Anda di halaman 1dari 19

Sulfacetamide natrium ointment (salap)

I.

Dasar teori
Sediaan farmasetik semi solida meliputi satu kelompok produk yang diaplikasikan
pada kulit atau pada membrane mukosa.Produk semisolida ini cenderung meringankan,
mengobati kondisi patologis, atau memberikan perlindungan terhadap lingkungan yang
merusak. Termasuk sediaan semi solida ini, antara lain salep, krim, pasta, gel, dan
suppositoria. Kegunaan terapeutik dari sediaan yang diaplikasikansecara topical ini
terkait dengan sifat lengket pada kulit atau lapisan mukosa selama periode waktu yang
cukup lama, serta menunjukan efek terapeutiknya melalui perlindungan dan penutupan
serta efek local dan transdermal bahan berkhasiat(1).
Basis salep pada umunya hanya mampu memenuhi sebagian persyaratan yang telah
ditetapkan. Sifat mikrobiologis salep sebagai sediaan obat topical , sebagai pembawa
untuk bahan obat, system ini dapat dimodifikasi dan disesuaikan dengan cara
memformulasikan berbagai sediaan sebagai sediaan topical untuk tujuan kosmetika.
Sediaan ini diklasifikasikan sebagai system hidrokarbon, emulsi, dan system larut air,
bergantung pada komposisinya. Pasta, gel dan suppositoria masing-masing system ini
menunjukkan beberapa keuntungan sebagai pembawa system penghantaran obat sebagai
pelindung(1).
Sifat umum sediaan ini adalah mampu melekat pada permukaan tempat
pemakaian dalam waktu yang cukup lama sebelum sediaan ini dicuci atau
dihilangkan.Pelekatan ini disebabkan oleh sifatr heologis plastic sediaan ini, yang
memungkinkan sediaan semi padat tersebut tetap bentuknya dan melekat sebagailapisan
tipis sampai ada suatu tindakan, yaitu dengan sesuatu kekuatan dari luar, yang
mengakibatkan bentuk sediaan semi-padat ini akan rusak bentuknya dan mengalir(2).
Umumnya salep terdiri dari hidrokarbon cair yang dicampur dalam suatu
kelompok hidrokarbon padat dengan titik leleh yang lebih tinggi.Selama ini basis salep
umumnya adalah minyak mineral dan petrolatum; sebenarnya ada bermacam-macam
jenis basis salep yang dapat dipilih.Polietilen dapat dimasukkan dalam minyak mineral
untuk menghasilkan suatu matriks plastic.Campuran polietilenglikol-polietilen glikol
dapat menghasilkan produk-produk salep dengan konsistensi yang larut dalam air.
Umumnya salep-salep dibuat dengan melelehkan komponen-komponennya secara
bersamaan(2).
Sediaan semipadat digunakan pada kulit, diman aumumnya sediaan tersebut
berfungsi sebagai pembawa pada obat-obat topical, sebagai pelunak kulit, atau sebagai
pembalut pelindung atau pembalut penyumbat. Sejumlah kecil bentuk sediaan semipadat
topical ini digunakan pada membrane mukosa, seperti jaringan rektal, jaringan bukal,
mukosa vagina, membrane uretra, saluran telinga luar, mukosa hidung dan kornea.

Membrane mukosa memungkinkan penyerapan yang lebih baik kesirkulasi sistemik,


karenakulit normal bersifat relative tidak dapat ditembus(2).
Tujuan umum penggunaan obat pada terapi dermatologi adalah untuk
menghasilkan efek terapeutik pada tempat-tempatspesifik di jaringan epidermis.Daerah
yang terkena umumnya epidermis dan dermis, sedangkan obat-obat topical tertentu
seperti emoliens, antimikroba, dan deodorant terutama bekerja pada permukaan kulitsaja.
Hal ini memerlukan penetrasi difusi dari kulit atau absorbs perkutan(2).
Salep unguenta adalah gel dengan perubahan bentuk plastis, yang digunakan pada
kulit sehat, sakit atau terluka atau pada selaput mukosa. Bahan obat atau bahan-bahan
obat dapat berada dalam keadaan terlarut atau tersuspensi didalam basisnya.Peracikan air,
cairan obat atau larutan bahan obat kedalam basis mengandung emulgator menyebabkan
terbentuknya salap emulsi. Salap dengan jumlah bahan padat tinggi dinyatakan sebagai
pasta.Krim adalah salap yang mengandung air(3).
Salap terdiridari basis salap, yang dapat berupa system sederhana
(misalnyavaselin) ataudarikomposisi yang lebih kompleks (misalnya system yang
mengandung emulgator), bersama dengan bahan aktif atau kombinasi bahan aktif. Jika
dibandingkan dengan seluruh bahan dasar dan bahan pembantu lainnya dalam pembuatan
sediaan obat, dasar salap memiliki kerja sendiri. Oleh karena itu sifatnya tidak netral ,
dan turut mengambil bagian yang sangat menentukan terhadap keberhasilan atau
kegagalan terapi salap. Bahkan sering kali basis memainkan peran yang paling
dominan(3).
Basis salep yang universal tidak terdapat.Pada pemilihan medium penyangga,
pertama kali diperhatikan sifat-sifat fisika dan kimia-fisika bahan aktif (misalnya
kelarutan, pola distribusinya), yang lainnya adalah aspek dermatologis, seperti jenis lokas
ipemakaian (kulit luka atau sakit atau kulit sehat), stadium penyakit (proses akut atau
kronis), jenis kulit (seboroiker atau sebostatiker) dan sifat-sifat alami dari daerah kulit
(selaputmukosa, kulit berambut)(3).
Basis dan bahan pembantu salap harus memenuhi persyaratan umum. Mereka
harus memiliki stabilitas yang memuaskan dan tidak tak tersatukan dengan bahan
pembantu lainnya dan juga dengan bahanobat yang digunakan dalam terapi salap. Basis
salap sebaiknya memiliki daya sebar yang baik dan menjamin pelepasan bahan obat yang
memuaskan. Daya menyerap air yang memuaskan dan sedikit atau tidak menghambat
fungsi-fungsi fisiologis kulit harus juga terjamin. Hal lain yang penting adalah
tersatukannya secarafisiologis. Hal in idapat dideteksi dengan tesakantose dan epikutan
(teskain)(3).

II.
Formula acuan
Sulfacetamid ointment(4).

III.

Bill of material
Scale (g / 100 g )
10.00

Item
1

30.00
1.00
59.00

2
3
4

Material name
Sulfacetamid
sodium
Mineral oil
White phetrolatum
Lanolin alcohol and
phetrolatum

Quantity / kg (g)
100.00
300.00
10.00
590.00

Formula modifikasi

a. Formula 1.
Nama
Sulfacetamide natrium
Parafin Cair
Adaps lanae

% Teoritis
10 %
0.1-95%
-

Dalam 150 gram


15 gram
22.5 gram
30 gram

% Terpakai
10%
15 %
20 %

TEA
White petrolatum

24%
Sampai 100%

Qs
Ad 150 gram

Qs
Ad 100%

IV.

Fungsi bahan

a. Sulfacetamid natrium
Rumus Molekul
C8H10N2O3S (8).
Rumus Struktur

(8)

Sinonim
Fungsi
Pemerian Bahan
Data Kelarutan
pH
Stabilitas terhadap pH
Stabilitas terhadap Air
Titik leleh/lebur
Penyimpanan

Anti bakteri (7).


Hablur atau serbuk hablur renik, putih atau putih kekuningan, tidak
berbau dan rasa pahit(6) .
Larut dalam 1,3 bagian air, agak sukar larut dalam etanol (95%) dan
dalam aseton p (7).
8,0 9,5 (7).
Keasam basaan pH larutan 5,0% b/v 8,0 sampai 9,5 (7).
1.25E+004 mg/L (at 37 C) (8).
183 C (8).
Wadah tertutup baik , terlindung dari cahaya (7).

b. White phetrolatum
Rumus Molekul

CnH2n+2(6)

Sinonim

Merkur; mineral jelly; petroleum jelly; Silkolene; Snow White; Soft


White; vaselinum flavum; yellow petrolatum; yellow petroleum
jelly(6).

Fungsi

Emollient, basis ointment(6).

Pemerian Bahan

Petrolatum berwarna kuning pucat ke kuning, transparan, tidak


berbau, hambar, tidak berflourosensi bahkan ketika meleleh(6).
Praktis tidak larut dalam aseton, etanol, panas atau dinginetanol

Data Kelarutan

(95%), gliserin, dan air, larut dalam benzena, karbondisulfida,


kloroform, eter, heksana, dan paling tetap dan stabilminyak(6).

Stabilitas terhadap cahaya

Hindari sinar matahari secara langsung(6)

Stabilitas terhadap air

Tidak larut dalam air(6)

Titik Leleh/Lebur

3860C(6)

Inkompabilitas

Petrolatum

merupakan

bahan

inert

dengan

beberapa

inkompatibilitas(6).
Penelitian pada hewan, pada tikus, menunjukkan petrolatum
menjadi beracundan berikut Nonkarsinogenik dari subkutan

ADI/safety

tunggal100 mg dosis. Tidak ada efek samping yang diamati


dalam2-tahun makan penelitian dengan tikus yang diberi diet yang
mengandung 5% daripetrolatum campuran(6).

Penyimpanan

Petrolatum

harus

disimpan

dalam

wadah

tertutup
(6)

dilindungidari cahaya, di tempat yang sejuk dan kering .

baik,

c. Adeps Lanae (Lanolin)


Rumus Molekul

Persatuan antara petrolatum and lanolin alcohol(6).

Sinonim

Amerchol CAB; Forlan 500; petrolatum and wool alcohols;


Vilvanolin CAB; white soft paraffin and lanolin alcohols; yellow
soft paraffin and lanolin alcohols(6).

Fungsi

Emolien, basis salep; plasticizer(6).

Pemerian Bahan

Berwarna pucat gading , lembut dengan sterol, samar berbau.


1 larut dalam 20 bagian kloroform, dan 1 dalam 100 bagian dari
minyak mineral, endapan pada konsentrasi yang lebih tinggi.

Data Kelarutan

Pengendapan terjadi dalam etanol (95%), heksana, dan air.


Mungkin tersebar di palmitat isopropil. Membentuk gel dalam
minyak jarak dan minyak jagung(6).

Titik Leleh/Lebur

Inkompabilitas

4653C Forlan 500;


4046C Vilvanolin CAB(6).
Lanolin alkohol tidak kompatibel dengan tar batubara, ichtamol,
fenol,dan resorsinol(6).
Alkohol petrolatum dan lanolin pada dasarnya dianggap sebagai zat

ADI/safety

tidak beracun dan bahan nonirritant. Namun, lanolin alkohol


mungkin iritasi pada kulit dan menyebabkan hipersensitivitas di
beberapa individu(6).

Penyimpanan

Alkohol petrolatum dan lanolin stabil dan harus disimpan dalam


tempat yang tertutup di tempat yang sejuk dan kering(6).

d. Mineral oil
Rumus Molekul

Minyak mineral adalah campuran alifatik jenuh halus cair (C14C18) dan hidrokarbon siklik yang diperoleh dari minyak bumi(5)

Sinonim

Avatech; Drakeol; heavy mineral oil; heavy liquid petrolatum;


liquid petrolatum; paraffin oil; paraffinum liquidum; Sirius; white
mineral oil(5).

Fungsi

Pelembab, pelumas, minyak kendaraan, pelarut, bahan pembantu


vaksin(5).
Mineral oil adalah transparan, tidak berwarna, cairan kental
berminyak, tanpa
fluoresensi di siang hari. Hal ini praktis hambar dan tidak berbau
ketika
dingin, dan memiliki bau samar minyak saat dipanaskan(5).

Pemerian Bahan

Data Kelarutan

Praktis tidak larut dalam etanol (95%), gliserin, dan


air, larut dalam aseton, benzena, kloroform, karbon disulfida,
eter, dan petroleum eter. Larut dengan minyak atsiri dan minyak
tetap, dengan pengecualian dari minyak jarak(5).

Stabilitas Terhadap Suhu

Minyak mineral mengalami oksidasi bila terkena panas(5).

StabilitasTerhadapCahaya

Minyak mineral mengalami oksidasi bila terkena cahaya(5).

Inkompatibilitas
Penyimpanan

Inkompatibel dengan oksidator kuat(5).


Mineral oil harus disimpan dalam wadah kedap udara, dilindungi
dari cahaya, di tempat yang sejuk dan kering(5).

e. Paraffin
Rumus Molekul
Rumus Struktur

C4H12NO3

(8)

(8)

Sinonim
Fungsi
Pemerian Bahan

Data Kelarutan

Hard wax; paraffinum durum; paraffinum solidum; paraffin wax (6).


Basis salep, agen pengeras(6).
Paraffin tidak berbau dan berasa , sedijit berminyak saat disentuh
dan sedikit rapuh, campuran mikroskopis dari ikatan mikrokristal
,paraffin mudah meleleh dengan cahaya disiang hari, mudah
terbakar degan api, sedikit berbau ketika meleleh(6).
Kelarutan Larut dalam kloroform, eter, minyak atsiri, dan sebagian
hangat minyak tetap, sedikit larut dalam etanol, praktis tidak larut

Titik leleh/lebur
Penyimpanan

obat berlisensi di Inggris(6).


96-105oC (6).
Parafin harus disimpan disuhu tidak melebihi 40oC dalam wadah
tertutup baik(6).

f. TEA (Triethanolamine)
Rumus Molekul

C6H15NO3 (6)

RumusStruktur

(6)

Sinonim

TEA; Tealan; triethylolamine; trihydroxytriethylamine; tris


(hydroxyethyl)amine; trolaminum(6).

Fungsi

Alkalizing agent; bahan pengemulsi(6).

PemerianBahan

Triethanolamine jernih tak berwarna ; cairan kental berwarna kuning


pucat , memiliki bau amonia sedikit(6).

Data Kelarutan

Larut dalam aseton , larut dalam 24 bagian benzene , larut dalam 63


bagian etil eter , larut dalam karbon tetra klorida, larut dalam air dan
methanol(6).

pH

pH = 10.5 (larutan 0.1 N)(6)

Stabilitas terhadap Suhu

Stabil pada suhu ruang(6).

Stabilitas terhadap Cahaya


Stabilitas terhadap Air

Warna berubah menjadi kecoklatan ketika terpapar cahaya dan


udara(6).
Sangat higroskopik (6)

Kerapatan / BJ

1,075 gram / cm 3 (6)

Titik leleh/lebur

2021 o C (6)

ADI

0,5 % (6)

Inkompatibilitas

TEA akan bereaksi dengan asam mineral membentuk Kristal garam


dan ester. Dengan asam lemak yang tinggi, TEA membentuk garam
yang larut dalam air dan memiliki karakteristik sabun. TEA juga
akan bereaksi dengan tembaga untuk membentuk kompleks garam.
Perubahan warna dan curah hujan dapat terjadi dengan adanya
logam berat. TEA dapat bereaksi dengan reagen seperti klorida
tionil untuk menggantikan gugus hidroksi dengan halogen. Reaksi
produk ini sangant beracun, menyerupai mustard
nitrogen
(6)
lainnya .

Penyimpanan

Triethanolamine harus disimpan dalam wadah kedap udara


terlindung dari cahaya, di tempat yang sejuk dan kering(6).

V.

Jumlah bahan dan penimbangan


a. Formula 1.
Nama
Sulfacetamide natrium
Parafin Cair
Adaps lanae

% Teoritis
10 %
0.1-95 %
-

Dalam 150 gram


15 gram
22.5 gram
30 gram

% Terpakai
10%
15 %
20 %

TEA
White petrolatum

24%
Sampai 100%

q.s
82.5 gram

q.s
Ad 100%

VI.

Alat dan Bahan


A. Alat
1. Batang Pengaduk
2. Cawan Porselein
3. Gelas beaker
4. Gelas Ukur
5. Homogenizer
6. Mixer
7. Pemanas / Heater
8. Pipet tetes
9. Spatula
10. Timbangan analitik
11. Viskometer

B. Bahan
1. Sulfacetamide natrium
2. Adeps Lanae
3. Parafin Cair
4. TEA
5. White Petrolatum

VII.

Cara Kerja

Dipanaskan dan dilelehkanadeps lanae, parafin cair, dan white petrolatum.

Di campur ketiga bahan tersebut dan ditambahkan sulfacetamid natrium sampai


membentuk fase minyak dengan menggunakan homogenizer.

.
Didinginkan sambil diaduk dengan menggunakan mixer.

Ditambahkan TEA secukupnya, kemudian diaduk hingga homogen.

VIII. Uji evaluasi


a. Uji Pemerian Produk
Diamati secara langsung warna, bau dan bentuk gel.

Dicatat hasilnya.

Dibuat dokumentasi.

b. Uji Penyebaran
Ditimbang kaca polos (kaca penutup) di catat beratnya.

Diambil Salep Sampel 0.5 gram dan diletakkan diatas dua lempengan kaca

Di tutup dengan kaca polos, didiamkan selama 1 menit tanpa beban diatas
kaca.

Diamati dan dihitung luaspenyebaran yang terjadi.

Ditambah beban 50 gram, 100 gram, 200 gram, 300 gram, 500 gram di atas
kaca, didiamkan selama 1 menit.

Diamati dan dihitung luaspenyebaran yang terjadi setelah penambahan


beban.Penyebaran permukaan yang dihasilkan merupakan karakteristik
daya sebarnya.

c. Uji Viskositas
Salep dimasukkan ke dalam wadah yang berada pada viskometer atau
ditempatkan di gelas beaker.

Viskometer dinyalakan.

Diatur spindel dan kecepatan putarannya (rpm) dan didiamkan


beberapa saat untuk proses.

Dicatat hasilnya.

d. Uji Homogenitas
Sampel salep dimasukkan dalam wadah yang tertutup (kedap
udara).

Salepdi ambil dan ditempatkan pada suhu yang berbeda beda


secara kontinu dan waktu yang sudah ditentukan (misalnya 20 jam
pada 37o C dan 4 jam padasuhu 10o C).

Diamati sampel salep tersebut, selama tidak terjadi penurunan


kualitas seperti kerusakan konsistensi danhomogenitas.

IX.

Spesifikasi Produk
A. Nama Produk

: Basis Salap

B. Bentuk Sediaan

: Salap

C. Kemasan

: Pot

X. Organoleptis

XI.

1.

Wujud

: Semisolid (Salap/ointment)

2.

Warna

: Kuning

3.

Aroma

: Bau khas basis

Data
A.

Uji Viskositas

Replikasi
1
2
3
Rata Rata

No. Spindel
1
1
1
-

Viskositas
18
19
20
19

SD =

(x1-x)2 +(x2-x)2 +(x3-x)2


n-1

(18-19)2 +(19-19)2 +(20-19)2


SD=
3-1

1+0+1
2

2
2

= 1

=1

CV =

SD
100%
x

CV =

1
100%
19

= 0,053 %

B. Uji pH
Replikasi
1
2
3
Rata Rata

(x1-x)2 +(x2-x)2 +(x3-x)2


n-1

SD =

SD=

pH
6
7
7
6,67

(6-6,67)2 +(7-6,67)2 +(7-6,67)2


3-1

0,45+0,11+0,11
2

0,67
2

= 0,335
= 0,58

CV =

SD
100%
x

CV =

0,58
100%
6,67

= 8,69%

C. Uji Daya Sebar


1.

Formula 1 Replikasi 1

Beban

d1

d2

d3

d4

daya
sebar1

daya
sebar2

daya
sebar3

daya
sebar4

Tanpa beban
50 g
100 g
200 g
300 g
500 g

4.10
4.10
4.20
4.40
4.50
4.70

4.00
4.10
4.20
4.30
4.40
4.60

4.00
4.00
4.10
4.20
4.30
4.50

4.20
4.30
4.40
4.60
4.80
4.90

13.20
13.20
13.85
15.20
15.90
17.34

12.56
13.20
13.85
14.51
15.20
16.61

12.56
12.56
13.20
13.85
14.51
15.90

13.85
14.51
15.20
16.61
18.09
18.85

rata-rata
daya
sebar
13.04
13.37
14.02
15.04
15.92
17.17

* Bobot Kaca = 161 g


2.

Formula 1 Replikasi 2

Beban

d1

d2

d3

d4

daya
sebar1

daya
sebar2

daya
sebar3

daya
sebar4

Tanpa beban
50 g
100 g
200 g
300 g
500 g

4.10
4.20
4.30
4.40
4.50
4.60

4.00
4.10
4.20
4.30
4.40
4.50

3.90
4.00
4.10
4.20
4.30
4.40

4.00
4.20
4.30
4.50
4.60
4.70

13.20
13.85
14.51
15.20
15.90
16.61

12.56
13.20
13.85
14.51
15.20
15.90

11.94
12.56
13.20
13.85
14.51
15.20

12.56
13.85
14.51
15.90
16.61
17.34

daya
sebar1

daya
sebar2

daya
sebar3

daya
sebar4

13.85
14.51
15.20
15.90
17.34
18.09

12.56
13.20
13.85
14.51
15.20
16.61

12.56
13.20
13.85
14.51
15.90
17.34

13.20
14.51
15.20
15.90
16.61
17.34

rata-rata
daya
sebar
12.56
13.36
14.02
14.86
15.55
16.26

* Bobot Kaca = 161 g


3.

Formula 1 Replikasi 3

Beban

d1

d2

d3

d4

Tanpa beban
50 g
100 g
200 g
300 g
500 g

4.20
4.30
4.40
4.50
4.70
4.80

4.00
4.10
4.20
4.30
4.40
4.60

4.00
4.10
4.20
4.30
4.50
4.70

4.10
4.30
4.40
4.50
4.60
4.70

* Bobot Kaca = 161 g

rata-rata
daya
sebar
13.04
13.86
14.52
15.21
16.26
17.34

XII.

Pemeriksaan Penandaan

1. Nama Produk

: Sufamida

2. Volume

: 150 mg

3. Komposisi

: Sulfacetamide natrium, Adeps Lanae, Parafin Cair, TEA,

White Petrolatum
4. Cara Penyimpanan

: Terhindar dari cahaya matahari langsung, simpan di

tempat yang terjaga kelembapannya.


5. No. Registrasi

: DBL 131235566 22A1

6. No. Batch

: 998799

7. Tanggal Kadaluarsa

: 04-09-2016

8. Nama Pabrik

: A4

9. Alamat Pabrik

: Jalan Kaliurang Km 15 Jogjakarta

XIII. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan Sulfasetamid berbasis salep. Praktikum ini
bertujuan agar dapat membuat kajian literatur sediaan sulfasetamid berbasis salap dan mampu
melakukan percobaan pembuatan sulfasetamid basis salap beserta evaluasinya. Salep (unguenta,
unguentum, ointment) adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan
sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi secara homogen dalam dasar salep yang
cocok(7). Sulfacetamide adalah antibiotik sulfonamide. Sulfonamida adalah antibiotik
bakteriostatik sintetik dengan spektrum yang luas terhadap sebagian besar gram positif dan
banyak organisme gram negatif. Sulfasetamid ini berfungsi untuk pengobatan vaginitis bakteri,
keratitis, konjungtivitis akut, dan blepharitis(8).

Persyaratan salep adalah pemeriannya tidak boleh berbau tengik . Kadar kecuali
dinyatakan lain dan untuk salep yang mengandung obat keras atau narkotik, kadar bahan obat
adalah 10%. Dasar salep, kualitas dasar salep yang baik, yaitu stabil, tidak terpengaruh oleh suhu
dan kelembapan, dan harus bebas dari inkompatibilitas selama pemakaian; lunak, harus halus,
dan homogeny; mudah dipakai; dasar salep yang cocok; serta dapat terditribusi secara merata.
Homogenitas nya jika salep dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang
cocok, harus menunjukkan susunan yang homogen. Kemudian penandaan pada etiket harus
tertera obat luar(7).
Formula acuan yang digunakan merupakan basis absorpsi, dimana zat aktif larut sedikit
terabsorpsi ke dalam basis. Formulasi yang digunakan dalam pembuatan ointment ini yaitu yang
pertama Adeps lanae, White petrolatum, paraffin cair, TEA, dan zat aktif itu sendiri yaitu
Sulfasetamid Natrium. Sulfasetamid dibuat dalam bentuk salep karena zat aktif ini larut dalam
1,3 bagian air yang berarti sisanya masih dapat larut dalam minyak karena sediaan salep yang
dibuat berbasis minyak. Adeps lanae dan white petrolatum berfungsi sebagai basis dari minyak,
paraffin cair sebagai pelarut dalam sediaan. Triethanolamin berperan sebagai senyawa pengental
dan pembasa atau agen alkali.
Perlakuan masing-masing bahan dilarutkan terlebih dahulu karena bahan-bahan berwujud
semipadat kecuali paraffin cair berwujud liquid. Pertama basis diletakkan diatas penangas, ini
bertujuan untuk memepercepat perubahan wujud dari semipadat ke cair. Setelah cair, keduanya
dicampurkan sambil diaduk diatas mortar yang telah dipanaskan untuk mencegah penurunan
suhu secara tiba-tiba. Dimasukkan sulfasetamid dan paraffin cair, dihomogenkan dengan
pengadukan dan dilanjutkan dengan homogenizer yang bertujuan supaya sediaan lebih homogen.
Hasil bentuk dari sediaan setelah dihomogenkan tidak terlarut secara sempurna, masih
terdapat partikel-partikel yang tidak larut. Hal ini disebabkan karena zat aktif yang dimasukkan
dalam sediaan berbentuk garam natrium sehingga ia hanya akan larut sempurna dalam air, tetapi
karena ia larut dalam 1,3 bagian air sulfasetamid natrium masih dapat larut sebagian dalam fase
minyak. Pada prosedur kerja yang telah dilakukan, sulfasetamid tidak dilarutkan lebih dahulu
pada paraffin cair, sehingga menyebabkan kurang larutnya zat aktif pada sediaan yang dibuat.
Penambahan TEA tidak diperlukan untuk sediaan apabila hanya bertujuan untuk menurunkan pH
sediaan. Sebagai pengental pun tidak terlalu diperlukan karena basis dari ointment yang dibuat

sudah cukup bagus. Pada formulasi sediaan yang dibuat tidak diberikan pengawet karena
sulfasetamid atau zat aktifnya sudah merupakan zat antibakteri atau antibiotic dan pada sediaan
tidak menggunakan air yang dapat dijadikan sebagai tempat tumbuhnya mikroba atau bakteri.
Dilakukan tiga evaluasi uji, yaitu evaluasi pH, evaluasi viskositas, dan evaluasi daya
sebar. Evaluasi uji pH menggunakan kertas universal. Hasil SD pada uji pH adalah 0,58. Hasil
tersebut baik karena SD yang baik adalah mendekati 0(9).Kemudian CV yang diperoleh adalah
8,69%. Hasil CV percobaan tersebut kurang baik , karena CV yang baik adalah kurang dari
2%(9).
Evaluasi yang dilakukan lainnya adalah evaluasi viskositas. Uji ini dilakukan dengan
menggunakan viskosimeter rion. Hasil SD pada uji viskositas adalah 1. Berarti hasil tersebut
cukup baik karena SD yang baik adalah mendekati 0(9).Kemudian CV yang diperoleh adalah
0,053%. Hasil CV percobaan tersebut baik, karena CV yang bagus adalah kurang dari 2%(9).
Evaluasi selanjutnya adalah uji daya sebar. Uji daya sebar dilakukan dengan mengambil
sedikit sediaan ointment, kemudian ditutup dengan kaca, kemudian dihitung daya sebarnya.
Setelah itu diberi beban 50 g, 100 g, 200 g, 300 g, dan 500 g. Hasil paling kecil rata-rata daya
sebar adalah 12.56 dan hasil paling besar rata-rata daya sebar adalah 17.34.
XIV. Kesimpulan
Hasil dari percobaan pembuatan Sulfasetamid berbasis absorpsi ini bentuk sediaannya
baik, namun masih terdapat zat aktif yang belum terdispersi kedalam basis secara merata. Bila
dilihat dari uji pH, hasil sediaan ini baik karena berada di rentang ph 6 7 sesuai dengan pH
yang diharapkan yaitu antara 4,5 6,5.
XV.

Daftar pustaka

1. Agoes, G., 2008, Pengembangan Sediaan Farmasi, Penerbit ITB, Bandung,171.


2. Lachman, L., Lieberman, H.A., Kanig, J.L., 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri,
UI-Press, Jakarta, 1091,1095.
3. Voight, R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta, 311-313.
4. Niazi,S.K., 2009,Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations Second
Edition Vol 4,Informa Healthcare, USA, 238.

5. Sheng, JJ., 2009, Mineral Oil In Rowe, R.C., Sheskey, P.J., Quinn, M.E., Handbook
Pharmaceutical of excipients sixth edition, Phamarceutical Press, America, 445-446.
6. Rowe, R.C., Sheskey, P.J., Quinn, M.E., 2009, Handbook Pharmaceutical of excipients
sixth edition, Phamarceutical Press, Amerika,110, 111, 112, 442, 443, 474,475, 506, 507,
508, 517, 520, 754, 755, 766, 768
7. Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, edisi III, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta, 33 , 577.
8. http://www.drugbank.ca/drugs/DB03754 (diakses tanggal 10 April 2013)
9. Gandjar, I.G., 2012, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 466.

Anda mungkin juga menyukai