PERANCANGAN PERCOBAAN
Disusun oleh :
Kelompok 6 / Perikanan B
Adhardiansyah
Anggi Permana
Muchamad Zais Syahri
Teguh Maulana
Ina Rahmawati
Sarimanah
Zulfiqar Wahyu Ibrahim
Nabila Dwi Yasti
Siti Aliyah
Santi Ryanti
Rahman Arif Firmansyah
230110130135
230110130136
230110130138
230110130139
230110130140
230110130141
230110130142
230110130143
230110130144
230110130145
230110130147
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan akhir praktikum perancangan
percobaan ini tepat pada waktunya. Laporan ini disusun untuk memenuhi
salah satu tugas laporan praktikum mata kuliah Perancangan Percobaan.
Penyusunan laporan praktikum ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak yang telah bekerjasama mencurahkan pikiran, waktu, dan tenaganya. Untuk
itu pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam proses praktikum
maupun dalam penyusunan laporan ini. Sebagai sebuah karya, laporan ini akan
terus berproses, tentunya dengan masukan, kritik, dan saran dari berbagai pihak.
Demikian laporan praktikum ini disusun yang disesuaikan dengan format laporan
yang diberikan oleh asisten laboratorium.
Semoga dengan dibuatnya laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat
khususnya bagi pengembangan pengetahuan di bidang perikanan dan umumnya
bagi semua pihak.
Penyusun
DAFTAR ISI
Bab
Halaman
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2. Tujuan ....................................................................................... 1
1.3. Manfaat...................................................................................... 2
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Umum Ikan Nila.........................................................
2.1.1. Klasifikasi Ikan Nila..............................................................
2.1.2. Fisiologi Ikan Nila.................................................................
2.1.3. Tingkah Laku Ikan Nila ........................................................
2.2. Rancangan Acak Kelompok .....................................................
2.2.1. Definisi Rancangan Acak Kelompok.....................................
2.2.2. Fungsi dan Kegunaan Rancangan Acak Kelompok ..............
2.3. Perhitungan Biomassa dan Rasio Pakan ..................................
2.3.1 Perhitungan Biomassa ............................................................
2.3.2 Rasio Pakan.............................................................................
3
4
5
9
10
10
13
14
14
15
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat ....................................................................
3.2. Alat dan Bahan..........................................................................
3.2.1. Alat ........................................................................................
3.2.2. Bahan ....................................................................................
3.3. Prosedur Kerja...........................................................................
3.4. Analisis Data.............................................................................
3.4.1. Jumlah Pakan yang Diberikan................................................
3.4.2. Rumus Perhitungan SR..........................................................
3.4.3. Rumus Tabel Anova...............................................................
18
18
18
18
19
19
19
20
20
22
22
22
23
23
24
25
25
26
26
26
III.
IV.
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Setiap makhluk hidup termasuk ikan membutuhkan energi untuk
Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum Pengaruh Pemberian Pakan dengan Dosis
yang Berbeda terhadap pertumbuhan bobot dan Kelangsungan Hidup Ikan Nila ini
adalah sebagai berikut :
1.
2.
1.3
Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum Pengaruh Pemberian Pakan dengan Dosis
yang Berbeda terhadap pertumbuhan bobot dan Kelangsungan Hidup Ikan Nila ini
adalah :
1.
2.
dengan dosis yang berbeda terhadap laju pertumbuhan bobot ikan nila.
Mahasiswa dapat mengetahui sejauh mana pengaruh pemberian pakan
engan dosis yang berbeda terhadap kelangsungan hidup ikan nila.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
dalam famili Cichlidae dan merupakan ikan asal Afrika (Boyd 2004). Ikan ini
merupakan jenis ikan yang di introduksi dari luar negeri, ikan tersebut berasal dari
Afrika bagian Timur di sungai Nil, danau Tangayika, dan Kenya lalu dibawa ke
Eropa, Amerika, Negara Timur Tengah dan Asia. Di Indonesia benih ikan nila
secara resmi didatangkan dari Taiwan oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar
pada tahun 1969. Ikan ini merupakan spesies ikan yang berukuran besar antara
200- 400 gram, sifat omnivora atau pemakan segala sehingga dapat
mengkonsumsi makanan berupa hewan dan tumbuhan (Amri dan Khairuman
2003) sehingga ikan ini sangat mudah dibudidayakan.
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan genus ikan yang dapat hidup
dalam kondisi lingkungan yang memiliki toleransi tinggi terhadap kualitas air
yang rendah, sering kali ditemukan hidup normal pada habitat-habitat yang ikan
dari jenis lain tidak dapat hidup. Ikan nila (Oreochromis niloticus) dapat tumbuh
dan berkembang dengan baik pada lingkungan perairan dengan kadar Dissolved
Oxygen (DO) antara 2,0 - 2,5 mg/l. Secara umum nilai pH air pada budidaya ikan
nila (Oreochromis niloticus) antara 5 sampai 10 tetapi nilai pH optimum adalah
berkisar 6 - 9. Ikan nila (Oreochromis niloticus) umumnya hidup di perairan
tawar, seperti sungai, danau, waduk, rawa, sawah dan saluran irigasi, memiliki
toleransi terhadap salinitas sehingga ikan nila dapat hidup dan berkembang biak di
perairan payau dengan salinitas 20 25 dan suhu optimal bagi pertumbuhan
ikan nila adalah antara 22 - 290 C (Setyo 2006).
Komoditas ikan nila (Oreochromis niloticus) memiliki sifat biologi seperti
memiliki resistensi yang relatif tinggi terhadap kualitas air dan penyakit ;
memilliki toleransi yang luas terhadap kondisi lingkungan; memiliki kemampuan
yang efisien dalam membentuk protein kualitas tinggi dari bahan organik, limbah
domestik dan pertanian ; memiliki kemampuan tumbuh yang baik ; mudah
: Animalia
: Chordata
: Osteichthyes
: Acanthoptherigii
: Percomorphi
: Percoidea
: Cichlidae
: Oreochromis
: Oreochromis niloticus
tersusun rapi. Sepertiga sisik belakang menutupi sisi bagian depan. Tubuhnya
memiliki garis linea lateralis yang terputus antara bagian atas dan bawahnya.
Linea lateralis bagian atas memanjang mulai dari tutup insang hingga belakang
sirip punggung sampai pangkal sirip ekor. Ukuran kepala relatif kecil dengan
mulut berada di ujung kepala serta mempunyai mata yang besar (Kottelat et al
1993).
Bentuk badan ikan nila (Oreochromis niloticus) ialah pipih ke samping
memanjang. Mempunyai garis vertikal pada badan sebanyak 9 11 buah,
sedangkan garis-garis pada sirip berwarna merah berjumlah 6 12 buah. Pada
sirip punggung terdapat juga garis-garis miring. Mata kelihatan menonjol dan
relatif besar dengan bagian tepi mata berwarna putih. Badan relatif lebih tebal
dan kekar dibandingkan ikan mujair. Garis lateralis (gurat sisi di tengah tubuh)
terputus dan dilanjutkan dengan garis yang terletak lebih bawah (Susanto 2007).
Perbedaan antara ikan jantan dan betina dapat dilihat pada lubang
genitalnya dan juga ciri-ciri kelamin sekundernya. Pada ikan jantan, di samping
lubang anus terdapat lubang genital yang berupa tonjolan kecil meruncing
sebagai saluran pengeluaran kencing dan sperma.
berwarna lebih gelap, dengan tulang rahang melebar ke belakang yang memberi
kesan kokoh, sedangkan yang betina biasanya pada bagian perutnya besar
(Suyanto 2003).
2.1.2 Fisiologi Ikan Nila
Fisiologi ikan nila digolongkan menjadi sistem pencernaan, sistem ekskresi,
sistem reproduksi, sistem respirasi, sistem peredaran darah, sistem syaraf dan
hormon, dan sistem integumen.
a.
anggota mulut, esophagus atau kerongkongan, lambung, usus dan terakhir anus
(Dwisang 2008). Proses penyedeerhanaan pada ikan nila melalui cara fisik dan
kimia. Sehingga menjadi sari-sari makanan yang mudah diserap di dalam usus
kemudian diedarkan ke seluruh organ tubuh melalui system peredaran darah
(Dwisang 2008). Sistem pencernaan pada hewan vertebrata dibangun oleh
pembuluh-pembuluh yang sifatnya sangat muskuler, yang dimulai dari bagian
mulut sampai anus. Organ-organnya adalah rongga mulut, faring, esophagus,
lambung, usus halus, usus besar dan rektum (Pratama 2009).
b.
tidak banyak minum, aktif menyerap ion organik, melalui insang dan
mengeluarkan urin yang encer dalam jumlah yang besar (Dwisang 2008). Sistem
Ekskresi melibatkan organ insang, kulit, Ginjal berfungsi mengekskresikan zat-zat
mempunyai indung telur, keduanya terletak pada rongga perut. Sebelah kandung
kemih dan kanan cili mentari keadaan Gonad Ikan sangat menentukan
kedewasaan ikan, meningkat dengan makin meningkatnya fungsi Gonad. Ikan nila
umumnya memiliki gonad, terletak pada bagian posterior rongga perut disebelah
bawah ginjal (Pratama 2009). Nila berasal dari sungai nil, secara ilmiah atau
alamiah dapat berkembang biak sepanjang tahun. Namun frekuensi pemijahan,
banyak terjadi pada musim penghujan. Ikan ini mudah berkembang biak tanpa
perlakuan khusus (Meitanisyah 2010). Sebelum melangsungkan perkawinan, nila
jantan biasanya membuat kubangan berbentuk bulat didasar perairan, kolan
(Santoso 1996).
d.
harus dibuang) dengan O2 (berasal dari perairan, dibutuhkan tubuh untuk proses
metabolisme dan sebagainya). Organ-organ pernafasan mengambil O2 dari
perairan terjadi pada insang. Organ tambahan mengambil O2 dari udara (paruparu, labirin, dsb). Bagian-bagian insang yaitu tulang lengkung insang. tulang
tapis insang, daun insang. Fungsi dari bagian-bagian insang yaitu tulang lengkung
insang sebagai tempat melakeatnya tulang tapis insang dan daun insang,
mempunyai banyak saluran-saluran darah dan saluran syaraf ; tulang tapis insang,
berfungsi dalam sistem pencernaan untuk mencegah keluarnya organisme
makanan melalui celah insang ; daun insang berfungsi sebagai dalam sistem
pernafasan dan peredaran darah, tempat terjadinya pertukaran gas O2 dengan
CO2.
Mekanisme pernafasannya yaitu pertukaran gas CO2 dan O2 terjadi secara
difusi ketika air dari habitat yang masuk melalui mulut, terdorong ke arah daerah
insang. O2 yang banyak dikandung di dalam air akan diikat oleh hemoglobin
saraf terdiri dari sistem cerebro spinal ; sistem saraf pusat berupa otak dan tulang
punggung ;sistem saraf tepi ; sistem otonomi : simpati dan parasimpati ;organorgan khusus yaitu hidung, telinga, mata, LL.
SHormon dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar hormon hormon pertumbuhan,
hormon reproduksi, hormon ekskresi dan osmoregulasi. Hasil kelenjar hormon
meliputi endo hormon yang bekerja di dalam tubuh, seperti hormon-hormon di
atas; ekto hormon yang bekerja di luar tubuh, seperti fenomen yang merangsang
jenis kelamin lain mendekat untuk berpijah.
g.
Sistem Integumen
Lapisan epidermis pada ikan selalu basah karena adanya lendir yang
dihasilkan oleh sel-sel yang berbentuk piala yang terdapat di seluruh permukaan
tubuhnya. Epidermis merupakan bagian tubuh yang berhubungan langsung
dengan lingkungan dan sistem somatis, mempunyai sejarah evolusi yang
kompleks. Integumen sekalian hewan merupakan lapisan protektif yang menjaga
lalulintas air dan zat-zat yang terlarut di dalamnya secara bebas. Epidermis tidak
dilengkapi dengan pembuluh-pembuluh darah, keperluan metabolisme diperoleh
secara difusi, karena itu kecenderungan dari sel-sel yang paling di luar untuk
menjadi mati dan lepas sangat besar sekali. Epidermis bagian dalam terdapat
lapisan sel yang disebut stratum germinativum (lapisan malphigi). Lapisan ini
sangat giat dalam melakukan pembelahan untuk menggantikan sel-sel bagian luar
yang lepas dan untuk persediaan pengembangan tubuh.
Dermis yang didalamnya terkandung pembuluh darah, saraf dan jaringan
pengikat memiliki struktur yang lebih tebal dan sel-sel yang susunannya lebih
kompak dari pada epidermis. Derivat-derivat kulit juga juga dibentuk dalam
lapisan ini. Lapisan dermisi berperan dalam pembentukan sisik pada ikan yang
bersisik, dan derivat-derivat kulit lainnya. Asal mula terbentuknya dermis ini
belum banyak diketahui diperkirakan bahwa jaringan ikat di bawah epidermis
dulunya berubah, terutama sekali menjadi tulang pada hewan nenek moyang
vertebrata, seperti yang terlihat pada fosil-fosil Ostracodermi yang mempunyai
prisai-prisai tulang pada kulitnya, yang pertumbuhannya sangat baik.
10
dibudidayakan di perairan payau, tambak dan perairan laut, terutama untuk tujuan
usaha pembesaran (Rukmana 1997).
2.2 Rancangan Acak Kelompok
2.2.1 Definisi rancangan acak kelompok
Rancangan Acak Kelompok merupakan suatu rancangan yang meakukan
suatu bentuk pengelompokkan pada satuan percobaan ke dalam data yang bersifat
homogeny homogen yang dinamakan kelompok dan kemudian dilakukan
penentuan perlakuan secara acak di dalam masing-masing kelompok. Rancangan
Acak Kelompok merupakan rancangan acak kelompok dengan semua perlakuan
dicobakan pada setiap kelompok yang ada. Tujuan pengelompokan satuan-satuan
percobaan tersebut adalah untuk membuat keragaman satuan-satuan percobaan di
dalam masing-masing kelompok sekecil mungkin sedangkan perbedaan antar
kelompok sebesar mungkin. Tingkat ketepatan biasanya menurun dengan
bertambahnya satuan percobaan (ukuran satuan percobaan) per kelompok,
sehingga
sebisa
mungkin
buatlah
ukuran
kelompok
sekecil
mungkin.
Pengelompokan yang tepat akan memberikan hasil dengan tingkat ketepatan yang
lebih tinggi dibandingkan rancangan acak lengkap yang sebanding besarnya.
Rancangan Acak Kelompok atau randomized block design merupakan salah
satu model rancangan dalam rancangan percobaan. Rancangan acak kelompok ini
digunakan bila unit percobaan tidak homogen, dimana ketidak homogen ini
diduga mengarah pada satu arah. Rancangan ini disebut rancangan
acak
masing-masing
kelompok. Rancangan
Acak
Kelompok
Lengkap
11
12
i
j
ij
=
=
=
=
=
=
1, 2, , 6 ; j = 1, 2,,r
Pengamatan pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j
Rataan umum
Pengaruh perlakuan ke-i
Pengaruh kelompok ke-j
Pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j
Hipotesis yang dilakukan dalam rancangan acak kelompok adalah sebagai berikut:
Pengaruh perlakuan:
H0: 1 = = t=0 (perlakuan tidak berpengaruh terhadap respon yang diamati)
H1: paling sedikit ada satu i dimana i 0
Pengaruh pengelompokan:
H0: 1 = = r=0 (kelompok tidak berpengaruh terhadap respon yang diamati)
H1: paling sedikit ada satu j dimana j 0
Tabel 1. Sidik Ragam pada Rancangan Acak Kelompok
Sumber
Derajat
Jumlah
Kuadrat
F hitung
keragaman
Bebas
Kuadrat
tengah
Perlakuan
t-1
JKP
KTP
KTP/KTG
Ulangan
r-1
JKU
KTU
KTU/KTG
Galat
(t-1)(r-1)
JKG
KTG
Total
Tr-1
JKT
13
Untuk mempermudah perhitungan jumlah kuadrat dapat dilakukan langkahlangkah perhitungan sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
(JKG)
Kesimpulan dapat ditarik setelah didapatkan hasil perhitungan F hitung dan
F table yaitu apabila F Hitung F tabel 5%, Terima H0, berarti kelompok atau
perlakuan tidak berpengaruh nyata, diberi tanda tn (tidak nyata) atau ns (non
significant) ; apabila F Hitung F Tabel 5% tapi F Tabel 1%, tolak H0 yang
berarti kelompok atau perlakuan berpengaruh nyata (diberi tanda*) atau F Hitung
F Tabel 1%, tolak H0 yang berarti perlakuan atau kelompok berpengaruh sangat
nyata.
2.2.2 Fungsi dan kegunaan Rancangan Acak Kelompok
Rancangan acak kelompok merupakan metode eksperimental yang
digunakan dalam beberapa bidang misalkan bidang pertanian, bidang perikanan
dan bidang lainnya dimana dilakukan suatu bentuk pengelompokan dalam
eksperimen tersebut. Tujuan pengelompokan satuan-satuan percobaan tersebut
adalah untuk membuat keragaman satuan-satuan percobaan di dalam masingmasing kelompok sekecil mungkin sedangkan perbedaan antar kelompok sebesar
mungkin. Tingkat ketepatan biasanya menurun dengan bertambahnya satuan
percobaan (ukuran satuan percobaan) per kelompok, sehingga sebisa mungkin
buatlah ukuran kelompok sekecil mungkin. Pengelompokan yang tepat akan
memberikan hasil dengan tingkat ketepatan yang lebih tinggi dibandingkan
rancangan acak lengkap yang sebanding besarnya.
14
15
16
alami. Pakan utama ini biasanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pakan
pada budidaya ikan yang dilakukan secara intensif.
Pakan memiliki pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan ikan. Pakan
merupakan sumber makanan bagi ikan yang dapat dimodifikasi sedemikian rupa
sehingga menghasilkan kandungan gizi yang baik. Pemberian pakan yang kurang
menyebabkan ikan mudah terserang penyakit dan bahkan tidak mampu untuk
memenuhi kebutuhan dasar ikan itu sendiri seperti untuk metabolisme, akibatnya
pertumbuhan terhambat dan bahkan bisa menyebabkan penurunan pertumbuhan
dan kematian. Pemberian pakan yang berlebihan akan menyebabkan perairan
menjadi kotor dan mengurangi nafsu makan ikan itu sendiri sehingga
pertumbuhan menjadi terhambat. Dalam hal kegiatan pemeliharaan dan pemberian
pakan yang tercampur dengan enzim akan dapat dicerna dengan baik dan yang
tidak dicerna akan dikeluarkan bersama kotoran.
Pakan yang diproses dalam tubuh ikan dan unsur-unsur nutrisi atau gizinya
akan diserap oleh tubuh ikan untuk membangun jaringan dan daging sehingga
pertumbuhan ikan akan terjamin. Laju pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh jenis
dan kualitas pakan yang diberikan berkualitas baik, jumlahnya mencukupi,
kondisi lingkungan mendukung, dan dapat dipastikan laju pertumbuhan ikan nila
akan menjadi cepat sesuai dangan yang diharapkan (Khairuman dan Amri 2003).
Kemampuan mengkonsumsi pakan buatan juga dapat mempengaruhi laju
pertumbuhan. Dengan adaptasi terhadap pakan buatan dengan kandungan nutrisi
yang tinggi akan mengakibatkan laju pertumbuhannya semakin cepat dan ukuran
maksimum bertambah (Effendi 2004).
Perolehan rasio konversi pakan lebih rendah harus disesuaikan dengan cara
atau kebiasaan makan pada jenis ikan dan bentuk pakan. Rasio konversi pakan
adalah jumlah berat makanan yang dibutuhkan oleh ikan sebanyak 20 - 25% yang
digunakan untuk tumbuh atau menambah bobot tubuh, selebihnya digunakan
untuk energi dan sebagian yang tidak dapat dicerna oleh ikan. Makanan nabati
faktor konversinya lebih besar dari pada makanan hewani. Ini berarti untuk
menambah berat 1 kg daging ikan dibutuhkan makanan nabati lebih banyak dari
17
pada makanan hewani. Konversi makanan dipengaruhi oleh jumlah gizi dan cara
pemberian makanan serta bobot dan umur ikan (Mujiman 2004).
Pascual (2009) menjelaskan bahwa semakin rendah nilai konversi pakan,
semakin baik karena jumlah pakan yang dihabiskan untuk menghasilkan berat
tertentu adalah sedikit. Tinggi rendahnya nilai rasio konversi pakan dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor terutama kualitas dan jumlah pakan, spesies
ikan, ukuran ikan dan kualitas air. Rasio Efisiensi Pakan (Suhenda et al 2004):
Pertambahan Bobot Tubuh
EP =
Berat Pakan yang diberikan
Konversi pakan (FCR) adalah jumlah (berat) pakan yang dapat membentuk suatu
unit berat ikan. Adapun rumus untuk menghitung FCR adalah :
Makanan yang dimakan (g)
FCR =
Pertambahan berat (g)
Perbandingan antara 1 kg berat daging ikan dengan jumlah berat pakan yang
dibutuhkan untuk membentuknya disebut koefisien konversi berat. Jadi apabila
untuk menambah berat 1 kg daging ikan dibutuhkan 2 kg pakan, maka koefisien
konversi berat pakan adalah 1/2. Jika koefisien konversi berat itu dikalikan
dengan 100% maka akan diperoleh nilai yang disebut efisiensi konversi berat.
Pemanfaatan energi pada ikan mulai dari makanan yang masuk tubuh ikan (food
intake). Energi ini akan didistribusikan untuk memenuhi seluruh kebutuhan energi
pada tubuh ikan sebagaimana dapat dilihat pada bagan dibawah ini.
Keseimbangan antar energi dan protein sangat penting dalam laju
pertumbuhan. Jika kebutuhan energi kurang maka protein akan dipecah dan
digunakan sebagai sumber energi. Pemakaian sebagaian protein sebagai sumber
energi menyebabkan pertumbuhan ikan terhambat, mengingat protein sangat
berperan dalam pembentukan sel baru. Jumlah energi yang diperlukan bagi
pertumbuhan dan pemeliharaan (maintenance) dipengaruhi beberapa faktor, antara
lain spesies, umur, komposisi ransum, tingkat reproduksi dan tingkat metabolisme
standar.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1
yang bermula pada hari Senin 2 November 2015 hingga 30 November 2015 pukul
13.00 - 14.10 WIB di Laboratorium Avertebrata, Gedung Dekanat Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran.
3.2
2.
3.
4.
5.
6.
18
19
3.3
Prosedur Kerja
3.4
Analisis Data
20
(Pakan diberikan pada ikan sebanyak dua kali dalam sehari yaitu pagi dan sore
hari)
3.4.2 Rumus perhitungan SR
Setiap minggu melakukan perhitungan SR dan penimbangan ikan untuk
mengetahui pertumbuhan bobot ikan. Pehitungan SR adalah sebagai berikut :
SR (%) =
x 100%
Keterangan :
SR : kelangsungan hidup / survival rate ikan selama percobaan
Nt : jumlah ikan pada akhir percobaan (ekor)
No : jumlah ikan pada awal percobaan (ekor)
Perkembangan Rata Rata Bobot Ikan = Rata Rata bobot ikan minggu
(t) Rata Rata bobot ikan minggu (t-1)
3.4.3 Rumus tabel Anova
Nilai FK
Jumlah Kuadrat Total
21
db
JK
t-1
t (r-1)
tr-1
JKP
JKG
JKT
KT
KTP = JKP/DBP
KTG = JKG/DBG
Fhit
F05
KTP/KTG
db
JK
k-1
t-1
t (r-1)
tr-1
JKK
JKP
JKG
JKT
KT
KTK = JKK/(BK
KTP = JKP/DBP
KTG = JKG/DBG
Fhit
F05
KTP/KTG
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data
4.1.1 Tabel % SR
Tabel 4. Data Perhitungan %SR Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Perminggu
Kolom
A1
B1
C1
A2
B2
C2
A3
B3
C3
A4
B4
C4
1
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
Minggu Ke2
33,3333
66,6667
33,3333
33,3333
33,3333
33,3333
33,3333
66,6667
33,3333
33,3333
33,3333
33,3333
4.1.2 Tabel
3
0
0
0
0
0
0
0
0
33,3333
33,3333
33,3333
33,3333
Data Bobot
22
23
Pembahasan
4.2.1. Pembahasan % SR
Berdasarkan Tabel 4, hasil perhitungan SR per minggu menunjukan adanya
perubahan. Perubahan kematian ikan setiap minggunya bertambah. Oleh karena
itu nilai SR pun semakin mengecil setiap minggunya. Hal tersebut disebabkan
oleh beberapa hal. Pertama aerasi di akuarium percobaan ini tidak stabil, oleh
karena itu asupan oksigen terlarut menjadi berkurang. Kedua ikan percobaan
stress saat penimbangan bobot ikan, roses penimbangan dilakukan secara serentak
satu kelas dan seluruh ikan dengan neraca yang tersedia hanya satu. Ketiga
pemberian pakan tidak teratur, tidak sesuai jadwal. Keempat ada beberapa ikan di
dalam satu akuarium yang saling di adu, karena ikan yang di pakai adalah ikan
nila yang memiliki sifat mempertahan daerah kekuasaannya.
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad
hidup seperti ikan untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang
kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping
itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik
dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal dari
suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup
24
metode
rancangan
acak
kelompok.
Praktikum
tersebut
25
Tabel Anova
26
Perlakuan
A(1%)
B(3%)
C(5%)
total
total^2
Tabel 10. Sidik Anova Pengaruh Pemberian Berbagai Tingkat rasio Pakan
Terhadap Bobot Ikan
Sumber
DB
JK
KT
Fhit
F0,5
Ragam
4.4
Kelompok
3,455958
1,151986
Perlakuan
1,168117
0,584058
Galat
Total
6
11
2,226017
6,850092
0,371003
3,10506
1
1,57426
9
0,885783
0,738719
Pembahasan
27
memperlihatkan bahwa ikan nila sensitif terhadap lingkungan. Kematian ikan nila
juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan.
Ikan nila memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan hidupnya
sehingga dapat dipelihara di dataran rendah yang berair payau hingga dataran
tinggi yang berair tawar. Habitat hidup ikan nila cukup beragam, dari sungai,
danau, waduk, rawa, sawah, kolam, hingga tambak. Ikan nila dapat tumbuh secara
normal pada kisaran suhu 22-37 0C. Pertumbuhan dan perkembangbiakan, suhu
optimum bagi ikan nila adalah 25-30 0C. Pertumbuhan ikan nila biasanya
terganggu jika suhu habitatnya lebih rendah dari 14 0C ata pada suhu tinggi 38 0C.
Ikan nila akan mengalami kematian pada suhu 6 0C atau 42 0C (Amri dan
Khairuman 2002).
4.4.2 Pembahasan Tabel Anova Perkembangan Rata Rata Bobot Ikan
Berdasarkan hasil analisis menggunakan ANOVA (Analisys Of Varians)
mengenai pengaruh pemberian pakan dengan berbagai persentase yaitu 1 %, 3 %,
dan 5 % dari bobot biomassa menunjukkan bahwa F hitung ulangan (Fk) > F 0,5
dan F hitung perlakuan > F 0,5. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang nyata antar perlakuan dan ulangan pada taraf kesalahan 5 %.
Pemberian pakan dengan berbagai tingkat presentasi memberikan pengaruh
yang nyata terhadap laju pertumbuhan. Namun pertumbuhan tertinggi yaitu pada
pemberian pakan sebesar 3 % dari bobot tubuh yang diikuti dengan 5 % dan 1 %
dar biomassa ikan. Namun galat dalam praktikum ini cukup besar yaitu 2,2 karena
selama proses pengamatan selain pemberian pakan yang berpengaruh terhadap
laju pertumbuhan, terdapa faktor eksternal yang berpengaruh pula terhadap
pertumbuhan ikan yaitu kualitas air. Hal tersebut didukung oleh Effendie (1997)
yang menyatakan bahwa selai makanan faktor ekternal lain yaitu suhu perairan.
Selain itu, faktor kimia peraiarn apabila dalam keadaan ekstrim mempunyai
pengaruh hebat terhadap pertumbuhan bahkan dapat menyebabkan fatal.
Diantaranya yaitu oksigen, karbon dioksida, hidrogen sulfida, keasaman, dan
alkalinitas yang akhirnya akan mempengaruhi makanan.
28
BAB V
KESIMPULAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan, menunjukkan hasil yang bervariasi untuk
setiap perlakuan dan ulangan Perkembangan pertumbuhan ikan nila dari berbagai
ulangan cenderung meningkat. Perkembangan tertinggi yaitu perlakuan pemberian
pakan 3 % pada ulangan ketiga sebesar 2,97 gram.Sedangkan pertumbuhan
terendah yaitu pada perlakuan 3 % yaitu 0,11 gram. Hal tersebut menunjukkan
bahwa pakan yang diberikan dapat diterima oleh ikan sehingga menghasilkan
pertumbuhan.
Perubahan kematian ikan setiap minggunya bertambah. Oleh karena itu nilai
SR pun semakin mengecil setiap minggunya. Hal tersebut disebabkan oleh
beberapa hal. Pertama aerasi di akuarium percobaan ini tidak stabil, oleh karena
itu asupan oksigen terlarut menjadi berkurang. Kedua ikan percobaan stress saat
penimbangan bobot ikan, proses penimbangan dilakukan secara serentak satu
kelas dan seluruh ikan dengan neraca yang tersedia hanya satu. Ketiga pemberian
pakan tidak teratur, tidak sesuai jadwal. Keempat ada beberapa ikan di dalam satu
akuarium yang saling di adu, karena ikan yang di pakai adalah ikan nila yang
memiliki sifat mempertahan daerah kekuasaannya.
5.2
Saran
Praktikum ini cukup membantu mahasiswa untuk mengetahui bagaimana
29
DAFTAR PUSTAKA
Amri, K. dan Khairuman. 2002. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi.
Agromedia. Jakarta.
Amri, K dan Khairuman. 2003. Budidaya Ikan Nila. Agro Media Pustaka. Jakarta.
Anggriani, Ryan. dkk. 2012. Efektivitas Penambahan Bacillus sp. Hasil Isolasi
dari Saluran Pencernaan Ikan Patin pada Pakan Komersial Terhadap
Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Nila Merah
(Oreochromis niloticus). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Padjadjaran.
Bliss, C.I., 1967. Statistics in Biology. Mc Graw Hill Book Co. New York
Boyd CE. 2004. Farm Level Issue in Aquaculture Certification : Tilapia. WWFUS. Auburn, Albama.
Brett, J. R. 1971. Satiation Time, Appetite and Maximum Food Intake of Socheye
Salmon (Onchorhyncus nerka). J. Fish. Bd. Canada, 28: 409 415.
Djarijah, A. S. 2002. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif. Kanisius. Yogyakarta.
Effendie, M. I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Effendie, M. I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka nusantara. Yogyakarta.
163 hal.
FAO Fisheries and Agriculture Department. 2006. State of the Worlds Fisheries
and Aquaculture. Rome, FAO Italy. 162p.
Kottwlat, M;A. J. Whitten; S. n. Kartikasari & S. Wirjoatmojo. 1993. Freshwater
of Western Indonesia and Sulawesi. London : Periplus Edition.
Nutrient Requirement Council. 1983. Nutrient Requirement of Warmfishes and
Shellfish. National Academy Press. Washington Dc. 71 hlm.
Nur Rachmawati, Farida. 2010. Respon Fisiologi Ikan Nila, Oreochromis
niloticus, yang Distimulasi dengan Daur Pemuasaan dan Pemberian
Pakan Kembali. Fakultas Biologi Universitas Soedirman. Purwokerto.
Pratama, 2009. Morfologi Ikan Nila. Airlangga. Jakarta.
Pratiwi dkk .2011. Pengaruh Tingkat Pemberian Pakan Terhadap Laju
Pertumbuhan dan deposisi Logam Berat Pada Ikan Nilem Di Karamba
Jaring Apung Waduk IR. H Djuanda. Jurnal Akuatika Vol (II) No. 2.
Rahmawati, Rita. 2008. Penelusuran Keragaman Dalam Blok Pada Rancangan
Acak Kelompok dengan Intergradien. Media Statistika, Vol. 1, No. 2,
Desember 2008: 63-68.
30
31
Suhenda, N., Z.I. Azwar, dan H. Djajasewaka. 2003. Kontribusi penelitian nutrisi
dan teknologi pakan untuk mendukung usaha perikanan budidaya.
Prosiding semi-loka aplikasi teknologi pakan dan peranannya bagi
perkembangan usaha perikaan budidaya. Pusat Riset Perikanan
Budidaya. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Hlm.:53-60.
Suhenda, N., E. Tahapari, J. Slembrouck, dan Y. Moreau. 2004. Retensi protein
dan pemanfaatan energi pada benih ikan patin jambal (Pangasius
djambal) yang di beri pakan berprotein tinggi. J. Penelitian Perikanan
Indonesia, 10(5):65-69.
Sugiarto. 1988. Nila. Penebar Swadaya. Jakarta,105 hlm.
Supito, Kuntiyo, dan I. S. Djunaidah. 1998. Kaji pendahuluan pembesaran
kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) di Tambak. Prosiding
seminar teknologi perikanan pantai Bali. Perkembangan terakhir
teknologi budidaya pantai untuk mendukung pemulihan ekonomi
nasional. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Loka
Penelitian Perikanan Pantai GondolBali bekerjasama dengan Japan
International Cooperation Agency JICA ATA. Hlm.:25-32.
Susilowati, Titik. dkk. 2012. Pengaruh Kedalaman Terhadap Pertumbuhan
Rumput Laut (Eucheuma cottonii) yang Dibudidayakan dengan Metode
Longline di Pantai Milonggo, Kabupaten Jepara. Jepara.
Suyanto, S.R., 2003. Nila. Penebar Swadaya. Jakarta. 105 halaman.
32
LAMPIRAN
Penimbangan Pakan
Penimbangan Ikan