Anda di halaman 1dari 30

1.

BASIS AKUAKULTUR
Pengertian dan Ruang Lingkup Akuakultur
DEFINISI
Akuakultur merupakan nama untuk semua jenis daerah air atau lahan basah, dimana hewan dan
tanaman air dibudidayakan. Masyarakat sangat tergantung pada laut dan sumberdayanya. Kehidupan dan
mata pencaharian sebagai nelayan merupakan bagian dari tradisi dan budaya masyarakat kita. Ikan
merupakan bagian penting dari makanan dan merupakan sumber pendapatan yang menguntungkan.
TERMINOLOGI SPESIFIK

Tipe sistem budidaya :kolam, saluran air, KJA (cage aquaculture), Pagar, Rakit, Pen
culture(Budidaya pagar).

Tipe organisme budidaya ikan,kerang,udang,rumput laut. Contoh :budidaya kerang dengan sistem
rakit(raft culture).

Lingkungan/ekosistem budidaya :air tawar, payau dan laut

Sifat spesifik lingkungan budidaya :perairan umum,muara pantai

Jumlah jenis organism :monokultur dan polikultur.

Polikultur adalah suatu sistem budi daya untuk menghasilkan lebih dari satu produk dalam satu
lahan. Udang windu, bandeng dan rumput laut adalah primadona bagi petani tambak.
a) Udang Windu
Hidup di jenis tanah liat, pada salinitas 10-30 ppt, suhu air 26-30 derajat celcius, pH 7,5 -8,5,
kedalaman 0,75 - 1M, kecerahan 25-30 cm, oksigen terlarut 4 - 8 mg/ L Bersifat noktural mencari makan
di malam hari dan memakan kelekap, plankton, lumut-lumutan, diatom, benthos, cacing dan detrius.
b) Bandeng
Hidup di jenis tanah liat berpasir, salinitas 15-25 ppt, suhu air 26 - 32 derajat celcius, pH 7,5 - 9,
kedalaman 0,4 - 1M, kecerahan 30-50 cm, oksigen terlarut > 5,0 mg / L Bersifat diurnal mencari makan
di siang hari memakan kelekap, gangang, bakteri, ptotozoa, cacing dan udang renik.
c) Rumput Laut
Hidup di jenis tanah pasir berlumpur, salinitas 13 - 30 ppt, suhu air 20-28 derajat celcois, pH 6-9,
kedalaman 0,5 - 1M Di siang hari pensuplai oksigen sebagai filter bagi tambak tempat tumbuhnya
plankton dan benthos juga tempat persembunyian udang windu dan bandeng
Hubungan antara udang windu, bandeng dan rumput laut adalah simbiosis mutualisme
( hubungan yang saling menguntungkan satu sama lainnya ) Bagian thalus atau batang semua rumput laut
yang mati dan mengakibatkan timbulnya kelekap, kelekap yang membusuk akan menganggu
pertumbuhan rumput laut sementara udang windu dan bandeng menyukai sekali kelekap sebagai makanan
pokoknya.

TUJUAN AKUAKULTUR
-Produksi pangan berprotein tinggi
-Pengembangan stok alami(dengan penebaran :rekruitmen artificial dan transplantasi)
-Produksi ikan untuk amenities(sport dan hias)
-Produksi ikan untuk umpan dan riset
-Recycling bahan organik
-Produksi komoditas industri (berupa pakan,obat, dan sebagainya).Contoh:rumput laut sebagai
salah satu bahan baku industri kosmetik.

PENGENDALIAN PRINSIP AKUAKULTUR


Meliputi pengendalian:

Growth (pertumbuhan)

Mortality (kematian)

Reproduksi.

Akuakultur adalah kegiatan untuk memproduksi biota (organisme ) akuatik dilingkungan terkontrol
dalam rangka mendapat keuntungan (profit). Dalam usaha akuakultur mencakup :
I.

Pembenihan ikan

II.

Pembesaran

III.

Efesiensi pakan
Konversi pakan

Nutrisi pakan

IV.

Pemilihan induk
Pemijahan induk
Penetasan telur
Pemeliharaan larva
Pendederan

Formula pakan
Nilai gizi

Kualitas air

V.

Sistem pengadaan sarana dan prasarana produksi akuakultur

a. Prasarana produksi

Pemilihan lokasi

Pengadaan bahan dan

Pembangunan fasilitas produksi

b. Sarana produksi

Pengadaan induk

Benih

Pakan

Pupuk

Obat-obatan

Pestisida

Peralatan akuakultur dan

Tenaga kerja

c. Subsistem proses produksi

Persiapan akuakultur
Penebaran (stocking)
Pemberian pakan
Pengelolaan lingkungan
Kesehatan ikan
Pemantauan ikan
Pemanenan

d. Subsistem penanganan pasca panen dan pemasaran

Meningkatkan mutu produk


Distribusi produk dan
Pelayanan (servis) terhadap konsumen

e. Subsistem pendukung

Aspek hukum (UU dan kebijakan )


Aspek keuangan (pembiayaan/kredit,pembayaran)
Aspek kelembagaan (organisasi perusahaan, asosiasi, koperasi, perebankan, lembaga
birokrasi, lembaga riset, dan pengembngan

Ruang lingkup akuakultur sebagai suatu sistem usaha (bisnis)


1. Pengadaan sarana dan prasarana
2. Penanganan pasca panen dan pemasaran
3. Produksi
2. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN AKUAKULTUR
WADUK merupakan danau buatan (man made lake), dibangun dengan membendung aliran
sungai. Waduk Saguling, Cirata, dan Juanda merupakan hasil proses membendung Sungai Citarum,
sedangkan Waduk Darma di Kuningan berada pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Cisanggarung. Keempat
waduk tersebut cukup dikenal di Jawa Barat bahkan di tanah air. Berbagai fungsi yang diemban di
antaranya sebagai pembangkit tenaga listrik, sumber bahan air baku, irigasi, pengendali banjir, tempat
rekreasi, dan ajang bisnis perikanan. Jika tidak ada halangan, berarti pada tahun 2012 Jawa Barat akan
memperoleh tambahan sebuah waduk baru yakni Waduk Jatigede yang akan membendung Sungai
Cimanuk dengan merendam sebagian tanah daratan di wilayah Kabupaten Sumedang.
Pembangunan Waduk Jatigede sudah sejak lama direncanakan, namun badan air yang
diperkirakan memerlukan lahan seluas 4.844 hektare dengan luas genangan 3.953 hektare, rasanya sudah
dalam taraf finalisasi untuk terealisasi. Sebagai badan air yang memiliki multiguna, fungsi utamanya
mengendalikan banjir dan menghindari kekeringan pada musim kemarau bagi daerah pantura (Cirebon
dan Indramayu), di samping itu tentunya akan memberi manfaat lain sebagai pembangkit tenaga listrik
dan kegiatan perikanan.
Mencermati perjalanan panjang ketiga waduk di kaskade Citarum (Saguling, Cirata dan Juanda),
dipandang perlu mengambil pelajaran berharga agar kejadian yang menimpa ketiga seniornya itu tidak
sampai terulang dan terjadi di Waduk Jatigede. Persoalan yang menimpa di ketiga badan air tersebut
adalah ekosistemnya sudah mengalami ancaman besar karena masalah eutrofikasi dan degradasi yang
terus berlanjut, tidak mudah ditanggulangi malahan berbagai kalangan sudah menyebut telah mengalami
fase hipertrofik.
Pada dasarnya perairan waduk selalu mengalami perubahan, baik harian, bulanan, musiman, maupun
jangka panjang yaitu terjadi perubahan dari fase oligotrofik (waduk baru) menuju fase eutrofik (waduk
relatif lama). Perubahan terjadi karena adanya faktor dari dalam maupun dari luar. Faktor dari dalam
(autochthonous) dapat berupa sedimen di dasar perairan yang melepaskan unsur tertentu ke dalam air.
Pelepasan unsur itu ditentukan antara lain oleh reaksi air yang berdekatan dengan sedimen dan kandungan
oksigen terlarut. Sementara faktor dari luar (allochtonous) yakni berupa masukan senyawa air limbah
yang dibawa oleh aliran sungai, termasuk padatan tersuspensi dari proses erosi tanah daerah aliran sungai
selain juga adanya pemanfaatan waduk untuk budi daya ikan berupa keramba jaring apung (KJA).
4

Dengan demikian, masukan zat hara secara kontinu ke perairan waduk akan senantiasa menimbulkan dan
mempercepat pencemaran air.
3. PENGEMBANGAN AKUAKULTUR INDONESIA
Perikanan budidaya (akuakultur) merupakan subsektor pangan yang pertumbuhannya paling
cepat di dunia. Pada 1984 produksi akuakultur dunia hanya 10 juta ton dengan nilai 12 miliar dollar AS
untuk kemudian meningkat menjadi 20 juta ton dengan nilai sekitar 33 miliar dollar AS pada 1992.
Selanjutnya 10 tahun kemudian (2002) produksi akuakultur dunia telah mencapai 51,4 juta ton dengan
nilai sekitar 60 miliar dollar AS.
Kajian Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP), dari sejumlah potensi ekonomi sumber daya
kelautan dan perikanan sebesar 82 miliar dollar AS per tahun, perikanan budidaya bisa menghasilkan 61,9
miliar dollar AS (sekitar 75,5 persen). Bandingkan dengan perikanan tangkap, termasuk di perairan
umum, yang hanya memberi peluang sekitar 16,2 miliar dollar AS. Dengan kata lain perikanan budidaya
di Indonesia sebenarnya mampu melebihi nilai produksi akuakultur dunia pada 2002 (60 miliar dollar
AS). Ketinggalan
Akuakultur adalah kegiatan bisnis budidaya organisme akuatik yang sebarannya hampir ada di
setiap negara di dunia. Kegiatannya dilakukan di laut, perairan payau, perairan tawar, termasuk perairan
umum berupa danau, waduk, dan sungai. Produksi akuakultur dunia pada 1998 mencapai 30,8 juta ton
dan Indonesia menduduki ranking ke lima di bawah China, India, Jepang, dan Filipina. Pada 2003
Indonesia menduduki ranking ketiga setelah China dan India.
Ragam komoditasnya berupa ikan air tawar (44,01 persen), siput-siputan/kerang (23,19), tanaman
air (21,37), ikan diadromus (4,84), udang-udangan (3,97), ikan laut (1,98), serta golongan hewan air
lainnya (0,28). Berdasarkan data FAO 2004, Asia menyumbang hasil terbanyak 94,37 persen (China
memberi kontribusi sebesar 71,2 persen dari total produksi dunia), disusul Amerika Selatan (1,77), Eropa
(1,53), Amerika Serikat (1,42), Amerika Utara (0,47), negara-negara bekas kesatuan Uni Soviet (0,23),
dan Afrika (0,21).
Mencermati status dan potensi akuakultur negara kita, walau secara keseluruhan produksi
perikanan nasional masih didominasi perikanan tangkap, kontribusi akuakultur memiliki pertumbuhan
produksi jauh lebih tinggi dibandingkan dengan perikanan tangkap. Data DKP 2003 menunjukkan bahwa
kontribusi akuakultur terhadap produksi nasional meningkat dari 18,05 persen pada 1999 menjadi 20,56
persen pada 2002. Sebaliknya sumbangan perikanan tangkap menurun dari 81,95 persen pada 1999
menjadi sekitar 79,44 persen pada 2002. Ini memberi kesan bahwa akuakultur ke depan akan memegang
peran yang semakin penting, tetapi sudah barang tentu harus disertai dengan beberapa catatan perbaikan
kelemahan yang selama ini ditemukan.
Permintaan dalam negeri dan dunia terhadap produk perikanan terus meningkat seiring dengan
pertambahan jumlah penduduk dan meningkatnya kesadaran manusia akan manfaat ikan yang
menyehatkan dan mencerdaskan. Kemampuan produksi produk perikanan dari kegiatan perikanan
tangkap pada tataran global maksimum sebesar 90 juta ton per tahun (FAO, 2004), dan nasional 6,4 juta
ton per tahun. Kini kuantitas tangkapannya cenderung mengalami penurunan.
Adapun potensi produksi perikanan budidaya yang dimiliki Indonesia sekitar 57,7 juta ton per
tahun (terbesar di dunia). Sementara pada 2005 total produksi perikanan budidaya nasional baru mencapai
1,5 juta ton (2,6 persen). Dengan demikian, apabila akuakultur lebih digali dan diberdayakan melalui
perubahan dan pembenahan, bukan mustahil ke depan akan menjadi andalan perekonomian serta

meningkatkan efek domino yang sangat besar lagi. Dalam arti memberikan peluang bagi pertumbuhan
ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan mereduksi kemiskinan.
Komoditas yang berperan menjadi unggulan, di antaranya pertama, komoditas untuk kebutuhan
dalam negeri, yaitu bandeng, nila, patin, baung, lele, mas, gurami, nilem, udang galah, udang vaname,
udang windu, dan ikan hias. Kedua, komoditas untuk ekspor, seperti udang vaname, udang windu, udang
galah, lobster air tawar, kepiting, rajungan, kerapu, baronang, kakap, nila, patin, teripang, abalone, ikan
hias, mutiara, dan rumput laut. Ketiga, komoditas untuk bioenergi, di antaranya micro algae (fitoplankton)
dan macro algae (rumput laut). Keempat, komoditas untuk industri farmasi, kosmetik, dan industri lainya,
seperti rumput laut dan beberapa jenis invertebrata (bryozoa, echinoderm, sea urchins, sea cucumbers).
Mengingat lebih dari 90 persen produksi akuakultur dunia berasal dari Asia, sangatlah wajar
seandainya negara-negara di Asia adalah yang paling berpotensi menggaet devisa dari bisnis akuakultur.
Indonesia berpeluang dan mampu menjadi pemimpin dunia dalam akuakultur sekaligus menjadi andalan
perekonomian. Apalagi, perhatian pemerintah pada sektor ini terasa semakin nyata. Satu di antaranya,
perikanan telah ditangani langsung oleh seorang menteri. MUHAMAD HUSEN Ketua Komisi Sosial dan
Kemitraan Masyarakat Perikanan Nusantara.
4. SELEKSI LOKASI AKUAKULTUR DAN JENIS IKAN UNTUK AKUAKULTUR
Ada 13 sistem akuakultur yang sudah diusahakan untuk memproduksi ikan adalah :
1. kolam air tenang
2. kolam air deras
3. tambak
4. jaring apung
5. jaring tancap
6. keramba
7. kombongan
8. penculture
9. enclosure
10. long line
11. rakit
12. bak-tangki akuarium
13. ranching (melalui restocking)

Sebagai contoh, sistem tambak dipilih untuk kawasan yang memiliki sumberdaya air payau seperti
dekat muara sungai, pantai, rawa payau, atau paluh. Contoh lainnya adalah kolam air deras dipilih untuk
kawasan yang memilki sumberdaya air berupa sungai jeram (sungai didaerah perbukitan atau
penggunungan).
Sitem akuakultur ini juga bisa dikelompokan menjadi 2 yaitu :
1. Sistem akuakultur berbasiskan daratan ( land- based aquakultur ), terdiri dari kolam air tenang,
kolam air deras, tambak, bak, akuarium, dan tangki.
2. sistem akuakultur berbasiskan air ( water- based aquakultur ). Terdiri dari jaring apung, jaring
tancap, keramba, kombongan, long line, rakit, pen culture, dan enclosure.
Sistem budidaya beserta komponen dan lokasi yang sesuai dengan sumberdaya airnya
Sistem
Kolam air tenang

Komponen
- Pematang

Sumber Daya Air


- Sungai

- Dasar kolam

- Saluran Irigasi

- Pintu air masuk ( inlet )

- Mata Air

- Pintu air keluar ( outlet)

- Hujan

- Saluran pemasukan air

- Sumur

- Saluran pembuangan air

- Waduk
- Danau

Kolam air deras

- Dinding/pematang

- Situ
-Sungai
daratan
tinggi
(pgunungan dan perbukitan)

- Dasar kolam
- Saluran irigasi di dataran tinggi
- Pintu air masuk
- Pintu air keluar
- Saluran pembuangan

Tambak

- Saluran pembuangan
- Pematang

- Muara Sungai

- Dasar tambak

- Pantai

- Pintu air masuk ( inlet )

- Rawa Payau

- Pintu air keluar ( outlet)

- Paluh

- Saluran pemasukan air

Jaring apung

Jaring tancap

- Saluran pembuangan air


- Rangka

- Danau

- Jaring

- Waduk

- Pelampung

- Teluk

- Jangkar + tambang

- Selat

- Jalan inspeksi

- Laguna

- Rumah jaga
- Tonggak

- Danau

- Jaring

- Waduk

- Rumah jaga

- Sungai

- Jalan inspeksi

- Muara Sungai
- Teluk

Keramba

Kombongan

- Dinding

- Selat
- Sungai

- Dasar

- Danau

- Atap

- Waduk

- Pintu
- Dinding

- Saluran irigasi
- Sungai

- Dasar

- Saluran irigasi

- Atap

Sawah

- Pintu
- Dinding/pematang

- Dasar sawah
- Pintu air masuk

- Pintu air keluar


- Saluran pembuangan
- Dinding

Kandang (pen culture)

- Laut Dangkal Terlindung


- Teluk

Sekat (enclosure)

Longline

Rakit

Bak/akuarium/tangki

- Teluk

- Selat
- Laut Dangkal Telindung

- Sekat (Barrier)

- Teluk

- Pintu
- Tambang

- Selat
- Laut Dangkal Terlindung

- Pelampung

- Teluk

- Jangkar/pemberat
- Bambu

- Selat
- Laut Dangkal Terlindung

- Pelampung

- Teluk

- Jangkar/pemberat
- Dinding

- Selat
- Sumur

- Dasar

- Mata air

- Atap
- Lubang masuk/keluar
- Akuarium

Resirkulasi

- Sumur

- Tandon/pengendapan
- Wadah filter
- Pompa
- Saluran/selang air
Ranching

Berikut ini adalah uraian sistem budidaya.


1. Kolam air tenang
Kolam air tenang adalah wadah pemeliharaan ikan yang didalamnya terdapat air besifat
mengenang (stagnant). Kolam air tenang menggunakan perairan tawar sebagai sumber airnya, yaitu

sungai, saluran irigasi, mata air, hujan, sumur, waduk, danau, dan situ. Didalam kolam air tenang terjadi
proses ekologi seperti proses produksi biomassa nabati melalui aktifitas fotosintetis oleh fitoplanton atau
tumbuhan air (makrofit), proses konsumsi oloeh organisme hewani (antara lain ikan), dan proses
dekomposisi bahan organik di dasar kolam menjadi hara oleh bakteri pengurai.
Komponen kolam air tenang meliputi pematang kolam, dasar kolam, pintu air masuk, (inlet),
pintu air keluar (outlet), salurn pemasukan air, dan saluran pembuangan air. Pematang kolam dan dasar
kolam berfungsi, menahan massa air selama mungkin didalam kolam sehingga ikan pemeliharaan dapat
hidup, tumbuh, dan berkembangbiak,. Pematang dan dasar kolam terbuat dari beton atau dari tanah asal
tempat kolam tersebut dibangun. Pembuatan kolam dilakukan dengan menggali permukaan tanah dan
tanah bekas galian tersebut digunakan untuk membangun pematang. Pematang dibuat miring dan
kemiringannya tegantung pada jenis tanah. Pada tanah yang memiliki tekstur halus, seperti tanah liat,
dibuat pematng dengan kemiringan yng lebih curam. Sebaliknya untuk tanah dengan tekstur kasar seperti
tanah berpasir pematng dibuat lebih landai.
Pintu air kolam berfungsi untuk memasukan air atau mengeluarkan air dari kolam. Air yang
dimaksud adalah air segar dan kaya oksigen. Sedangkan air yang dikeluarkan adalah air kotor didasar
kolam yang banyak mengandung amonia, CO2, dan limbah metabolisme (metabolit) lainya. Inlet kolam
bisa terbuat dari pralon atau berbentuk saluran, sedangkan oulet kolam bisa terbuat dari pralon atau beton.
Oulet kolam yang terbuat dari pralon disebut tempurung lutut atau pipa goyang. Pipa tersebut bisa
digoyang miring-tegak sehingga menentukan tinggi air didalm kolam. Oulet yang terbuat dari beton salah
satunya disebut monik. Saluran pemasukan air berfungsi untuk mengalirkan air dari sumber air
keperkolaman, sedangkan saluran pembuangan berfungsi menyalurkan air dari perkolaman ke luar.
Saluran pemasukan dan pembuangan dikelompokan menjadi saluran utama (primer), saluran
sukunder, dan saluran tersier. Saluran pemasukan primer berfungsi menyalurkan air dari sumber air
(sungai, danau, dan sebagainya) ke saluran pemasukan sekunder. Saluran pemasukan sekunder berfungsi
menyalurkan air ke saluran pemasukan tersier dan saluran pemasukan tersier menyalurkan air ke kolamkolam.Biasanya oleh jenis-jenis ikan demersal, seperti kakap.Lele juga bisa bisa dibudidaya di KAT.
2. Kolam air deras
Kolam air deras (raseway) adalah kolam yang didesain untuk memungkinkan terjadinya aliran air
(flowthrough) dalam pemeliharaan ikan dengan padat penebaran yang tinggi. Debit air dikolam air deras
dapat ditentukan dengan patokan setiap 10 menit seluruh air kolam sudah berganti semua. Bila ukuran
kolam air deras (volume air) adalah 30 m maka dengan patokan tersebut debit air yang dibutuhkan
kolam tersebut adalah 30 m / 10 menit atau 501 / detik. Bila dibandingkan dengan kolam air tenang yang
berdebit air hanya 0,5-51/ detik maka debit kolam air deras bisa 10-100 kali kolam air tenang.
Komponen kolam air deras sama dengan kolam air tenang, yakni meliputi pematang/dinding
kolam, dasar kolam, pintu air masuk, pintu air keluar, saluran pembuangan, dan saluran pemasukan.
Fungsi setiap komponen tersebut sama dengan kolam air tenang. Demikian pula dengan sistem distribusi
dan drainase airnya. Desain kolam air deras umumnya memanjang seperti saluran, dengan panjang 5-10
m, lebar 2-4 m dan kedalaman 1-2 m. Dinding dan dasar kolam air deras biasanya terbuat dari beton,
kolam air deras juga bisa terbuat dari tanah, tetapi dinding /pematang dan dasr kolam harus dilapisi
plastik untuk mencegah tegerusnya dinding kolam oleh aliran air.contoh:ikan mas dan ikan trout.
Sedangkan seleksi jenis ikan, berdasarkan food and feeding habits ikan budidaya tersebut di
golongkan menjadi 3:

10

1. Herbivora
2. Karnivora
3. Omnivora
5. NUTRISI DAN PAKAN IKAN
Karakteristik Pakan Alami dan Respon Ikan terhadap Pakan alami

Pemanfaatan panas dan cahaya matahari yang akan mengubah bahan organik dan larutan asam
karbonat ke bahan organik dalam bentuk jaringan vegetatif yang terdiri dari plankton dan
periphiton.

Nutrisi utama yang dibutuhkan adalah PO4 dan NO3

Tanaman menggunakan nitrogen dalam bentuk nitrat

Hubungan nitogenous yang dikeluarkan hewan dan komponen nitrogenous dikeluarkan selama
proses dekomposisi bakteriologis tanaman dan hewan

Bahan itu, ditransformasikan menjadi ammonia dan berubah lagi menjadi nitrit dan dengan
adanya bakteri aerob melelui nitrifikasi nitrit.

Fosfor adalah nutrient utama yang penting karena berperan pada fotosintesis dan metabolisme
intermedier yang akhirnya akan membentuk protein dan asam nukleat.

Unsur karbon yang menurun juga mengakibatkan penurunan produksi.

Contoh pemberian pakan alami:pada ikan hias agar warna terlihat lebih cerah.

Karakteristik Pakan Buatan dan Respon Ikan terhadap Pakan Buatan

Syarat pakan buatan adalah kering dan lengkap nutrisinya.

Bentuk dan jenis sumber pakan


1.Pellet(komposisi utama ikan)
2.Pasta untuk budidaya ikan di laut
3.Tepung ikan (mengandung pola asam amino tepat, komposisi:ikan,bungkil kedelai)
4.Polart (terbuat dari ampas gandum dan minyak cumi).

6. Prinsip Reproduksi dan Seleksi Genetis


REKAYASA GENETIK
11

Rekayasa genetika atau genetic engineering pada dasarnya adalah seperangkat teknik yang
dilakukan untuk memanipulasi komponen genetik, yakni DNA genom atau gen yang dapat dilakukan
dalam satu sel atau organisme, bahkan dari satu organisme ke organisme lain yang berbeda jenisnya.
Dalam upaya melakukan rekayasa genetika, para ilmuwan menggunakan teknologi DNA rekombinan.
Sementara organisme yang dimanipulasi dengan menggunakan teknik DNA rekombinan disebut
genetically modified organism (GMO) yang memiliki sifat unggul bila dibandingkan dengan organisme
asalnya. Seiring dengan kemajuan biologi molekuler sekarang ini memungkinkan ilmuwan untuk
mengambil DNA suatu spesies karena DNA mudah diekstraksi dari sel-sel. Kemudian disusunlah suatu
konstruksi molekuler yang dapat disimpan di dalam laboratorium. DNA yang telah mengalami
penyusunan molekuler dinamakan DNA rekombinan sedangkan gen yang diisolasi dengan metode
tersebut dinamakan gen yang diklon.
Semenjak ditemukannya struktur DNA oleh Watson dan Crick (1953), kemudian mulai
berkembanglah teknologi rekayasa genetika pada tahun 1970-an dengan tujuan untuk membantu
menciptakan produk dan organisme baru yang bermanfaat. Sejarah membuktikan bahwa teknik rekayasa
genetika terus-menerus mengalami perkembangan dan penyempurnaan dari metode-metode sebelumnya.
Awal mulanya digunakan teknik konservatif yang dipelopori oleh Gregor Mendel dalam proses
perkawinan silang (breeding) untuk mendapatkan bibit unggul yang bersifat hibrid. Proses ini memakan
waktu lama dan memiliki kekurangan, yakni muncul sifat yang tak dinginkan dari tanaman atau hewan
tetuanya. Sampai akhirnya lahirlah rekayasa genetika modern menggunakan teknologi DNA rekombinan.
Rekombinasi dilakukan secara in vitro (di luar sel organisme), sehingga dimungkinkan untuk
memodifikasi gen-gen spesifik dan memindahkannya di antara organisme yang berbeda seperti bakteri,
tumbuhan dan hewan ataupun dapat mencangkok (kloning) hanya satu jenis gen yang diinginkan dalam
waktu cepat.
Sejak dimulainya perkembangan rekayasa genetika, beberapa teknik terus diperbaiki dan
ditingkatkan dalam rangka menuju teknologi DNA rekombinan yang lebih maju. Teknik-teknik yang
telah dikembangkan tersebut antara lain:
(1) poliploidisasi,
(2) androgenesis dan ginogenesis
(4) cloning
(5) chimeras
(6) transgenik.
Beberapa tahapan yang perlu dilakukan dalam melakukan rekayasa genetika atau teknologi DNA
rekombinan sebagai berikut:
1. Isolasi DNA yang mengandung gen target atau gen of interest (GOI).
2. Isolasi plasmid DNA bakteri yang akan digunakan sebagai vektor.
3. Manipulasi sekuen DNA melalui penyelipan DNA ke dalam vektor. (a.) Pemotongan DNA
menggunakan enzim restriksi endonuklease. (b.) Penyambungan ke vektor menggunakan DNA ligase.

12

4. Transformasi ke sel mikroorganisme inang.


5. Pengklonan sel-sel (dan gen asing).
6. Identifikasi sel inang yang mengandung DNA rekombinan yang diinginkan
7. Penyimpanan gen hasil klon dalam perpustakaan DNA.
Rekayasa genetika telah merambah di berbagai bidang, tidak terkecuali bidang perikanan yang
menghasilkan ikan kualitas unggul, sebagai contoh antara lain:

Ikan zebra yang biasanya berwarna perak dengan garis-garis hitam keunguan, setelah disisipi
dengan gen warna ubur-ubur yang disuntikkan ke telur ikan-ikan zebra maka dapat memendarkan
warna hijau atau merah dari tubuhnya. Gen pemicu dari ubur-ubur akan mengaktifkan pancaran
cahaya pada ikan bila ikan berada dalam lingkungan yang mengandung bahan polutan tertentu.
Ikan karper transgenik dengan pertumbuhan mencapai tiga kali dari ukuran normalnya karena
memiliki gen dari hormon pertumbuhan ikan salmon (rainbow trout) yang ditransfer secara
langsung ke dalam telur ikan karper. Begitu pula penelitian lainnya memberikan hasil yang
serupa, yakni seperti pada ikan kakap (red sea bream) dan salmon Atlantik yang juga sama-sama
disisipi oleh gen growth hormone OPAFPcsGH.
Ikan goldfish yang disisipi dengan ocean pout antifreeze protein gene diharapkan dapat
meningkatkan toleransi terhadap cuaca dingin.
Ikan medaka transgenik yang mampu mendeteksi adanya mutasi (terutama yang disebabkan oleh
polutan) sangat bermanfaat bagi kehidupan hewan akuatik lainnya dan di bidang kesehatan
manusia. Ikan tersebut setelah disisipi dengan vektor bakteriofag mutagenik, kemudian vektor
DNA dikeluarkan dan disisipkan ke dalam bakteri pengindikator yang dapat menghitung gen
mutan.
Ikan transgenik menjadi tahan lama dan tidak cepat busuk dalam penyimpanan setelah
ditransplantasikan gen tomat. Namun bisa juga sebaliknya apabila penerapan ditujukan untuk
dunia pertanian, maka gen ikan yang hidup di daerah dingin dapat dipindahkan ke dalam tomat
untuk mengurangi kerusakan akibat dari pembekuan.

MACAM-MACAM SELEKSI GENETIS


INDUCE BREEDING

Seleksi

Seleksi induk ikan grass carp dilakukan dengan melihat tanda-tanda pada tubuh. Tanda induk betina
yang matang gonad : perut gendut; belakang sirip dada kasar; gerakan lamban dan lubang kelamin
kemerahan. Tanda induk jantan : gerakan lincah, lubang kelamin kemerahan, bila dipijit ke arah lubang
kelamin, keluar cairan berwarna putih. Usahakan saat seleksi mengangkap induk jantan dan betina lebih
dari satu, sebagai cadangan.

Pemberokan

Pemberokan induk bawal air tawar dilakukan di bak selama semalam. Caranya, siapkan bak tembok
ukuran panjang 4 m, lebar 3 dan tinggi 1 m; keringkan selama 2 hari; isi dengan air bersih setinggi 40
50 dan mengalir secara kontinyu; masukan 5 8 ekor induk. Catatan : Pemberokan bertujuan untuk

13

membuang sisa pakan dalam tubuh dan mengurang kandungan lemak. Karena itu, selama pemberokan
tidak diberi pakan tambahan.

Penyuntikan dengan ovaprim

Penyuntikan adalah kegiatan memasukan hormon perangsang ke tubuh induk betina. Hormon
perangsang yang umum digunakan adalah ovaprim. Caranya, tangkap induk betina yang sudah matang
gonad; sedot 0,6 ml ovaprim untuk setiap kilogram induk; suntikan bagian punggung induk tersebut;
masukan induk yang sudah disuntik ke dalam bak lain dan biarkan selama 10 12 jam.

Penyuntikan dengan hypopisa

Penyuntikan bisa juga dengan larutan kelenjar hypopisa ikan mas. Caranya, tangkap induk betina yang
sudah matang gonad; siapkan 2 kg ikan mas ukuran 0,5 kg untuk setiap kilogran induk betina; potong
ikan mas tersebut secara vertikal tepat di belakang tutu insang; potong bagian kepala secara horizontal
tepat di bawah mata; buang bagian otak; ambil kelenjar hypopisa; masukan kelenjar hipofisa tersebut ke
dalam gelas penggerus dan hancurkan; masukan 1 cc aquabides dan aduk hingga rata; sedot larutan
hypopisa itu; suntikan ke bagian punggung induk betina; masukan induk yang sudah disuntik ke bak lain
dan biarkan selam 10 12 jam.
Pemijahan secara induced breeding

Pengambilan sperma

Pengambilan sperma dilakukan setengah jam sebelum pengeluaran telur. Caranya, tangkap 1 ekor
induk jantan yang sudah matang kelamin; lap hingga kering; bungkus tubuh induk dengan handuk kecil;
pijit ke arah lubang kelamin; tampung sperma ke dalam mangkuk plastik atau cangkir gelas; campurkan
200 cc Natrium Clhorida (larutan fisiologis atau inpus); aduk hingga homogen. Catatan : pengeluaran
sperma dilakukan oleh dua orang. Satu orang yang memegang kepala dan memijit dan satu orang lagi
memegang ekor dan mangkuk plastik. Jaga agar sperma tidak terkena air.

Pengeluaran telur

Pengeluaran telur dilakukan setelah 10 12 jam setelah penyuntikan, namun 9 jam sebelumnya
dilakukan pengecekan. Cara pengeluaran telur : siapkan 3 buah baskom plastik, sebotol Natrium chlorida
(inpus), sebuah bulu ayam, kain lap dan tisu; tangkap induk dengan sekup net; keringkan tubuh induk
dengan handuk kecil atau lap; bungkus induk dengan handuk dan biarkan lubang telur terbuka; pegang
bagian kepala oleh satu orang dan pegang bagian ekor oleh yang lainnya; pijit bagian perut ke arah lubang
telur oleh pemegang kepala; tampung telur dalam baskom plastik; campurkan larutan sperma ke dalam
telur; aduk hingga rata dengan bulu ayam; tambahkan Natrium chrorida dan aduk hingga rata; buang
cairan itu agar telur-telur bersih dari darah; telur siap ditetaskan.
INDUCED SPAWNING
Pada pemijahan secara induce spawning, telur dan sperma tidak dikeluarkan, tetapi induk dan
betina dibiarkan memijah sendiri. Pemijahan ini dilakukan di bak tembok. Caranya, siapkan siapkan bak
tembok ukuran panjang 4 m, lebar 3 m dan tinggi 1 m; bersihkan lumpur dan kotoran lainnya; keringkan

14

selama 3 4 hari; isi air setinggi 80 cm; pasang hapa dengan ukuran sama dengan bak; suntik induk
betina pada pukul 06.00 (dosis lihat penyuntikan); suntik kembali induk tadi pada pukul 12.00 dan
masukan ke bak pemijahan; suntik induk jantan pada pukul 12.00 dan satukan dengan induk betina;
alirkan air lebih besar lagi; biarkan memijah. Catatan : Pemijahan biasanya mulai terjadi pukul 24.00 dan
berakhir pagi hari.

Penetasan di akuarium

Penetasan telur ikan grasscar dilakukan di akuarium. Caranya : siapkan 20 buah akuarium ukuran
panjang 60 cm, lebar 40 cm dan tinggi 40 cm; keringkan selama 2 hari; isi air bersih setinggi 30 cm;
pasang empat buah titik aerasi untuk setiap akuarium dan hidupkan selama penetasan; tebarkan tebar
secara merata ke permukaan dasar akuarium; 2 3 hari kemudian buang sebagian airnya dan tambahkan
air baru hingga mencapai ketinggian semula. Telur akan menetas dalam 2 3 hari.

Pendederan I di kolam

Pendederan I ikan grasscarp dilakukan di kolam tanah. Caranya : siapkan kolam ukuran 500 m2;
keringkan selama 4 5 hari; perbaiki seluruh bagiannya; buatkan kemalir dengan lebar 40 cm dan tinggi
10 cm; ratakan tanah dasarnya; tebarkan 5 7 karung kotoran ayam atau puyuh; isi air setinggi 40 cm dan
rendam selama 5 hari (air tidak dialirkan); tebar 50.000 ekor larva pada pagi hari; setelah 2 hari, beri 1 2
kg tepung pelet atau pelet yang telah direndam setiap hari; panen benih dilakukan setelah berumur 3
minggu.

Pendederan II

Pendederan kedua juga dilakukan di kolam tanah. Caranya : siapkan kolam ukuran 500 m2;
keringkan 4 5 hari; perbaiki seluruh bagiannya; buatkan kemalir dengan lebar 40 cm dan tinggi 10 cm;
ratakan tanah dasar; tebarkan 5 7 karung kotoran ayam atau puyuh; isi air setinggi 40 cm dan rendam
selama 5 hari (air tidak dialirkan); tebar 40.000 ekor benih hasil pendederan I (telah diseleksi); beri 2 4
kg tepung pelet atau pelet yang telah direndam setiap hari; panen benih dilakukan setelah berumur
sebulan.

Pendederan III

Pendederan ketiga dilakukan di kolam tanah. Caranya : siapkan kolam ukuran 500 m2; keringkan
4 5 hari; perbaiki seluruh bagiannya; buatkan kemalirnya; ratakan tanah dasarnya; tebarkan 2 karung
kotoran ayam atau puyuh; isi air setinggi 40 cm dan rendam selama 5 hari (air tidak dialirkan); tebar
30.000 ekor hasil dari pendederan II (telah diseleksi); beri 4 6 kg pelet; panen benih dilakukan sebulan
kemudian.

Pembesaran

Pembesaran ikan grasscarp dilakukan di kolam tanah. Caranya : siapkan sebuah kolam ukuran
500 m2; perbaiki seluruh bagiannya; tebarkan 6 8 karung kotoran ayam atau puyuh; isi air setinggi 40
60 cm dan rendam selama 5 hari; masukan 10.000 ekor benih hasil seleksi dari pendederan III; beri pakan

15

3 persen setiap hari, 3 kg di awal pemeliharaan dan bertambah terus sesuai dengan berat ikan; alirkan air
secara kontinyu; lakukan panen setelah 2 bulan. Sebuah kolam dapat menghasilkan ikan konsumsi ukuran
125 gram sebanyak 400 500 kg.

SEX REVERSAL (Mengubah Kelamin Ikan Hias)


Teknologi sex reversal merupakan teknik pengubahan kelamin dari betina menjadi jantan, atau
sebaliknya, melalui pemberian hormon dan teknik perendaman. Kalau yang diberikan hormon androgen,
ikan diarahkan untuk berkelamin jantan. Tetapi jika yang diberikan hormon estrogen, jenis kelamin
diarahkan menjadi betina. Jadi, jika pembudidaya ingin menghasilkan ikan-ikan cupang jantan, maka
proses sex reversal yang diterapkan di sini menggunakan hormon androgen.
Hormon androgen yang digunakan adalah 17-a Metiltestosteron (C20H30O2). Hormon yang
berwarna putih, dan berbentuk serbuk halus (powder), itu diproduksi Sigma Chemical Co., Ltd., AS,
tetapi dapat dibeli di toko-toko bahan kimia, terutama kota-kota besar di Indonesia. Jumlah bahan yang
dibutuhkan 20 mg/liter larutan perendam telur ikan. Tiap 300 butir telur ikan memerlukan 0,2 liter
larutan. Cara membuat larutan perendaman yaitu melarutkan 10 mg hormon Metiltestosteron dalam 0,5
ml alkohol 70%, lalu diencerkan dengan aquades destilata sebanyak 495 ml.
Persiapan induk
1. Induk jantan dan betina dipelihara dalam akuarium berbeda, dengan diberi makan berupa
larva Chironomus (cuk merah) atau kutu air.
2. Pilihlah induk jantan dan betina, yang telah matang (gonad) dan siap untuk dipijahkan.
3. Siapkan pula akuarium untuk pemijahan. Selanjutnya masukkan ikan jantan dan tanaman
eceng gondok untuk tempat menempel sarang (busa).
4. Masukkan ikan betina ke dalam toples. Tempatkan ke dalam akuarium pemijahan yang telah
berisi ikan jantan. Ini dimaksudkan untuk merangsang ikan jantan agar membuat sarang,
sekaligus menghindari per-kelahian.
5. Setelah ikan jantan membuat sarang, tangkaplah ikan betina yang berada di dalam toples.
Masukkan ke akuarium pemijahan untuk dipasangkan dengan jantan. Lalu tangkap kedua induk,
dan biarkan telur beserta sarangnya tetap berada di dalam akuarium pemijahan, kemudian
diaerasi.
6. Sekitar 10 jam setelah pemijahan, pisahkan telur dari sarang (busa), dengan cara
menempatkan aerasi di bawahnya, sehingga telur terpisah dan tenggelam di dasar akuarium.
7. Setelah embrio mencapai stadium bintik mata (sekitar 10-30 jam; tergantung temperatur),
lakukan perendaman dalam larutan hormon yang telah dibuat selama 24 jam sambil tetap
diaerasi.

16

8. Pisahkan embrio dari larutan hormon. Kalau perendaman selesai, tetaskan di akuarium
penetasan.
9. Burayak yang menetas dipelihara dan dibesarkan hingga siap dijual.
Teknologi ini digunakan untuk mendapatkan induk jantan super (YY), yang selanjutnya
menghasilkan anak-anak ikan dengan jenis kelamin semuanya jantan. Teknologi ini bersifat spesifik,
sehingga penerapannya pun harus tepat. Terutama jenis dan dosis hormon, lama perendaman, dan waktu
untuk memulai perendaman. Kalau dosisnya kurang, maka jenis kelamin ikan tidak bakal berubah. Tapi
jika dosisnya berlebihan, justru bisa menyebabkan kematian ikan-ikan tersebut. Kalau pun tidak mati,
keturunannya cenderung steril (mandul).

GINOGENESIS IKAN MAS


Kemurnian induk ikan mas harus dikembalikan. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk
mengembalikan kemurniannya adalah dengan melakukan persilangan-persilangan dalam (in breeding).
Namun cara ini membutuhkan lebih dari enam generasi. Satu generasi membutuhkan waktu 2 tahun, yaitu
waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan induk. Jadi cara ini membutuhkan waktu selama 12 tahun.
Untuk memperpendek masa pemurnian dapat dilakukan dengan cara ginogenesis. Cara ini bisa
merubah dari 6 generasi menjadi 2 generasi, strain murni sudah dapat diperoleh pada generasi kedua.
Keberhasilan cara ini tergantung dari ketelitian perlakuan dan kesuburan betina ginigenesi (Nagy,
Bersenyi dan Csanyi, 1981 : Sumantadinata).
Nagy et al,. 1978 ; Hollebeck et al,. 1986: Sumantadinata, 1988), menyebutkan ginogenesis
adalah terbentuknya zigot 2n (diploid) tanpa peranan genetic gamet jantan. Jadi gamet jantan hanya
berfungsi secara fisik saja, sehingga prosesnya hanya merupakan perkembangan pathenogenetis betina
(telur). Untuk itu sperma diradiasi. Radiasi pada ginogenesis bertujuan untuk merusak kromososm
spermatozoa, supaya pada saat pembuahan tidak berfungsi secara genetic (Sumantadinata, 1988). Nagy et
al,. 1981, menyebutkan pemijahan dengan cara ginogenesis akan menghasilkan selurunya berkelamin
jantan. Ginogenesis merupakan reproduksi seksual yang jarang terjadi pada pembuahan, karena nukleus
sperma yang masuk ke dalam telur dalam keadaan tidak aktif, sehingga perkembangan telurnya hanya
dikontrol oleh sifat genetik betina saja. Oleh karena itu, keturunannya merupakan replika dari induk
betina baik secara marfologi maupun susunan genetiknya (Purdon, 1983). Ginogenesis buatan dilakukan
melalui beberapa perlakuan pada tahapan pembuahan dan awal perkembangan embrio. Perlakuan ini
bertujuan 1) membuat supaya bahan genetik jantan menjadi tidak aktif 2) mengupayakan terjadinya
diploisasi agar telur dapat menjadi zigot (Nagy, et al,. 1979). Bahan genetik dalam spermatozoa dibuat
tidak aktif dengan radiasi sinar gama, sinar X dan sinar ultraviolet (Purdon, 1983). Sinar ultraviolet
banyak digunakan, karena murah.
Prosedur percobaan ginogenesis : Telur berasal dari induk betina ikan mas. Agar bisa ovulasi,
induk disuntik dengan ovaprim atau ekstrak kelenjar hipophisa. Sperma diambil dari ikan tawes sebanyak
1 ml, lalu diencerkan 100 kali dengan larutan garam (Sodium Chloride 0,9 %). Setelah diencerkan di
radiasi dengan sinar ultraviolet selama 10 menit. Telur dan sperma dicampurkan, sehingga terjadi
pembuahan. Setelah terjadi pembuahan disebat dalam ayakn plastic dan direndam dalam air dengan suhu
25 o C. Setelah 2 menit pembuahan di beri kejutan panas (heat shock) pada suhu 40 o C selama 1,5 2

17

menit. Untuk menghilangkan daya lekat telur diberi larutan tannin, setelah itu diinkubasi pada suhu 28 o
C hingga menetas. Skema prosedur ginogenesis menyusul.

ANDROGENESIS IKAN MAS


Keberhasilan budidaya ikan mas, terutama pada tahap pembesaran salah satunya ditentukan oleh
kualitas benih. Karena benih tersebut dapat hidup dengan baik, tumbuh dengan cepat, serta tahan terhadap
perubahan lingkungan dan serangan penyakit. Namun benih ikan mas yang berkualitas baik, sulit
ditemukan di Indonesia. Karena kualitas induk sudah jauh menurun dibandingkan dua puluh tahun yang
lalu.
Karena itu genetik pada ikan mas sekarang harus dikembalikan. Salah satu cara perbaikan genetik
adalah dengan pemurnian induk. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan
persilangan-persilangan dalam (in breeding). Namun cara ini membutuhkan lebih dari enam generasi.
Satu generasi membutuhkan waktu 2 tahun, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan induk. Jadi
cara ini membutuhkan waktu selama 12 tahun.
Cara yang praktis adalah dengan melalukan ginogenesis. Dengan cara ini waktu pemurnian induk
bisa diperpendek menjadi enam tahun. Cara praktis lainnya adalah dengan androgenesis, yaitu suatu
teknologi yang memanfaatkan sifat-sifat genetik ikan dengan menggunakan prinsip-prinsip bioteknologi.
Teknik ini memberikan kemungkinan untuk mempercepat waktu pemurnian dalam seleksi ikan.
Androgenesis dapat dilakukan dengan memanipulasi beberapa proses pembuahan yaitu membuat agar
material genetik gamet betina menjadi tidak aktif dan mengupayakan supaya terjadi diploisasi (NAGY
dkk., 1978).
Material genetik gamet betina dapat dibuat tidak aktif dengan radiasi sinar gamma, sina r-x atau
sinar ultra violet (PURDON, 1983). Dewasa ini sinar ultra violet lebih banyak digunakan karena lebih
praktis dan lebih aman. Radiasi sinar ultra violoet dapat menyebabkan rusaknya kromosom. Berdasarkan
penelitian adrogenesis yang dilakukan ARIFIN (1994) diperoleh hasil, bahwa radiasi dengan
menggunakan dua buah lampu TUV 15 wat berjarak 30 cm dari telur selama 3 5 menit telah mampu
me-non-aktikan material gamet betina.
Pemberian kejutan dilakukan untuk mempertahankan diploiditas embrio pada tahap awal
perkembangannya. Diploidisasi dapat dilakukan dengan cara menghambat pembelahan mitosis I
(CHOURROUT, 1984). Derajat homozigositas yang tinggi dapat dicapai dengan kejutan pada
pembelahan mitosis I (NAGY 1986 dalam SULARTO dkk., 1992), karena pada pembelahan mitosis
pasangan kromosom yang dihasilkan bersifat identik yang berasal dari genom haploid paternal yang
membelah menjadi dua (PENMAN, 1993). Tanpa proses diploidisasi embrio yang dihasilkan pada
pembuahan sel telur non-aktif akan bersifat haploid yang berkarakter abnormal.
Jenis kejutan yang dapat dilakukan antara lain kejutan suhu (panas dan dingin), kejutan tekanan,
kejutan dengan menggunakan bahan kimia dan kejutan listrik. Kejutan suhu merupakan salah satu metode
yang banyak dilakukan karena mudah diterapkan (CARMAN, 1990). ARAI dan WILKINS (1987)
menjelaskan bahwa penggunakaan kejutan suhu ternyata lebih mudah dibandingkan dengan kejutan
tekanan. PURDON dan LINCOLN (1973) menyatakan bahwa kejutan panas telah umum dilakukan untuk
menduplikasi seperangkat kromosom.

18

Pada penelitian androgenesis ikan mas yang dilakukan EDDY (1994), didapat hasil, bahwa lama
waktu kejutan panas yang dilakukan 40 menit setelah pembuahan pada suhu 40 O C yang terbaik adalah
dua menit. Penelitian pada ginogenesis ikan mas menunjukan benih homozigot diploid yang dihasilkan
tertinggi oleh kejutan panas 36 37 menit setelah pembuahan (GUSTIANTO danDHARMA, 1991).
SUMANTADINATA (1998), menyatakan bahwa umumnya waktu awal kejutan panas yang menekan saat
pembelahan mitosis I pada ginogenesis adalah 40 dapat dilakukan selama 1,5 2,0 menit.
Penelitian ginogenesis ikan mas dengan menggunakan induk jantan ikan tawes berhasil
memproduksi benih ginogenetik, dengan kejutan panas pada suhu 40 O C setelah 40 menit inkubasi
(PRIHADY dan SUBAGYO, 1992). Menurut SULARTO dkk (1992), produksi ginigenetik nikan mas
tertinggi diperoleh dengan pemberian kejutan panas selama satu menit pada saat 40 menit setelah
pembuayhan.
Menurut SUMANTADINATA (1988), androgenesisi adalah proses terbentuknya embrio dari
gamet jantan tanpa kontribusi genetis gemet betina. Proses reproduksi ini tidak umum terjadi, sehingga
pada androgenesis dilakukan proses buatan yaitu menon-aktifkan bahan-bahan genetik yang terdapat pada
telur dengan cara meradiasi telur tersebut (THORGAARD dkk., 1990). Akibat perlakuan tersebut tanpa
peranan gemet betina dan bersifat haploid.
Individu haploid memiliki ciri-ciri yang abnormal misalnya bentuk punggung dan ekor yang
bengkok, mata atau mulut yang tidak sempurna, ukuran tubuh yang kecil, sistem peredaran darah yang
tidak normal dan ketidakmampuan melakukan aktifitas renang dan makan (CHERVAS, 1981 ; PURDOM,
1983). Agar embrio ini tetap hidup menurut NAGY dkk. (1978) perlu dilakukan diploidisasi pada tahap
awal perkembangan telur.
Pada androgenetis yang dilakukan oleh ARIFIN (1994) pada ikan mas berhasil memperoleh 89,4
persen benih diploid androgenetik, sedangkan EDDY (1994) memperoleh 89,05 benih androgenetik ikan
mas. SHCEERE dkk. (1986) dan THORGARRD dkk. (1990) yang melakukan percobaan androgenesis
ikan rainbow menghasilkan tingkat kelangsungan hidup ikan masing-masing sebesar 6,8 persen dan 0,8
persen setelah berumur 59 hari.

7. KESEHATAN DAN PENYAKIT IKAN


Penyakit pada ikan merupakan salah satu masalah yang sering dijumpai dalam usaha budidaya
ikan. Di Indonesia teah diketahui ada beberapa jenis ikan air tawar, dan diantaranya sering menimbulkan
wabah penyakit serta menyebabkan kegagalan dalam usaha budidaya ikan. Adanya penyakit ikan erat
hubungannya dengan lingkungan dimana ikan itu berada. Untuk itu dalam pencegahan dan pengobatan
penyakit ikan, selain dilakukan pengendalian terhadap lingkungan juga perlu diketahui hal-hal yang
berkaitan dengan timbulnya penyakit ikan itu sendiri. Dengan adanya informasi ini diharapkan para
pembudidaya ikan dapat mengetahui secara dini gejala awal serangan penyakit, serta dapat melakukan
langkah-langkah pencegahan terhadap timbulnya penyakit ikan secara mudah.

I. Gejala umum gangguan penyakit ikan


1. Ikan sering berenang di permukaan air dan terlihat terengah-engah (megap-megap).

19

2. Untuk jenis ikan yang sering berkelompok, ikan yang tidak sehat akan memisahkan diri dan
berenang secara pasif.
3. Ikan berenang oleng, dan loncat-loncat tidak teratur.
4. Adanya tanda-tanda tertentu pada tubuh ikan, misalnya bercak merah, bercak putih, bisul atau
adanya jamur.
5. Insang terlihat pucat.
6. Lendir berkurang dan tidak merata.

II. Pencegahan Penyakit Ikan


1. Perbaikan lingkungan kolam.
* Pengeringan dan penjemuran kolam dilakukan secara periodik 4 - 5 bulan sekali atau setelah
ikan dipanen.
* Pengapuran kolam dengan dosis 10 - 20 gram kapur tohor per m2.
* Pemberantasan hama dengan larutan PK 20 ppm untuk kolam yang tidak ada ikannya selama 1
hari.
* Pembuatan bak saringan pengendapan air.
2. Meningkatkan daya tahan tubuh ikan.
3. Perawatan Kesehatan ikan.
III. Beberapa Jenis Penyakit Ikan
1. Penyakit Jamur.
Penyebab
* Jamur Saprolegnia
* Jamur Achlya
Tanda-tanda :
* Tubuh ditumbuhi sekumpulan benang halus seperti kapas.
* Serangan pada telur dapat menghambat pernapasan sehingga menyebabkan telur mati/ tidak menetas.
Pengobatan :
* Ikan direndam dalam larutan Malachite Green 2-3 ppm selama 30 - 60 menit.
* Bagian yang terserang diolesi dengan PK (Kalium Permanganat) 10 ppm.
* Untuk pencegahan pada telur, kakaban, eceng gondok, ijuk direndam dalam larutan Malachite Green 2
ppm selama 30 - 60 menit.
* Dapat diulangi 2-3 kali dengan selang 3 hari.

2. Penyakit Golongan Cacing.


Penyebab :
* Cacing Dactylogyrus menyerang insang.
20

* Cacing Gyrodactylus menyerang kulit.


Tanda - tanda :
* Insang ikan rusak, luka dan timbul perdarahan.
* Sirip ikan menguncup, bahkan kadang terjadi kerontokan pada sirip ekor.
* Ikan menggosok-gosokkan badannya ke dasar kolam atau benda keras lainnya.
* Kulit menjadi berlendir dan berwarna pucat.
Pengobatan :
* Ikan direndam dalam larutan formalin teknis (Formalin 40 %) 250 ml dalam 1 m3 air selama 15 menit.
* Direndam dalam larutan Methylen Blue 3 ppm selama 24 jam.
* Direndam dalam larutan Malachite Green 2-3 ppm selama 30 - 60 menit.
3. Penyakit Golongan bakteri.
Penyebab :
* Bakteri Aeromonas
* Bakteri Pseudomonas
Tanda - tanda :
* Ikan lemah bergerak lambat, bernafas megap-megap di permukaan air.
* Warna insang pucat dan warna tubuh berubah gelap.
* Terdapat bercak-bercak merah pada bagian luar tubuhnya dan kerusakan pada sirip, insang dan kulit.
* Mula-mula lendir berlebihan, kemudian timbul perdarahan.
Pengobatan :
* Ikan direndam dalam larutan PK 20 ppm selama 30 menit.
* Untuk ikan besar, pengobatan dapat dilakukan dengan penyuntikan dengan dosis 0,5 cc Terramycine
untuk 1 Kg berat ikan. Tempat penyuntikan umumnya di bagian punggung.
* Pengobatan dapat melalui makanan 1 gram atau 1 cc Terramycine dicampur dalam makanan untuk 1 kg
berat ikan selama 6 - 10 hari.
* Direndam dalam larutan obat tetracyline dan kemicytine atau Chloramphenicol 250 gram dalam 500
liter air selama 2 jam. Pengobatan ini dapat diulangi tiap hari sekalai selama 3 sampai 5 hari.
8. PENGENDALIAN GULMA, HAMA, DAN PREDATOR
Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan pertanian karena
menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman produksi. Batasan gulma bersifat teknis dan plastis.
Teknis, karena berkait dengan proses produksi suatu tanaman pertanian. Keberadaan gulma menurunkan
hasil karena mengganggu pertumbuhan tanaman produksi melalui kompetisi. Plastis, karena batasan ini
tidak mengikat suatu spesies tumbuhan. Pada tingkat tertentu, tanaman berguna dapat menjadi gulma.
Sebaliknya, tumbuhan yang biasanya dianggap gulma dapat pula dianggap tidak mengganggu. Contoh,
kedelai yang tumbuh di sela-sela pertanaman monokultur jagung dapat dianggap sebagai gulma, namun
pada sistem tumpang sari keduanya merupakan tanaman utama. Meskipun demikian, beberapa jenis
tumbuhan dikenal sebagai gulma utama, seperti teki dan alang-alang. Ilmu yang mempelajari gulma,
perilakunya, dan pengendaliannya dikenal sebagai ilmu gulma.
Macam-macam gulma

21

Biasanya orang membedakan gulma ke dalam tiga kelompok:

teki-tekian
rumput-rumputan
gulma daun lebar.

Ketiga kelompok gulma memiliki karakteristik tersendiri yang memerlukan strategi khusus untuk
mengendalikannya.
Gulma teki-tekian
Kelompok ini memiliki daya tahan luar biasa terhadap pengendalian mekanik karena memiliki
umbi batang di dalam tanah yang mampu bertahan berbulan-bulan. Selain itu, gulma ini menjalankan
jalur fotosintesis C4 yang menjadikannya sangat efisien dalam 'menguasai' areal pertanian secara cepat.
Ciri-cirinya adalah penampang lintang batang berbentuk segi tiga membulat, dan tidak berongga,
memiliki daun yang berurutan sepanjang batang dalam tiga baris, tidak memiliki lidah daun, dan titik
tumbuh tersembunyi. Kelompok ini mencakup semua anggota Cyperaceae (suku teki-tekian) yang
menjadi gulma. Contoh: teki ladang (Cyperus rotundus), udelan (Cyperus kyllinga), dan Scirpus
moritimus.
Gulma rumput-rumputan
Gulma dalam kelompok ini berdaun sempit seperti teki-tekian tetapi memiliki stolon, alih-alih
umbi. Stolon ini di dalam tanah membentuk jaringan rumit yang sulit diatasi secara mekanik. Contoh
gulma kelompok ini adalah alang-alang (Imperata cylindrica).
Gulma daun lebar
Berbagai macam gulma dari anggota Dicotyledoneae termasuk dalam kelompok ini. Gulma ini
biasanya tumbuh pada akhir masa budidaya. Kompetisi terhadap tanaman utama berupa kompetisi
cahaya. Daun dibentuk pada meristem pucuk dan sangat sensitif terhadap kemikalia. Terdapat stomata
pada daun terutama pada permukaan bawah, lebih banyak dijumpai. Terdapat tunas-tunas pada nodusa,
serta titik tumbuh terletak di cabang. Contoh gulma ini ceplukan (Physalis angulata L.), wedusan
(Ageratum conyzoides L.), sembung rambut (Mikania michranta), dan putri malu (Mimosa pudica).
Pengendalian gulma
Pengendalian gulma merupakan subjek yang sangat dinamis dan perlu strategi yang khas untuk setiap
kasus. Beberapa hal perlu dipertimbangkan sebelum pengendalian gulma dilakukan:

jenis gulma dominan


tumbuhan budidaya utama
alternatif pengendalian yang tersedia
dampak ekonomi dan ekologi

22

Pengendalian hama
Pengendalian hama adalah pengaturan makhluk-makhluk atau organisme pengganggu yang
disebut hama karena dianggap mengganggu kesehatan manusia, ekologi, atau ekonomi.
Pengendalian hama predator ikan
Kodok dewasa yang hidup di darat merupakan predator yang berbahaya bagi benih ikan. Pada
masa kecebong, berudu dan kodok muda, kodok menyaingi makanan ikan dan ruangan tempat hidup
sehingga mengurangi kandungan oksigen dalam air dan memperbanyak sisa metabolisms. Kodok dewasa
banyak ditemukan sedang memangsa benih-benih ikan di kolam pembenihan dan kolam pendederan dan
di sawah jika benih dipelihara di sawah. Benih ikan dan ikan berukuran besar sering kali ditelan kodok
yang kelaparan. Selain benih dan ikan berukuran besar, kodok juga memangsa telur-telur ikan yang akan
ditetaskan, sehingga kehadiran kodok di kolam pembenihan dan pendederan sangat merugikan peternak
ikan.
Jika di kolam pembenihan dan pendederan ditemukan kodok, maka kodok ini harus segera
dikendalikan sedini mungkin. Upaya pengendalian kodok di kolam pembenihan ataupun pendederan yang
tidak terlalu luas sangat mudah. Yang sulit adalah pada unit usaha pembenihan yang cukup luas. Sebab,
sampai saat ini belum ada upaya yang efektif membasmi kodok. Meracun kodok dengan bahan kimia
akan berdampak buruk terhadap lingkungan sekitar dan sangat tidak dianjurkan. Ada tiga macam
pengendalian secara mekanis yang dianjurkan yaitu: perbaikan prasarana perkolaman, pengontrolan
kebersihan lokasi, dan pembuangan telur-telurnya.
Umumnya, serangga air yang menjadi predator benih ikan adalah yang salah satu fase hidupnya
(biasanya fase larva) di dalam air, selanjutnya setelah post larva (serangga muda) dan kemudian menjadi
dewasa hidup di darat. Pada fase dewasa, serangga tersebut bukan lagi predator langsung benih ikan,
Beberapa jenis serangga air yang menjadi predator benih mematikan adalah ucrit, kini-kini, notonecta dan
lintah.
9. PANEN DAN PASCA PANEN
Sebelum memanen, terlebih dahulu diperhatikan aspek produksinya, yaitu:
o

Sarana produksi

Pengadaan induk

Benih

Pakan

Pupuk

Obat-obatan

Pestisida

Peralatan akuakultur dan Tenaga kerja

23

Subsistem proses produksi

Persiapan akuakultur
Penebaran (stocking)
Pemberian pakan
Pengelolaan lingkungan
Kesehatan ikan
Pemantauan ikan
Pemanenan

Subsistem penanganan pasca panen dan pemasaran

Meningkatkan mutu produk


Distribusi produk dan
Pelayanan (servis) terhadap konsumen

Subsistem pendukung

Aspek hukum (UU dan kebijakan )


Aspek keuangan (pembiayaan/kredit,pembayaran)

Aspek kelembagaan (organisasi perusahaan, asosiasi, koperasi, perebankan, lembaga birokrasi, lembaga
riset, dan pengembngan

10. Pemasaran Produk Akuakultur


Dalam sistem agribisnis perikanan, dimana meliputi kegiatan mulai pengadaan sarana produksi,
produksi, pengolahan pasca panen (agroindustri), pemasaran dan kelembagaan adalah merupakan
rangkaian kegiatan yang saling terkait satu sama lain. Semua kegiatan dalam agribisnis perikanan
tersebut, ada proses menghasilkan produk. Produsen yang bergerak di bidang sarana produksi akan
menghasilkan produk-produk pemenuhan kebutuhan untuk kegiatan produksi. Produsen yang bergerak
pada kegiatan produksi akan menghasilkan produk atau ikan untuk memenuhi kebutuhan pada kegiatan
agroindustri. Khususnya kegiatan pemasaran (marketing), disaat produk sudah dihasilkan baik dalam
kegiatan sarana produksi, produksi dan agroindustri, maka kegiatan pemasaran sangatlah penting. Tanpa
kegiatan pemasaran maka semua produk yang dihasilkan tersebut adalah merupakan seonggok barang
yang tidak bermanfaat.
Dengan demikian, kegiatan pemasaran adalah sangat penting dalam semua kegiatan yang
menghasilkan barang ataupun jasa. Hasil perikanan dapat dikelompokkan ke dalam bahan mentah dan
barang konsumsi. Sebagai bahan mentah dapat dibeli oleh pabrik atau usaha pengolahan untk diolah
menjadi barang jadi misalnya ikan kaleng, aneka olahan ikan, tepung ikan, dsb. Sebagai barang konsumsi
akan dibeli oleh konsumen akhir (household consumer, restaurant, hospital, dll). Produk perikanan dan
kelautan termasuk perishable good atau produk mudah rusak, maka akan sangat memerlukan startegi
pemasaran yang berbeda dengan produk barang maupun jasa pada umumnya. Apalagi image
masyarakat terhadap produk-produk perikanan juga berbeda atau beragam dengan produk pada
umumnya. Berdasarkan pendapat atau pengamatan dari praktisi pemasaran produk perikanan dan
kelautan, bahwa persepsi masyarakat terhadap produk perikanan dan kelautan antara lain jika makan ikan
alergi, ikan baunya amis, ikan banyak duri, ikan mahal, ikan rumit memasaknya, ikan hanya bisa atau

24

paling enak digoreng. Karena image masyarakat terhadap produk perikanan masih demikian kompleknya,
maka diperlukan strategi pemasaran yang dapat merubah image tersebut, sehingga kendala pemasaran
produk perikanan dan kelautan dapat diatasi.

1.

PENGERTIAN PEMASARAN VS PENJUALAN

Pemasaran adalah proses manajerial yang dilakukan oleh individu ataupun kelompok dalam
memperoleh kebutuhan dan keinginan mereka, dengan cara membuat dan mempertukarkan produk dan
nilai dengan pihak lain (Kotler dan Amstrong, 2000; Simamora,2001 : 1). Sedangkan tujuannya adalah
untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan individu maupun organisasi. Pemasaran adalah kegiatan
memasarkan barang atau jasa umumnya kepada masyarakat. Kegiatan pemasaran diawali dari kebutuhan
atau keinginan konsumen. Berdasarkan kebutuhan atau keinginan konsumen, barulah dibuat produk.
Sedangkan kegiatan penjualan, diawali dengan membuat produk, dan dengan gencar berusaha bagaimana
produk tersebut laku dijual. Dalam kegiatan pemasaran dituntut kreatifitas lebih dominan daripada
promosi.
Sedangkan pada kegiatan penjualan, promosi lebih dominan bahkan sampai menipu konsumen, yang
penting produk terjual habis. Kalau kita menerapkan kegiatan pemasaran maka kepuasan konsumen akan
menjadi harapan atau tujuannya. Sebaliknya penjualan, tidak memperhatikan kepuasan konsumen yang
penting barang terjual habis. Jika kita menerapkan kegiatan pemasaran, maka kontinuitas kegiatan akan
terjamin. Tanpa pemasar (marketer) berusaha mencari pembeli untuk membeli barangnya, pembeli akan
datang atau mencari marketer atau produsen.
Merujuk pada norma atau kaidah-kaidah pengelolaan perikanan yang bertanggung jawab yang
dinyatakan bahwa pengelolaan perikanan adalah proses yang terintegrasi mulai dari pengumpulan
informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pengambilan keputusan, alokasi sumberdaya, formulasi dan
implementasi, disertai dengan pengamanan seperlunya terhadap peraturan yang berlaku demi menjaga
kelangsungan produksi dan pencapaian tujuan pengelolaan lainnya (FAO dalam Martosubroto, 2002).
Pengelolaan perikanan tersebut secara internasional harus mengacu pada prinsip-prinsip pengelolaan
perikanan yang bertanggung jawab (The Code of Conduct Responsible Fisheries/CCRF)
Beberapa aspek pengelolaan yang perlu diperhatikan dilihat dari beberapa aspek adalah biologi dan
lingkungan (keterbatasan sumberdaya, factor lingkungan dan pertimbangan keragaman hayati dan aspek
ekologi lainnya), teknologi (alat penangkapan dan alat Bantu penangkapan, kapal, pasca panen), sosioekonomi, aspek kelembagaan, hukum, jangka waktu dan pendekatan kehati-hatian. Komponen pokok
dalam pengelolaan : data dan informasi (data yang benar dan tepat waktu), kerangka kelembagaan dan
hukum meliputi otoritas pengelolaan (termasuk MCS=Monitoring, Controlling and Surveillance), hukum
yang mendukungnya dan pihak yang berkepentingan (stakeholders). Dengan demikian manajemen
pemasaran produk perikanan yang bertanggung jawab, aspek yang perlu diperhatikan juga sama yaitu
sosial, ekonomi dan ekologi.
2. STRATEGI PEMASARAN PRODUK PERIKANAN
Strategi pemasaran atau bauran pemasaran (marketing mix) adalah alat perusahaan untuk memperoleh
respon yang diinginkan. Strategi pemasaran adalah salah satu upaya untuk mengoptimalkan proses
pemasaran. Prinsip pemasaran adalah pencapaian tujuan suatu organisasi tergantung pada seberapa
mampu perusahaan/marketer memahami kebutuhan dan keinginan pelanggannya dan memenuhi dengan
cara
yang
lebih
efisien
dan
efektif
dibanding
pesaing.
Berangkat dari prinsip tersebut, seorang pemasar pertama kali harus memusatkan perhatiannya pada

25

pelanggan untuk mencari tahu kebutuhan dan keinginan mereka. Jadi, dalam hal ini kebutuhan dan
keinginan pelanggan menempati titik sentral. Perusahaan atau marketer harus paham betul kebutuhan dan
keinginan pelanggannya. Perlu diingat kembali bahwa pelanggan adalah orang-orang yang berkuasa
untuk memutuskan untuk membeli atau tidak membeli suatu produk. Jadi, pelanggan adalah bagian dari
pasar, karena yang disebut pasar adalah pembeli itu sendiri baik pembeli aktual maupun potensial. Pasar
sangatlah beragam berarti keinginan pembeli juga beragam.
Untuk memenuhi kebutuhan pasar yang beragam maka perusahaan harus mengelompokkan pasar
terlebih dahulu. Dengan kata lain perusahaan harus menentukan pelanggan sasaran (target customers).
Untuk produk perikanan dan kelautan, target customers ini misalnya untuk anak-anak, orang dewasa,
balita, masyarakat kelas sosial bawah, menengah, atas, dsb. Kedua, perusahaan harus memancing agar
pasar sasaran memberikan respons yang diinginkan oleh perusahaan. Untuk memperoleh respon tersebut
perusahaan harus menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran,
menetapkan harga yang sesuai (tidak terlalu mahal dan tidak terlalu murah) bagi pasar sasaran,
menyediakan produk pada tempat-tempat yang biasanya didatangi pasar sasaran dan melalukan promosi
yang format dan metodenya mengenal pasar sasaran. Alat yang bisa dikontrol oleh perusahaan dan
diarahkan untuk memperoleh respons yang diinginkan dari pasar sasaran yang meliputi produk (product),
harga (price), tempat (place) dan promosi (promotion) yang disebut 4 P yang dikenal dengan bauran
pemasaran (marketing mix).

Produk (Product)

Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan oleh individu rumah tangga maupun organisasi
ke dalam pasar untuk diperhatikan, digunakan, dibeli maupun dimiliki.

Harga (Price)

Harga adalah sejumlah nilai yang dipertukarkan untuk memperoleh suatu produk. Untuk menetapkan
sembarang harga adalah mudah. Menentukan harga yang tepat adalah sulit. Harga yang tepat yaitu tidak
terlalu mahal di mata konsumen, masih memeberikan keuntungan bagi perusahaan dan tidak menjadi
kelemahan perusahaan di mata pesaing.

Tempat (Place)

Tempat adalah lokasi dimana konsumen biasanya membeli produk tersebut. Tempat yang dimaksud
dalam bauran pemasaran adalah menyediakan produk kepada konsumen pada tempat yang tepat, kualitas
yang tepat dan jumlah yang tepat. Hal-hal yang perlu direncanakan berkaitan dengan tempat adalah :
Saluran pemasaran
Cakupan pasar
Keanekaragaman produk (assortment)
Lokasi
Manajemen persediaan
Transportasi dan logistic

26

Promosi (Promotion)

Promosi adalah kegiatan-kegiatan untuk mengkomunikasikan kelebihan-kelebihan produk dan


membujuk konsumen untuk membelinya. Respons yang diharapkan dari pasar sasaran juga dipengaruhi
oleh kegiatan promosi.

PEMILIHAN PASAR SASARAN (TARGET MARKET)

Target market adalah bagian pasar yang dijadikan sebagai tujuan pemasaran. Perusahaan dapat
mencapai tujuannya hanya kalau memahami kebutuhan dan keinginan konsumen dan mampu
memenuhinya dengan cara yang lebih efisien dan efektif dibanding pesaing. Konsekuensinya adalah
perusahaan harus memahami betul siapa pasar sasarannya, sekaligus bagaimana perilaku mereka.
Untuk menemukan target market, ada empat kegiatan yang perlu dilakukan oleh perusahaan yaitu (1)
mengukur dan memperkirakan permintaan; (2) mensegmentasi pasar (market segementation); memilih
pasar sasaran (market tergeting); dan menentukan posisi pasar (market positioning)

PERILAKU KONSUMEN

Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan
menghabiskan produk dan jasa.

TANTANGAN PEMASARAN PRODUK PERIKANAN DAN KELAUTAN

1. Image terhadap produk perikanan (ikan jenis rendah, mahal, alergi, amis, rumit memasaknya,
pengetahuan diversifikasi olahan, dll)
2. Produk perikanan dan kelautan termasuk mudah rusak, sehingga perlu biaya mahal dan perlu
penanganan yang tepat.
3. Resesi ekonomi.
4. Perubahan perilaku konsumen.
5. Perdagangan bebas.
6. Berwawasan lingkungan
9. KASUS-KASUS PEMASARAN
Udang Indonesia dibakar di pasar Uni Eropa, kasus kandungan antibiotic.
Kasus kandungan formalin pada produk perikanan dan kelautan yang sempat menghebohkan dunia
perikanan.
11. EKONOMI AKUAKULTUR

Pemilihan Lokasi

27

Sebagai langkah awal usaha budi daya laut adalah pemilihan lokasi yang tepat. Oleh karena itu,
pemilihan dan penentuan lokasi lahan budi daya laut harus didasarkan pertimbangan ekologis, teknis,
higienis, sosio-ekonomis, dan ketentuan peraturan/ perundang-undangan yang berlaku. pemilihan lokasi
sebaiknya dilakukan dengan mempertimbangkan gabungan beberapa faktor yang; dikaji secara
menyeluruh.

Persyaratan teknis

Sesuai dengan sifatnya yang sangat dipengaruhi oleh kondisi perairan, lingkungan bagi kegiatan budi
daya laut dalam karamba jaring apung sangat menentukan keberhasilan usaha. pemilihan lokasi yang baik
harus mempertimbangkan aspek fisika, kimia, dan biologi perairan yang cocok untuk biota laut. Selain
itu, pemilihan lokasi perlu juga mempertimbangkan aspek efisiensi biaya operasional budi daya sehingga
harus memperhatikan aspek kemudahan dalam mendapatkan benih, pakan, pemasaran, dan keamanan.
Teluk atau selat kecil yang terlindung dari ombak dan badai, tetapi memiliki pola pergantian massa air
yang baik, bebas dari pencemaran, terdapat sumber benih dan pakan, mudah dijangkau dan aman, sangat
cocok dijadikan lokasi budi daya laut.

Persyaratan sosiol-ekonomi

Berikut beberapa aspek sosio-ekonomi yang perlu diperhatikan:


a)

Keterjangkauan lokasi. Lokasi budi daya yang dipilih sebaiknya adalah lokasi yang mudah
dijangkau. Umumnya lokasi budi daya relatif berdekatan dengan rumah tempat tinggal agar
lebih mudah dalam pemeliharaan.

b)

Tenaga kerja. Tenaga kerja sebaiknya dipilih yang bertempat tinggal berdekatan dengan lokasi
budi daya, terutama pembudidaya atau nelayan lokal. Upaya tersebut dilakukan untuk
menghemat biaya produksi dan sekaligus membuka peluang atau kesempatan kerja.

c)

Sarana dan prasarana. Lokasi budi daya sebaiknya berdekatan dengan sarana dan prasarana
perhubungan yang memadai untuk mempermudah dalam pengangkutan bahan, benih, hasil
panen, dan pemasarannya.

d)

Kondisi masyarakat. Kondisi masyarakat yang lebih kondusif memungkinkan perkembangan


usaha budi daya laut di daerah tersebut. Kondisi ini perlu menjadi perhatian dalam pemilihan
lokasi budi daya.

Persyaratan nonteknis
Persyaratan nonteknis yang perlu diperhatikan :
a)

Keterlindungan. Untuk menghindari kerusakan fisik sarana budi daya dan biota laut,
diperlukan lokasi yang terlindung dari pengaruh angin dan gelombang yang besar. Lokasi
yang terlindung biasanya didapatkan di perairan teluk atau perairan yang terlindung atau
terhalang oleh pulau di depannya.

b)

Keamanan lokasi. Masalah pencurian dan sabotase mungkin saja dapat terjadi pada lokasi
tertentu sehingga upaya pengamanan, baik secara perorangan maupun kelompok harus
dilakukan. Sebaiknya dilakukan upaya pendekatan dan hubungan yang baik dengan
masyarakat sekitar lokasi budi daya.

28

c)

Konflik kepentingan. pemilihan lokasi sebaiknya tidak menimbulkan konflik dengan


kepentingan lain. Beberapa kegiatan perikanan (penangkapan ikan, pemasangan bubu, dan
bagan dan kegiatan nonperikanan (pariwisata, perhubungan laut, industri, dan taman laut,)
dapat berpengaruh negatif terhadap aktivitas budi daya laut.

DAFTAR PUSTAKA
Khairul Amri dan Toguan Sihombing, PT. Gramedia Pustaka Utama,
Rohadi, D.S, 1996. Pengaruh Berbagai Waktu Awal Kejutan Panas Terhadap Persentase Larva Diploid
Mitoandrogenetik Ikan Mas (Cyprinus carpio L). Universitas Padjadjaran, Fakultas Pertanian, Jurusan
Perikanan, Jatinangor, Bandung
Daftar Pustaka Tambahan :
Arai, K. dan N.P. Wilkins. 1987. Triplidization of brown trout (Salmon trutta) bay heat shock.
Aquaculture, 64 : 97 103.
Arifin, O.Z. 1994. Pengaruh lama Radiasi sinar ultra violet terhadap keberhasilan androgenetis ikan mas
majalaya (Cyprinus carpio L). Skripsi Fakultas Pertanian Unida, Bogor (Tidak dipublikasikan, 40 hal).
Carman, O. 1990. Ploidy manipulation in some warm water fish. Thesis, Sumited in Partial Fulfiment of
Requirements for Degree of Master in Fisheries Science at The Tokyo University of Fisheries, 87 hal.
Cherfas, N.B. 1981. Ginogenesis in fishes. Dalam V.S. Khirpichnikov (ed:) : Genetic bases of fish
selection. Springer, Verlag, Berlin, Heidelberg, New York. Hal 223 273.
Chourout, D. 1984. Pressure induced retention of second polar body by suppression of first cleavage in
rainbow trout; Production of all-triploid all tetraploid, and heterozygous gynogenetic. Aquaculture, 26;
111 126.
Eddy, M. 1994. Pengaruh lama kejutan panas terhadap androgenesis pada ikan mas (Cyprinus carpio L).
Skripsi. Fakultas Pertanian, Unida Bogor. (Tidak dipublikasikan).
Hardjamulia, A. 1979. Budidaya Perikanan. Budidaya ikan mas (Cyprinus carpio L), ikan tawes (Puntius
javanicus), ikan nilem (Osteochilus hasselti). SUPM Bogor. Badan Pendidikan dan Latihan Penyuluhan
Perikanan, Depatemen Pertanian, hal 1 7.
Direktorat Jenderal Perikanan, 1988. Status dan Permasalahan pembenihan ikan dan udang di Indonesia.
Seminar Nasional Pembenihan Ikan dan Udang 5 6 Juli Direktorat Bina Produksi, Jakarta. 18 hal.

29

Donalson, E. M, U.H.M Fagerlund., DA. Hggs dan J.R Mc Bride 1978. Hormonal enchament of growt.
Dalam W.S. Hoar, D.J. Randal dan J.R. Bret (ed.). Fish Physiology Vol. VIII. Academic Press, Newyork
456 597
Hamid, A.R. 1991. Pemberian Metiltestosteron Di dalam Proses Diferensiasi Kelamin Ikan Mas
(Cyprinus carpio L) Hasil Ginogenesis. Universitas Padjadjaran, Fakultas Perikanan, Jurusan Perikanan,
Bandung.
Hunter. G.A. E.M. Donalson. J. Stoss dan I. Baker, 1983. Production of monosex female groups of
chinoox salmon (Onchorhynchus ishawytscha) by the fertilization of normal ova with sperm from sexreversed female. Jour. Aquac., 33 : 355 364
Martin, C.R. 1979. Texbook of endocrine physiology. City University of Newyork City. 561 hal.

30

Anda mungkin juga menyukai