Faraday
Faraday
PENDAHULUAN
A. KOMPARTEMEN CAIRAN
Seluruh cairan tubuh didistribusikan diantara dua kompartemen utama, yaitu :
cairan intraselular (CIS) dan cairan ekstra selular (CES). Pada orang normal
dengan berat 70 kg, Total cairan tubuh (TBF) rata-ratanya sekitar 60% berat
badan atau sekitar 42 L. persentase ini dapat berubah, bergantung pada umur,
jenis kelamin dan derajat obesitas ( Guyton & Hall, 1997)
1.
Cairan Intraselular (CIS) = 40% dari BB total Adalah cairan yang
terkandung di dalam sel. Pada orang dewasa kira-kira 2/3 dari cairan tubuh
adalah intraselular, sama kira-kira 25 L pada rata-rata pria dewasa (70 kg).
Sebaliknya, hanya dari cairan tubuh bayi adalah cairan intraselular.
2.
Cairan Ekstraselular (CES) = 20% dari BB total Adalah cairan diluar sel.
Ukuran relatif dari (CES)menurun dengan peningkatan usia. Pada bayi baru
lahir, kira-kir cairan tubuh terkandung didalam (CES). Setelah 1 tahun, volume
relatif dari (CES) menurun sampai kira-kira 1/3 dari volume total. Ini hampir
sebanding dengan 15 L dalam rata-rata pria dewasa (70 kg).
Lebih jauh (CES) dibagi menjadi :
a)
Cairan interstisial (CIT) : Cairan disekitar sel, sama dengan kira-kira 8 L
pada orang dewasa. Cairan limfe termasuk dalam volume interstisial. Relatif
terhadap ukuran tubuh, volume (CIT) kira-kira sebesar 2 kali lebih besar pada
bayi baru lahir dibanding orang dewasa.
b)
Cairan intravaskular (CIV) : Cairan yang terkandung di dalam pembuluh
darah. Volume relatif dari (CIV) sama pada orang dewasa dan anak-anak. Ratarata volume darah orang dewasa kira-kira 5-6 L (8% dari BB), 3 L (60%) dari
jumlah tersebut adalah PLASMA. Sisanya 2-3 L (40%) terdiri dari sel darah merah
(SDM, atau eritrosit) yang mentranspor oksigen dan bekerja sebagai bufer tubuh
yang penting; sel darah putih (SDP, atau leukosit); dan trombosit. Tapi nilai
tersebut diatas dapat bervariasi pada orang yang berbeda-beda, bergantung
pada jenis kelamin, berat badan dan faktor-faktor lain. Adapun fungsi dari darah
adalah mencakup :
pengiriman nutrien (mis ; glokusa dan oksigen) ke jaringan
transpor produk sisa ke ginjal dan paru-paru
pengiriman antibodi dan SDP ke tempat infeksi
transpor hormon ke tempat aksinya
sirkulasi panas tubuh
3.
Cairan Transelular (CTS) Adalah cairan yang terkandung di dalam rongga
khusus dari tubuh. Contoh (CTS) meliputi cairan serebrospinal, perikardial,
pleural, sinovial, dan cairan intraokular serta sekresi lambung. Pada waktu
tertentu (CTS) mendekati jumlah 1 L. Namun, sejumlah besar cairan dapat saja
bergerak kedalam dan keluar ruang transelular setiap harinya. Sebagai contoh,
a)
Elektrolit : Substansi yang berdiasosiasi (terpisah) di dalam larutan dan
akan menghantarkan arus listrik. Elektrolit berdisosiasi menjadi ion positif dan
negatif dan diukur dengan kapasitasnya untuk saling berikatan satu sama lain
(miliekuivalen/liter) atau dengan berat molekul dalam garam ( milimol/liter
mEq/L ). Jumlah kation dan anion, yang diukur dalam miliekuivalen, mol/L dalam
larutan selalu sama.
Kation : ion-ion yang mambentuk muatan positif dalam larutan.
Kationekstraselular utama adalah natrium (Na +), sedangkan kation intraselular
utama adalah kalium (K+). sementara kation yang lainnya adalah (Ca+) dan
(Mg+). Sistem pompa terdapat di dinding sel tubuh yang memompa natrium ke
luar dan kalium ke dalam
Anion : ion-ion yang membentuk muatan negatif dalam larutan. Anion
ekstraselular utama adalah klorida ( Cl ), sedangkan anion intraselular utama
adalah ion fosfat (PO4-).
Karena kandungan elektrolit dari palsma dan cairan interstisial secara esensial
sama, nilai elektrolit plasma menunjukkan komposisi cairan ekstraselular, yang
terdiri atas cairan intraselular dan interstisial. Namun demikian, nilai elektrolit
plasma tidak selalu menunjukkan komposisi elektrolit dari cairan intraselular.
Pemahaman perbedaan antara dua kompartemen ini penting dalam
mengantisipasi gangguan seperti trauma jaringan atau ketidakseimbangan
asam-basa. Pada situasi ini, elektrolit dapat dilepaskan dari atau bergerak
kedalam atau keluar sel, secara bermakna mengubah nilai elektrolit palsma.
b)
Non-elektrolit : Substansi seperti glokusa dan urea yang tidak berdisosiasi
dalam larutan dan diukur berdasarkan berat (miligram per 100 ml-mg/dl). Nonelektrolit lainnya yang secara klinis penting mencakup kreatinin dan bilirubin.
D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit
diantaranya adalah :
1. Usia
Variasi usia berkaitan dengan luas permukaan tubuh, metabolisme yang
diperlukan dan berat badan. selain itu sesuai aturan, air tubuh menurun dengan
peningkatan usia. Berikut akan disajikan dalam tabel perubahan pada air tubuh
total
sesuai
usia.
2. Jenis kelamin
Wanita mempunyai air tubuh yang kurang secara proporsional, karena lebih
banyak mengandung lemak tubuh
3. Sel-sel lemak
Mengandung sedikit air, sehingga air tubuh menurun dengan peningkatan lemak
tubuh
4. Stres
Stres dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel, konsentrasi darah dan
glikolisis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air. Proses
ini dapat meningkatkan produksi ADH dan menurunkan produksi urine
5. Sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal dan jantung, gangguan
hormon akan mengganggu keseimbangan cairan
6. Temperatur lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat kehilangan
NaCl melalui keringat sebanyak 15-30 g/hari
7. Diet
Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan energi,
proses ini akan menimbulkan pergerakan cairan dari interstisial ke intraselular.
E. PERGERKAN CAIRAN TUBUH
Mekanisme pergerakan cairan tubuh berlangsung dalam tiga proses, yaitu:
1.
Difusi adalah perpindahan larutan dari area berkonsentrasi tinggi menuju
area berkonsentrasi rendahdengan melintasi membrane semipermeabel. Pada
proses ini, cairan dan elektrolit masuk melintasi membrane yang memisahkan
dua kompartemen sehingga konsentrasi di kedua kompartemen ini seimbang.
Kecepatan difusi ini dipengaruhi oleh tiga hal, yakni ukuran molekul, konsentrasi
larutan, temperature larutan.
2.
Osmosis adalah perpindahan cairan melintasi membrane semipermiabel
dari area yang berkonsentrasi rendah ke area berkonsentrasi tinggi. Pada proses
ini, cairan melintasi membrane untuk mengencerkan cairan yang berkonsentrasi
tinggi sampai diperoleh keseimbangan di kedua sisi membrane. Perbedaan
osmotic ini di pengaruhi oleh distribusi protein tidak merata. Karena ukuran
molekulnya besar protein tidak dapat bebas melintasi membrane plasma.
Akibatnya, terjadi ketidakseimbangan tekanan osmotic koloid (tekanan onkotik)
sehingga cairan tertarik kedalam ruang intravaskuler.
3.
Transpor Aktif adalah pengangkutan yang digunakan oleh molekul untuk
berpindah melintasi membrane sel melawan gradient konsentrasinya. Dangan
kata lain, transport aktif adalah gerakan molekul dari konsentrasi yang satu ke
konsentrasi yang lain tanpa memandang tinggkatannya. Proses ini
membutuhkan energy dalam bentuk adenosine triphosphat (ATP). ATP berguna
untuk mempertahankan konsentrasi ion kalium dan natrium dalam ruang
ekstrasel dan intrasel memlalui suatu proses yang disebut pompanatriumkalium.
F. PENGATURAN KESEIMBANGAN CAIRAN
Pengaturan keseimbangan cairan terjadi melalui mekanisme berikut:
1.
Rasa Haus adalah keingina yang disadari terhadap kebutuhan akan
cairan. Rasa haus biasanya muncul apabila osmolalitas plasma mencapai 295
mOsm/kg. osmoreseptor yang terletak dipusat rasa haus hipotalamus sensitive
terhadap perubahan osmolalitas pada cairan ekstrasel.
2.
Hormone ADH, hormone ini dibentuk di hipotalamus dan disimpan dalam
neurohipofisis pada hipofisis posterior. Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah
peningkatan osmolalitas dan penurunan cairan ekstrasel. Selain itu sekresi juga
terjadi pada kondisi stress, trauma, pembedahan, nyeri, dan penggunaan
beberapa jenis anestetik dan obat-obatan.hormon ini meningkatkan reabsorbsi
air pada duktus pengumpul sehingga dapat menahan air dan mempertahankan
volume cairan ekstrasel. ADH juga disebut sebagai vasopressin karena
mempunyai efek vasokontriksi minor pada arteriol yang dapat meningkatkan
tekanan darah.
3.
Hormone Aldosteron, hormone ini disekresi oleh kelenjar adrenal dan
bekerja pada tubulus ginjal untuk meningkatkan absorbs natrium. Retensi
natrium mengakibatkan retensi air. Pelepasan aldosteron dirangsang oleh
perubahan konsentrasi kalium, kadar natrium serum, dan system renninangiotensin.
4.
Prostaglandin, merupakan asam lemak alami yang terdapat dibanyak
jaringan dan berperan dalam proses radang, pengontrolan tekanan darah,
kontraksi uterus, dan motilitas gastrointestinal. Di ginjal, prostaglandin berperan
mengatur sirkulasi ginjal, resorpsi natrium.
5.
Glukokortikoid, meningkatkan resorpsi natrium dan air sehingga
memperbesar volume darah dan mengakibatkan retensi natrium. Oleh karena
itu, perubahan kadar glukokortikoid mengakibatkan perubahan pada
keseimbangan volume darah (Tambajong, 2000).
Asupan cairan pada individu dewasa berkisar 1500-3500ml/hari. Sedangkan
haluaran cairannya adalah 3500ml/hari. Pengeluaran cairan ini dapat terjadi
melalui beberapa organ yakni:
Kulit. Pengeluaran cairan melalui kulit diatur oleh kerja saraf simpatis yang
merangsang aktivitas kelenjar keringat. Rangsangan pada kelenjar keringat ini
disebabkan oleh aktifitas otot, temperature lingkungan yang tinggi, dan kondisi
demam. Pengeluaran cairan ini dikenal dengan IWL (Insensibel Water Loss). IWL
melalui kulit berkisar antara 15-20 ml/24 jam atau 350-400 ml/hari.
Paru-paru, meningkatnya jumlah cairan yang keluar melalui paru merupakan
suatu bentuk respons terhadap perubahan kecepatan dan kedalaman napas
karena pergerakan atau kondisi demam. IWL untuk paru adalah 350-400ml/hari.
Pencernaan. Dalam kondisi normal, jumlah cairan yang hilang melalui system
pencernaan setiap harinya berkisar antara 100-200 ml. penghitungan IWL secara
keseluruhan adalah 10-15ml/kgBB/24jam, dengan penambahan 10% dari IWL
normal setiap kenaikan 1OC.
Ginjal. Merupakan organ pengekskresi cairan utama pada tubuh. Pada
individu dewasa, ginjal mengekskresikan sekitar 1500ml/hari.
G. GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Ketidakseimbangan cairan
Hal ini terjadi apabila kompensasi tubuh tidak mampu mempertahankan
homeostasis. Gangguan keseimbangan cairan dapat berupa defisit volume
cairan dan sebaliknya.
1.
Defisit volume cairan (fluid volume defisit [FVD]) adalah suatu
kondisi ketidakseimbangan yang ditandai dengan defisiensi cairan dan elektrolit
diruang ekstrasel, namun proporsi antara keduanya mendekati normal. Kondisi
ini juga dikenal dengan hipovolemia. Secara umum, kondisi defisit volume cairan
(dehidrasi) terbagi menjadi 3 yaitu:
a.
Dehidrasi isotonic. Ini terjadi apabila cairan yang hilang sebanding dengan
jumlah elektrolit yang hilang.
b.
Dehidrasi hipertonik. Ini terjadi jika jumlah cairan yang hilang lebih besar
dari jumlah elektrolit yang hilang.
c.
Dehidrasi hipotonik. Ini terjadi bila jumlah cairan yang hilang lebih sedikit
daripada jumlah elektrolit yang hilang.
2.
Volume cairan berlebih (fluid volume eccess [FVE]) adalah
ketidakseimbangan yang ditandai dengankelebihan (retensi) cairan dan natrium
di ruang ekstrasel. Kondisi ini dikenal juga dengan istilah hipervolemia.
Overdehidrasi umumnya disebabkan olehgangguan pada fungsi ginjal.
Manifestasi kelebihan cairan ekstrasel adalah:
a.
b.
Asites
c.
d.
e.
Ketidakseimbangan Elektrolit
a.
Hiponatremia adalah kekurangan kadar natrium di cairan ekstrasel yang
menyebahkan perubahan tekanan osmotic. Hipernatremia kelebihan kadar
natrium di cairan ekstrasel yang menyebahkan perubahan tekanan osmotic
ekstrasel
b.
Hipokalemia adalah kekurangan kadar kalium di cairan ekstrasel yang
menyebabkan pindahnya kalium keluar sel. Hiperkalemia adalah kelebihan
kadar kalium di cairan ekstrasel, yang menyebabkan terhambatnya transmisi
impuls jantung yang menyebabkan serangan jantung.
c.
Hipokalsemia adalah kekurangan kadar kalsium di cairan eksrasel yang
menyebabkan pengeroposan tulang. Hiperkalsemia adalah kelebihan kadar
kalsium di cairan eksrasel yang menyebabkan penurunan eksitabilitas otot yang
menimbulakan flaksidasis.
d.
Hipomagnesemia terjadi apabila kadar magnesium serum kurang dari
1,5 mEq/l.hipermagnesemia terjadi bila kadar magnesium serum lebih dari 3,4
mEq/l.
e.
Hipokloremia adalah
penurunan
kadar
ion
klorida
dalam
serum. Hiperkloremia adalah peningkatan kadar ion klorida dalam serum.
f.
Hipofosfatemia adalah
penurunan
kadar
fosfat
serum. Hiperfosfatemia adalah peningkatan kadar fosfat dalam serum.
dalam
2.
Sistem buffer
3.
4.
3.
4.
Alkalosis Metabolik
Konsentrasi H+ turun
Sebab:
1.
2.
3.
4.
reabsorbsi
HCO3.
Hipoaldosteronisme primer
Misalnya:
sindroma
Cushing,
Bartter,
Asidosis Respiratorik
Akibat dr hipoventilasi alveolar sehingga produksi CO 2 > ekskresi CO2
Terjadi pada:
Kompensasi
Ginjal membentuk dan meningkatkan reabsorbsi bikarbonat
Gejala klinik:
Hipoksia
Alkalosis Respiratorik
Ekskresi CO2 melalui paru-paru berlebihan sehingga pCO 2
Sebab:
-
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keseimbangan cairan adalah esensial bagi kesehatan. Dengan kemampuannya
yang sangat besar untuk menyesuaikan diri, tubuh mempertahankan
keseimbangan, biasanya dengan proses-proses faal (fisiologis) yang terintegrasi
yang mengakibatkan adanya lingkungan sel yang relatif konstan tapi dinamis.
Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan cairan ini dinamakan
homeostasis.
B. Saran
Bagi para pembaca, masalah keseimbangan cairan dan elektrolit adalah hal yang
sangat penting dan jangan menganggap masalah ini adalah masalah sepele,
karena Jika seseorang sakit, biasanya masalah keseimbangan cairan dan
elektrolit kurang diperhatikan.
DAFTAR PUSTAKA
Tambayong, J. (2000). Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Gibson, J. (2002). Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat. (ed.2). Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Tarwoto, W. (2003). Kebutuhan Dasar Manusia & Proses Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika
Mubarak, W. I. Dan Chayatin, N. (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
CAMPAK / MORBILI
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERGERAKAN CAIRAN TUBUH
About these ads
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN KEBUTUHAN CAIRAN & ELEKTROLIT
Disusun Oleh :
M11.01.0015
2012
LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
A. PENGERTIAN CAIRAN
Cairan adalah volume air bisa berupa kekurangan atau kelebihan air.
Air tubuh lebih banyak meningkat tonisitus adalah terminologi guna perbandingan
osmolalitas dari salah satu cairan tubuh yang normal. Cairan tubuh terdiri dari cairan
eksternal dan cairan internal. Volume cairan intrasel tidak dapat diukur secara langsung
dengan prinsip difusi oleh karena tidak ada bahan yang hanya terdapat dalam cairan intrasel.
Volume cairan intrasel dapat diketahui dengan mengurangi jumlah cairan ekternal, terdiri dari
cairan tubuh total.
2. Cairan Transeluler, cairan yang terdapat pada rongga khusus seperti dalam pleura,
perikardium, cairan sendi, cairan serebrospinalis.
Merupakan suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan
yang tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Cairan dan elektrolit
saling berhubungan, ketidakseimbangan yang berdiri sendiri jarang terjadi dalam bentuk
kelebihan atau kekurangan.
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh
membutuhkan perubahann yang tetap dalam berespons terhadap stressor fisiologis dan
lingkungan.
KONSEP DASAR
a.
1) Volume cairan
Total jumlah volume cairan tubuh (Total Body Water = TBW) kira2 60% dari BB pria
dan 50% dari BB wanita. Usia juga berpengaruh terhadap TBW di mana makin tua usia
maka sedikit kandungan airnya. Jadi jumlah volume ini tergantung pada kandungan lemak
badan dan usia.
Contoh: BBL-TBW nya 70-80 %, usia pubertas sampai dengan 39 th untuk pria 60% dari
BB dan untuk wanita 52 % dari BB. Usia 45-60 th untuk pria usia 55% dari BB dan wanita
47 % dari BB. Usia diatas 60 tahun untuk pria 52 % dari BB dan wanita 46 % dai BB.
Lemak jaringan sangat sedikit meyimpan cairan, dimana lemak pada wanita lebih
banyak daripada pria sehingga volume cairan lebih rendah dari pria.
2) Distribusi cairan
Cairan tubuh didistribusikan diantara 2 kompartemen yaitu pada intra seluler dan
ekstraselular.
Cairan Intraseluler (CIS) kira-kira 2/3 atau 40% dari BB, sedangkan Cairan Ekstraseluler
(CES) 20% dari BB. Cairan ini terdiri atas plasma (Cairan Intravaskuler) 5%, Cairan
Interstisial CIT (Cairan disekitar tubuh seperti limfe) 10-15 % dan Cairan Transeluler (CTS)
(misalnya cairan cerebrospinalis, sinovial, cairan dalam peritoneum, cairan dalam rongga
mata, dan lain-lain) 1-3 %.
b. Fungsi Cairan
1) Mempertahnkan panas tubuh dan pengaturan temperature tubuh.
2) Transport nutrient ke sel
3)
4)
5)
6)
c.
Keseimbangan Cairan
Keseimbangan cairan ditentukan oleh intake dan output cairan. Intake cairan berasal dari
minuman dan makanan. Kebutuhan cairan setiap hari antara 1.800 2.500 ml/hari. Sekitar
1.200ml berasal dari minuman dan 1.000 ml dari makanan.
Sedangkan pengeluaran cairan melalui ginjal dalambentuk urine 1.200-1.500 ml/hari, paruparu 300-500 ml, dan kulit 600-800 ml.
1) Rasa dahaga
Mekanisme rasa dahaga :
a) Penurunan fungsi ginjal merangsang pelepasan renin, yang pada akhirnya menimbulkan
produksi angiotensin II yang dapat merangsang hipotalamus untuk melepaskan substrat
neuron yang bertanggungjawab terhadap sensasi haus.
1)
a)
b)
c)
d)
2)
a) Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang menerima rangsang aktivitas
kelenjar keringat
b) Rangsangan kelenjar keringat dapat dihasilkan dari aktivitas otot, temperature lingkungan
yang meningkat dan demam.
c) Disebut Insensible Water Loss (IWL) sekitar 15 20 ml/24 jam.
3) Paru paru
a) Menhasilkan IWL sekitar 400 ml/hari
b) Meningkatkan cairan yang hilang sebagai respon terhadap perubahan kecepatan dan
kedalaman nafas akibat pergerakan atau demam.
4) Gastrointestinal
a) Dalam kondisi normal cairan yang hilang dari gastrointestinal setiap hari sekitar 100 200
ml.
b) Perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10 15 cc/kg BB/24 jam, dengan kenaikan 10
% dari IWL pada setiap kenaikan suhu 1O C.
g. Masalah keseimbangan cairan
1) Hipovolemik
Adalah kondisi akibat kekurangan volume Cairan Ekstraseluler (CES), dan dapat terjadi
kehilangan melalui kulit, ginjal, gastrointestinal, pendarahan sehingga menimbulkan syok
hipovolemik. Mekanisme kompensasi pada hipovolemik adalah peningkatan rangsangan
saraf simpatis (peningkatan frekuensi jantung, kontraksi jantung, dan tekanan vaskuler), rassa
haus, pelepasan hormone ADH dan aldosteron. Hipovolemik yang berlangsung lama dapat
menimbulkan gagal ginjal akut.
Gejala : pusing, lemah, letih, anoreksia, mual, muntah, rasa haus, gangguan mental,
konstipasi dan oliguri, penurunan tekanan darah, suhu meningkat, turgor kulit menurun, lidah
kering dan kasar, mukosa mulut kering. Tanda tanda penurunan brat badan akut , mata
cekung pengosongan vena jugularis. Pada bayi dan anak anak adanya penurunana jumlah
air mata.
2) Hipervolemia
Adalah penambaha/kelebihan volume cairan CES dapat terjadi pada saat :
a) Stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air
b) Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air
c) Kelebihan pembarian cairan
d) Perpindaha CIT ke plasma.
Gejala : sesak nafas, peningkatan dan penurunan tekana darah, nadi kuat, asietes,
edema, adanya ronchi, kulit lembab, distensi vena leher dan irama gallop.
Gangguan
Basa
Asam
As. Metabolik
Alk. Metabolik
As. Respiratorik
HCO3 Plasma
pH Plasma
PaCO2
Alk. Respiratorik
NO
UMUR
BB (KG)
1
2
3
4
5
6
7
3 hari
1 tahun
2 tahun
6 tahun
10 tahun
14 tahun
18 tahun (Adult)
3,0
9,5
11,8
20
28,7
45
54
CAIRAN (ML/24
JAM)
250 300
1150 1300
1350 1500
1800 2000
2000 2500
2200 2700
2200 - 2700
B. PENGERTIAN ELEKTROLIT
Elektrolit adalah substansi yanag menyebabkan ion kation (+) dan anion (-). Ada tiga cairan
elektrolit yang paling esensial yaitu :
1. Pengaturan elektrolit
a.
1)
2)
3)
Natrium (sodium)
Merupaka kation paling banyak yang terdapa pada Cairan Ekstrasel (CES)
Na+ mempenagruhi keseimbangan air, hantaran implus araf dan kontraksi otot.
Sodium diatur oleh intake garam aldosteron, dan pengeluaran urine. Normalnya sekitar 135148 mEq/lt.
b.
a)
b)
c)
Kalium (potassium)
Merupakan kation utama dalam CIS
Berfungsi sebagai excitability neuromuskuler dan kontraksi otot.
Diperlukan untuk pembentukan glikkogen, sintesa protein, pengaturan keseibangan asam
basa, karena ion K+ dapat diubah menjadi ion H+. Nilai normalnya sekitar 3,5-5,5 mEq/lt.
c. Kalsium
a) Berguna untuk integritas kulit dan struktur sel, kondusi jantung, pembekuan darah serta
pembentukan tulang dan gigi.
b) Kalsium dalam cairan ekstrasel diatur oleh kelenjar paratiroid dan tiroid.
c) Hormone paratiroid mengarbsobsi kalsium melalui gastrointestinal, sekresi melalui ginjal.
d) Hormon thirocaltitonim menghambat penyerapan Ca+ tulang.
d. Magnesium
a) Merupakan kation terbanyak kedua pada cairan intrasel.
b) Sangat penting untuk aktivitas enzim, neurocemia, dn muscular excibility. Nilai normalnya
1,5-2,5 mEq/lt.
e. Klorida
a) Terdapat pada CES dan CIS, normalnya 95-105 mEqlt.
f.
a)
b)
g.
a)
b)
Bikarbinat
HCO3 adalh buffer kimia utama dalam tubuh dan terdapat pada cairan CES dan CIS.
Bikarbonat diatur oleh ginjal.
Fosfat
Merupakan anion buffer dalam CIS dan CES
Berfungsi untuk meningkatkan kegiatan neuromuskuler, metabolism karbohidrat, dan
pengaturan asam basa.
c) Pengaturan oleh hormone paratiroid
2.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Stres dapat menimbulkan paningkatan metabolism sel, konsentrasi darah dan glikolisis otot,
mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air. Proses ini dapat meningkatkan
produksi ADH dan menurunkan produksi urine.
5. Sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjaldan jantung, gangguan hormone akan
mengganggu keseimbangan cairan.
D. CARA MENGHITUNG INFUS
a. Dewasa (Makro dengan 20 tetes / menit)
Tetesan / menit =
E. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan medis utama diarahkan pada pengendalian atau pengobatan penyakit dasar.
Obat-obatan tersebut misalnya; prednison yang dapat mengurangi beratnya diare dan
penyakit.
2. Untuk diare ringan cairan oral dengan segera ditingkatkan dan glukosa oral serta larutan
elektrolit
dapat
diberikan
untuk
rehydrasi
pasien.
Untuk diare sedang, akibat sumber non infeksius, obat-obatan tidak spesifik seperti
defenosiklat (lomotil) dan loperamit (imodium) juga diberikan untuk menurunkan motilitas.
3. Preparat anti mikrobial diberikan bila preparat infeksius telah teridentifiksi atau bila diare
sangat berat.
4. Terapi cairan intra vena mungkin diperlukan untuk hydrasi cepat, khususnya untuk anak
kecil dan lansia.
ASUHAN KEPERAWATAN
KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
A. PENGKAJIAN
Tanggal
Jam
Ruang
1. BIODATA
Identitas klien
Nama
:
Ttl
:
Umur
:
Jenis kelamin
:
Alamat
:
Agama
:
Suku
:
Pendidikan
No. CM
:
Tgl masuk
:
Tgl pengkajian
:
Sumber informasi
:
Diagnosa medis
:
b. Identitas penanggung jawab
Nama
:
Jenis kelamin
:
Umur
:
Pendidikan
Pekerjaan
:
Agama
:
Status perkawinan
:
Alamat
:
Kewarganegaraan
:
Hub. dengan klien
:
:
:
:
a.
2. RIWAYAT KESEHATAN
a.
Keluhan utama
Yang biasa muncul pada pasien dengan ganguan kebutuhan cairan dan elektrolit antara lain:
nyeri abdomen, kram, bising usus hiperaktif atau hipoaktif, anoreksia, borborigmi, distensi
abdomen, perasaan rektal penuh, fefes keras dan berbentuk, kaleatihan umum, sakit kepala,
tidak dapat makan, nyeri saat defekasi, mual, muntah, konstipasi, inkontenensia defekasi,
diare.
Konstipasi
Yaitu penurunan pada frekuensi normal defekasi yang disertai oleh kesulitan atau
pengeluaran tidak lengkap feses dan atau pengeluaran feses yang keras, kering dan banyak
Inkontenensia Defekasi
Perubahan pada kebiasaan defekasi normal yang dikarakteristikan dengan pasase feses
involunter.
Diare
Adalah pasase feses yang lunak dan tidak berbentuk.
3)
Adanya patofisiologi lain seperti saat dipalpasi adanya nyeri abdomen, sakit kepala, kram,.
c.
Genogram
Dikaji :
a.
Apa yang dilakukan jika pasien sakit, bagaimana cara untuk mengobati penyakitnya.
Sering merokok
Pola eliminasi
Dikaji :
3) Peran diri
4) Ideal diri
5) Harga diri
h. Pola koping
Ditanyakan :
1) Cara / metode pemecahan dan penyelesaian masalah
2) Hasil koping dari metode yang dilakukan
i. Pola seksual reproduksi
Ditanyakan : adakah gangguan pada alat kelaminnya.
j. Pola peran hubungan
1) Hubungan dengan anggota keluarga
2) Dukungan keluarga
3) Hubungan dengan tetangga dan masyarakat.
k. Pola nilai dan kepercayaan
1) Persepsi keyakinan
2) Tindakan berdasarkan keyakinan
4. PEMERIKSAAN FISIK
4)
d)
1)
2)
3)
4)
5)
e)
2)
a)
b)
c)
d)
e)
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.
b.
c.
d.
e.
Pemeriksaan elektrolit,
Darah lengkap,
pH,
Berat jenis urin,
AGD.( Analisa Gas darah)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Aktual / Resiko defisit Volume Cairan
Definisi : Kondisi dimana pasien mengalami resiko kekurangan cairan pada ekstraseluler
(CES) dan Vaskuler (CIV).
Berhubungan dengan :
a. Kehilangan cairan secara berlebihan
b. Berkeringant secara terus menerus
c. Menurunnya intake oral
d. Penggunaa diuretic
e. Pendarahan
Ditandai dengan :
a. Hipotensi
b. Takhikardia
c. Pucat
d. Keklemahan
e. Konsentrasi urin pekat
Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada :
a. Penyakit Addison
b. Koma
c. Ketoasidosis pada disbetik
d. Pendarahn gastrointestinal
e. Muntah diare
f. Intake cairan tidak adekuat
g. AIDS
h. Pendarahan
i. Ulcer kolon
Tujuan yang diharapkan :
a. Mempertahnkan keseimbangan cairan
b. Menunjukkkan adannya keseimbangan cairan seperti output adekuat, tekanan darah normal,
membrane mukosa lembab, turgor kulit baik.
c. Secara verbal pasien mengatakan penyebab kekurangan cairan dapat teratasi.
NO
1
2
3
4
5
6
7
INTERVENSI
Ukur dan catat setiap 4 jam :
Intkae dan output cairan
Warna muntahan, urine dan feses
Monitor turgor kulit
Tanda tanda vital
Monitor IV infuse
CVP
Elektrolit, BUN, hematokrit dan Hb
Status mental
Berat badan
Berikan makanan dan cairan
Berikan pengobatan seperti antidiare dan
antimuntah
Berikan dukungan verbal dalam pemberian
cairan
Lakukan kebersihan mulut sebelum makan
Ubah posisi pasien setiap 4 jam
Berikan pendidikan kesehatan tentang :
Tanda dan gejala dehidrasi
Intake dan output cairan
Terapi
RASIONAL
Menentukan kehilangan
minum
makan
dan
f. Sirosis hepatis
g. Kanker
h. Toxemia
Tujuan yang diharapkan :
a. Mempertahankan keseimbangan intake dan output cairan
b. Menurunkan kelebihan cairan
NO
1
2
3
4
5
6
7
INTERVENSI
Ukur dan monitor :
Intake dan output cairan, BB, tensi, CVP
distensi vena, jugularis dan bunyi paru
Monitor rongtgen paru
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
cairan, obat dan efek pengobatan
Hati hati dalam pembarian cairan
Pada pasien yang bedrest :
Ubah posisi setiap 2 jam
Latihan pasif dan aktif
Pada kluit yang edeme, berikan losion,
hindari penekanan yang teruis menerus.
Berikan pengetahuan kesehatan tentang :
Intake dan output cairan
Edema, Berat badan
Pengobatan
RASIONAL
Dasar pengkajian kardiovaskuler dan
respon terhadap penyakit.
Mengetahui adanya edema paru
Kerjasama disiplin ilmu dalam perawatan
Mengurangi kelebihan cairan
Mengurangi edeme
Asites adalah penumpukan cairan di rongga perut. Cairan itu terjadi karena berbagai penyakit
kronik (serosis hati).
http://www.scribd.com/doc/36196080/Askep-Keb-Cairan-Dan-Elektrolit
Anda pengunjung yang baik, silahkan tinggalkan komentarnya ya,.. Terimakasih,...
Powered by : Satya Excelent
Share this article :
1