PKL PK BP 123-16 Zaq P
PKL PK BP 123-16 Zaq P
Oleh :
FITROTUZ ZAQIYAH
SIDOARJO – JAWA TIMUR
RINGKASAN
FITROTUZ ZAQIYAH. Pengamatan kelimpahan plankton di tambak udang
vannamei sistem intensif PT Surya Windu Kartika, Desa Bomo, Kecamatan
Rogojampi, Banyuwangi – Jawa Timur. Dosen Pembimbing Dr. Endang
Dewi Masithah, Ir., M.P.
SUMMARY
The aim of this Field Work Practice is to acquire knowledge in the field,
direct experience and dynamics of plankton abundance and types of plankton are
beneficial or detrimental in intensive shrimp culture system with solar PT Kartika
Windu Bomo village, District Rogojampi, Banyuwangi.
Plankton samples done in the morning and afternoon, around 06.00 and
13:00. Plankton analysis is conducted quantitatively in detail, namely the
calculation of both the type and amount of each type contained in the water.
Analysis was performed using quantitative plankton aid haemocytometer.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
Banyuwangi. Laporan ini disusun berdasarkan hasil Praktek Kerja Lapang yang
Penulis menyadari bahwa Praktek Kerja Lapang (PKL) ini masih sangat
jauh dari kesempurnaan, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat
Akhirnya penulis berharap semoga Karya Ilmiah ini bermanfaat dan dapat
Penulis
Pertama saya ucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas
segala rahmat, hidayah dan karuniaNya sehingga laporan Praktek Kerja Lapang
kepada Orang tua saya yang mana dengan ketulus ikhlasanya merestui dan
senantiasa mendoakan saya agar menjadi orang yang lebih berguna bagi agama,
nusa, bangsa dan keluarga. Sebagai mahasiswa Universitas Airlangga saya telah
berusaha menyelesaikan laporan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini. Oleh karena itu
1. Ibu Prof. Dr. Drh. Hj. Sri Subekti B. S., DEA selaku Dekan Fakultas
Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga.
2. Ibu Endang Dewi Masithah, Ir.,MP. selaku dosen pembimbing yang telah
banyak membantu serta memberikan petunjuk, arahan, dan bimbingan kepada
penulis sejak penulisan usulan hingga Laporan PKL ini dapat terselesaikan.
3. Bapak Eka Saputra, S.Pi., M.Si. dan Kustiawan Tri Pursetyo, S.Pi., M.Vet.
selaku dosen penguji
5. Bapak Puji Rosyid, Ir., selaku pembimbing lapangan yang telah memberikan
bimbingan kepada penulis selama PKL berlangsung.
6. Keluarga besar tercinta yang telah memberikan dukungan yang tak terhingga.
Novi dan Titom dari Universitas Airlangga. Wayani dari APS Sorong. Ilham,
Imran dan Juskan dari Politeknik Negeri Pertanian Pangkep
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN………………………………………………………………. i
SUMMARY…………………………………………………………………. ii
KATA PENGANTAR………………………………………………………. iii
UCAPAN TERIMA KASIH……………………………………………….. iv
DAFTAR ISI ……………………………………………………………… v
DAFTAR TABEL ………………………………………………………… vii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….. viii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………… ix
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................................... 1
1.2. Tujuan......…………………………………………………….…. 3
1.3. Manfaat.......................................................................................... 4
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Plankton …………………………………............................….. 5
2.1.1 Fitoplankton dan Zooplankton ………….......…………….. 7
2.1.2 Plankton di Perairan……………..........…………………… 8
III METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu....……………………………………………. 21
3.2 Metode Kerja ……………………………………………………. 21
3.3 Metode Pengumpulan Data …………..………………………… 21
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Keadaan Umum Lokasi Praktek Kerja Lapang
4.1.1 Lokasi Geografis dan Keadaan Alam….....……………… 23
4.1.2 Stuktur Organisasi........….........................………….…… 24
4.1.3 Kegiatan Usaha.......……................................…………... 25
4.1.4 Sarana dan Prasarana ……………………………........… 26
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 42
LAMPIRAN…………………………………………………………………. 44
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Pengelompokan plankton ........................................................ 6
2. Data Pegawai .......................................................................... 25
3. Sarana Unit Tambak Bomo C ................................................. 27
4. Prasarana Unit Tambak Bomo C ............................................ 28
5. Parameter Kualitas Air ........................................................... 35
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
I PENDAHULUAN
mengalami penurunan produksi pada tahun 1992 karena adanya faktor alami
berupa perubahan lingkungan, sebagai akibat dari tingginya produksi dari industri
akan udang di pasar lokal maupun internasional sebagai bahan pangan yang terus
mengadopsi dari pakan alami, salah satunya adalah plankton yang merupakan
proses fotosintesis pada siang hari (Edhy dkk, 2010). Jika plankton tidak cukup
pertumbuhan ikan peliharaan yang mengakibatkan ikan tidak dapat tumbuh secara
Menurut Sinta (2013) plankton merupakan pakan alami bagi larva ikan dan
udang, karena plankton dapat menjadi sumber energi dan pertumbuhan. Pakan
Spirulina, dan Artemi. Keunggulan pakan alami sebagai pakan larva ikan terletak
memiliki ukuran yang relatif kecil sehingga sesuai dengan bukaan mulut larva.
dapat merugikan. Menurut Luhur (2011), beberapa jenis plankton dari Diatom
seperti Cosniodiscus sp., Niztchia sp., Rizosolenia sp., dan plankton dari kelas
nilai kuantitatif plankton melalui batas normal yang ditolerir oleh organisme
Praktek kerja lapang ini dilaksanakan karena pada tambak dengan sistem
kualitas air harus optimal. Turunnya nilai kualitas air dapat menyebabkan dampak
dapat memeberikan dampak positif dan negatif bagi parameter kualitas air.
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari Praktek Kerja Lapang ini adalah mahasiswa
membandingkan antara teori yang diterima dengan fakta yang ada di lapangan.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Plankton
mengapung dalam kolom air dengan kemampuan gerak yang terbatas. Plankton
terbagi atas dua kelompok yaitu fitolankton dan zooplankton. Plankton merupakan
yang menghubungkan dengan biota pada tingkat trofik yang lebih tinggi
(Levinton, 1982; Arinardi et al., 1995; Casto and Huber, 2007; dalam Toha 2011)
paling rendah disebut spesies atau jenis. Spesies dapat dikenal dari struktur
planktonik yang berukuran lebih dari 2000 mm, makroplankton ialah organisme
20-200 mm. Ketiga golongan lainnya yaitu nanoplankton yang berukuran 2-20
mm, dan ultrananoplankton organisme yang memiliki ukuran kurang dari 2 mm.
Plankton dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu fitoplankton yang terdiri dari
2010). Menurut Arinardi (1995) dalam Yazwar (2008), secara umum plankton
B. Plankton Net
1. Mesoplankton 0,20-20 mm Copepoda, Cladocera
2. Mikroplankton 2-20 mm Cephalopoda, Euphsid
3. Makroplankton 20-200 mm Copepoda
4. Megaplankton >200 mm Cyane, Schipozoa
terdiri dari alga yang mikroskopis. Semua fitoplankton selamanya hidup dalam air
sebagai plankton dan diberi nama holoplankton. Lain halnya dengan zooplankton,
(Atmawati, 2012 ). Plankton secara umum yang dikenal terbagi atas fitoplankton
dan zooplankton yang merupakan dasar awal dari semua jaringan makanan, dapat
melakukan fotosintesis dari maerial air, karbon dioksida dan cahaya sebagai
materi organik di lingkungan pelagik, yang terdiri atas alga mikroskopis, bersel
tunggal, atau sel-sel terangkai dalam bentuk rantai. Ukuran fitoplankton berkisar
bersel tunggal, perbandingan luas permukaan dengan isi sel lebih tinggi dibanding
sel-sel terangkai dalam rantai. Perbandingan luas permukaan dengan isi sel ini
berhubungan dengan kemampuan tetap mengapung dalam kolom air, tetapi juga
produsen utama yang memberikan sumbangan pada produksi primer total suatu
yang menghasilkan bahan organik yang kaya energi maupun kebutuhan oksigen
sekitarnya dan menelan material hidup atau disebut fagotrof (Winarni, 2011).
energi di jejaring makanan perairan ekosistem laut lepas (Nybakken and Bertness,
organisme air lainnya, seperti zooplankton, bentos ikan dan lain-lain (Barus, 2004
perairan. Aspek-aspek yang dapat diamati meliputi nilai kualitatif dan kuantitatif
Fungsi perairan dapat berubah akibat adanya perubahan struktur dan nilai
berasal dari alam maupun dari aktivitas manusia, seperti peningkatan signifikatif
konsentrasi unsur hara secara sporadis yang dapat menimbulkan peningkatan nilai
kuantitatif plankton hingga melampaui batas normal yang dapat itolerir oleh
organisme hidup lainnya. Kondisi ini dapat menimbulkan dampak negatif berupa
dan ikan peliharaan. Jika plankton tidak cukup berlimpah maka laju pertumbuhan
plankton tidak akan dapat menyaingi pertumbuhan ikan peliharaan yang dapat
berakibat ikan tidak dapat tumbuh secara baik (Qiptiyah dkk., 2008). Dalam
ekosistem air hasil dari fotosintesis yang dilakukan oleh fitoplankton bersama
terutama pada lapisan perairan yang mendapat cahaya matahari yang dibutuhkan
dapat pula berperan sebagai slah satu parameter ekologi yang dapat
menggambarkan kondisi suatu perairan. Menurut Dawes (1981) dalam Amin dan
Mansyur (2010), salah satu ciri khas organisme fitoplankton yaitu merupakan
dasar dari mata rantai pakan di perairan. Oleh karena itu kehadiran plankton di
kimia, maupun biolgi (Reynolda et al., 1984 dalam Amin dan Mansyur, 2010).
fisika dan kimia, khususnya ketersediaan unsur hara (nutrien) serta kemampuan
jenis-jenis yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya lebih efisien daripada jenis
lain dalam tingkat trofik yang sama. Hal ini berarti jenis-jenis tersebut mempunyai
peranan yang penting bagi komunitas plankton di perairan tersebut (Qiptiyah dkk.,
2008).
(1992) dalam (Qiptiyah dkk., 2008) mengatakan bahwa ada dua faktor yang dapat
membatasi produktivitas fitoplankton yaitu cahaya dan zat-zat hara. Selain itu,
fitoplankton
biota perairan dalam hubungannya dengan kondisi suatu perairan (Winarni, 2011).
dari jumlah spesies dalam suatu kawasan (Usman dkk., 2013). Keanekaragaman
juga ditunjang oleh komunitas plankton itu sendiri dimana plankton akan
berkumpul disuatu tempat yang disukai (Nontji, 2008 dalam Usman dkk., 2013).
rumus indeks keragaman Shannon-Wiener berikkut ini (Brower et al, 1990 dalam
Yazwar, 2012) :
H’ = - Ʃ pi ln pi
Pi : Perbandingan antara jumlah suatu jenis dengan jumlah seluruh jenis (ni/N )
berikut:
H′
S=
Hmax
H’ : Indeks keragaman
S : Jumlah spesies
Hmax : Indeks keanekaragaman maksimum ( n = S )
Dominansi spesies adalah penyebaran jumlah individu tidak sama dan ada
menunjuk seluruh jenis pada ekosistem, sementara Desmukh (1992 dalam Atmawati,
2012) menyatakan bahwa keanekaragaman jenis sebagai jumlah jenis dan jumlah
kecil spesies dengan jumlah individu yang menyusun suatu komunitas. Tingginya
peranan yang besar untuk menjaga keseimbangan terhadap kejadian yang merusak
ekosistem. Adapun salah satu contoh dari indeks keanekaragaman zooplankton adalah
2) Densitas (kerapatan)
ruang atau volume. Pada umumnya ukuran besarnya populasi digambarkan dengan
cacah individu / biomassa populasi per satuan ruang atau volume (Sudjoko, dkk.,
pada ruang yang bebeda secara relative, maka satuan pengukuran yang dipergunakan
Sudjoko,dkk (1998) dalam Atmawati (2012) kerapatan suatu populasi secara teoritik
ditentukan oleh:
kemampuan mencari).
3) Frekuensi kehadiran
sampel atau merupakan keterdapatan suatu jenis dalam luasan tertentu. Frekuensi
4) Dominansi
dalam komunitas dan spesies yang dominan dalam suatu komunitas memperlihatkan
faktor pembatas seperti suhu, penetrasi cahaya dan kosentrasi unsur hara seperti
tiap stasiun pengamatan dilakukan pengambilan sampel pada satu titik sampling
yaitu pada zona permukaan ( 0 meter ) dan ditarik secara horizontal . Faktor biotik
yang diamati adalah plankton sedangkan faktor abiotik lingkungan meliputi suhu,
TxPxVx1
N=
LxpxvxW
menggunakan Sedgewick Rafter Counting Cell (SRCC ).Alat ini digunakan karena
plankton yang dicacah bersifat heterogen dan beraneka ragam. Rumus SRCC &
dan sel darah putih. Alat ini dapat digunakan untuk menghitung plankton dengan
a. Big Block
Bila ukuran sel fitoplankton lebih besar dari 6 dan terlalu padat.
Keterangan :
b. Small Block
Bila ukuran sel plankton lebih kecil dan padat populasinya, maka
𝑛𝑎+𝑛𝑏+𝑛𝑐+𝑛𝑑+𝑛𝑒
Kepadatan Fitoplankton (sel/ml) =
5 𝑥 4 𝑥 10−6
Keterangan :
khususnya di Jawa Timur sudah bukan hal yang asing lagi bagi para petambak,
diversifikasi usaha yang positif. Udang vannamei secara resmi diperkenalkan pada
windu (Penaeus monodon) karena berbagai masalah yang dihadapi dalam proses
produksi, baik masalah teknis maupun non teknis (Subyakto, dkk., 2009).
Arthropoda. Ada ribuan spesies di filum ini. Namun, yang mendominasi perairan
yang berasal dari subfilum Crustacea. Ciri-ciri subfilum Crustacea yaitu memiliki
tiga pasang kaki berjalan yang berfungsi untuk mencapit, terutama dari ordo
Berikut tata nama udang vannamei menurut ilmu taksonomi (Haliman dan,
Filum : Arthtropoda
Kelas : Malacostraca
Ordo : Decapoda
Family : Penaeidae
Genus : Litopenaeus
Spesies : Litopeneus vannamei
buku dan aktivitas berganti kulit luar secara periodik (moulting). Tubuh udang
vannamei terdiri dari dua bagian, yaitu kepala (Thorax) dan perut (abdomen).
Kepala udang vannamei terdiri dari antenula, antena, mandibula, dan dua pasang
maxillae. Kepala udang vannamei juga dilengkapi dengan tiga pasang maxilliped
dan lima pasang kaki berjalan (peripoda) atau kaki sepuluh (decapoda).
Sedangkan perut (abdomen) udang vannamei terdiri enam ruas dan pada bagian
abdomen terdapat lima pasang kaki renang dan sepasang uropods (mirip ekor)
lumpur (burrowing), menopang insang karena struktur insang udang mirip bulu
unggas, dan sebagai organ sensor seperti pada antena dan antenula. Sifat-sifat
penting yang dimiliki udang vannamei yaitu aktif pada kondisi gelap (noctural),
dapat hidup pada kisaran salinitas lebar (euryhaline) umumnya tumbuh optimal
pada salinitas 15-30 ppt, suka memangsa sesama jenis (kanibal), tipe pemakan
lambat tetapi terus menerus (continous feeder), menyukai hidup di dasar (bentik),
1. Suhu
organisme perairan. Selain itu, suhu juga akan mempengaruhi kelarutan gas-gas
dalam air. Udang dapat bertahan pada rentang suhu yang lebar. Batas suhu paling
tinggi untuk Litopenaus vannamei sekitar 35 0C. Udang akan bertahan pada suhu
24-32 0C, diluar kisaran tersebut udang akan stress dan tidak akan tumbuh dengan
2. Salinitas
berhubungan dengan tekanan osmotik dan ionik air, baik sebagai media internal
udang. Udang vannamei memiliki toleransi yang cukup besar terhadap salinitas,
tidaknya daya racun amonia dan hidrogen sulfida. Pada pH tinggi lebih banyak
ditemukan senyawa amonia dan bersifat toksik. Hal ini disebabkan karena amonia
lebih mudah terserap ke dalam tubuh udang. Apabila nilai pH semakin meningkat
pada kadar tertentu, maka ajan mengakibatkan daya racun amonia semakin
kultivan melalui efek terhadap parameter ini, seperti tingkat toksik amoniak, dan
keberadaan pakan alami. Untuk itu kestabilan pH pada kisaran normal sangat
pH yang dapat diterima menurut Wyk (1999) dalam Panjaitan (2012) untuk
III METODOLOGI
Metode kerja yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapang ini adalah
metode deskriptif. Metode deskriptif adalah salah satu metode penelitian yang
atau peristiwa. Peneliti mengamati suatu objek dan kemudian menjelaskan apa
ilmiah yang dilakukan secara hati-hati dan cermat, sehingga data yang diperoleh
peneliti secara langsung dari sumber datanya. Data primer disebut juga data asli.
langsung (Nazir, 2011). Teknik yang dapat digunakan diantaranya adalah sebagai
berikut:
A. Observasi
fenomena itu terjadi. Observasi berarti pengamatan secara langsung atau tidak
B. Wawancara
Wawancara dibagi menjadi dua, yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tidak
2011).
dengan cara tanya jawab mengenai sejarah berdirinya PT Surya Windu Kartika
sarana dan prasarana, tenaga kerja, serta obyek dan kegiatan yang dilaksanakan
C. Partisipasi Aktif
Rogojampi, Banyuwangi.
Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari
berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data sekunder
dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti Biro Pusat Statistik (BPS), buku,
laporan, jurnal, dan lain-lain (Suryana, 2010). Data pada Praktek Kerja Lapang ini
diperoleh dari data dokumentasi, laporan dari lembaga, instansi, dan dinas
PT. Surya Windu Kartika (SWK) hingga saat ini memiliki 5 unit lokasi
tambak yang berbeda-beda, kelima unit lokasi tambak tersebut yaitu: Unit Bomo
A, Bomo B, Bomo C, Jatisari I, dan Jatisari II. Unit Bomo C terletak di Desa
Secara teknis, lokasi tambak yang terletak di daerah pantai yang memiliki
fluktuasi pasang surut air laut 0 - 3 m, sehingga penyediaan air laut untuk
Disamping itu, di unit tambak ini juga tersedia air tawar dari sumur bor yang
transportasi dan komunikasi. Namun disisi lain, terdapat kekurangan yaitu adanya
pengadaan air laut harus menerapkan sistem tandon treatment air agar air media
yang digunakan terjaga kualitasnya. Untuk lebih jelasnya denah lokasi tambak PT.
Tambak Unit Bomo C merupakan bagian dari PT. SWK, dan untuk
(Litopenaeus vannamei), PT. SWK dipimpin oleh seorang pemilik usaha yang
mengatur segala aktifitas usaha yang dijalankan. General manager PT. SWK
dapur. Struktur organisasi tambak Unit Bomo C dapat dilihat pada Gambar 6.
General Manager
PT. Surya Windu
Kartika
Unit
Laboratorium Teknisi Administrasi
masing karyawan tambak PT. SWK Unit Bomo C dapat dilihat pada Tabel 8.
Kegiatan usaha yang dilakukan oleh PT. Surya Windu Kartika adalah usaha
intensif. Dalam satu tahun unit usaha tambak ini dapat beroperasi atau produksi
sebanyak 3 siklus, dengan lama waktu setiap siklusnya adalah 4 bulan dan sudah
termasuk dalam tahap pengeringan serta persiapan. PT. Surya Adikumala Abadi
merupakan mitra kerja PT. Surya Windu Kartika dalam hal pemasaran yang
berperan sebagai pembeli tetap hasil produksi udang dengan harga yang berlaku
dipasaran.
budidaya perikanan secara umum dapat dibagi menjadi dua, yaitu sarana utama
A. Tambak Budidaya
mengunakan pematang berbahan dasar beton dan dasar tambak berupa semen.
Jumlah petakan yang ada di Tambak Bomo Unit C yaitu 44 petak yang tebagi
kedalam 4 jalur yaitu jalur A, B, C, dan D dengan kisaran luas 2632-3908 m2.
B. Sumber Energi
Sumber energi yang digunakan PT Surya Windu Kartika Unit tambak Bomo
C terdapat dua sumber, yaitu PLN dan Genset. Energi Listrik yang berasal dari
PLN memiliki daya sebesar 179 KVA. Sedangkan genset memiliki daya sebesar
200 KVA, dengan bahan bakar berupa solar. Pemakaian genset hanya ketika
C. Sistem Pengairan
berasal dari air laut dan air tawar. Air laut diambil menggunakan pompa dengan
kapasitas 25 HP dan jenis yang digunakan adalah HB 8 DIM. Air laut didapat
dengan cara menggambil langsung dari laut dengan jarak sekitar 200 m dari garis
pantai. Sumber air tawar berasal dari 7 sumur bor yang berada dalam tempat
D. Sistem Aerasi
kipas, 1 Hp setara dengan 760 watt. Jumlah kincir yang digunakan dalam 1 petak
rata–rata sebanyak 8 buah dengan 8 dinamo dan jumlah kipas 16 buah. Pelampung
Penahan yang digunakan berupa bambu dan batang pohon kelapa dengan panjang
3 meter.
Berikut adalah tabel sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Unit tambak Bomo
C.
9 Blower - 2 unit
10 Jala panen dan sampling Ukuran mata jaring 1 cm 2 buah
11 Jaring kondom Ukuran mata jaring 0,5 cm 1 buah
12 Blong kultur probiotik 250 liter (HDPE) 2 buah
100 liter (HDPE) 2 buah
13 Jembatan Tengah dan anco Bambu 10 unit
14 Selang aerator Plastik Disesuaikan
15 Keranjang panen HDPE 20 buah
16 Waring panen 1,5” 15 buah
17 Anco Strimin 40 unit
18 Perahu getek pelampung 10 unit
19 Secchi disk Paralon 10 buah
20 Timba pakan Plastik 10 buah
21 Serok klekap Strimin 10 buah
22 Sirap Outlet Kayu 20 buah
23 Piring pakan Plastik 10 buah
Laboratorium:
- Test Kit Serbuk dan cairan Disesuaikan
- Uji Mikrobiologi Serbuk Disesuaikan
- Mikroskop Elektrik 2 unit
- Refraktometer Manual 1 buah
- DO meter Elektrik 1 unit
- Thermometer °C 10 buah
- Autoclave Elektrik 1 unit
- Oven Elektrik 1 unit
- Lemari pendingin Elektrik 1 unit
- Computer Elektrik 1 unit
Sumber: Data Sekunder, 2012.
06.30 dan 13.00, namun apabila kondisi air sedang tidak optimal misalnya range
pH terlalu lebar dilakukan penggambilan lagi pada pukul 09.00. Peralatan yang
digunakan ketika menggambil sampel adalah botol sampel yang memiliki volume
300 ml. Cara yang dilakukan adalah dengan mengikatkan botol sampel pada
secsidisk dan di masukan secara horisontal pada tepian tambak hingga sekitar 15
plankton net karena terbatasnya alat, namun penggambilan secara langsung dari
perairan sudah dapat mewakili plankton yang mendominasi perairan. Sampel air
yang didapat langsung diamati pada laboratorium fisika dan biologi yang tersedia.
Pengamatan yang dilakukan pada laboratorium fisika dan biologi terhadap sampel
air selain plankton yang ada diperairan juga meliputi suhu, salinitas, PH.
dijadikan sebagai salah satu parameter dalam pemantauan kualitas air. Aspek-
aspek yang dapat diamati meliputi aspek kualitatif dan kuantitatif. Analisis
merupakan pengamatan plankton secara detail baik jenis maupun jumlah masing-
masing jenis yang terkandung dalam air. Menurut Toha (2004) aspek kuantitatif
berhubungan erat dengan penilaian perairan yang dapat berfungsi sebagai daerah
peralatan dari gelas / kaca yang terdapat garis-garis (skala dengan ukuran tertentu)
(individu/ml). Dengan bantuan alat ini dapat diketahui jumlah plankton persatuan
volume air, sehinngga bisa diketahui keragaman plankton (biasanya tiap jenis
dinyatakan dengan persen). Ukuran luas kotak yang kecil adalah 1/400 atau
0,0025 mm2 sedangkan kedalaman 0,1 mm. Jadi volume per kotak yang kecil
perhitungan plankton adalah kotak berukuran 1x1 mm2, kedalaman 0,1 mm. Jadi,
volumenya 0,1 mm3 atau 10-4 cm3 atau 10-4 ml. Kotak tersebut dibatasi garis
Metode analisis :
1. Siapkan haemocytometer, dan peralatan lain.
2. Dengan menggunakan pipet bersih, ambil air sampel dan teteskan
haemocytometer tepat pada bagian yang ada skala / garisnya.
Surya Windu Kartika unit Bomo C pada petak B8 diperoleh data sebagai berikut :
Minggu ke-
No. Kelas
I II III IV
1 Green Algae 12708 17708 9583 6042
2 Blue Green Algae 8750 30833 33750 40208
3 Diatom 5417 11250 22708 13542
4 Euglenophyta 417 2708 2500 3958
5 Dinoflagelata 8333 15208 8125 5417
6 Zooplankton 2917 3125 4167 3542
Jumlah 38542 80832 80833 72709
45000
Jumlah Plankton (Sel/Liter)
40000
35000 Green Algae
30000 Blue Green Algae
25000
Diatom
20000
Euglenophyta
15000
10000 Dinoflagelata
5000 Zooplankton
0
I II III IV
Jenis Plankton yang ditemukan pada petak B8 selama PKL adalah genus-
genus dari golongan Green algae, Blue Green Algae dan Diatom. Selain itu,
Zooplankton. Secara garis besar plankton yang ditemukan dalam kelimpahan yang
relatif tinggi dalam perairan adalah golongan Blue Green Algae. Menurut
golongan tertinggi adalah Green Algae. Pada minggu kedua sebesar 8,0832 x 104
sel/ml dengan komposisi golongan tertinggi adalah Blue Green Algae. Pada
minggu ketiga kelimpahan plankton sebesar 8,8542 x 104 sel/ml sedangkan pada
minggu keempat sebesar 7,2709 x 104 sel/ml dengan komposisi tertinggi dari
ppt. Komposisi jenis plankton yang kelimpahanya relatif tinggi adalah dari
golongan Blue Green Algae. Blue Green Algae atau Cyanophyta yang mempunyai
frekuensi kejadian lebih dari 60 % adalah dari genus Oscilatoria. Hal ini juga
menjadikan warna air menjadi hijau tua atau hijau kebiruan. Untuk kepentingan
budidaya warna air ini tidak menguntungkan. Oleh karena itu sebaiknya dilakukan
BGA) yang akan menyebabkan DO turun dan timbulnya bau lumpur pada udang.
kematian pada udang. Plankton dari golongan Blue Green Algae tumbuh pada
golongan amonia nitrogen rendah. Dengan kata lain, plankton ini tumbuh subur
pada N/P rendah, karena plankton jenis ini mampu memperoleh nitrogen dari
pernyataan Domingues et al., 2005; Yurkovskis et al., 1999 dalam Toha dan Arif,
diatom dapat digantikan oleh jenis-jenis yang bersifat heerotrofik, seperti blue
dilihat dari jumlah spesies dalam suatu kawasan. Nilai indeks keanekaragaman
selama pengamatan pada petak B8 pada minggu pertama 1.7658, minggu kedua
1.6716, minggu ketiga 1.5912, pada minggu ketiga 1.4024. Nilai Indeks
sebesar 0.8827, minggu kedua 0.8356, minggu ketiga 0.7956 dan minggu keempat
0.7014. Nilai keseragaman jenis plankton pada minggu pertama hingga minggu
keempat keberadaannya tidak seragam. Menurut Ali (1994) dalam Makmur dkk.
(2011) keseragaman E > 0.75 tergolong tinggi berarti keberadaan atau kepadatan
menunjukkan keberadaan biota tidak merata atau ada perbedaan yang fluktuatif.
0.3537, minggu kedua sebesar 0.2389, minggu ketiga sebesar 0.2378 dan minggu
keempat sebesar 0.3503. Nilai indeks dominasi yang berada pada kisaran 0, 2378
(1994) dalam Usman (2013) nilai Indeks Dominasi spesies dimana D < 0.5
individu yang tidak sama dan ada kecenderungan suatu spesies yang
cahaya, oksigen terlarut, stratifikasi suhu, dan ketersediaan unsur hara nitrogen
dan fosfor, sedangkan aspek biologi adalah adanya aktivitas pemangsaan oleh
yang dapat menggambarkan kondisi suatu perairan. Salah satu ciri khas organisme
fitoplankton yaitu merupakan dasar dari mata rantai pakan diperairan . Oleh
suatu perairan apakah berada dalam keadaan subur atau tidak. Perubahan terhadap
kelimpahan dan komposisi fitoplankton. Hal ini juga seperti yang dinyatakan oleh
parameter biologi yang dapat dijadikan indikator untuk mengevaluasi kualitas dan
Petak B8 PT Surya windu kartika adalah dari golongan Blue Green Algae atau
Cyanophyta. Menurut Yeany (2005) Cyanophya filum (atau "divisi") bakteri yang
sejak 3,8 miliar tahun lalu. Blue Green Algae sekarang adalah salah satu
kelompok terbesar di bumi. Mereka bisa bersel tunggal atau koloni. Koloni dapat
tumbuhan, berbagai jenis protista, atau spons dan menyediakan energi bagi inang
(Yeany, 2005).
tipe sel yang berbeda: sel vegetatif adalah yang normal, sel fotosintesis pada
kondisi lingkungan yang baik, dan tipe heterokista yang berdinding tebal yang
Fiksasi nitrogen dan karbon pada Blue Green Algae adalah satu-satunya
kelompok organisme yang mampu mereduksi nitrogen dan karbon dalam kondisi
belerang (sulfur) sebagai pengganti oksigen. Beberapa spesies Blue Green Algae
Kualitas air adalah salah satu tingkat penentu keberhasilan suatu budidaya
dalam usaha perikanan, salah satu indikator yang dapat dijadikan penentu kualitas
air adalah kelimpahan plankton dalam perairan. Menurut Makmur dkk. (2011) air
4.5.1. Suhu
pengamatan yang dilakukan pada petak B8 di PT surya Windu Kartika unit Bomo
Green Algae, Blue Green Algae dan Diatom untuk dapat tumbuh. Menurut
Makmur dkk. (2011) organisme akuatik memiliki kisaran suu tertentu yang
disukai bagi pertumbuhanya seperti alga dari filum Chlorophyta dan Diatom akan
tumbuh baik pada kisaran suhu berturut-turut 30-350C dan 20-300C. Filum
Cyanophyta lebih toleran terhadap kisaran suhu yang lebih tinggi dibandingkan
dengan Chlorophyta dan Diatom. Menurut Nurdin (2000) dalam Efrizal (2009)
langsung maupun tidak langsung. Pengaruh secara langsung yakni suhu berperan
untuk mengontrol reaksi enzimatik dalam proses fotosintesis. Suhu yang tinggi
yakni dalam merubah struktur hidrologi kolom perairan yang pada gilirannya akan
5.6 mg/L. Pada minggu keempat dimana oksigen terlarut dalam perairan berada
pada kisaran terendah disebabkan penurunan pada kelimpahan plankton yang ada.
mg/L akan menurunkan jumlah genus sebanyak 0.54 ( penurunan 1,85 mg/L akan
4.5.3. Salinitas
sehingga fitoplankton masih dapat berkembang dengan baik. Hal ini didukung
oleh pendapat Milero dan Sohn (1992) dalam Efrizal (2009) yang menyatakan
4.5.4. pH
Kartika unit Bomo C berkisar antara 7.6 – 8.8, kisaran pH tersebut masih
diterima menurut Wyk (1999) dalam Panjaitan (2012) adalah 6.9 – 9.0.
4.5.5. Nitrogen
ammonia, nitrit dan nitrat. Menurut Hutagalung dan Rozak (1997) dalam Asmara
bebas dalam air. Pada saat oksigen rendah, nitrogen bergerak menuju ammonia,
sedangkan pada saat kadar oksigen tinggi nitrogen bergerak menuju nitrat.
Dengan demikian, nitrat merupakan akhir dari oksidasi nitrogen dalam air.
hingga keempat berkisar antara 1-6, kandungan nitrat berkisar antara 15-30,
tersebut termasuk subur. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurrachmi (1999) dalam
Efrizal (2009) menyatakan bahwa konsentrasi nitrat > 0,2 mg/l merupakan
salah satu unsur penting. Hal ini dikarenakan energi listrik yang ada digunakan
untuk menggerakan aerasi yang harus menyala sepanjang hari untuk memenuhi
kepadatan yang tinggi. Sehingga apabila aerasi mengalami kematian maka suplay
oksigen tidak akan tercukupi dan hal ini dapat menjadikan udang mengalami
stress dan kematian. Sehingga kerjasama dengan PLN perlu ditingkatkan terkait
untuk terus dikembangkan karena dengan luas lahan yang sama pada sistem
5.1. Kesimpulan
kartika adalah dari golongan Green Algae, Blue Green Algae, Diatom,
kejadian lebih dari 75 % adalah dari genus Oscilatoria. Hal ini juga menjadikan
warna air menjadi hijau tua atau hijau kebiruan. Untuk kepentingan budidaya
warna air ini tidak menguntungkan, sebaiknya dilakukan pergantian air untuk
5.2. Saran
tiga kali sehari agar dapat dikontrol keragaman dan kelimpahan plankton yang ada
di perairan agar apabila terjadi dominasi pada salah satu spesies dan dapat
dalam monitoring kualitas air, hama dan penyakit seperti pengadaan Ph pen agar
DAFTAR PUSTAKA
Makmur, R. dan M. Fahrur. 2011. Hubungan Antara Kualitas Air dan Plankton di
Tambak Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi. Prosiding
Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. Balai Riset Perikanan Budidaya Air
Payau. Maros. 8 hal.
Marzuki. 1997. Metode Riset. Bagian Penerbitan UII. Yogyakarta. 125 hal.
Lampiran 1.
Sumber : https://maps.google.co.id/maps?hl=en&tab=wl
Diakses 26 Desember 2013
Lampiran 2.
Usia 26 27 28 29 30 31
Tanggal 21/01/2014 22/01/2014 23/01/2014 24/01/2014 25/01/2014 26/01/2014
JENIS PLANKTON Pagi Siang Pagi Siang Pagi Siang Pagi Siang Pagi Siang Pagi Siang
1. Green Algae
Oocystis 0.25 1,25 0.5
Chlorella 2,25 2 1,75 0,25 1,25 1.5 1,25 1,5 1,5
chlamydomonas 0,25
tetrastomum 0.25
jumlah free algae 0.25 3.75 2.25 1.75 0.25 1.25 2.25 1.25 1.5 1.5
% green algae
2. Blue green Algae
oscylatoria 1 1 1 0.5 0.5 0.5 0.25 0.75 0.75 0.5
Mycrocystis 0.5 0.25 0.75 0.75 0.75 0.75
Crococcus 0.5 0.5
Jumlah BGA 1 0.5 1 1 0.5 0.5 0.75 1 1.5 2 1.75
% BGA
3. Diatom
Nithzia 0.75 0.25
Cerataulina 0.25
Cylindopyalis 0.5
Sterptotecha 0.25 0.25 0.25 0.5
Cocsinodiscus 0.25
Amphora 0.5
Chaetoceros 0.25 0.25 0.25
Thalasiosira 0.25 0.75 0.75
Cyclotella 0.25
Naviculla
Jumlah Diatom 0.75 0.25 0.25 0.5 0.25 0.75 0.25 0.25 0.5 1.5 0.25 1
% Diatom
4. Euglenophyta 0.25 0.25
5. Dinoflagellata 2 0.75 0.5 0.75 0.75 0.75 0.5 1.5 1.75 0.75 0.75
6. Protozoa 0.5 0.25 0.25 1 1.25 0.25 0.25 0.5 0.5
7. Zooplankton 0.25 0.5 0.5 0.5 0.25 0.5 0.5 0.5
Total Plankton 2.25 6.5 1.75 4.75 3.5 5.5 2.25 3.25 5.5 6.5 6.5
Pigmen + + + + + + + + + + + +
Sampah Organik +- +- +- +- +- +- +- +- +- +- +- +-
Sampah Plankton +- +- +- +- +- - +- - +- +- +-
Warna Air h h h hc hc hc h h h h h h
Usia 32 33 34 35 36 37
Tanggal 27/01/2014 28/01/2014 29/01/2014 30/01/2014 31/01/2014 1/02/2014
JENIS PLANKTON Pagi Siang Pagi Siang Pagi Siang Pagi Siang Pagi Siang Pagi Siang
1. Green Algae
Chlorella 2 1.5 2.5 1 1 0.5 0.25 0.75 1.5 1.5 1 1.5
Chlampydomonas 0.25
Oocystis 0.25
Jumlah Green Algae 2 1.5 2.5 1 1.25 0.5 0.25 0.75 1.75 1.5 1 1.5
% green Algae
2. Blue Green Algae
Mycrocystis 1 1.25 0.5 0.25 2.25 3.5 1.5 1
Oscilatoria 0.75 1.5 0.5 1 0.25 0.75 0.5 0.75 1.5 1.75 1.25 0.75
Crococcus 2.25 1.25 0.75 0.75 0.75 1 0.75 1
Spirulina 0.25 0.5 0.5 0.5 1.25 0.5 0.25
Anabaena 0.5 0.5 0.5 0.5 0.25
Jumlah BGA 1.75 4 3 3.25 1.75 1.5 0.5 4.5 2.75 8 3.75 2.25
% BGA
3. Diatom
Naviculla 0.25 0.25 0.25 0.5
Chaetoceros 0.25 0.25 0.25 0.25 0.5 0.25 0.5 0.75
Streptotecha 0.25 0.25 0.25 0.25 0.5 0.75
Rizosolenia 0.5 0.25 0.5
Cyclotella 0.5 0.75 0.25 0.5 0.5 0.5
Cocsinodiscus 0.5 0.25 0.25 0.25 0.25
Thalasiosira 0.5 0.25 0.25 0.25
Jumlah Diatom 0.5 0.75 1.75 1.25 1 1.5 1 1.75 1 2.25 0.75
% Diatom
4. Euglenophyta 0.25 0.75 0.5 0.5 0.75 0.5
5. Dinoflagellata 1.25 2.75 1 1 1.75 1 2 2 1.5 1.5 2.5
6. Protozoa 0.25 0.75 1.25 0.75 0.5 0.5 0.5 0.75 0.25
7. Zooplankton 1 0.5 0.75 0.25 0.5 0.25 0.5
Total Plankton 6.25 10.75 9 8.5 6.75 4.5 5.25 10.5 8.5 12.75 10.75 6.75
Pigmen + + + + + + + + + + + +
Sampah Organik +- +- +- + + + + + + + +- +-
Sampah Plankton +- +- +- +- +- - +- - +- +- - +-
Warna Air h h h hc hc hc h h h h h h
Usia 38 39 40 41 42 43
Tanggal 2/02/2014 3/02/2014 4/02/2014 5/02/2014 6/02/2014 7/02/2014
JENIS PLANKTON Pagi Siang Pagi Siang Pagi Siang Pagi Siang Pagi Siang Pagi Siang
1. Green Algae
Chlorella 1.25 1.75 0.75 0.75 1.5 1.75 1 1.5 0.25
Oocystis 0.25 0.25 0.25
Chlamydomonas 0.25
Jumlah Green Algae 1.25 2 0.75 1 1.5 1.75 0 0 0 1 1.75 0.5
% Green Algae
2. Blue Green Algae
Oscilatoria 2 1 2 1.75 2.5 2.5 3.25 0.25 3 3.5 3
Crococcus 0.75 0.75 0.5 0.25 1.25 0.25 0.25
Mycrocystis 1 0.75 0.5 1 1.5 1 0.5 0.25
Anabaena 0.25 0.25 0.25 2 0.5
Merismopedia 0.25 0.25
Spirulina 0.5 0.75
Dictyospaerium 0.25
Jumlah BGA 4 2.75 3.25 3 5.75 4.25 4.5 0 0.75 4.75 3.75 3.75
% BGA
3. Diatom
Cocsinodiscus 0.25 0.25 0.5 0.5 0.5 1 0.75
Chaetoceros 0.25 0.25
Skeletonema 0.25 0.25 0.75 5.25 0.25 0.75
Thalasiosira 0.5 0.5 0.25 0.25 0.25
Naviculla 0.25
Cyclotella 2 0.75 0.5 1.25 1 0.75 0.75 1,5 1.75
Streptotecha 0.5 0.5 1 1 1 0.5 0.25
Jumlah Diatom 0.75 3.5 1.5 2.5 5.75 2.75 2.75 0 0.75 2.75 2.25 2
% Diatom
4. Euglenophyta 0.5 0.75 0.25 0.75 0.25 0.25 0.25
5. Dinoflagelata 1 4 2.25 2.25 0.75 2.25 0.75 0.25 2.25
6. Protozoa 0.75 1 1.5 1 0.25 0.75 0.75 0.5
7. Zooplankton 0.5 0.25 0.5 0.5 0.5 0.5 0.25 0.75 0.75 0.5
Total Plankton 8.75 10 11 10.25 14.5 12.25 8.25 0 4.25 9 10.5 7.5
Sampah Organik + + + + + + + + + + +
Sampah Plankton +- +- +- + + + + + + +- +-
Warna Air h h h hc hc hc h h h h h
Usia 44 45 46 47 48 49
Tanggal 8/02/2014 9/02/2014 10/02/2014 11/02/2014 12/02/2014 13/02/2014
JENIS PLANKTON Pagi Siang Pagi Siang Pagi Siang Pagi Siang Pagi Siang Pagi Siang
1. Green Algae
Chlorella 1.5 0.25 1 0.25 0.25 0.75 1 0.25
Scenedesmus 0.25
Dictyophaerium 0.25 0.75
Chlamydomonas 0.5 0.25
Jumlah Green
1.75 0 0.25 1 1 0 0 0.5 0 0.75 1.75 0.25
Algae
% Green Algae
2. Blue Green Algae
Oscilatoria 2.25 4.25 5.75 3.75 2.75 0.75 3.5 5 2.25 4.75 3.25
Crococcus 0.5 0.25 0.25 0.75
Anabaena 1 0.5 0.25 0.5 0.25 0.5 0.75
Mycrocystis 0.25 0.25
Merismopedia 0.75 0.75 0.5 0.25
Spirulina 0.5 0.25 0.75 0.25
Jumlah BGA 2.75 5.5 6.5 5 4 1.5 0 4.75 6.25 3 5.5 3.5
% BGA
3. Diatom
Skeletonema 1 0.5 0.5 0.5 0.25 0.25
Streptotecha 1.25 0.25 1
Cyclotella 0.5 0.25 0.75 0.5 0.75 1.25 0.25 0.25 1 0.5
Thalasiosira 0.25 0.25 0.25 0.5
Cerataulina 0.25 0.25 1 0.75
Naviculla 0.25 0.75
Nitzia 0.25
Jumlah Diatom 3 0.25 1.75 2 1.25 2.25 0 1.25 0.75 0.75 1.75 1.25
% Diatom
4. Euglenophyta 0.25 1 1 1.5 1
5. Dinoflagelata 0.75 1.25 1.5 0.75 0.5 0.25 0.75 0.75
6. Protozoa 0.25 0.25 0.75
7. Zooplankton 0.5 1 0.25 0.5 0.25 1 0.75
Total Plankton 8.5 7.5 10.5 9.75 6.75 3.75 7.75 9.25 6.5 10 8.25
Pigmen + + + + + + + + + + +
Sampah Organik +- +- +- +- +- +- +- +- +- +- +-
Sampah Plankton +- +- +- +- +- - - +- +- +-
Warna Air h hc h hc hc h h h h h h
Keterangan:
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Haemocytometer Mikroskop