902
BIBLIOTHEEK KITLV
0050 8638
'
. <"-
-ri
Oleh:
v^ujx ins,
v'
"*>
Si
VOOR
M. Adnan Hanafiah
Ibrahim Makam
u,
H A D I A H
PUSAT PEMBINAAN OAN PENGEMBANGAN RAHARA
Naskah buku ini semula merupakan hasil Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra
Indonesia dan Daerah Daerah Istimewa Aceh 1977/1978, disunting dan diterbitkan
dengan dana Proyek Penelitian Pusat.
Staf inti Proyek Pusat: Dra. Sri Sukesi Adiwimarta (Pemimpin), Drs. Hasjmi Dini
(Bendaharawan), Drs. Lukman Hakim (Sekretaris), Prof. Dr. Haryati Soebadio,
Dr. Amran Halim dan Dr. Astrid Susanto (konsultan).
Sebagian atau seluruh isi buku ini dilarang digunakan atau diperbanyak dalam
bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit kecuali dalam hal kutipan untuk
keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah.
Alamat penerbit: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Jalan Daksinapati Barat IV, Rawamangun
Jakarta Timur.
iv
PRAKATA
Dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun (1979/1980-1983/1984)
telah digariskan kebijaksanaan pembinaan dan pengembangan kebudayaan
nasional dalam berbagai seginya. Dalam kebijaksanaan ini, masalah kebahasaan dan kesastraan merupakan salah satu masalah kebudayaan nasional yang
perlu digarap dengan sungguh-sungguh dan berencana sehingga tujuan akhir
pembinaan dan Pengembangan bahasa Indonesia dan bahasa daerah, termasuk sastranya, tercapai. Tujuan akhir itu adalah berkembangnya bahasa
Indonesia sebagai sarana komunikasi nasional dengan baik di kalangan
masyarakat luas.
Untuk mencapai tujuan akhir itu, perlu dilakukan kegiatan kebahasaan
dan kesastraan, seperti (1) pembakuan ejaan, tata bahasa, dan peristilahan
melalui penelitian bahasa dan sastra Indonesia dan daerah, penyusunan
berbagai kamus Indonesia dan kamus daerah, penyusunan berbagai kamus
istilah, serta penyusunan buku pedoman ejaan, pedoman tata bahasa,
dan pedoman pembentukan istilah, (2) penyuluhan bahasa Indonesia melalui
berbagai media massa, (3) penerjemahan karya sastra daerah yang utama,
sastra dunia, dan karya kebahasaan yang penting ke dalam bahasa Indonesia,
(4) Pengembangan pusat informasi kebahasaan dan kesastraan melalui
penelitian, inventarisasi, perekaman, pendokumentasian, dan pembinaan
jaringan informasi, dan (5) pengembangan tenaga, bakat, dan prestasi
dalam bidang bahasa dan sastra melalui penataran, sayembara mengarang,
serta pemberian bea siswa dan hadiah atau tanda penghargaan.
Sebagai salah satu tindak lanjut kebijaksanaan itu, dibentuklah oleh
Pemerintah, dalam hal ini Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek
Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah pada Pusat Pembinaan
dan Pengembangan bahasa
v
vi
Amran Halim
Kepala Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa
vu
VUl
DAFTAR ISI
PRAKATA
Halaman
DAFTAR ISI
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Wilayah dan Jumlah Pemakai
1.5 PeTan dan Kedudukan
1.5.1 Tempat dan Situasi Pemakai
1.5.2 Tradisi Sastra Lisan
1.5.3 Tradisi Sastra Tulis
1.6 Studi Pustaka
1.7 Metoda
1
1
2
2
3
4
4
5
6
1
7
Bab II Fonologi
2.1
2.2
Fonem .
Ejaan
9
35
39
3.1
3.1.1
3.1.2
3.13
3.2
39
39
43
44
54
Afiksasi
Distribusi Imbuhan
Proses Morfofonemik
Fungsi dan Arti Tiap Imbuhan
Reduplikasi
ix
54
55
55
Bab IV Sintaksis
4.1 Klausa
4.1.1 Klausa Verbal
57
57
57
57
58
58
58
59
59
59
60
60
62
63
64
64
65
67
68
DAFTAR BACAAN
71
LAMPIRAN
72
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bangsa Indonesia terdiri dari bermacam-macam suku bangsa
yang masing-masing memiliki bahasa daerahnya. Bahasa merupakan
bagian kebudayaan sehingga bahasa daerah merupakan bagian yang
penting dari kebudayaan Indonesia.
Dengan demikian,masalah pembinaan dan pengembangan bahasa
di Indonesia, baik bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan
bahasa resmi negara maupun bahasa-bahasa daerah, sudah merupakan
masalah yang memerlukan perencanaan secara nasional.
Pembinaan dan pengembangan bahasa daerah merupakan keharusan, di samping pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia.
Keharusan ini tertuang dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945
Bab XV, Pasal 36, yang berbunyi sebagai berikut.
"Di daerah-daerah yang mempunyai bahasa sendiri, yang dipelihara,
oleh rakyatnya dengan baik-baik, maka bahasa-bahasa itu akan dihormati dan dipelihara juga oleh Negara."
Sehubungan dengan penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 itu,
bahasa Aceh sebagai salah satu bahasa daerah yang masih hidup
dan masih dipakai oleh lebih kurang 1.777.701 jiwa masyarakat
Aceh perlu dipelihara dan dibina sehingga akan berfungsi sesuai
dengan kedudukannya selaku bahasa daerah.
Fungsi umum bahasa Aceh ialah sebagai alat komunikasi dalam
keluarga dan masyarakat. Aceh, sebagai .pengungkap pikiran, dan
kehendaknya. Selain itu, tentu juga berfungsi sebagai lambang identitas
dan kebanggaan daerahnya. Dalam hubungan dengan pembinaan bahasa
Indonesia, bahasa Aceh mempunyai peranan juga.
1
0 leh
Dr. A. R. Hosein
Buku itu didasarkan pada bahan atau data beberapa tahun yang lalu
sehingga uraiannya tidak sesuai menurut sistem bahasa Aceh yang
hidup dewasa ini. Dengan demikian, jelaslah bahwa data dan informasi
yang lengkap 'mengenai bahasa Aceh belum tersedia sehingga usaha
pembinaan dan pengembangannya belum dapat dilaksanakan menurut
semestinya.
Oleh sebab itu, masalah-masalah itu merupakan masalah pokok
yang perlu segera digarap.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data
dan informasi tentang struktur bahasa Aceh dan latar belakang
sehingga dapat memberikan bahan yang berguna bagi pembinaan
dan pengemb anganny a.
Selain itu, diharapkan juga hasil penelitian ini dapat menjadi
sumbangan untuk kelengkapan kepustakaan kebahasaan di Indonesia,
terutama kepustakaan bahasa daerah.
5
baik pegawai maupun orang-orang yang berurusan ke kantor. Akan
tetapi, penggunaan bahasa tergantung kepada lawan berbicara. Seandainya lawan berbicara adalah orang yang berbahasa Aceh, bahasa
pengantar yang dipergunakan adalah bahasa Aceh. Sebaliknya, jika
lawan berbicara adalah yang bukan berbahasa ibu bahasa Aceh, bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa Indonesia. Pidato pengarahan dalam pertemuan antara camat dan kepala-kepala kampung
atau kepala mukim pada umumnya menggunakan juga bahasa Aceh.
Dalam berkomunikasi dengan orang-orang yang baru dikenal,
penggunaan bahasa Aceh tergantung kepada situasi dan lawan berbicara. Kalau lawan berbicara memulai dengan bahasa Indonesia
walaupun ia sebenarnya orang yang berbahasa ibu bahasa Aceh,
bahasa yang dipergunakan adalah bahasa Indonesia.
Di sekolah-sekolah, kecuali di kota-kota bahasa Aceh, masih
dipergunakan sebagai bahasa pengantar di kelas I - III SD walaupun
persentasenya sangat kecil, yaitu sekitar 5%, sedangkan bahasa Aceh
sebagai alat pembantu terutama untuk pelajaran yang sukar masih
juga dipergunakan sampai kelas VI SD yang berada di desa.
Penggunaan bahasa Aceh di luar situasi belajar antara guru
dan murid mencapai 50%.
Secara singkat dapat disimpulkan mengenai tempat dan situasi
pemakaian bahwa bahasa Aceh dipakai dalam lingkungan keluarga
dan lingkungan kekerabatan, baik pada situasi formal dalam lingkungan
sosial maupun dalam lingkungan pemerintahan.
1.5.2 Tradisi Sastra Lisan
Bahasa Aceh bukan hanya sebagai bahasa percakapan, tetapi
juga memiliki tradisi sastra lisan yang meluas dalam masyarakat
Aceh.
Jenis sastra lisan yang dikembangkan melalui media bahasa
Aceh antara lain sebagai berikut:
a. Sindiran dan Montera
Contoh:
He kilat taloe meureuntang
Anak u rang teugila-gila
Maken ku tidak maken that datang
Maken kupandang maken that gila
6
b. Hadih Maja (Peribahasa Aceh)
Contoh:
Meuseuruek bak aleue jai 'Terperosok pada lantai yang
rapat'
Lagee laumo rot situek
'Seperti lembu memakan api
pinang'
c. Puisi Rakyat
Contoh:
Bungong meulu puteh meupoe-proe
Bungong teubee meucula-cula
Ada jeuet gata bungong mangkat bee
Lon Ihat bak ulee beurang ho Ion ba
d. Ceritera. Prosa Rakyat
Contoh:
Haba Peulandok
cerita pelanduk'
Haba Pancuri Tujoh 'ceritera tujuh pencurf
Haba Keubeue 'ceritera kerbau'
Haba Nenggroe Jen 'ceritera negeri jin'
Haba Teungku Syiah Khudam 'Bayan Budiman'
Haba Boh Mancang 'ceritera buah embacang'
e. Nyanyian Rakyat
Contoh:
Taek egle 'naik ke gunung
Bungong J'eumpa 'bunga cempaka'
1.5.3 Tradisi Sastra Tulis
Dalam bahasa Aceh terdapat juga tradisi sastra tulis. Tradisi
tulis-menulis itu mempergunakan huruf Latin.
Selain huruf Latin, huruf Arab terdapat juga dalam tradisi
sastra tulis atau kegiatan tulis-menulis pada umumnya. Orang tua
Aceh yang buta huruf Latin selalu menggunakan huruf Arab untuk
kegiatan tulis-menulis sehingga tidak ada orang Aceh yang termasuk
7
golongan buta huruf Arab. Penggunaan huruf Arab sebagai media sastra tulis pada umumnya terdapat pada hasil karya sastra lama,
seperti pada Hikayat Putroe Geumbak Meuh, Hikayat Raja-raja Aceh,
Hikayat Malem Diwa, dan Hikayat Malen Dagang. Sebaliknya, hasil
sastra tulis angkatan baru semua ditulis dalam bahasa Aceh dengan
menggunakan huruf Latin.
Contoh:
1) Bungong si Tungkoi oleh Tgk. Nurdin
2} Bungong Mawoe Deyah Boro oleh Anzieb
3) Bungong Rampoe oleh H.M. Zainuddin
4) Seumangat Aceh oleh Abdullah Arief
5) Seuramoe Mekkah oleh Ismuha
6) Pantoun Aceh oleh Abdullah Arief
Studi Pustaka
Sebagaimana yang telah dikemukakan, bahan kepustakaan mengenai bahasa Aceh sangat terbatas sehingga studi pustaka dalam
rangka penelitian struktur bahasa Aceh ini terbatas pada bahan
bahan sebagai berikut.
1) Atjehsch Taal oleh R.F.H. van Langen
2) Lee Saboh Nang oleh Vriss ngon Haji Abubakar
3) Atjehsch Nederlandsch woordenboek oleh Dr. R.A. Husein
Djajadiningrat.
4) Atjehsch Handwoordenboek (Atjehsch Nederlandsch) oleh
J. Kraemer
5) Atjehers oleh Snouck Hurgronje
6) Fonologi dan Morfologi Bahasa Aceh oleh Zaini Ali
Metoda
Penelitian struktur bahasa Aceh ini dilakukan dengan pendekata
deskriptif. Data yang dipergunakan adalah korpus data yang terd
ri daii kata dan kalimat yang direkam dari informan, yang berbahas
ibu bahasa Aceh. Selain itu, direkam juga ceritera rakyat.
8
Informan terdiri dari, baik laki-laki dan perempuan, baik yang
berpendidikan dan yang tidak, dipilih dari umur yang berlainan,
baik tua maupun yang muda, dengan memperhatikan faktor kelancaran ucapan. Selain rekaman, diadakan juga wawancara dengan
orang-orang yang dianggap cakap mengenai materi penelitian.
Wawancara ini dipergunakan juga untuk memperoleh data tentang peran dan kedudukan.
Sebelum peneliti terjun ke lapangan, kerangka struktur bahasa
Aceh sudah dipersiapkan sebelumnya sehingga teknik pengecekan
kembali kepada informan dapat dilakukan. Teknik ini dapat dilakukan karena tim peneliti adalah penutur bahasa Aceh.
BAB II FONOLOGI
2.1
Fonem
Fonem-fonem dalam bahasa Aceh dapat dibagi dalam dua ke lompok besar, yaitu fonem segmental dan fonem suprasegmental.
Bukti [e]:
9
10
peh /phj 'menggiling'
pih /pih7 'juga'
tapeh /tapeh7 'sabut kelapa'
tapih /tapih7 'mengelak dengan tangan'
seperti pada kata:
/ E
bek
bak
hek
/ a /
/hakj 'ltak'
e ' k j 'naik'
f e'k J 'tahi'
/i
/pkj jangan
hak
/aak7 'pohon'
ek
[h e k j
lelah 'ek
[bak J
"bk J
f ball J
[ bh J
'pohon'
'jangan'
"biar'
'buah, kemaluan lelaki'
/ o /
/u/
11
/q/
/ a /
Depan atas
\ n \ Tengah u/ u~7
Belakang atas
Depan tengah atas \ e \
/ o/
Belakang tengah atas
/ / Belakang tengah
Depan tengah
\ \
Depan bawah \
U/ Belakang bawah
2) Trnaskripsi fonemis fonem vokal sengau dan pasangan minimalnya
I i/
Cr
/ I
t**
I cl I
12
/}/
<<
/U/
groh [tfi
'melenguh'
gorh [rSfJ
<^>
lUl
Tcelapa'
[ uj
'ya'
eu
[U]
'lihat'
Rendah
Di samping vokal tunggal dalam bahasa Aceh, terdapat juga vokal
ganda (diftong). Jumlah vokal ganda sebanyak lima belas, yaitu
sepuluh vokal ganda biasa dan lima 'vokal ganda yang sengau.
3) Vokal ganda biasa (non-nasalized vowel clusters)
seperti pada kata mie [ mia J 'kucing'
/ea/
seperti pada kata kayee / f k a y e a j Tcayu'
/Cd
I? seperti pada kata asai /isay J 'asal'
seperti pada kata taloe /talo^ 'tali'
106
I oy seperti pada kata boinah [ boynah J 'harta pusaka'
seperti pada kata beatoi /botoy7 'betul'
/ov
lue- seperti pada kata takuc [ takua J 'leher'
/ w sepetti pada kata bui C buy J 'b ab i'
seperti pada kata keubeue f kubu 3 J
'kerbau'
lx/r
seperti pada kata hei [ by J 'panggil'
/ay
13
Di sini dapat kita lihat bahwa hanya dua bunyi yang dapat menempati
unsur kedua dari vokal ganda itu, yaitu bunyi /i/ dan [h]. Juga jelas
terlihat lima vokal ganda mengambil /i/ sebagai unsur kedua dan
lima lagi mengambil /a/ sebagai unsur kedua.
4) Fonem vokal ganda sengau (nasalized vowel clusters)
I / 3 / seperti pada kata ciep C^tipJ "peot'
ll' I seperti pada kata / ca - ce c&-%J 'laba-laba'
/ t / seperti pada kata meuhai / muhai / 'mahal'
/ i / seperti pada kata uet / u d t / 'telan'
I 0-9 I seperti pada kata eue / u / 'merangkak'
b. Fonem Konsonan
Jumlah fonem konsonan dalam bahasa Aceh ialah 21 buah, yajtu:
/b/, seperti pada kata
bu /bu/'nasi'
bak j bak / 'batang X'; pakCp^J
bawang bawai7 'bawang X'
pawang /pawaj7 'dukun'
'pukul
14
go /j$n 7 'kawan'
# Z j *J 7 'enggang' ; a# " naj J 'induk'
parang / " p a r a n j 'parang';paran /Tparanj/
' desa'
'ujung
15
/'i T j i h J 'dia'
/ofr T jok J 'berikan'; yokyokJ
Tcuk'
/aroe jarua7 'tangan'; baroe /"barua7 Ttemaren'
16
Alveolar
b
P
Fric tives
Alv. Palatal
Velar
d
t
s
Glot
g
k
h
c
Lateral
Nasals
Ine Nasals
Medians
y
r
Triu
c. Distribusi Fonem
1 ) Distribusi Vokal Tunggal
Semua vokal tunggal biasa, kecuali /a/ dapat menempati posisi
awal.
/i/, seperti pada kata itek /"itekJ7 'itik'; iku \kuj
inong /~inon/ 'perempuan'
/e/, seperti pada kata eh /TehJ 'tidur'; ek [ekj
cleimiee [ elome'a7 'ilmu'
ll, seperti pada kata c [eh]
ek ek]
/a/seperti pada kata
'ekor'
'naik'
17
lol, seperti pada kata
'tunggu'
/a/, seperti pada kata bak bakj 'batang'; bah CbahJ Tjiar'
lampoh / lampoh / Tcebun' ; saboh / c a b o h j
'satu, sebuah'
/o/, seperti pada kata
18
/e/, seperti pada kata ate /te7 'hati'; /iase/hase7 'hasil'
gle [gl$[ *bukit';sare /sare7 'rata'
ade idej 'ad'; /e/lej'oleh'
lj, seperti pada kata keude /Jcude/ 'kedai'; wise /mis J 'kumis'
me [m] bawa'; gade adef 'gadai', meminta minta'
/a/, seperti pada kata ba /hal Tsawa'; da /da7 'kakak perempuan'
sira /sira7 'garam'; rima /Jima7 'timba'
loi seperti pada kata
ku fo/jcutaj 'kotor'
'tangkai gagang
'atur'
'kering'
*berani'
/i/
//
Awal:
ab /abj 'suap/makan'
14
20
ui [\iy] 'tiri'
hanya dalam ungkapan: ayah ui 'ayah tiri'
ma ui 'ibu tiri'
tf/jez/fc ui 'anak tiri'
21
Akhir:
er [\xt] 'telan/'
22
/p/
awal:
/d/
akhir:
awal:
/g/
akhir:
awal:
awal:
akhir:
/m/
23
/n/
akhir:
awal:
awal:
akhir:
/1/
awal:
awal:
awal:
awal:
24
/j/
awal:
akhir:
awal:
awal:
/c/
awal:
co
25
/y/
awal:
awal:
.-:
.:' ;3ff!
\x:ixjfj
(-rnu-)
iUJuq' vrioJuqi s\oUfc\
MHO')
26
2) Variasi Alofonis
Dalam hal ini dua bunyi yang berbeda ucapan dalam lingkungan
yang sama tidak membedakan arti, kedua bunyi itu merupakan alofon
dari satu fonem. Pada variasi alofonis biasanya bunyi tunggal pada satu
dialek diucapkan dengan bunyi ganda pada dialek lain dalam bahasa Aceh.
/<i/ misalnya, mempunyai alofon /oa/ sebab /oa/ tidak pernah, menempati
dua posisi awal dan tengah di antara tiga posisi yang dapat ditempati oleh /o/
dengan kata lain /09/ hanya menempati posisi akhir
Variasi
3) Variasi Alofonis Vokal
fo
c? B
_. _
blo
Wo7 c-o bloe
/bloa/'beli'
tab
/talo/ <-^> taloe
/taloa/'tali'
uro
/uro/ *""* ' uroe
/roa/'hari'
rafteu
/tabu/ Cy~> tabeue [ tabua/ 'tawar'
/aAw
/taku/ ^"> fflfcue
/"takuaj 'leher'
phing /phm/ c - o plueng [ pluajj/ 'lari'
(d) Variasi Alofonis Konsonan
tef
teun
to
db/
cfeue
Aem
Aa
/tat/
/tun/
fon/
/dot7
/uan/
/kern/
/kan/
00
c_-->
<-->
<-^>
-^-
c-o
<L^
that
/thai/'sangat
/theun/ 'tahan'
/thon/'tahun/
fAort
rfAo, fdhot/ 'bentak'
dheuen f dhuan/ 'dahan'
AAem
/khem/ 'ketawa'
Aten / /*hap7 separoh
po
pa
rpoj
M
00
"
*i/
pte/ *
tneun
tmgan
4) Harmonisasi Vokal
Dalam bahasa Aceh tidak terdapat infiks I -un- I dan I -un- I.
Yang ada ialah infiks (-eun) dan u m / . Kedua infiks itu masing-masing
berubah jadi -un- f-un-J dan -um- f-umj dalam proses afiksasi bila suku
pertama kata dasarnya mengandung bunyi u.
Contoh:
27
puwoc /puwua/ 'bawa pulang' menjadi punuwoe /punuwoa/
'bawaan'
( -eum-) menjadi ( -um-)
tuleh /tuleh/ '.tulis' menjadi tumuleh /tumulehj 'menulis'
culek /culek/ 'ukir' menjadi cumulek /umulek7 'mengukir'
tumpok /tumpok/ 'tumpuk' menjadi tumumpok /tumumpok/
'menumpuk'
kubang /Jcuban/ 'kubang' menjadi kumubang /cumuban/ 'berkubang'
(-eul-) menjadi (-ui-)
sumpai /sumpay/ 'menyumbat' menjadi sulumpai /sulumpay/
'sumbat'
luah /IuaK/ 'luas' menjadi puluah /puluah/ 'memperluas'
5) Pola Suku Kata
(a)
Susunan vokal dan konsonan yang terdiri dari satu suku kata
(1)
Terdiri dari vokal (v) tanpa didahului atau diikuti oleh konsonan:
a.
u.
ie
eue
'kakak'
'kelapa'
'air'
'ancang-ancang'
(2)
(3)
(4)
2S
(5)
(6)
(b)
(1)
(2)
KVV:
su-sue 'soal'; pi-e 'perangai
sew-/ 'tidak enak badan'; mu-we 'membajak'
(3)
KVV K:
(4)
VKKV:
VKVK:
wrort 'tukang';
irt 'peot'
(6)
alat' 'bumbu'
KVKV :
haba 'khabar'; sira 'garam'
pula 'tanam'
29
(7)
KVKVK:
(8)
(9)
KVKKV:
bangk 'bangkai'; lungk 'tanduk'
(10) KVKKVK:
binteh 'dinding'; bungkh 'bungkusan'
(11) VKKVK:
euntreuk 'nanti'
(12) KKVKKV:
glanteo 'pengganti'
13) KVKKKVK:
(13)
ringkhk 'hampir ambruk'; rungkhom 'terkam'
(c)
(1)
VKVKVK:
areuta 'harta'; leume 'ilmu'
(2)
VKVKVK:
alamat 'pertanda'; e'tikeuet 'itikat'
(3)
KVKVKV:
keurija 'kerja'; seurapa 'resapah'
(4)
VKKVKV:
antara 'kayangan'
30
(5)
VKWK:
ajaeb 'ajaib'
(6)
VKKVKVK:
akhirat 'akhirat'
(7)
KVKVKVK:
teurimong 'terima'
(8)
KVKVKKV:
seulangke 'telangkai'; calitra 'cerita'
(9)
KVKVKKVK:
seulangkot 'sangkutan'
(10) KKVKKVKV:
khanduri 'kenduri'
(11) KWKV:
kuala 'muara'
(12) KVKKVKV:
bentara 'bintara'
(13) KVKVVK:
jeumeu-at 'jum'at'
(14) KVKKVKVK:
lambay^ng 'lembayung'
0 5) KVKVKKKV:
si/ahtera 'sejahtera'
(16) KKVVKVK:
khianat 'khianat'
31
(17) KVKVKKKVK:
geurimpheng lagu yang dimainkan dengan rebana
(18) KWKVK:
paidah
'faedah'
(19) KKVKVKVK:
khedeumat Tchidmat'
(d)
(1)
VKVKVKV:
arakata semacam surat atau dokumen
(2)
VKVKVKV:
ekeutiyeue 'ikhtiar'
(3)
VKVKVKVK:
ulee balang 'hulubalang'
(4)
KVKVKVKV:
darohaka 'durhaka'
(5)
KVKWK:
meutuah 'bertuah'
(6)
KVKWKV:
meu tiara 'mutiara'
(7)
KVKVKKVKV:
mirahpati 'merpati'
(8)
KVKKVKVKV:
sinjakala 'senjakah'
32
(9)
KVKKKVKVKV:
cintramani
'(sebangsa ular)'
(10) KVKKVKVKVK:
sutramaneh 'sutra manis'
(11) KVKVKVKVK:
meuseulihat 'muslihat'
(12) KVKVKKWK:
meunafaat 'bermanfaat'
(e)
(1)
KVKVKVKVKV:
peureumadani 'permadani'
(2)
KVKVKKVKKVKV:
meureundamdiwi 'putri kayangan'
Kelompok Konsonan
Dalam bahasa Aceh, di samping konsonan tunggal, terdapat konsonan
ganda sebanyak 13 buah yaitu:
/bl/,
/gl/,
/kl/,
33
awal:
kleuet /kluat/ 'liar'; kleueng /kluan/ 'elang'
tengah: sukla /sukla/ 'hitam pekat'
siklep /siklfcp/ 'sekejap mata'
singklet /sinklat/ 'melilit'
/pl/,
/cl/,
/br/,
/dr/,
34
/kr/,
/cr/,
35
Kita dapat memperhatikan tidak ada satu pun di antara klaster-klaster yang telah dibicarakan di atas dapat menempati posisi akhir . Selain
konsonan ganda (konsonan klaster) yang telah dibicarakan di atas, dalam
bahasa Aceh terdapat gugus/konsonan yang menempati posisi tengah
saja, seperti yang tertera di bawah ini,
/nj/, seperti pada kata sinjakala 'senjakala'
/hp/, seperti pada kata mirahpati 'merpati'
/ntr/, seperti pada kata cintramani 'sejenis ular'
/mph/ seperti pada kata geurimpheng 'lagu rebana'
/htr/ seperti pada kata sijahtra 'sejahtera'
/mb/ seperti pada kata lembayong 'lembayung'
/nt/ seperti pada kata bentara 'bintara'
/nd/ seperti pada kata khanduri 'kenduri'
/ngk/ seperti pada kata rungkhom 'terkam'
2.2
Ejaan
'daun'
ee - ee ee - ee -
36
Ejaan yang
Diusulkan
Fonemis
Ejaan
Arti
e
a
u
/ija/
/pade/
/kude/
/hana/
/umu/
aja
pade
keude
nana
umu
cok
ok
tahe
meuh
kain
padi
kedai
tidak ada
umur
ambil
rambut
tercengang
mas
kencing
pendek
daun kelapa kering
berbisik
marah/kesal
menampi
daging
debu
asal
api
i
t
/cjk/
5
0
eu
/ok/
/taha/
/fik/
171
let
L
/on u/
iek
>
on u
i~i
a
0
/sah/
/mohob/
sah/
meuhob
eu
ie
e
ai
ui
/sut/
/sia/
/abea/
/asai/
/apui/
seul
sic
abee
asai
apui
/mjh/
Vokal sengau
/i/
/ia/
/ea/
/ai/
/ui/
37
/botoi/
/takua/
/soa/
/hei/
/put/
beutoi
takue
soe
hei
peuet
betul
leher
siapa
panggil
empat
ie
w
/pab/
/cat/
pe
isap
lawa-lawa
/2/
/53/
/5/
'Si
/bangai/
ca*ee
bangai
ue
/uat/
uet
telan
eue
/fi"/
CM
merangkak
/b/
/P/
pade
padi
lal
P
d
/to/
/pade/
eue
ta
/do 3 /
dong
berdiri
/t/
/g/
/k/
t
g
k
/tima/
/guda/
/kamoa/
tima
guda
kamoe
timba
kuda
kami
lil
j
c
/jok/
/ck/
jok
berikan
cok
ambil
/m/
/n/
sy
m
n
/syok/
/mia/
/nan/
syok
mie
nan
duga
kucing
nama
/n/
sy
/noa/
nyoe
ini
/3/
/s/
/1/
ng
s
1
/j>on/
ngon
kawan
/simak/
/laba/
simak
laba
/r/
/j/
/h/
/w/
r
j
h
w
/rugoa/
/yum/
/haba/
/wia/
rugoe
yum
haba
wie
perhatikan
untung/
laba
rugi
harga
kabar
kiri
/oi/
/ua/
/oa/
/ai/
/oa/
oi
ue
oe
ei
eue
Diftong sengau
/S/
/ft/
id
fil
Cm
bodoh
bawa
38
Afiksasi
b) awalan {peu-}
Contoh: peulikot 'membelakangi'; peukhem 'menertawakan'
peunduek 'meletakkan'; peurayak 'membesarkan'
39
40
c) awalan {beu-}
Contoh: beuteuhah 'sampai terbuka'; beumiyup 'sampai rendah'
beumate 'sampai mati'; beumangat 'sampai enak'
d) awalan {keu-}
Contoh: keudua 'kedua'; keusoe 'untuk siapa'
keupadum 'yang keberapa'; keulon 'untuk saya'
e) awalan {teu-}
Contoh: teukap 'tergigit'; teuduek 'terduduk'
teumat 'terpegang'; teuntok 'terantuk'
0 awalan {si-}
Contoh: siuroe 'sehari'; sikilo 'sekilo'
sigohlom 'sebelum'; sipat 'satu tempat'
g) awalan {neu-}
Contoh: neungui 'dandanan'; neulhat 'sangkutan'
neurok 'pintu pagar'; neurajah 'mantera'
h) awalan {seu-}
Contoh: seulawet 'selama'; seubaro 'membaharui'
seumale 'memalukan'; seumanoe 'memandikan'
2) Awalan kata ganti orang (personal prefiks)
Awalan kata ganti orang dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
a) Awalan kata ganti orang pertama:
(1) awalan {ku-}
Contoh: kubloe 'kubeli'; kupoh 'kupukul'
kukab 'kugigit'; kuplueng 'kulari'
(2)
awalan {meu-}
Contoh: meuwoe 'kami pulang'; meujak 'kami pergi'
meudeungo 'kami dengar'; meungisa 'kami kembali'
meukalon 'kami lihat'
41
b) Awalan kata ganti orang kedua:
(1)
awalan {ka-}
Contoh:
kapoh 'kaupukul'; kacok 'kauambil'
kawoe 'pulanglah kamu'; katiek 'kamu letakkan'
(2)
awalan {ta-}
Contoh:
taduek 'duduklah'; tapiyh 'singgahlah'
taweh 'pergikah'; taintat 'antarlah'
(3)
awalan { neu-}
Contoh:
neuwoe 'pulanglah'; neubloe 'belilah'
neupeugah 'katakanlah'
awalan {ji-}
Contoh: jimeureunoe 'dipelajarinya'; jimeupake 'dia berkelahi'
jitarek 'ditarik'; jikheun 'dikatakan'
(2)
awalan {geu-}
Contoh: geumeukat 'beliau berjualan'; geubri 'beliau berikan'
geupasoe 'beliau isi' ; geusak 'beliau masukkan'
(3)
awalan {neu-}
Contoh:
neuyue 'beliau suruh'; neusipak 'beliau menyepaki'
neudhet 'beliau memarahi'; neupiku 'beliau memikiri'
b) Akhiran
Akhiran dalam bahasa Aceh berjumlah 12 buah, terdiri dari 5 akhiran
biasa dan 7 akhiran kata ganti orang (personal-sufiks).
1) Akhiran biasa:
a)
akhiran { <m}
Contoh:
tulesan 'tulisan'; bungkosan 'bungkusan'
lapesan 'lapisan'; urosan 'urusan'
b)
akhiran {-l.on}
Contoh: jameunkon 'zaman dahulu'; bunoekon 'sejak tadi'
baroekon 'dahulu'
c)
akhiran { cit)
Contoh:
nacit 'ada juga' meunancit 'demikian juga'
adakcit 'sungguhpun'; hancit 'tidak juga'
42
d)
akhiran {-pih }
Contoh:
lonpih 'saya juga'; pengpih 'uangpun'
e)
akhiran {-keuh}
Contoh: pajankeuh 'kapankah'; jakkeuh 'pergilah'
nakeuh 'adalah'; makeuh 'bawalah'
akhiran {-kuh}
Contoh: atrakuh 'milikku'; aneukkuh 'anakku'
hartakuh 'hartaku'; rumohkuh 'rumahku'
(2)
akhiran {-meuh}
Contoh: gampongmeuh 'kampung kami'; blangmeuh 'sawah kami'
mutomeuh 'mobil kami'; rumoh sikulameuh 'rumah sekolah kami'
(3)
akhiran {-teuh}
Contoh: nanggroeteuh 'negeri kita'; muriteuh 'murid kita'
gureeteuh 'guru kita'; meunasahteuh 'surau kita'
akhiran {-keuh}
Contoh: makeuh 'ibumu'; buetkeuh 'pekerjaanmu'
atrakeuh 'hartamu'; aduenkeuh 'abangmu'
(2)
akhiran {-neuh}
Contoh: rumohneuh 'rumah anda'; pengneuh 'uang anda'
aneukneuh 'anak anda'; peurumohneuh 'istri anda'
akhiran {-jih}
Contoh: bajeejih 'bajunya'; umujih 'umurnya'
babahjih 'mulutnya'; buleejih 'bulunya'
(2)
akhiran {.-geuh}
Contoh: hareutgeuh 'hartanya'; tubohgeuh 'badannya'
43
c) Sisipan
Sisipan dalam bahasa Aceh hanya berjumlah empat buah, yaitu:
1) sisipan {-eum-}
Contoh:
keumayoh 'mengayuh'; seumipat 'mengukur'
seumipak 'menendang'; keumawe 'memancing'
2) sisipan {-eun-}
Contoh: seunipat 'pengukur panjang'
3) sisipan {-eul-}
Contoh:
seulumpai 'alat penyumbat'
4) sisipan {-eur-}
Contoh:
ceureulop 'menculupi'; geureudhuk 'terantuk-antuk'
3.1.2 Proses Morfofonemik
Pembentukan kata baru (kata berimbuhan) dalam bahasa Aceh dengan
cara penambahan imbuhan kepada kata dasar. Sebagai akibat dari proses
itu kadang-kadang terjadilah perubahan fonologis, yaitu perubahan atau
penggantian pada salah satu fonem dari suatu morfem. Proses perubahan
morfofonemik.
Dalam bahasa-bahasa Aceh gejala morfofonemik itu terdapat pada
awalan {meu-}, {peu-}, {beu-} dan akhiran {-an}.
a) Morfofonemik awalan meuFonem /eu/ pada awalan {meu-}berubah menjadi fonem /u/ sehingga
awalan {meu-} berubah menjadi /mu-/ apabila awalan {meu-} itu diimbuhkan pada kata-kata yang mulai dengan fonem /b/, /p/, /m/, dan /w/, seperti:
meu} + { bajee}' /mubajeej
meu} + {bloe} > /mubloej
meu} + {peng} + /mupeng/
meu}+ {prang} . /muprang/
meu ^ + {mata } > /jrmmata/
meuji-{manokj> /mumanok7
meu}+{weuek}* /muweuek7
{meu} + { wet-wet}> jjmuwet-wet/
berbaju'
membeli'
beruang'
berperang'
bermata'
beternak ayam'
membagi'
berputar-putar'
44
. ./pubeuhej
^Ypubatat/
^/pupayong/
^/pupaloej
WpumanoeJ
/pumaleej
/puweuek?
'memberanikan'
'membandelkan diri'
'memayungi'
'mencelakakan'
'memandikan'
'memalukan'
'membagikan'
*. /bubaghj
> /bubraj7
* /bupatah/
> [bupaneuk/
/bumangafj
* /bumatej
> /buwah7
'lekaslah'
'sehingga berat'
'sehingga patah'
'sehingga pendek'
'menjadi enak'
'sehingga mati'
'sehingga belah'
45
'berperang'
'berbisik'
'tersepak'
+ {boh}> muboh
+ {gaki}> meugaki
'berbuah'
'berkaki'
b) memakai/memperminakan
Contoh: {meu} + {dayung }->meudayong 'berdayung'
{meu} + {pukat}>mupukat
'berpukat'
c) mengumpulkan/mencari
Contoh: {meu} +{unoe} + meuunoe 'mencari madu'
{meu} + {bieng}* mubieng 'mencari kepiting'
d) mengusahakan
Contoh: {meu} + {\ampoh} ,+meulampoh 'berkebun'
{meu} + {biang}* mublang 'bersawah'
e) bekerja sebagai
Contoh: {meu} + {kuli} * meukuli
'bekerja sebagai kuli'
{meu} + {dukon}*.meudukon 'bekerja sebagai dukun'
f) menyerupai/seperti
Contoh: {meu} + {aneuk miet} meuaneuk miet 'seperti anakanak'
{meu} + {binatang}
mubinatang 'menyerupai binatang'
46
g) menuju
Contoh:
{meu}
{meu)
+ {darat}^mendarat
+ {ili} ymeuili
'menuju darat'
'menuju hilir'
{meu}
kamu'
+ {kah} y meukah/meukahkah
'menyebut sebutan
(meu}
(meu/
5) Membentuk kata bilangan dari kata bilangan, awalan meu di sini berarti tiap.
Contoh: {meu} + {ribee}ymeuribee 'tiap-tiap seribu'
6) Membentuk kata kerja dari kata
ni berarti membuat lebih.
Contoh:
{meu}
+ {diet}
b. Awalan peu1) Membentuk kata kerja dari kata kerja, awalan peu- di sini berarti
melakukan atau mengerjakan.
Contoh:
{peu}
{peu}
+ {woe}^.puwoe 'memulangkan'
+ {duek}^peuduek 'mendudukkan'
2) Membentuk kata kerja dari kata benda, awalan peu- di sini berarti
bersikap seperti dan menggunakan sebagai alat.
Contoh:
3) Membentuk kata kerja dari kata ganti orang, awalan peu di sini
berarti menyebut atau memanggil.
Contoh: {peu} + {kah}
*-peukah 'menyebut sebutan kamu'
47
4) Membentuk kata kerja dari kata sifat; awalan peu- di sini berarti
orang yang mempunyai sifat seperti yang tersebut pada kata dasarnya.
Contoh:
{peu}
+ {beuo}
{peu}
+ {meulek}-^pumeulek
'melambatkan'
{peu}
+ {dua}
c. Awalan {beu-}
Awalan {beu-} membentuk kata tambahan yang menyatakan harapan.
Contoh:
(beu}
{beu)
d. Awalan {keu-}
Awalan keu membentuk kata bilangan, yang berarti menyatakan
tingkat dan jumlah.
Contoh:
{keu}
{keu}
+ {dua} *keudua
'kedua'
+ {limong}>keulimong 'kelima-limanya'
e. Awalan {teu-}
Awalan {teu-} ini hanya membentuk kata kerja dari kata kerja.
Artinya ialah:
1) menyatakan perbuatan tidak sengaja.
Contoh:
{teu} + {antok}*teuantok 'terantuk'
2) menyatakan pasif.
Contoh: {teu} + {ikat}
teuikat
'terikat'
{teu} + { kurong }~*.teukurong 'dikurung'
f. Awalan {si-}
Awalan {si-} ini baik fungsi maupun arti sama dengan awalan sidalam bahasa Indonesia
48
Contoh:
g. Awalan {neu-}
Awalan neu- membentuk kata benda dari kata kerja, yang berarti
hasil perbuatan yang tersebut pada kata dasarnya.
Contoh:
'bawaan'
'dandanan'
h. Awalan {seu-}
Awalan seu- membentuk kata kerja dari kata sifat, yang berarti
menjadikan seperti yang tersebut pada kata dasarnya.
Contoh:
(seu)
{seu/
49
kerja yang mengikutinya adalah orang pertama jamak dan
lawan berbicara, yaitu geutanyoe 'kita'.
termasuk
b) Awalan {neu-}
Fungsi dan arti awalan {neu-} menunjukkan bahwa pelaku pada kata
kerja yang mengikutinya adalah orang kedua yang umurnya lebih
tua daripada si pembicara, yaitu droeneuh 'anda'.
Contoh:
pung'
c) Awalan {ta-}
Fungsi dan arti awalan {ta-} menunjukkan bahwa pelaku pada kata
kerja yang mengiktuinya adalah orang kedua yang umurnyanya le
muda tetapi dihormati oleh si pembicara, yaitu gata 'kamu'.
Contoh:
50
'menyapu'
'mengukur'
keumawe 'mengail'
k. Sisipan {-eun-}
1) Membentuk kata benda dari kata kerja; artinya adalah menyatakan
yang dapat di.
Contoh:
pajoh +peunajoh
peugot *peuneugot
'makanan'
'buatan'
payah *peunayah
kuneng *keununeng
1. Sisipan {-eul-}
Sisipan {-eul-} tidak produktif lagi dan hampir hilang dalam pemakaian.
1) Fungsinya membentuk kata benda dari kata kerja; artinya adalah
menunjukkan untuk melakukan perbuatan yang disebut pada kata
dasar.
Contoh:
sumpai *seulumpai
gantoe geulanto
51
2) Membentuk kata benda dari kata benda; artinya adalah menunjukkan
benda.
Contoh:
lapak ^ teulapak
'telapak ^ k i '
m. Sisipan {-eur-}
Sisipan {eur-} pun tidak produktif lagi.
1) Fungsinya membentuk kata kerja dari kata kerja, yang berarti menyatakan perbuatan yang berulang-ulang.
Contoh:
gudhuk >gearuduk
'terantuk-antuk'
ceulop *-ceureulop
{kurong} + {an}+Jcurongan
{sangkot} + {an}
n
'kurungan'
'sangkutan'
b) yang di
Contoh:
{harap}
{uroh}
+
harapan 'yang diharap'
+ {an}**uronan 'yang diurus'
c) menyatakan hasil
Contoh:
(koto (r) }
{kuneng}
+ (an}>kotoran 'kotoran'
+ {an,}*kuneng- 'kuningan'
an
52
p. Akhiran {-kon}
Akhiran {-kon} pada umumnya merupakan akhiran pada kata-kata
penunjuk waktu dan mempunyai arti sejak atau dari.
Contoh: bunoe&on 'sejak tadi'; jameun/con 'sejak dulu'
Dalam beberapa hai akhiran ini dapat disamakan dengan akhiran {-kan}
dalam bahasa Indonesia, baik mengenai fungsi maupun mengenai artin
^a'
q. Akhiran {-cit}
Akhiran {-cit} berfungsi mengeras arti sehingga akhiran -cit berarti
iuga: juga -fctau ,/H*/?,
,L
Contoh:
,
i ,
s. Akhiran {-keuh}
gotmr '
n^nryivrX{as)
Fungsi daB^arti akhjrsn:4-K$.uW-W3 dengan akhiran {-kah} dan {-lah}
dalam bahasa Indonesia.
Contoh;r nakeuh 'adalah'; pajankeuff 'kapankah'; soekeuh 'siapa/arti'
+
Akhiran kata ganti orang ini berjumlah 7 buah dan semuanya diimbuhkan
pada akhir kata benda.
Fungsi dan arti kata ganti orang-menyatakan kepunyaan:
IMtf ,' !
kuh} ns
;JBS
53
b) Akhiran {-meuh}
Fungsi dan arti akhiran {-meuh} menunjukkan bahwa benda yang
disebutkan pada kata dasarnya adalah kepunyaan orang pertama
jamak, yaitu kamoe 'kami'.
Contoh: rumohmeuh 'rumah kami'; atrameuh 'milik kami';
gampongmeuh 'kampung kami'.
c) Akhiran {-teuhj
Fungsi dan arti akhiran {-teuh} menunjukkan bahwa benda yang
disebut pada kata dasar adalah kepunyaan orang pertama jamak,
yaitu guetanyoe 'kita'
Contoh: nanggroeteuh 'negeri kita'; bueteuh 'pekerjaan kita'
2) Akhiran kata ganti orang kedua
a) Akhiran {-keuh}
Fungsi dan arti akhiran {-keuh} menunjukkan bahwa benda yang
disebut pada kata dasar adalah kepunyaan orang kedua tunggal,
yaitu kah 'kamu'.
Contoh: adekkeuh 'adikmu'; atekeuh 'hatimu'
Selain akhiran {-teuh} untuk kata ganti orang kedua tunggal ini
dipergunakan juga akhiran {-teuh}. Akhiran {-teuh} ini digunakan
apabila lawan berbicara adalah orang kedua yang disegani atau
dihormati oleh si pembicara.
Contoh: aneukteuh 'anakmu'; atrateuh 'milikmu' kamengteuh
"kambingmu '
b) Akhiran {-neuh}
Fungsi dan arti akhiran ,-neuh) menunjukkan bahwa benda yang
disebut pada kata dasar adalah kepunyaan orang kedua tunggal
yang umurnya lebih tua daripada si pembicara, yaitu droeneuh
'anda'.
54
Reduplikasi (Perulangan)
55
meulet-let 'berkejar-kejaran'
meuthon-thon 'bertahun-tahun'
meuseunoh-seunoh 'berebut-rebut'
56
3.3
soe-soekeuh 'siapa-siapakah'
peu-peukeuh 'apa-apakah'
Pemajemukan (Kompositum)
2) Pemajemukan yang tidak mempunyai hubungan setara, yaitu katakata yang tersusun dalam persenyawaan mempunyai hubungan diterangkan
menerangkan. Unsur kedua menerangkan unsur pertama.
Contoh:
inong pade
'induk padi'
aneuk bajeueng 'anak jazah'
BAB IV SINTAKSIS
4.1
Klausa
(2)
58
(3)
(3)
(4)
(5)
(6)
...
...
(3)
(4)
59
nyang ikot kuliah bunoe beungoh cit peuet pion droe.
yang ikut kuliah tadi pagi hanya empat puluh orang'
nyang teulat teuka haroh preh siat.
yang terlambat datang harus tunggu sebentar'
nyang meusulet meuri bak ie muka.
yang berdusta kentara pada wajah'
(2)
(3)
(4)
O)
(2)
(3)
(4)
...
' . .
...
' . .
60
(3)
(4)
rayek
M (menerangkan)
'rumah besar'
D
M
'rumah kayu'
D M
Bahasa Aceh memiliki empat jenis frase, yaitu frase (1) nominal, (2) Verbal,
(3) ajektif dan (4) numeral.
61
b. Frase nominal yang terdiri dari kata benda + kata sifat (KB + KS)
Contoh:
buku baro 'buku baru' sikin tumpoi 'pisau tumpul'
aneuk jeumot 'anak rajin' ujeun tunyai Tiujan lebat'
c. Frase nominal yang terdiri dari kata benda + kata kerja (KB +
KJ).
Contoh:
keubeue meukubang 'kerbau berkubang'
ureueng khem 'orang ketawa'
guda sipak 'kuda terjang'
ureueng manoe 'orang mandi'
d. Frase nominal yang terdiri dari kata benda + kata tambahan
(KB + KT)
Contoh:
keude di keue 'kedai di depan'
moto di likot 'mobil di belakang'
surat haba baro 'surat kabar kemarin'
aneuk dara di M/A:'anak gadis di kamar'
e. Frase nominal yang terdiri dari kata benda + kata penanya
(KB + KP)
Contoh:
peng sipo 'uang siapa' ; jalan toh 'jalan mana'
ureueng pane 'orang dari mana'; bajee biek toh 'baju yang bagaimana'
f. Frase nominal yang terdiri dari kata benda + kata penunjuk
(KB + KP).
Contoh:
bajee nyoe 'baju ini'; parang nyan 'parang itu'
aneuk jeh 'anak itu'; pingan nyoe 'piring ini'
g. Frase nominal yang terdiri dari kata benda + kata penunjuk milik
(KB + KM).
62
Contoh:
sipatu jih
cuda Ion
lakjoe malot
sikula kamoe
'baris kedua'
'orang banyak'
'hari ke empat'
'anak pertama'
i. Frase nominal yang terdiri dari kata benda + kata penunjuk jenis
(KB + KPJ).
Contoh:
rumoh Aceh 'rumah Aceh' basa Cina 'bahasa Cina'
adat Meulayu 'adat Melayu' tari Jawa 'tarian Jawa'
63
c. Frase verbal yang terdiri dari kata kerja + frase kata depan,
seperti:
tinggal di lua 'tinggal di luar'
preh di yub
'tunggu di bawah'
d. Frase verbal terdiri dari kata kerja + kata sifat (KK + KS), seperti:
bi bacut 'berikan sedikit'; eet beuij 'cat sampai hijau'
adee beutho 'jemur sampai kering'
e. Frase verbal yang terdiri dari kata kerja + kata benda (KK + KB),
seperti:
pajoh bu 'makan nasi'; koh kayee 'potong kayu'; sampoh broh 'menyapu sampah'; pinah keu deh 'pindah ke sana'; teuka di Medan 'datang dari Medan'
keurusi bak ujong 'kursi di ujung'; minah u lua 'pindah ke luar'
f. Frase verbal yang terdiri dari kata Kerja + keterangan waktu
(KK + KW), seperti:
preh siat 'tunggu sebentar'; jak trep 'pergi lama'
teuka sabe 'datang selalu'; piyoh dua jeuem 'istirahat dua jam'
4.2.3 Frase Ajektifa
a. Frase ajkktif yang terdiri dari kata sifat + kata tambahan derjah
idverb of degree), seperti:
saket that 'sakit sekali'; beungeh silagoina 'marah sekali'; brok that
'buruk sekali'
leupah kong/kong lepah 'kuat sekali/amat kuat'
b. Frase ajektif yang terdiri dari kata sifat + kata sifat (KS + KS),
seperti:
mirah tuha 'merah tua' puteh kuneng 'putih kuning'
pijuetpanyang'\aims tinggi'; poneuk tuoe 'pendek gemuk'
c. Frase ajektif yang terdiri dari kata sifat + kata benda (KS + KI{),
seperti:
64
Sistem Bilangan
65
Contoh:
-,
Kalimat dasar dalam bahasa Aceh, seperti juga halnya dengan bahasa
Indonesia, terdiri dari subjek yang diikuti oleh predikat (subjek diikat
oleh predikat).
66
67
Contoh:
Ayah geubloe sileuweue wol 'Ayah membeli celana wol'
Si Uma teungoh ji pot boh mamplam 'Umar sedang memetik
mangga'
4.4.1 Kalimat Verbal
Kalimat verbal ialah kalimat yang subjeknya terdiri dari kata kerja.
Contoh:
Meurokok hana got
'Merokok tidak baik'
Nyang seumipak lagee guda 'Yang menyepak kaya kuda'
Tren u biang sithon sigo 'Turun ke sawah sekali setahun'
1) Kalimat Verbal Transitif.
Contoh:
Jeb te seupot adat Inggreh 'Minum teh sore hari kebiasaan orang
Inggris'
Cok anoe lam krueng kon buet mangat 'Mengambil pasir di dalam
sungai bukan pekerjaan enteng'
Meurunoe baha gob haroh saba 'Mempelajari bahasa orang lain/asing
harus sabar'
2) Kalimat Verbal Intransitif
Meuawe kon buet seunang 'Merotan bukan pekerjaan yang mu dah'
Meuseudeukah jiyue le agama 'Bersedekah diperintah oleh agama'
3) Kalimat Transitif
Si Gam ka Iheuh ji koh naleung 'Anak itu sudah memotong
rumput'
Si Amin teungoh ji peugot layang 'Si Amin sedang membuat
layang-layang'
Si Minah ji tampoe breueh 'Si Minah menampi beras'
4) Kalimat aktif ialah kalimat yang subjeknya melakukan sesuatu:
68
Si Rusli teungoh manoe 'Rusli sedang mandi'
Cuda Midah geubaca hikayat 'Kak Midah membaca hikayat'
Lem Musa geutulah surat keu adoegeuh 'Bang Musa menulis surat untuk adiknya'
Cuda Rukiah teungoh meukeumah 'Kak Rukiah sedang berdandan'
5) Kalimat pasif ialah kalimat yang subjeknya bukan pelaku:
Dijee geubloe le ayah 'Baju dibeli oleh ayah'
Keurusi ka jipinah le si Amat 'Kursi sudah dipindahkan oleh si Amat.'
Sie ka jipayoh le mie 'Daging sudah dimakan oleh kucing'
Aneuk nyan geupoh le yah jih''Anak itu dipukul ayahnya'
4.4.2 Kalimat Nominal
Kalimat nominal ialah kalimat yang subjeknya terdiri dari kata
benda.
Contoh:
lampoh lawang nyoe luah that 'Kebun cengkih ini luas sekali'
Dotor Masan geubloe moto lom 'Dokter Hasan beli mobil lagi'
Musem ujeuen ka toe 'Musim hujan sudah dekat'
1) Kalimat nominal dengan predikat kata sifat:
Bang Ion nyang tuha beo-o that 'Abang saya
sekali'
Si Munah aneuk wa Midah saket sabe 'Si Munah
sakit selalu'
Ureueng Jeupang jinoe panyang-panyang 'Orang
tinggi-tinggi'
Ureueng Cina jeumot ngon himat 'Orang Cina rajin
69
3) Kalimat nominal dengan predikat kata bilangan:
Contoh:
A neuk gobnyan peuet droe 'Anaknya empat orang'
Areuta toke Leman la that 'Harta toke Leman banyak sekali'
Yum buku nyoe sireutoh rupiya 'Harga buku ini seratus rupiah'
Catatan:
Pada beberapa dialek (Pidie, Aceh Utara, dan Aceh Timur) /U/ pada
akhir kata diucapkan /u a/; tabeu diucapkan /tabua/
Tentang status konsonan-konsonan ganda apakah dapat digolongkan sebagai fonem tersendiri atau sebagai bunyi padu dari dua fonem konsonan
yang berbeda masih diperlukan penelitian lebih lanjut sebab beberapa
di antara konsonan ganda tersebut didapatkan pasangan minimalnya.
70
DAFTAR BACAAN
Djajadiningrat, R.A., Dusein. 1934. Atjehsch Nederlandsch Woordenbook.
Batavia: Landsdrukkrij.
Glasson, H.A. 1966. ,4 Introduction to' Descriptive Linguistics. New York:
Tanpa Penerbit.
Harris, Zelling S. Structural Linguistics. The University of Chicago Press.
Hockett, Charles. F. 1967. A Course in Modern Linguistics. New York:
The Macmillan.
Hurgroje Snouck, C. 1894. Atjehers. Jilid I. Batavia: Landsdrukkrij.
Kraemer. J. 1931. Atjehsch Handwoordenboek, (Atjehsch-Nedcrlandsch).
Leiden: Voorheen E.J. Brill.
Langen, K.H. Van. 1889. Atjehsch Taal 'Gravenhage, Martinus, Nijholff.
Nida, Eugene A. 1942. Morphology: the Descriptive Analysis of Words.
The University of Michigan Press.
Vriss, L.D. ngon Haji Abubakar. 1932. Lhee Saboh Nang. Den Haag,
Batavia: Groningen.
71
72
LAMPIRAN 1
DAFTAR
A.
kee 'aku'
Ion 'saya'
kamoe 'kami'
geutanyoe 'kita'
kah 'kamu' (kasar
gata 'kamu (halus)'
awakkah 'kalian'
droeneuh 'anda'
jih 'ia' (dia)
awaknyan 'mereka'
gobnyan
'beliau'
droenuhnyan 'beliau'
Penunjuk Tempat/Arah
13. nyoe 'ini'
14y"e /eh 'itu'
C.
Kata Tanya
15.
16.
17.
D.
KOSA KATA
peue 'apa'
soe 'siapa'
pai 'di mana'
le 'banyak'
bandum 'semua'
diet 'sedikit'
DASAR
73
Kata
21.
22.
23
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
Bilangan
sa
'satu'
dua 'dua'
Ihee 'tiga'
peuet 'empat'
limong 'lima'
nam 'enam'
tujoh 'tujuh'
lapan 'delapan'
sikureueng 'sembilan'
siploh 'sepuluh'
siblaih 'sebelas'
duablaih 'dua belas'
Ukuran
46.
47.
48.
49.
rayek
'besar'
paneuk 'pendek'
ubi t 'kecil'
rava 'besar'
Orang
50.
51.
52.
61.
62.
leumo
gutee
lembu'
'kutu'
74
Bagian badan
63. kulet 'kulit'
76. hidong 'hidung'
64. asoe 'daging'
77. babah 'mulut'
65. 'e'daging yang sudah dipotong'
66. darah 'darah'
78. gigoe 'gigi'
67. tuleueng "'tulang'
79. lidah 'lidah'
68. gapah 'lemak'
80. susoh 'cakar'
69. lungke 'tanduk'
81. gaki 'kaki'
82. tuot 'lutut'
70. iku 'ekor'
71. bulee 'bulu'
83. jaroe 'tangan'
72. ok 'rambut'
84. pruet 'perut'
73. ulee 'kepala '
85. takue 'leher'
74. geulinyueng 'telinga'
86. mom 'susu'
75. mata 'mata'
87. jantong 'jantung'
88. hate 'hati'
Penginderaan dan Perbuatan
89. jeb ie 'minum'
90. pajoh bu 'makan'
91. kap 'gigit'
92. kalon lihat'
93. deungo 'dengar'
94. teupeue 'tahu'
95. eh 'tidur'
Posisi dan Gerakan
101.
102.
103.
104.
105.
106.
107.
meulangue 'berenang'
jak 'berjalan'
trok 'datang'
balek-balek 'berbaring'
duek 'duduk'
dong 'berdiri'
jok 'beri'
96.
97.
98.
99.
100.
M.
mate 'mati'
raba 'raba'
com 'cium'
rasa (me-) 'rasa'
manoe 'mandi'
Kegiatan Lisan
108. peugah haba 'berkata'
109. meusah 'berbisik'
110. yub babah 'bersiul'
111. beuet 'mengaji'
Keadaan Alam
112. mata uroe 'mata hari'
113. buleuen 'bulan'
75
116.
117.
118.
119.
120.
121.
122.
123.
ujeuen 'hujan'
batee 'batu'
anoe 'pasir'
tanoh 'tanah'
awan 'awan'
asap 'asap'
apui 'api'
abee 'abu'
S.
146.
147.
148.
149.
150.
151.
152.
153.
154.
155.
156.
O. Warna
124.
125.
126.
127.
128.
129.
130.
mirah 'merah'
ijo 'hijau'
kuneng 'kuning'
puteh 'putih'
hitam 'hitam'
keulabee 'kelabu'
kureng 'loreng'
P. Periode Waktu
131. malam 'malam'
132. cot uwe 'siang'
133. beungoh 'pagi'
134. supot 'sore'
Q. Keadaan
135.
136.
137.
138.
139.
140.
141.
R. Arah
142.
143.
144.
145.
Kekerabatan
T.
Perangai
157.
158.
159.
160.
161.
U.
abi/abu/ayah 'ayah'
ma/mi 'ibu'
cupo/cuda 'kakak perempuan
polem/abang 'kakak laki-laki'
apa/yah cut 'paman'
cua/uak
'wak'
cupo/ma cut 'bibi'
abi chik 'kaicek'
ma chik 'nenek'
cuco 'cucu'
pami 'ipar'
weueh 'sedih'
bungeh 'marah'
seu u/seunang 'gembira'
malee 'malu'
beuhe 'berani'
Bagian Rumah
162.
163.
164.
165.
166.
rumoh
pinto
tingkap
bubong
aleue
'rumah'
'pintu'
'jendela'
'atap'
'lantai'
V. Lain-lain
167.
168.
169.
170.
171.
hana 'tidak'
Kumeupoh 'membunuh'
teutong 'terbakar'
/alan/rot 'jalan'
gunong 'gunung'
n: nan nama
173. bah itck 'telur itik'
76
LAMPIRAN 2
REKAMAN CERITA RAKYAT DAN TERJEMAHANNYA
HABA PEULANDOOK
Bak siuroe, bak geujak-jak po peulendook meurumpok teuk ngon
sipoot. Jadi kheun po sipoot: ho tajak da peulandook? Pue peureulu
tatanyong? Ooh. . meunoe, ma peue salah teuma?
Kon, loon tanyong sabab pakon loon teupeue droe neuh ureueng carong
that, dalam sigala hai droe neuh carong. Teuma peue meu keusud? Hai
peue-peue na meukeusud bak droe neuh. Oo. . meungnyo meunan meunoe:
booh tameuteuga-teuga plueng inoe. Teumakon ka jipuwayang, sebab
jiteuepeu bahasa sipoot bunoe hanjeuet jiplueng. Tumeuteuga-teuga plueng?
Oo. . . jeuet. Meunan loon lakee tempo Ihee uroe, kheun sipoot. Jeuet.
Pajan neuteuka? Uroe nyoe uroe Jumeu'at, Sabtu, Minggu, uroe Seunanyan meuteuka keunoe poh dumnoe. Ka jeuet eunteuk bak watee uroe
Seuna nyan, ka trook janji nyan ka keuh geuteuka treuk po peulandook
Meungnyo meunan booh jinoe tamulai. Mulai teruk. Bek ilee, jinoe tanyoe
han jeuet han tapeuget tarooh. Peue tarooh meungnyo taloo loon, dan
peue tarooh meungnyo meunang gata.
Meungnyo taloo loon kheun peulandook, gajah loon bi keu gata
saboh, meungnyo taloo loon kheun po sipoot kakeuh droeneuh kuasa.
Nyoe mulai bineh krueng nyoe trooh usare nyan atra droe neuh bandum.
Supaya kamoe peuenyang kamoe neuk peuget payah meulakee bak droe
neuh raja. Kamoe angkat droe neuh jeuet keu raja sinoe Ooh ka cocok.
Meungnyo meunan booh mulai treuk Ka, sa, dua, Ihee, ka mulai. Ohbhan
geuplueng po peulandook, sigo hek bunoe, geudong geupiyooh. ho teuh
'ka? Nyoe pat uloon. Kira-kira sijeungkai dikeue. Hai aneuk sibudook,
dumnan kuplueng asai jih cit ukeue. Geuplueng lomn sigo hek teuk geuplueng,
geutanyong pat teuh. Nyoe pat loon. Mantong sit dikeue jih. Meunan keuh
hasil jih, terus menerus, gobnyan ka hek siteungoh mate, gobnyan teutap
di keue, meungnyo meunan sipoot keuh nyang meunang, kheun peulandook.
Meungnyo meunan ka keuh taloo loon, maka pat tateurimong gajah?
Oo. . . meunoe: Na saboh lubook dan bak lubook nyan na saboh buket.
Buket nyan curam that u lubook nyan. Nyan keuh keunan kamoe teurimong,
sebab meungnyo neubri gajah keukamoe keunan tapeuduek, lam labook
nyan. Hinan keuh kamoe rame-rame kamoe peuget kanduri. Kakeuh beudueh
77
peulandook ngon pikeran, walaupun gobnyan hana dumnan buah pikeran
gobnyan le siribee macam bangsa-bangsa laen. Tapi 'on trookngon sipoot
taloo gobnyan. Teuma sungguhpun meunan janji han geumungkir nyan
gajah nyan geubri. Geujak teruk jak pakat gajah. 'Oh trooh keudeh, hai
get that saboh peuni Yooh. Pat, jeh di ateueh buket pulan, diyub na
krueng ngon dumpeue di ateueh nyan na saboh batee, sinan mangat that
ta eh-eh. Peumandangan pih got, dumpeue got, angen seupoi-seupoi basah.
Ooh kagotkheun gajah. Beudueh jak teuh keudeh jak eh. Phoon-phoon
geueh peulandook bak bineh gajah, gajah rot blah deh. 'oh ka trooh
teungoh malam, meugeuminah teuk da peulandook, meugeugisatreuk. Alah,
ka rab root kuh, seuK keudeh lom. Ka keuh geuseuk bacut di gajah.
Bacut treuk karab root kuh, teseuk keudeh lom, geuseuk bacut treuk,
kira-kira na padum go seuk, bhum root, nyan geukheun treuk: nyan da
sipoot, peue nyang loon janji ngon gata, ka loon bri, nyan hukoom gata.
Nyan keuh kira-kira jih, hasil dari pembicaraan bunoe nyang ditujukan keupada aneuk miet ialah geutanyoe bek terlampau raya that peugah, bek
le that peue tepeugah. Ibarat gajah be nan raya dan peulandook ube
noe ubit dapat jipeungeut uleh peulandook.
Terjemahan:
Pada suatu hari, ketika pelanduk sedang berjalan-jalan bertemulah
dia dengan siput. Jadi, kata siput, ke mana Anda pergi Kanda pelanduk?
Apa perlunya kamu tanyakan. O. . . begini apa salahnya?
Bukan,
saya tanyakan karena Anda terkenal kepintarannya. Dalam segala persoalan
Anda pintar. Kalau begitu, apa maksudnya? Hai, apa maksud yang ada
pada Anda. Oh kalau begitu begini. Biarlah kita coba kekuatan dalam lari.
Bukankah dia sudah diketahui bahwa siput tadi tidak kuat lari? Kita adu
lari. Ya boleh.
Kalau begitu saya minta tempo tiga hari, kata siput. Boleh kapan
kamu datang. Hari ini, hari Jum'at, Sabtu, Minggu, hari Senin kamu datang
kemari jam sekian. Nanti ketika hari Senin tetap seperti janji, datanglah
pelanduk. Kalau demikian, mari kita mulai. Mulailah. Jangan dulu, sebelumnya kita lebih dahulu membuat taruhan. Apa taruhannya, kalau kamu kalah,
apa-apa taruhannya seandainya saya kalah.
Kalau saya kalah, kata pelanduk, gajah saya kasih untukmu seekor.
Kalau saya kalah, kata siput, sudahlah Anda berkuasa mulai dari pinggir
sungai ini sampai seterusnya kepunyaan Anda semua. Apa saja yang
ingin kami lakukan harus mendapat persetujuan Anda dulu karena Anda,
raja di sini, kami angkat Anda menjadi raja di sini.
78
Oh . . . cocok. Kalau begitu mari kita mulai. Sudah . . . satu . . .
dua . . . tiga . . . sudah mulai. Sesudah lari pelanduk sekali lelah berhenti
beristirahat. Sudah sampai ^e mana? Di sini saja. Kira-kira satu jengkal
di depan. Hai anak celaka. Begitu cepat saya lari, masih juga dia di depan.
Dia lari lagi, sekali capek lagi, dia tanya di mana kamu. Di sini saya.
Masih juga dia di depan. Demikianlah hasilnya terus-menerus, dia sudah
lelah setengah mati, siput tetap di depan.
Kalau demiiJan, siputlah yang menang. Kata pelanduk, kalau demikian
sudahlah saya kalah. Maka di mana kamu terima gajah? Oh. . . begini.
Ada sebuah lubuk dan dekat lubuk itu ada sebuah bukit. Bukit. Bukit itu
sangat curam ke dalam lubUiC itu.
Apakah saya terima, sebab kalau dihadiahkan gajah kepada kami,
di situlah diletakkan dalam lubuk itu. di situlah.
Di sanalah saya terima, sebab kalau dihadiahkan gajah kepada kami,
di situlah diletakkan dalam lubuk itu. Di situ lah kami ramai-ramai
selenggarakan kenduri. Sudahlah bangun pelanduk, dengan berbagai pikiran
karena sebelum itu tidak pernah mengalami kekalahan dari bangsa lain sebab
dikenal beribu buah pikirannya. Tetapi sesampainya dengan siput, dia
bisa kalah.
Tetapi sungguhpun demikian, janjinya tidak akan mungkir yang gajah
itu tetap dia berian. Pergilah dia mengajak gajah. Sesampai di sana, hai
baik sekali di sana sebuah tamasya . . . Di mana? Di atas bukit pulan,
di bawah ada sungai, dinginnya bukan kepalang dan di atasnya ada sebuah
batu. Di situ enak sekali tidur. Pemandangan juga baik, segalanya bagus,
angin sepoi-sepoi basah. Oh . . . baiklah, kata gajah. Bangun dan naiklah.
Mula-mula tidur pelanduk di pinggir dan gajah sebelahnya. Setelah
sampai tengah malam, pindahlah pelanduk bergeser tempat tidur. Alah
hampir jatuh, tolong geser sedikit, geser sedikit lagi. Kira-kira ada beberapa
kali geser lagi, jatuhlah gajah itu ke bawah. Dikatakanlah, nah siput, apa
yang sudah saya jani dengan kamu kelak saya penuhi, itu hukum kamu.
Inilah kira-kira ceritanya.
Hasil pembicaraan tadi ditujukan kepada anak-anak ialah bahwa kita
jangan terlalu banyak bicara, jangan terlalu banyak yang dibicarakan,
tetapi ikbarnya ialah ibarat gajah sebesar itu dan pelanduk begitu kecil
dapat ditipu oleh pelanduk.