'
teuka sabe 'datang selalu'; piyoh dua jeuem 'istirahat dua jam'
4.2.3 Frase Ajektifa
a. Frase ajkktif yang terdiri dari kata sifat + kata tambahan derjah
idverb of degree), seperti:
saket that 'sakit sekali'; beungeh silagoina 'marah sekali'; brok that
'buruk sekali'
leupah kong/kong lepah 'kuat sekali/amat kuat'
b. Frase ajektif yang terdiri dari kata sifat + kata sifat (KS + KS),
seperti:
mirah tuha 'merah tua' puteh kuneng 'putih kuning'
pijuetpanyang'\aims tinggi'; poneuk tuoe 'pendek gemuk'
c. Frase ajektif yang terdiri dari kata sifat + kata benda (KS + KI{),
seperti:

64

kuneng bungong trueng 'kuning seperti bunga terung'


ijo ie laot 'biru laut'; itam hueng iitam seperti kumbang pemakan
kayu'
d. Frase ajektif yang terdiri dari kata sifat + kata tambahan (KS + KT),
seperti:
mameh that 'manis sekali'; jeuheut meuleupoh 'jahat sekali'
ubit lagoina 'kecil sekali'; ceudah that 'indah sekali'
4.2.4 Frase Numeral
a. Frase numeral yang terdiri dari kata numeral + kata benda
(KN + KB), seperti:
dua boh 'dua buah'; saboh rumoh baro 'sebuah rumah baru'
siploh droe ureueng Jawa 'sepuluh orang-orang Jawa'
limong thon u keue 'lima tahun ke depan'
b. Frase numeral yang terdiri dari kata benda + kata sifat penentu
atau determinative ajektife (KB + KSP)
Contoh:
saboh khong 'hanya satu'; dua sagai 'hanya dua'
peuet mantong 'hanya empat'; limong treuj 'lima lagi'
c. Frace numeral yang terdiri dari kata numeral + kata numeral
(KN + KN).
Contoh:
Ihee reutoh droe aneuk 'tiga ratus orang anak'
nam ploh ( rupia ) 'enam puluh (rupiah).
4.3

Sistem Bilangan

Sistem bilangan dalam bahasa Aceh pada umumnya sama dengan


sistem bilangan dalam bahasa Indonesia, yaitu dari satu sampai dengan
sebelas dinyatakan dengan satu kata. Contoh:
sa 'satu' dua 'dua' Ihee 'tiga' . .. siblaih 'sebelas'.
Akan tetapi dalam bahasa Batak, misalnya mulai bilangan sebelas sudah
lain sistemnya tidak lagi dinyatakan dengan satu kata.

65

Contoh:

-,

sada 'satu'; roa 'dua'; tolu 'tiga'; sapuluh 'sepuluh'


Tetapi: sepuluh sada 'sepuluh (dan) satu sebelas'
sapuluh, opat 'sepuluh (dan) empat belas dan sebagainya.
Sistem bilangan dalam struktur frase dalam bahasa Aceh baru dimulai
dengan bilangan dan belas.
Contoh:
dua blaih 'dua belas'; thee blaih 'tiga belas'
tujoh blaih 'tujuh belas' ; dua ploh 'dua puluh' dan seterusnya.
Dalam bahasa Aceh selain sistem bilangan tersebut di atas terdapat
juga sistem bilangan seperti berikut.
a. Dengan menyebutkan pengurangan setengah dari satuan (kurang
setengah).
Contoh:
teungoh dua 'satu setengah' (dua kurang setengah)
teungoh limong 'empat setengah' (lima kurang setengah).
b. Dengan menyebutkan pengurangan setengah dari bilangan puluhan.
Contoh:
teungoh peut ploh 'tiga puluh lima' (empat puluh kurang setengah
dari sepuluh).
teungoh lapan ploh 'tujuh puluh lima'
c. Dengan menyebutkan pengurangan setengah dari seratus atau
bilangan ratusan.
Contoh:
teungoh tujoh reutoh 'enam ratus lima puluh' (tujuh ratus kurang
setengah dari seratus).
4.4

Pola Kalimat Dasar

Kalimat dasar dalam bahasa Aceh, seperti juga halnya dengan bahasa
Indonesia, terdiri dari subjek yang diikuti oleh predikat (subjek diikat
oleh predikat).

66

Jenis kalimat dasar dalam bahasa Aceh adalah sebagai berikut.


1) Kalimat dengan subjek kata benda diikuti predikat kata kerja
intransitif.
Ayah ceumangkoe 'Ayah menyangkul'
Abang meurukok 'Abang merokok'
Aneuk miet teungoh manoe '(Anak-anak sedang mandi)'
Cuda ceumeucop 'Kakak menjahit'
2) Kalimat dengan subjek kata benda diikuti predikat kata benda.
Contoh:
Abang loh guree
'Abang saya guru'
Macut jih bidan
'Makciknya bidan'
Si usuh tukang sado '(Si) Yusuf kusir sado'
Pak Salim Camat baro 'Pak Salim Camat baru'
3) Kalimat dengan subjek kata benda diikuti predikat kata sifat.
Contoh:
Rumoh jih baro 'Rumahnya baru'
Adek beungoh 'Adik marah'
Ma mantong saket 'Ibu masih sakit'
Ayah weueh that 'Ayah sedih sekali'
4) Kalimat dengan subjek kata benda diikuti kata bilangan.
Contoh:
Yum buku nyoe seureutoh 'Harga buku ini seratus'
Aneuk gobnyan baro baro dua 'Anak beliau baru dua'
Panyang jih dua deupa 'Panjangnya dua depa'
5) Kalimat dengan subjek kata benda diikuti predikat kata tambahan.
Contoh:
Aneuk miet jeh pat 'Anak-anak di sana'
Jamee di lua 'Tamu di luar'
6) Kalimat dengan subjek kata benda diikuti predikat kata kerja
transitif.

67
Contoh:
Ayah geubloe sileuweue wol 'Ayah membeli celana wol'
Si Uma teungoh ji pot boh mamplam 'Umar sedang memetik
mangga'
4.4.1 Kalimat Verbal
Kalimat verbal ialah kalimat yang subjeknya terdiri dari kata kerja.
Contoh:
Meurokok hana got
'Merokok tidak baik'
Nyang seumipak lagee guda 'Yang menyepak kaya kuda'
Tren u biang sithon sigo 'Turun ke sawah sekali setahun'
1) Kalimat Verbal Transitif.
Contoh:
Jeb te seupot adat Inggreh 'Minum teh sore hari kebiasaan orang
Inggris'
Cok anoe lam krueng kon buet mangat 'Mengambil pasir di dalam
sungai bukan pekerjaan enteng'
Meurunoe baha gob haroh saba 'Mempelajari bahasa orang lain/asing
harus sabar'
2) Kalimat Verbal Intransitif
Meuawe kon buet seunang 'Merotan bukan pekerjaan yang mu dah'
Meuseudeukah jiyue le agama 'Bersedekah diperintah oleh agama'

3) Kalimat Transitif
Si Gam ka Iheuh ji koh naleung 'Anak itu sudah memotong
rumput'
Si Amin teungoh ji peugot layang 'Si Amin sedang membuat
layang-layang'
Si Minah ji tampoe breueh 'Si Minah menampi beras'
4) Kalimat aktif ialah kalimat yang subjeknya melakukan sesuatu:

68
Si Rusli teungoh manoe 'Rusli sedang mandi'
Cuda Midah geubaca hikayat 'Kak Midah membaca hikayat'
Lem Musa geutulah surat keu adoegeuh 'Bang Musa menulis surat untuk adiknya'
Cuda Rukiah teungoh meukeumah 'Kak Rukiah sedang berdandan'
5) Kalimat pasif ialah kalimat yang subjeknya bukan pelaku:
Dijee geubloe le ayah 'Baju dibeli oleh ayah'
Keurusi ka jipinah le si Amat 'Kursi sudah dipindahkan oleh si Amat.'
Sie ka jipayoh le mie 'Daging sudah dimakan oleh kucing'
Aneuk nyan geupoh le yah jih''Anak itu dipukul ayahnya'
4.4.2 Kalimat Nominal
Kalimat nominal ialah kalimat yang subjeknya terdiri dari kata
benda.
Contoh:
lampoh lawang nyoe luah that 'Kebun cengkih ini luas sekali'
Dotor Masan geubloe moto lom 'Dokter Hasan beli mobil lagi'
Musem ujeuen ka toe 'Musim hujan sudah dekat'
1) Kalimat nominal dengan predikat kata sifat:
Bang Ion nyang tuha beo-o that 'Abang saya
sekali'
Si Munah aneuk wa Midah saket sabe 'Si Munah
sakit selalu'
Ureueng Jeupang jinoe panyang-panyang 'Orang
tinggi-tinggi'
Ureueng Cina jeumot ngon himat 'Orang Cina rajin

yang tua malas


anak Wak Midah
Jepang sekarang
dan hemat'

2) Kalimat nominal dengan predikat kata benda*.


Mata Subang gata intan 'Mata kerabu anda intan'
Nyang joh hikayat putroe Bungsu 'Yang itu hikayat putri bungsu'.
Nyang di lua guru SMA 'Yang di luar guru SMA'
Nyang trok bunoe kapai teureubang Pertamina 'Yang tiba tadi kapal
terbang Pertamina'

69
3) Kalimat nominal dengan predikat kata bilangan:
Contoh:
A neuk gobnyan peuet droe 'Anaknya empat orang'
Areuta toke Leman la that 'Harta toke Leman banyak sekali'
Yum buku nyoe sireutoh rupiya 'Harga buku ini seratus rupiah'
Catatan:
Pada beberapa dialek (Pidie, Aceh Utara, dan Aceh Timur) /U/ pada
akhir kata diucapkan /u a/; tabeu diucapkan /tabua/
Tentang status konsonan-konsonan ganda apakah dapat digolongkan sebagai fonem tersendiri atau sebagai bunyi padu dari dua fonem konsonan
yang berbeda masih diperlukan penelitian lebih lanjut sebab beberapa
di antara konsonan ganda tersebut didapatkan pasangan minimalnya.

70

DAFTAR BACAAN
Djajadiningrat, R.A., Dusein. 1934. Atjehsch Nederlandsch Woordenbook.
Batavia: Landsdrukkrij.
Glasson, H.A. 1966. ,4 Introduction to' Descriptive Linguistics. New York:
Tanpa Penerbit.
Harris, Zelling S. Structural Linguistics. The University of Chicago Press.
Hockett, Charles. F. 1967. A Course in Modern Linguistics. New York:
The Macmillan.
Hurgroje Snouck, C. 1894. Atjehers. Jilid I. Batavia: Landsdrukkrij.
Kraemer. J. 1931. Atjehsch Handwoordenboek, (Atjehsch-Nedcrlandsch).
Leiden: Voorheen E.J. Brill.
Langen, K.H. Van. 1889. Atjehsch Taal 'Gravenhage, Martinus, Nijholff.
Nida, Eugene A. 1942. Morphology: the Descriptive Analysis of Words.
The University of Michigan Press.
Vriss, L.D. ngon Haji Abubakar. 1932. Lhee Saboh Nang. Den Haag,
Batavia: Groningen.

71

72
LAMPIRAN 1

DAFTAR
A.

Kata Ganti Orang


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

kee 'aku'
Ion 'saya'
kamoe 'kami'
geutanyoe 'kita'
kah 'kamu' (kasar
gata 'kamu (halus)'
awakkah 'kalian'
droeneuh 'anda'
jih 'ia' (dia)
awaknyan 'mereka'
gobnyan
'beliau'
droenuhnyan 'beliau'

Penunjuk Tempat/Arah
13. nyoe 'ini'
14y"e /eh 'itu'

C.

Kata Tanya
15.
16.
17.

D.

KOSA KATA

peue 'apa'
soe 'siapa'
pai 'di mana'

Kata Penunjuk Jumlah


18.
19.
20.

le 'banyak'
bandum 'semua'
diet 'sedikit'

DASAR

73

Kata
21.
22.
23
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.

Bilangan
sa
'satu'
dua 'dua'
Ihee 'tiga'
peuet 'empat'
limong 'lima'
nam 'enam'
tujoh 'tujuh'
lapan 'delapan'
sikureueng 'sembilan'
siploh 'sepuluh'
siblaih 'sebelas'
duablaih 'dua belas'

33. Iheeblaih 'tiga belas'


34 peuetblaih 'empat belas'
35. limongblaih 'lima belas'
36. namblaih 'enam belas'
37. tujohblaih 'tujuh belas'
38. lapanblaih 'lapan belas'
39. sikureuengblaih 'sembilan belas'
40. dua ploh 'dua puluh'
41. dua plohsa 'dua puluh satu'
42. dua ploh dua 'dua puluh dua'
43. dua ploh Ihee 'dua puluh tiga'
44. dua ploh peuet 'dua puluh empat
45. dua ploh limong 'dua puluh lima'

Ukuran
46.
47.
48.
49.

rayek
'besar'
paneuk 'pendek'
ubi t 'kecil'
rava 'besar'

Orang
50.
51.
52.

ureueng agam 'laki-laki'


ureueng inong 'perempuan'
ureueng 'orang'

Tanaman dan Bagiannya


53. bak 'pohon'
54. bijeh 'benih'
55. on 'daun'
56. ukheu 'akar'
57. kulet kayee 'kulit pohon'
Binatang
58. euengkot 'ikan'
59. cicem 'burung'
60. keubeue 'kerbau'

61.
62.

leumo
gutee

lembu'
'kutu'

74
Bagian badan
63. kulet 'kulit'
76. hidong 'hidung'
64. asoe 'daging'
77. babah 'mulut'
65. 'e'daging yang sudah dipotong'
66. darah 'darah'
78. gigoe 'gigi'
67. tuleueng "'tulang'
79. lidah 'lidah'
68. gapah 'lemak'
80. susoh 'cakar'
69. lungke 'tanduk'
81. gaki 'kaki'
82. tuot 'lutut'
70. iku 'ekor'
71. bulee 'bulu'
83. jaroe 'tangan'
72. ok 'rambut'
84. pruet 'perut'
73. ulee 'kepala '
85. takue 'leher'
74. geulinyueng 'telinga'
86. mom 'susu'
75. mata 'mata'
87. jantong 'jantung'
88. hate 'hati'
Penginderaan dan Perbuatan
89. jeb ie 'minum'
90. pajoh bu 'makan'
91. kap 'gigit'
92. kalon lihat'
93. deungo 'dengar'
94. teupeue 'tahu'
95. eh 'tidur'
Posisi dan Gerakan
101.
102.
103.
104.
105.
106.
107.

meulangue 'berenang'
jak 'berjalan'
trok 'datang'
balek-balek 'berbaring'
duek 'duduk'
dong 'berdiri'
jok 'beri'

96.
97.
98.
99.
100.

M.

mate 'mati'
raba 'raba'
com 'cium'
rasa (me-) 'rasa'
manoe 'mandi'

Kegiatan Lisan
108. peugah haba 'berkata'
109. meusah 'berbisik'
110. yub babah 'bersiul'
111. beuet 'mengaji'

Keadaan Alam
112. mata uroe 'mata hari'
113. buleuen 'bulan'

114. bintang 'bintang'


115. ie 'air'

75

116.
117.
118.
119.
120.
121.
122.
123.

ujeuen 'hujan'
batee 'batu'
anoe 'pasir'
tanoh 'tanah'
awan 'awan'
asap 'asap'
apui 'api'
abee 'abu'

S.

146.
147.
148.
149.
150.
151.
152.
153.
154.
155.
156.

O. Warna
124.
125.
126.
127.
128.
129.
130.

mirah 'merah'
ijo 'hijau'
kuneng 'kuning'
puteh 'putih'
hitam 'hitam'
keulabee 'kelabu'
kureng 'loreng'

P. Periode Waktu
131. malam 'malam'
132. cot uwe 'siang'
133. beungoh 'pagi'
134. supot 'sore'
Q. Keadaan
135.
136.
137.
138.
139.
140.
141.
R. Arah
142.
143.
144.
145.

seu uem 'panas'


sijuek 'sejuk'
peunoh 'penuh'
baro 'baru'
got 'baik'
bulat 'bulat'
tho 'kering'
tunong 'selatan'
baroh 'utara'
barat 'barat'
timu 'timui'

Kekerabatan

T.

Perangai
157.
158.
159.
160.
161.

U.

abi/abu/ayah 'ayah'
ma/mi 'ibu'
cupo/cuda 'kakak perempuan
polem/abang 'kakak laki-laki'
apa/yah cut 'paman'
cua/uak
'wak'
cupo/ma cut 'bibi'
abi chik 'kaicek'
ma chik 'nenek'
cuco 'cucu'
pami 'ipar'

weueh 'sedih'
bungeh 'marah'
seu u/seunang 'gembira'
malee 'malu'
beuhe 'berani'

Bagian Rumah
162.
163.
164.
165.
166.

rumoh
pinto
tingkap
bubong
aleue

'rumah'
'pintu'
'jendela'
'atap'
'lantai'

V. Lain-lain
167.
168.
169.
170.
171.

hana 'tidak'
Kumeupoh 'membunuh'
teutong 'terbakar'
/alan/rot 'jalan'
gunong 'gunung'
n: nan nama
173. bah itck 'telur itik'

76
LAMPIRAN 2
REKAMAN CERITA RAKYAT DAN TERJEMAHANNYA
HABA PEULANDOOK
Bak siuroe, bak geujak-jak po peulendook meurumpok teuk ngon
sipoot. Jadi kheun po sipoot: ho tajak da peulandook? Pue peureulu
tatanyong? Ooh. . meunoe, ma peue salah teuma?
Kon, loon tanyong sabab pakon loon teupeue droe neuh ureueng carong
that, dalam sigala hai droe neuh carong. Teuma peue meu keusud? Hai
peue-peue na meukeusud bak droe neuh. Oo. . meungnyo meunan meunoe:
booh tameuteuga-teuga plueng inoe. Teumakon ka jipuwayang, sebab
jiteuepeu bahasa sipoot bunoe hanjeuet jiplueng. Tumeuteuga-teuga plueng?
Oo. . . jeuet. Meunan loon lakee tempo Ihee uroe, kheun sipoot. Jeuet.
Pajan neuteuka? Uroe nyoe uroe Jumeu'at, Sabtu, Minggu, uroe Seunanyan meuteuka keunoe poh dumnoe. Ka jeuet eunteuk bak watee uroe
Seuna nyan, ka trook janji nyan ka keuh geuteuka treuk po peulandook
Meungnyo meunan booh jinoe tamulai. Mulai teruk. Bek ilee, jinoe tanyoe
han jeuet han tapeuget tarooh. Peue tarooh meungnyo taloo loon, dan
peue tarooh meungnyo meunang gata.
Meungnyo taloo loon kheun peulandook, gajah loon bi keu gata
saboh, meungnyo taloo loon kheun po sipoot kakeuh droeneuh kuasa.
Nyoe mulai bineh krueng nyoe trooh usare nyan atra droe neuh bandum.
Supaya kamoe peuenyang kamoe neuk peuget payah meulakee bak droe
neuh raja. Kamoe angkat droe neuh jeuet keu raja sinoe Ooh ka cocok.
Meungnyo meunan booh mulai treuk Ka, sa, dua, Ihee, ka mulai. Ohbhan
geuplueng po peulandook, sigo hek bunoe, geudong geupiyooh. ho teuh
'ka? Nyoe pat uloon. Kira-kira sijeungkai dikeue. Hai aneuk sibudook,
dumnan kuplueng asai jih cit ukeue. Geuplueng lomn sigo hek teuk geuplueng,
geutanyong pat teuh. Nyoe pat loon. Mantong sit dikeue jih. Meunan keuh
hasil jih, terus menerus, gobnyan ka hek siteungoh mate, gobnyan teutap
di keue, meungnyo meunan sipoot keuh nyang meunang, kheun peulandook.
Meungnyo meunan ka keuh taloo loon, maka pat tateurimong gajah?
Oo. . . meunoe: Na saboh lubook dan bak lubook nyan na saboh buket.
Buket nyan curam that u lubook nyan. Nyan keuh keunan kamoe teurimong,
sebab meungnyo neubri gajah keukamoe keunan tapeuduek, lam labook
nyan. Hinan keuh kamoe rame-rame kamoe peuget kanduri. Kakeuh beudueh

77
peulandook ngon pikeran, walaupun gobnyan hana dumnan buah pikeran
gobnyan le siribee macam bangsa-bangsa laen. Tapi 'on trookngon sipoot
taloo gobnyan. Teuma sungguhpun meunan janji han geumungkir nyan
gajah nyan geubri. Geujak teruk jak pakat gajah. 'Oh trooh keudeh, hai
get that saboh peuni Yooh. Pat, jeh di ateueh buket pulan, diyub na
krueng ngon dumpeue di ateueh nyan na saboh batee, sinan mangat that
ta eh-eh. Peumandangan pih got, dumpeue got, angen seupoi-seupoi basah.
Ooh kagotkheun gajah. Beudueh jak teuh keudeh jak eh. Phoon-phoon
geueh peulandook bak bineh gajah, gajah rot blah deh. 'oh ka trooh
teungoh malam, meugeuminah teuk da peulandook, meugeugisatreuk. Alah,
ka rab root kuh, seuK keudeh lom. Ka keuh geuseuk bacut di gajah.
Bacut treuk karab root kuh, teseuk keudeh lom, geuseuk bacut treuk,
kira-kira na padum go seuk, bhum root, nyan geukheun treuk: nyan da
sipoot, peue nyang loon janji ngon gata, ka loon bri, nyan hukoom gata.
Nyan keuh kira-kira jih, hasil dari pembicaraan bunoe nyang ditujukan keupada aneuk miet ialah geutanyoe bek terlampau raya that peugah, bek
le that peue tepeugah. Ibarat gajah be nan raya dan peulandook ube
noe ubit dapat jipeungeut uleh peulandook.
Terjemahan:
Pada suatu hari, ketika pelanduk sedang berjalan-jalan bertemulah
dia dengan siput. Jadi, kata siput, ke mana Anda pergi Kanda pelanduk?
Apa perlunya kamu tanyakan. O. . . begini apa salahnya?
Bukan,
saya tanyakan karena Anda terkenal kepintarannya. Dalam segala persoalan
Anda pintar. Kalau begitu, apa maksudnya? Hai, apa maksud yang ada
pada Anda. Oh kalau begitu begini. Biarlah kita coba kekuatan dalam lari.
Bukankah dia sudah diketahui bahwa siput tadi tidak kuat lari? Kita adu
lari. Ya boleh.
Kalau begitu saya minta tempo tiga hari, kata siput. Boleh kapan
kamu datang. Hari ini, hari Jum'at, Sabtu, Minggu, hari Senin kamu datang
kemari jam sekian. Nanti ketika hari Senin tetap seperti janji, datanglah
pelanduk. Kalau demikian, mari kita mulai. Mulailah. Jangan dulu, sebelumnya kita lebih dahulu membuat taruhan. Apa taruhannya, kalau kamu kalah,
apa-apa taruhannya seandainya saya kalah.
Kalau saya kalah, kata pelanduk, gajah saya kasih untukmu seekor.
Kalau saya kalah, kata siput, sudahlah Anda berkuasa mulai dari pinggir
sungai ini sampai seterusnya kepunyaan Anda semua. Apa saja yang
ingin kami lakukan harus mendapat persetujuan Anda dulu karena Anda,
raja di sini, kami angkat Anda menjadi raja di sini.

78
Oh . . . cocok. Kalau begitu mari kita mulai. Sudah . . . satu . . .
dua . . . tiga . . . sudah mulai. Sesudah lari pelanduk sekali lelah berhenti
beristirahat. Sudah sampai ^e mana? Di sini saja. Kira-kira satu jengkal
di depan. Hai anak celaka. Begitu cepat saya lari, masih juga dia di depan.
Dia lari lagi, sekali capek lagi, dia tanya di mana kamu. Di sini saya.
Masih juga dia di depan. Demikianlah hasilnya terus-menerus, dia sudah
lelah setengah mati, siput tetap di depan.
Kalau demiiJan, siputlah yang menang. Kata pelanduk, kalau demikian
sudahlah saya kalah. Maka di mana kamu terima gajah? Oh. . . begini.
Ada sebuah lubuk dan dekat lubuk itu ada sebuah bukit. Bukit. Bukit itu
sangat curam ke dalam lubUiC itu.
Apakah saya terima, sebab kalau dihadiahkan gajah kepada kami,
di situlah diletakkan dalam lubuk itu. di situlah.
Di sanalah saya terima, sebab kalau dihadiahkan gajah kepada kami,
di situlah diletakkan dalam lubuk itu. Di situ lah kami ramai-ramai
selenggarakan kenduri. Sudahlah bangun pelanduk, dengan berbagai pikiran
karena sebelum itu tidak pernah mengalami kekalahan dari bangsa lain sebab
dikenal beribu buah pikirannya. Tetapi sesampainya dengan siput, dia
bisa kalah.
Tetapi sungguhpun demikian, janjinya tidak akan mungkir yang gajah
itu tetap dia berian. Pergilah dia mengajak gajah. Sesampai di sana, hai
baik sekali di sana sebuah tamasya . . . Di mana? Di atas bukit pulan,
di bawah ada sungai, dinginnya bukan kepalang dan di atasnya ada sebuah
batu. Di situ enak sekali tidur. Pemandangan juga baik, segalanya bagus,
angin sepoi-sepoi basah. Oh . . . baiklah, kata gajah. Bangun dan naiklah.
Mula-mula tidur pelanduk di pinggir dan gajah sebelahnya. Setelah
sampai tengah malam, pindahlah pelanduk bergeser tempat tidur. Alah
hampir jatuh, tolong geser sedikit, geser sedikit lagi. Kira-kira ada beberapa
kali geser lagi, jatuhlah gajah itu ke bawah. Dikatakanlah, nah siput, apa
yang sudah saya jani dengan kamu kelak saya penuhi, itu hukum kamu.
Inilah kira-kira ceritanya.
Hasil pembicaraan tadi ditujukan kepada anak-anak ialah bahwa kita
jangan terlalu banyak bicara, jangan terlalu banyak yang dibicarakan,
tetapi ikbarnya ialah ibarat gajah sebesar itu dan pelanduk begitu kecil
dapat ditipu oleh pelanduk.

Anda mungkin juga menyukai