Refarat Psikosomatis
Refarat Psikosomatis
PENDAHULUAN
Ilmu kedokteran psikosomatik adalah salah satu cabang dari ilmu kedokteran
yang mempelajari pengetahuan dan perawatan gangguan fisik dengan latar
belakang psikogenik. Tegangan-tegangan emosional yang muncul dari konflikkonflik yang tidak terpecahkan dan frustasi-frustasi yang berlebihan menyebabkan
reaksi-reaksi tubuh (penyakit-penyakit fisik), misalnya hipertensi, ulkus peptik,
migrain, asma, dan gangguan pada kulit tertentu. Gangguan-gangguan
psikosomatik ini disebut juga neurosis karena gangguan-gangguan dan kerusakan
pada beberapa bagian tubuh disebabkan oleh kesulitan mental atau emosional.1
Gangguan-gangguan psikosomatik harus dibedakan dari gangguan-gangguan
somatoform. Pada kedua macam gangguan ini, penyebabnya adalah psikologis
dan simptomnya adalah fisik. Perbedaannya adalah pada gangguan-gangguan
psikosomatik, ada kerusakan fisik (misalnya ulkus peptik adalah luka-luka dalam
lapisan perut), sedangkan pada gangguan-gangguan somatofom tidak ada
kerusakan fisik (misalnya individu mengalami sakit perut tetapi perutnya tetap
dalam kondisi baik. Istilah somatoform digunakan karena tidak ada kerusakan
fisik, simtomnya hanya mengambil wujud gangguan somatik.2
Keluhan psikosomatik sering ditemukan pada praktik klinis sehari-hari.
Dokter umum juga seringkali mendapati pasien dengan keluhan psikosomatik.
Kepustakaan melaporkan lebih dari 50% pasien dengan keluhan fisik yang tidak
mempunyai penyebab objektif dari keluhannya itu. Keluhannya bisa dari
kelelahan, nyeri dada, batuk, nyeri punggung, napas pendek, hingga berbagai
keluhan yang melibatkan organ tubuh. Keluhan psikosomatik sebaiknya dikaji
dengan pendekatan biopsikososial. Dalam praktik sehari-hari, keluhan tersebut
dapat diatasi dengan kemampuan komunikasi yang baik dari dokter yang
merawat.
Rasa tertarik dokter terhadap keluhan pasien, empati, dan apresiasi terhadap
pasien, serta memberikan kepastian pengobatan sering membuat pasien dengan
keluhan psikosomatik menjadi lebih baik. Sayangnya hal itu seringkali tidak
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gangguan Psikosomatis
1. Definisi gangguan psikosomatis
Gangguan psikosomatik ialah gangguan atau penyakit
dengan gejala-gejala yang menyerupai penyakit fisis dan
diyakini
adanya
hubungan
yang
erat
atara
suatu
menonjol
dan
tumpang
tindih.
berdasarkan
psikis
dan
somatik
yang
dapat
structural
dapat
gangguan
fungsional
seperti
pada
ginjal,dll
Gangguan fungsional dan structural organic berada
bersamaan oleh sebab yang berbeda (suatu ko-
insidensi)
2. Stres. Stresor dan Gangguan Psikosomatik
Pengertian Stres
Secara umum stres sebenarnya
memberikan
pengertian,
distres
atau
dengan menyebutkan
gangguan
psikosomatik tertentu.
Pengertian Stresor
Stresor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang
menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang. Karena adanya
Stresor
terpaksa
seseorang
harus
menyesuaikan
diri
untuk
politik,
patofisiologi
timbulnya
kelainan
fisis
yang
Diastolik
(mmHg)
<80
<85
85-89
90-99
90-94
100-109
110
140
<90
Hypertension
Sub Group: Borderline
140-149
<90
Tabel : Klasifikasi hipertensi menurut WHO_ISH tahun 1999.14
Klasifikasi hipertensi menurut WHO berdasarkan tekanan diastolik,
yaitu:
hipertensi,
dintaranya
seperti
hiperfungsi
kongenital,
ingesti
licorice),
hormon
eksogen
bergejala atau
sekunder
penyebabnya.13
4. Komplikasi Hipertensi
biasanya
keluhan
mengarah
ke
penyakit
prostaglandin,
memperlihatkan
dan
oksida
nitrat).
autoregulasi;
Resistensi
peningkatan
pembuluh
aliran
darah
juga
memicu
perifer
dan
homeostasis
natrium.
Angiontensin
II
ekskresi
natrium
kemudian
dapat
menyebabkan
berkontraksi
Tekanan darah diastol adalah tekanan minimum diantara jantung
berkontraksi
Tekanan darah diukur dalam satuan milimeter air raksa (mmHg) dan
ditulis dengan sistol diatas diastol ( sebagai contoh 120/80 mm Hg ).
Menurut guideline yang terbaru, tekanan darah yang normal adalah
kurang dari 120/80 mm Hg. Hipertensi adalah tekanan darah yang
melebihi 140/90 mmHg. Untuk orang-orang yang berusia lebih dari 60
tahun, dikatakan tekanan darah apabila melebihi 150/90 mmHg.
Tekanan darah dapat meningkat juga berkurang, tergantung dari usia,
kondisi jantung, emosi, aktivitas dan obat-obatan yang di konsumsi. Satu
kali pemeriksaan tekanan darah lalu didapatkan hasil yang tinggi, belum
menjadi indikasi seseorang menderita tekanan darah darah tinggi atau
hipertensi. Sangat dibutuhkan untuk memeriksa tekanan darah pada
waktu yang berbeda, saat istirahat nyama seitdaknya lima menit. Untuk
mendiagnosa hipertensi, dibutuhkan setidaknya tiga kali pemeriksaan dan
ketiga-tiganya mengindikasikan adanya peningkatan tekanan darah.
7. Penanganan Hipertensi
1) Pengobatan Farmakologis
Lima golongan obat yang diterima secara universal sebagai obat
antihipertensi adalah: Diuretik, Anti-adrenergik, Vasodilator,
Calsium Channel Blockers, Obat-obat yang bekerja pada system
RAA (Renin Angiotensin Aldosteron).13
2) Pengobatan Non-Farmakologis
Memperhatikan pola hidup sehat, diantaranya: melakukan diet
hipertensi,
menghentikan
kebiasaan
merokok,
menurunkan
yang
dengan
mengerahkan
mekanisme
ergotrop,
pasien hipertensi labil, janganlah dengan wajah yang angker, tetapi juga
jangan dengan wajah keprihatinan yang berlebihan. Lebih bermanfaat
ialah bicara dengan pasien dan menanyakan tentang dasar-dasar problem
actual, yang meniggikan ketegangan. Diikhtiarkan, agar pasien dapat
mengungkapkan problem tersebut dengan kata-kata yang akhirnya dapat
melegakkan keadaan (katharsis).
Biofeedback dapat berhasil pada mereka yang tidak tersedia atau
tidak mampu psikoterapi. Dasar cara biofeedbacki ialah anggapan, bahwa
pasien hipertensi telah belajar reaksi fisiologis secara salah, yang secara
terarah dapat dipelajari kembali dengan laporan baik (feedback) optis atau
akuistik aktivitas simpatik (diukur dengan resistance kulit, ketegangan
otot-otot melalui EMG-feedback), atau tingginya tekanan darah.
Kurang tepat mengobati pasien hipertensi dengan obat-obat, tanpa
memperhatikan psikodinamik penyakit. hanya dengan penguranagn
sebagian dari defense terhadap emosi, atau pengurangan obsesi-kompulsi
yang
menyiksa
dan
melampaui
kemampuannya,
tidak
hanya
BAB III
KESIMPULAN
Gangguan psikosomatik merupakan faktor-faktor psikologis yang
mempengaruhi medis. Konflik psikologis yang secara bermakna
mengubah
fungsi
somatik
merupakan
tanda
gangguan
psikosomatik.
Hipertensi adalah suatu sindrom atau kumpulan gejala yang berasal dari jantung
dan pembuluh darah (kardiovaskuler) yang progresif, sebagai akibat dari kondisi
lain yang kompleks dan saling berhubungan. Hipertensi adalah suatu kondisi
medis yang kronis dimana tekanan darah meningkat diatas tekanan darah normal..
Aspek psikosomatis pada pasien hipertensi dipengaruhi oleh
berbagai faktor yakni; faktor psikis, pengaruh lingkungan sekitar
dan sosio-kultural.
DAFTAR PUSTAKA
1. Semiun, yustinus. Kesehatan Mental 1.Pandangan umum mengenai
penyesuaian
diri
dan
kesehatan
mental
serta
teori-teori
yang
terkait.yogyakarta:KANISIUS.
2. Semiun,Yustinus. Kesehatan Mental 2. Gangguan-gangguan kepribadian,
reaksi-reaksi simtom khusus, gangguan penyesuaian diri anak-anak luar
biasa, dan gangguan mental yang berat.yogyakarta:kanisius 2006.
3. Simon GE, Gureje O. Stability of somatization disorder and somatization
symptoms among primary care patients. Arch Gen Psychiatry. 1999;56:905.
4. Khan AA, Khan A, Harezlak J, Tu W, Kroenke K. Somatic symptoms in
primary care: Etiology and outcome. Psychosomatics. 2003;44:4718.
5. Interian A, Allen LA, Gara MA, Escobar JI, Diaz-Martinez AL. Somatic
complaints in primary care: Further examining the validity of the patient
health questionnaire (PHQ-15). Psychosomatics. 2006;47:392-8.
6. Bronheim HE, Fulop G, Kunkel EJ, Muskin PR, Schindler BA, Yates WR,
et al. The academy of psychosomatic medicine practice guidelines for
psychiatric consultation in the general medical setting. Psychosomatics.
1998;39:S8-30.
7. Umar Wadda A. Bekam untuk 7 Penyakit Kronis. Solo: Thibbia. 2012
8. Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar, Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
Sumber: www.Riskesdas.co.id (diakses tanggal 13 Oktober 2014).