Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II

REAKSI-REAKSI KIMIA DAN STOIKIOMETRI

Disusun oleh :
Nama kelompok 1 : Aknes widia septiani

(11222001)

Al hidayat

(11222002)

Anita

(11222003)

Apriansyah

(11222004)

Asri Arumsari

(11222005)

Ardiansyah

(11222006)

Bambang Haryanto

(11222007)

Bustanil Arifin

(11222008)

DOSEN PENGAMPU : Elfira Rosa Fane, M.Si

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKUTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
RADEN PATAH PALEMBANG

2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Reaksi kimia dimana satu atau lebih zat berubah menjadi zat-zat baru yang sifat-sifatnya
berbeda di bandingkan dengan zat-zat penyusun sebelumnya. Reaksi kimia secara umum
dapat di bagi menjadi dua kelompok besar , yaitu reaksi asam-basa dan reaksi redoks. Suatu
bidang kimia yang mempelajari aspek kuantitatif unsur dalam suatu senyawa atau reaksi
kimia disebut stoikiometri. Stoikiometri berasal dari bahasa Yunani yaitu Stoicheon yang
berarti unsure atau elemen dan metron yang berarti mengukur. Dengan kata lain,
stoikiometri adalah perhitungan kimia yang menyangkut hubungan kuantitatif zat yang
terlibat dalam suatu reaksi atau istilah yang digunakan untuk menggambarkan hubungan
hubungan kuantitatif dari reaksi kimia atau senyawa kimia. Dasar dari semua hitungan
stoikiometri adalah pengetahuan tentang massa atom atau massa molekul. Pengetahuan
tentang stoikiometri sangat penting dalam merencanakan suatu eksperimen maupun dalam
industry nantinya, dimana kita dapat mencampurkan atau mereaksikan zat pereaksi dalam
jumlah yang sesuai dan kita dapat memperkirakan jumlah produk yang dihasilkan.

1.2 Tujuan Percobaan


a. Untuk mengetahui berbagai reaksi kimia berdasarkan perubahan yang terjadi
b. Untuk mengetahui karakteristik tiap tipe reaksi kimia
c. Untuk menentukan stoikiometri realsi kimia berdasarkan sifat fisik yang teramati pada
reaksi kimia

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Reaksi Kimia dimana satu atau atau lebih zat berubah menjadi zat-zat baru yang sifatsifatnya berbeda dibandingkan dengan zat-zat penyusunnya sebelumnya.Reaksi kimia secara
umum dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu reaksi asam-basa dan reaksi redoks.
Secara garis besar, terdapat perbedaan yang mendasar antara kedua jenis reaksi tersebut, yaitu
pada reaksi redoks terjadi perubahan bilangan oksidasi (biloks), sedangkan pada reaksi asambasa tidak ada perubahan biloks. Kedua kelompok reaksi kimia ini dapat dikelompokkan ke
dalam 4 tipe reaksi yaitu Sintesis,Dekomposisi, Penggantian Tunggal, dan Penggantian
Ganda. Yaitu sebagai berikut
Sintesis
Dalam reaksi kombinasi langsung atau sintesis, dua atau lebih senyawa sederhana bergabung
membentuk senyawa baru yang lebih kompleks. Dua reaktan atau lebih yang bereaksi
menghasilkan satu produk juga merupakan salah satu cara untuk mengetahui kalau itu reaksi
sintesis. Contoh dari reaksi ini adalah gas hidrogen bergabung dengan gas oksigen yang
hasilnya adalah air.
Contoh lainnya adalah gas nitrogen bergabung dengan gas hidrogen akan membentuk
amoniak, dengan persamaan reaksi:
N2 + 3 H2 2 NH3
Dekomposisisi
Reaksi dekomposisi atau analisis adalah kebalikan dari reaksi sintesis. Sebuah senyawa yang
lebih kompleks akan dipecah menjadi senyawa yang lebih sederhana. Contohnya adalah
molekul air yang dipecah menjadi gas oksigen dan gas hidrogen, dengan persamaan reaksi:
H2O 2 H2 + O2

Penggantian tunggal
Dalam reaksi penggantian tunggal atau substitusi, sebuah elemen tunggal menggantikan
elemen tunggal lainnya di suatu senyawa. Contohnya adalah logam natrium yang bereaksi
dengan asam klorida akan menghasilkan natrium klorida atau garam dapur, dengan
persamaaan reaksi:
2 Na(s) + 2 HCl(aq) 2 NaCl(aq) + H2(g)

Penggantian ganda
Dalam reaksi penggantian ganda, dua senyawa saling berganti ion atau ikatan untuk
membentuk senyawa baru yang berbeda.Hal ini terjadi ketika kation dan anion dari 2
senyawa yang berbeda saling berpindah tempat, dan membentuk 2 senyawa baru. Rumus
umum dari reaksi ini adalah:
AB + CD AD + CB
Contoh dari reaksi penggantian ganda adalah timbal(II) nitrat bereaksi dengan kalium iodida
untuk membentuk timbal(II) iodida dan kalium nitrat, dengan persamaan reaksi:
Pb(NO3)2 + 2 KI PbI2 + 2 KNO3
Contoh lainnya adalah natrium klorida (garam dapur) bereaksi dengan perak nitrat
membentuk natrium nitrat dan perak klorida, dengan persamaan reaksi:
NaCl(aq) + AgNO3(aq) NaNO3(aq) + AgCl(s)
Stoikiometri beberapa reaksi dapat dipelajari dengan mudah, salah satunya dengan
metode JOB atau metode Variasi Kontinu, yang mekanismenya yaitu dengan
dilakukan pengamatan terhadap kuantitas molar pereaksi yang berubah-ubah, namun molar
totalnya sama. Sifat fisika tertentunya (massa, volume, suhu, daya serap) diperiksa,
dan perubahannya digunakan untuk meramal stoikiometri sistem. Dari grafik aluran sifat
fisik terhadap kuantitas pereaksi, akan diperoleh titik maksimal atau minimal yang sesuai
titik stoikiometri sistem, yang menyatakan perbandingan pereaksi-pereaksi dalam senyawa.
Perubahan kalor pada reaksi kimia bergantung jumlah pereaksinya. Jika mol yang bereaksi
diubah dengan volume tetap, stoikiometri dapat ditentukan dari titik perubahan kalor
maksimal, yakni dengan mengalurkan kenaikan temperatur terhadap komposisi campuran.

Reaksi asam-basa
Reaksi asam-basa adalah reaksi yang mendonorkan proton dari sebuah molekul asam ke
molekul basa. Disini, asam berperan sebagai donor proton dan basa berperan sebagai akseptor
proton.

Reaksi asam basa, HA: asam, B: Basa, A: basa konjugasi, HB+: asam konjugasi
Hasil dari transfer proton ini adalah asam konjugasi dan basa konjugasi.Reaksi
kesetimbangan (bolak-balik) juga ada, dan karena itu asam/basa dan asam/basa konjugasinya
selalu dalam kesetimbangan. Reaksi kesetimbangan ini ditandai dengan adanya konstanta
diasosiasi asam dan basa (Ka dan Kb) dari setiap substansinya. Sebuah reaksi yang khusus dari

reaksi asam-basa adalah netralisasi dimana asam dan basa dalam jumlah yang sama akan
membentuk garam yang sifatnya netral.

Reaksi asam basa memiliki berbagai definisi tergantung pada konsep asam basa yang
digunakan. Beberapa definisi yang paling umum adalah:

Definisi Arrhenius: asam berdisosiasi dalam air melepaskan ion H 3O+; basa
berdisosiasi dalam air melepaskan ion OH-.

Definisi Brnsted-Lowry: Asam adalah pendonor proton (H+) donors; basa adalah
penerima (akseptor) proton. Melingkupi definisi Arrhenius
Definisi Lewis: Asam adalah akseptor pasangan elektron; basa adalah pendonor
pasangan elektron. Definisi ini melingkupi definisi Brnsted-Lowry.

Stoikiometri adalah memberikan reaksi kimia yang pereaksi pereaksinya bergabung


dengan nisbah bilangan bulat sederhana. Persamaan kimia merupakan suatu cara untuk
menyatakan reaksi kimia menggunakan seperangkat lambing bagi partikel yang berperan
serta (atom, molekul, ion, dll) misalnya :
xA + yB zC + wD
Panah tunggal digunakan untuk reaksi tak reversible, panah ganda untuk reaksi yang
reversible. Bila reaksi melibatkan berbagai fase, fase ini biasanya dicantumkan dalam tanda
kurung sesudah lambing (s = padat, l = cair, g = gas, aq = berair). Bilangan x, y, z, dan w
menunjukkan jumlah relative molekul yang bereaksi dan dinamakan koefisien stoikiometrik.
Jumlah koefisien pereaksi dikurangi jumlah koefisien produk (x + y z w) disebut jumlah
stoikiometrik. Jika jumlah ini nol, persamaannya seimbang. Kadang kadang persamaan
kimia umum dapat ditulis sebagai.
V1A1 + V2A2 + VnAn + Vn+1 + An+1 +
Dalam hal ini, V1A1 = 0, dengan perjanjian bahwa koefisien stoikiometri disini ialah
V1. Koefisien reaksi merupakan perbandingan jumlah partikel dari zat yang terlibat dalam
reaksi. Oleh karena 1 mol setiap zat mengandung jumlah partikel yang sama, maka
perbandingan jumlah partikel sama dengan perbandingan jumlah mol. Jadi, koefisien reaksi
merupakan perbandingan jumlah mol zat yang terlibat dalam reaksi.
Koefisien dalam persamaan kimia menyatakan :
1. Perbandingan mol mol zat zat dalam reaksi
2. Perbandingan volume gas gas dalam reaksi

Bobot molekul zat adalah jumlah bobot (dari) atom atom yang ditunjukkan dalam
rumusnya. Penggunaan istilah istilah bobot molekul suatu zat zat tidak berarti bahwa zat
terdiri atas molekul molekul. Istilah molekul merujuk ke suatu partikel netral, tetapi
banyak zat yang terbuat dari partikel bermuatan yang disebut ion. Beberapa ahli kimia
menggunakan istilah bobot molekul hanya untuk merujuk zat zat yang terdiri dari molekul.
Definisi yang lebih umum mengenai istilah bobot molekul diterima dengan meluas karena
memungkinkan penggunaan suatu konsep yang dikenal dalam semua kasus, tanpa memaksa
pemakai istilah itu mencari lebih dahulu partikel macam apa yang dikandung oleh zat tertentu
itu.
Senyawa stoikiometrik yaitu senyawa yang atom atomnya bergabung dengan nisbah
bilangan bulat yang tepat. Bandingkan dengan senyawa non-stoikiometrik.
Rasio atom dalam setiap senyawa juga menunjukkan jumlah satuan berat atom unsur
tersebut. Berat relative diperoleh dengan mengalikan rasio atom dan berat atom. Persen berat
setiap unsur dihitung dari berat relatifnya dibagi dengan jumlah berat relatif. Senyawa
senyawa kimia dengan rasio atom integral, seperti nitrit oksida disebut sebagai senyawa
stoikiometri. Contoh adalah oksida aluminium, namun kali ini dimulai dengan membagi
presentasi berat dengan berat atom dari tabel periodik.
Rumus empiris ialah rumus yang menyatakan perbandingan terkecil atom atom dari unsure
unsure yang menyusun suatu senyawa. Rumus molekul ialah rumus yang menyatakan
jumlah atom atom dari unsur unsur yang menyusun satu molekul senyawa.
Metoda eksperimen modern membuktikan bahwa banyaknya atom iualah 6.0221023 .
Bilangan raksasa ini disebut bilangan Avogadro untuk memperingati jasa Amadeo Avogadro,
rekan sezaman Dalton yang cerdas. Bobot satu mol suatu zat disebut bobot molar. Bobot
molar dalam gram suatu senyawa secara numeris sama dengan bobot molekul dalam satuan
massa atom. Banyaknya satu hasil reaksi yang diperhitungkan akan diperoleh jika hasil reaksi
itu sempurna disebut rendemen teuritis. Dalam praktek, pemulihan suatu hasil reaksi kurang
dari 100 %, kadang kadang jauh lebih rendah. Rendemen nyata suatu hasil reaksi dibagi
dengan rendemen teoritis kali seratus adalah rendemen persentase.Pereaksi pembatas adalah
zat yang habis bereaksi dan karena itu membatasi kemungkinan diperpanjangnya reaksi itu.
Pereaksi atau pereaksi pereaksi lain dikatakan berlebihan, karena tertinggal sejumlah yang
tak bereaksi. Perhitungan yang didasarkan persamaan berimbang haruslah dimulai dari
banyknya pereaksi pembatas.
Apabila zat zat yang direaksikan tidak ekuivalen, maka salah satu pereaksi akan habis lebih
dahulu, sedangkan pereaksi yang lain bersisa. Jumlah hasil reaksi bergantung pada jumlah
pereaksi yang habis lebih dahulu. Oleh karena itu, pereaksi yang habis lebih dahulu disebut
pereaksi pembatas.
Terdapat banyak metoda untuk menentukan persentase bobot dari unsur unsur yang berbeda
dalam suatu senyawa. Metoda ini beraneka ragam, bergantung pada macam senyawa dan
unsur unsur yang menyusunnya. Dua metoda klasik ialah analisis pengendapan (dapat
digunakan bila terbentuk senyawa yang sedikit sekali larut) dan analisis pembakaran
(digunakan secara meluas).

Apabila suatu campuran dari dua jenis zat direaksikan dengan suatu pereaksi dan kedua
komponen itu bereaksi, maka persamaan reaksinya harus ditulis secara terpisah.
Segera setelah susunan suatu senyawa ditentukan secara ekperimen data itu, bersama sama
dengan bobot atom yang diketahui, kemudian dapat digunakan untuk menghitung angka
banding tersederhana dari atom atom dalam senyawa itu dan dengan demikian rumus
empirisnya. Rumus ini dapat sama dengan rumus molekul, dapat pula tidak.
Rumus molekul suatu zat merupakan kelipatan bilangan bulat rumus empiris. Untuk
menentukan rumus molekul suatu zat, ahli kimia harus menentukan secara eksperimen bobot
molekul disamping rumus empirisnya.
Stoikiometri memungkinkan dihitungnya susunan persentase (bobot) suatu senyawa dari
rumus empiris maupun molekul. Lebih penting dalam kehidupan nyata ialah bahwa
stoikiometri memungkinkan dihitungnya rumus empiris dari susunan persentase, yang harus
ditentukan dengan ekperimen. Dua metoda klasik untuk melakukan hal ini ialah analisis
pengendapan dan analisis pembakaran. Sekali rumus empiris diketahui, rumus molekul dapat
ditentukan dari bobot molekul senyawa itu yang ditentukan dengan kira kira. Akhirnya, dari
rumus molekul yang telah diketahui, bobot molekul cermat dapat dihitung.
Hidrat adalah zat padat yang mengikat beberapa molekul air sebagai bagian dari struktur
kristalnya.
Stoikiometri larutan, banyak reaksi yang berlangsung dalam bentuk larutan. Sebagaimana
telah diketahui jika kadar atau konsentrasi larutan diketahui.
Salah satu cara yang paling umum digunakan untuk mrnyatakan konsentrasi (kepekatan)
larutan adalah kemolaran (M). Kemolaran menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam tiap
liter larutan, atau jumlah mmol zat terlarut dalam tiap ml larutan.
mol L-1 atau mmol ml-1
Salah satu keuntungan menggunakan cara kemolaran adalah kemudahan untuk mengetahui
jumlah mol zat terlarut dalam volume tertentu larutan.
Reaksi kimia menggabungkan unsure unsure menjadi senyawa, penguraian senyawa
menghasilkan unsure unsurnya dan transformasi mengubah senyawa yang ada menjadi
senyawa baru. Oleh karena atom tidak dapat dimusnahkan dalam reaksi kimia, maka jumlah
atom(atau mol atom) dari setiap unsure sebelum dan sesudah reaksi harus selalu sama.
Kekekalan materi dalam perubahan kimia ini terlihat dari persamaan kimia yang balans untuk
proses tersebut.
Persamaan dapat disetarakan dengan menggunakan penalaran yang bertahap. Perhatikan
penguraian amonium nitrat (NH4NO3) yang dipanaskan secara hati hati menjadi dinitrogen
oksida (N2O) dan air. Persamaan tak balans untuk proses ini ialah :
NH4NO3 N2O + H20
Rumus rumus disebelah kiri menyatakan reaktan dan yang disebelah kanan adalah
produknya. Persamaan ini tidak balans karena ada 3 mol atom O di sebelah kiri (dan 4 H)

tetapi hanya 2 mol atom O dan 2 mol atom H di sebelah kanan. Untuk menyetarakan
persamaan, mula mula tetapkan 1 sebagai koefisien salah satu spesies, biasanya yang palinf
banyak mengandung unsure. Kemudian, carilah unsure unsure yang hanya muncul satu kali
di ruas lainnya dan tetapkan koefisien untuk mengimbangkan jumlah atom mereka, menjadi :
NH4NO3 N2O + 2H20
Metode untuk menyetarakan persamaan dengan pengamatan seperti ini dapat diterapkan untuk
banyak hal, tetapi tidak untuk semua kasus. Begitu reaktan dam produk diketahui,
menyetarakan persamaan kimia merupakan proses perhitungan yang mekanis dan rutin.
Bagian yang sulit ialah mengetahui zat mana yang bereaksi dan produk yang terbentuk.
Hukum hukum dasar ilmu kimia :
1. Hukum Kekekalan Massa dari Lavoiser
Massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah tetap atau sama
2. Hukum Perbandingan Tetap dari Proust
Tiap tiap senyawa memiliki perbandingan massa unsure yang tetap
3. Hukum Perbandingan Berganda dari Dalton
Jika dua buah unsur dapat membentuk lebih dari satu macam persenyawaan,
perbandingan massa unsur yang satu dengan yang lainnya adalah tertentu,
yaitu berbanding sebagai bilangan yang mudah dan bulat
4. Hukum Perbandingan Volume dari Gay Lussac
Pada reaksi gas, yang bereaksi berbanding sebagai bilangan mudah dan bulat
asal diukur pada tekanan dan temperatur yang sama
5. Hukum Boyle Gay Lussac
Untuk gas dengan massa tertentu, maka hasil kali volume dengan tekanan
dibagi oleh suhu yang diukur dalam Kelvin adalah tetap.

Hubungan mol dengan Massa zat


Mol = atau mol =
Gram = mol . Ar atau Gram = mol . Mr
Hubungan mol dengan Jumlah Partikel
Mol =

Dengan jumlah partikel = mol . L (6.021023)

Hubungan mol dengan Volume


Keadaan standar (STP)
Volume gas STP = mol x 22.4 Liter
Pada sembarang keadaan
Bukan keadaan STP
PV = nRT
P = tekanan
V = Volume
R = Tetapan gas (0.082 L
T = Suhu dalam Kelvin

Stoikiometri didasarkan pada hukum-hukum dasar kimia, yaitu hukum kekekalan massa,
hukum perbandingan tetap, dan hukum perbandingan berganda.
1. Hukum kekekalan massa atau dikenal juga sebagai hukum Lomonosov-Lavoisier
adalah suatu hukum yang menyatakan massa dari suatu sistem tertutup akan konstan
meskipun terjadi berbagai macam proses di dalam sistem tersebut(dalam sistem
tertutup Massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama (tetap/konstan) ).
Pernyataan yang umum digunakan untuk menyatakan hukum kekekalan massa adalah
massa dapat berubah bentuk tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan. Untuk
suatu proses kimiawi di dalam suatu sistem tertutup, massa dari reaktan harus sama
dengan massa produk.
2. Dalam kimia, hukum perbandingan tetap atau hukum Proust (diambil dari nama
kimiawan Perancis Joseph Proust) adalah hukum yang menyatakan bahwa suatu
senyawa kimia terdiri dari unsur-unsur dengan perbandingan massa yang selalu tepat
sama. Dengan kata lain, setiap sampel suatu senyawa memiliki komposisi unsur-unsur
yang tetap. Misalnya, air terdiri dari 8/9 massa oksigen dan 1/9 massa hidrogen.
Bersama dengan hukum perbandingan berganda (hukum Dalton), hukum
perbandingan tetap adalah hukum dasar stoikiometri.

3. Dalam kimia, hukum perbandingan berganda adalah salah satu hukum dasar
stoikiometri. Hukum ini juga kadang-kadang disebut hukum Dalton (diambil dari
nama kimiawan Inggris John Dalton), tapi biasanya hukum Dalton merujuk kepada
hukum tekanan parsial. Hukum ini menyatakan bahwa apabila dua unsur bereaksi
membentuk dua atau lebih senyawa, maka perbandingan berat salah satu unsur yang
bereaksi dengan berat tertentu dari unsur yang lain pada kedua senyawa selalu
merupakan perbandingan bilangan bulat sederhana.

a. Tahap awal stoikiometri


Di awal kimia, aspek kuantitatif perubahan kimia, yakni stoikiometri reaksi kimia,
tidak mendapat banyak perhatian. Bahkan saat perhatian telah diberikan, teknik dan alat
percobaan tidak menghasilkan hasil yang benar.
Salah satu contoh melibatkan teori flogiston. Flogistonis mencoba menjelaskan fenomena
pembakaran dengan istilah zat dapat terbakar. Menurut para flogitonis, pembakaran adalah
pelepasan zat dapat etrbakar (dari zat yang terbakar). Zat ini yang kemudian disebut
flogiston. Berdasarkan teori ini, mereka mendefinisikan pembakaran sebagai pelepasan
flogiston dari zat terbakar. Perubahan massa kayu bila terbakar cocok dengan baik dengan
teori ini. Namun, perubahan massa logam ketika dikalsinasi tidak cocok dengan teori ini.
Walaupun demikian flogistonis menerima bahwa kedua proses tersebut pada dasarnya
identik. Peningkatan massa logam terkalsinasi adalah merupakan fakta. Flogistonis berusaha
menjelaskan anomali ini dengan menyatakan bahwa flogiston bermassa negatif.
Filsuf dari Flanders Jan Baptista van Helmont (1579-1644) melakukan percobaan willow
yang terkenal. Ia menumbuhkan bibit willow setelah mengukur massa pot bunga dan
tanahnya. Karena tidak ada perubahan massa pot bunga dan tanah saat benihnya tumbuh, ia
menganggap bahwa massa yang didapatkan hanya karena air yang masuk ke bijih. Ia
menyimpulkan bahwa akar semua materi adalah air. Berdasarkan pandangan saat ini,
hipotesis dan percobaannya jauh dari sempurna, tetapi teorinya adalah contoh yang baik dari
sikap aspek kimia kuantitatif yang sedang tumbuh. Helmont mengenali pentingnya
stoikiometri, dan jelas mendahului zamannya.
Di akhir abad 18, kimiawan Jerman Jeremias Benjamin Richter (1762-1807) menemukan
konsep ekuivalen (dalam istilah kimia modern ekuivalen kimia) dengan pengamatan teliti
reaksi asam/basa, yakni hubungan kuantitatif antara asam dan basa dalam reaksi netralisasi.
Ekuivalen Richter, atau yang sekarang disebut ekuivalen kimia, mengindikasikan sejumlah
tertentu materi dalam reaksi. Satu ekuivalen dalam netralisasi berkaitan dengan hubungan
antara sejumlah asam dan sejumlah basa untuk mentralkannya. Pengetahuan yang tepat
tentang ekuivalen sangat penting untuk menghasilkan sabun dan serbuk mesiu yang baik.
Jadi, pengetahuan seperti ini sangat penting secara praktis.

Pada saat yang sama Lavoisier menetapkan hukum kekekalan massa, dan memberikan dasar
konsep ekuivalen dengan percobaannya yang akurat dan kreatif. Jadi, stoikiometri yang
menangani aspek kuantitatif reaksi kimia menjadi metodologi dasar kimia. Semua hukum
fundamental kimia, dari hukum kekekalan massa, hukum perbandingan tetap sampai hukum
reaksi gas semua didasarkan stoikiometri. Hukum-hukum fundamental ini merupakan dasar
teori atom, dan secara konsisten dijelaskan dengan teori atom. Namun, menarik untuk dicatat
bahwa, konsep ekuivalen digunakan sebelum teori atom dikenalkan.
b. Massa atom relatif dan massa atom
Dalton mengenali bahwa penting untuk menentukan massa setiap atom karena massanya
bervariasi untuk setiap jenis atom. Atom sangat kecil sehingga tidak mungkin menentukan
massa satu atom. Maka ia memfokuskan pada nilai relatif massa dan membuat tabel massa
atom untuk pertama kalinya dalam sejarah manusia. Dalam tabelnya, massa unsur teringan,
hidrogen ditetapkannya satu sebagai standar (H = 1). Massa atom adalah nilai relatif, artinya
suatu rasio tanpa dimensi. Walaupun beberapa massa atomnya berbeda dengan nilai modern,
sebagian besar nilai-nilai yang diusulkannya dalam rentang kecocokan dengan nilai saat ini.
Hal ini menunjukkan bahwa ide dan percobaannya benar.
Kemudian kimiawan Swedia Jons Jakob Baron Berzelius (1779-1848) menentukan massa
atom dengan oksigen sebagai standar (O = 100). Karena Berzelius mendapatkan nilai ini
berdasarkan analisis oksida, ia mempunyai alasan yang jelas untuk memilih oksigen sebagai
standar. Namun, standar hidrogen jelas lebih unggul dalam hal kesederhanaannya. Kini,
setelah banyak diskusi dan modifikasi, standar karbon digunakan. Dalam metoda ini, massa
karbon 12C dengan 6 proton dan 6 neutron didefinisikan sebagai 12,0000. Massa atom dari
suatu atom adalah massa relatif pada standar ini. Walaupun karbon telah dinyatakan sebagai
standar, sebenarnya cara ini dapat dianggap sebagai standar hidrogen yang dimodifikasi.
Soal Latihan 1.1 Perubahan massa atom disebabkan perubahan standar. Hitung massa atom
hidrogen dan karbon menurut standar Berzelius (O = 100). Jawablah dengan menggunakan
satu tempat desimal.
Jawab.
Massa atom hidrogen = 1 x (100/16) = 6,25 (6,3), massa atom karbon = 12 x (100/16)=75,0
Massa atom hampir semua unsur sangat dekat dengan bilangan bulat, yakni kelipatan bulat
massa atom hidrogen. Hal ini merupakan kosekuensi alami fakta bahwa massa atom hidrogen
sama dengan massa proton, yang selanjutnya hampir sama dengan massa neutron, dan massa
elektron sangat kecil hingga dapat diabaikan. Namun, sebagian besar unsur yang ada secara
alami adalah campuran beberapa isotop, dan massa atom bergantung pada distribusi isotop.
Misalnya, massa atom hidrogen dan oksigen adalah 1,00704 dan 15,9994. Massa atom
oksigen sangat dekat dengan nilai 16 agak sedikit lebih kecil.

Contoh Soal 1.2 Perhitungan massa atom. Hitung massa atom magnesium dengan
menggunakan distribsui isotop berikut: 24Mg: 78,70%; 25Mg: 10,13%, 26Mg: 11,17%.
Jawab:
0,7870 x 24 + 0,1013 x 25 +0,1117 x 26 = 18,89+2,533+2,904 = 24,327(amu; lihat bab
1.3(e))
Massa atom Mg = 18,89 + 2,533 + 2,904 =24.327 (amu).
Perbedaan kecil dari massa atom yang ditemukan di tabel periodik (24.305) hasil dari
perbedaan cara dalam membulatkan angkanya.
Massa molekul dan massa rumus
Setiap senyawa didefinisikan oelh rumus kimia yang mengindikasikan jenis dan jumlah atom
yang menyususn senyawa tersebut. Massa rumus (atau massa rumus kimia) didefinisikan
sebagai jumlah massa atom berdasarkan jenis dan jumlah atom yang terdefinisi dalam rumus
kimianya. Rumus kimia molekul disebut rumus molekul, dan massa rumus kimianya disebut
dengan massa molekul. 5 Misalkan, rumus CO 2 , dan massa molekularnya adalah 12 +(2x 6)
= 44. Seperti pada massa atom, baik massa rumus dan massa molekul tidak harus bilangan
bulat. Misalnya, massa molekul hidrogen khlorida HCl adalah 36,5. Bahkan bila jenis dan
jumlah atom yang menyusun molekul identik, dua molekul mungkin memiliki massa
molekular yang berbeda bila ada isostop berbeda yang terlibat.
Tidak mungkin mendefinisikan molekul untuk senyawa seperti natrium khlorida. Massa
rumus untuk NaCl digunakan sebagai ganti massa molekular.
Contoh Soal 1.3 Massa molekular mokelul yang mengandung isotop.
Hitung massa molekular air H2O dan air berat D2O (2H2O) dalam bilangan bulat.
Jawab
Massa molekular H2O = 1 x 2 + 16 = 18, massa molekular D2O = (2 x 2) + 16 = 20
Perbedaan massa molekular H2O dan D2O sangat substansial, dan perbedaan ini sifat fisika
dan kimia anatara kedua jenis senyawa ini tidak dapat diabaikan. H2O lebih mudah
dielektrolisis daripada D2O. Jadi, sisa air setelah elektrolisis cenderung mengandung lebih
banyak D2O daripada dalam air alami.
c. Kuantitas materi dan mol
Metoda kuantitatif yang paling cocok untuk mengungkapkan jumlah materi adalah jumlah
partikel seperti atom, molekul yang menyusun materi yang sedang dibahas. Namun, untuk

menghitung partikel atom atau molekul yang sangat kecil dan tidak dapat dilihat sangat sukar.
Alih-alih menghitung jumlah partikel secara langsung jumlah partikel, kita dapat
menggunakan massa sejumlah tertentu partikel. Kemudian, bagaimana sejumlah tertentu
bilangan dipilih?
Untuk menyingkat cerita, jumlah partikel dalam 22,4 L gas pada STP (0, 1atm) dipilih
sebagai jumlah standar. Bilangan ini disebut dengan bilangan Avogadro. Nama bilangan
Loschmidt juga diusulkan untuk menghormati kimiawan Austria Joseph Loschmidt (18211895) yang pertama kali dengan percobaan (1865).

Sejak 1962, menurut SI (Systeme Internationale) diputuskan bahwam dalam dunia


kimia, mol digunakan sebagai satuan jumlah materi. Bilangan Avogadro didefinisikan jumlah
atom karbon dalam 12 g 126C dan dinamakan ulang konstanta Avogadro.
Ada beberapa definisi mol:
(i) Jumlah materi yang mengandung sejumlah partikel yang terkandung dalam 12 g 12C. (ii)
satu mol materi yang mengandung sejumlah konstanta Avogadro partikel.
(iii) Sejumlah materi yang mengandung 6,02 x 1023 partikel dalam satu mol.

d. Satuan massa atom (sma)


Karena standar massa atom dalam sistem Dalton adalah massa hidrogen, standar massa dalam
SI tepat 1/12 massa 12C. Nilai ini disebut dengan satuan massa atom (sma) dan sama dengan
1,6605402 x 1027 kg dan D (Dalton) digunakan sebagai simbolnya.

BAB III
METODELOGI PERCOBAAN
3.1 Waktu Dan Tempat
Hari/tanggal

: Kamis, 31 Mei 2012

Pukul
Tempat

: 13.30 WIB
: Ruang Laboratorium Kimia IAIN Raden Fatah Palembang

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
a. Tabung Reaksi
b. Gelas kimia
c. Gelas Beaker
d. Spatula
e. Termometer
Gambar alat

Gelas ukur

gelas beaker

spatula

termometer

3.2.2 Bahan
a. Larutan CuS04 1 M
b. Larutan NaOH 2 M
c. Larutan HCl
3.3 Prosedur percobaan 2
Larutan yang di gunakan dalam percobaan ini adalah larutan CuSO 4 1 M, dan larutan
NaOH 2 M. Larutan NaOH sebanyak 40 ml dimasukan kedalam gelas kimia dan dicatat
temperaturnya. Kemudian, larutan CuSO4 10 ml di tambahkan sambil di aduk. Temperatur
larutan CuSO4 harus diatur dengan sama temperatur larutan NaOH dalam gelas kimia.
Percobaan ini diulangi dengan menggunakan 20 ml larutan NaOH dan 30 ml larutan CuSO4 ,
10 ml larutan NaOH dan 40 ml larutan CuSO 4, serta 30 ml larutan NaOH dan 20 ml larutan
CuSO4.
3.4 Prosedur percobaan 3 Asam dan Basa
Larutan NaOH 1 M dimasukkan berturut-turut sebanyak 5,10,15,20, dan 25 ke dalam
5 buah gelas kimia. Selain itu, larutan HCl 1 M dimasukkan pula berturut-turut sebanyak
5,10,15,20 dan 25 ke dalam 5 buah gelas kimia. Temperatur dari tiap macam larutan diukur,
dicetak, kemudian diambil harga rat-ratnya (TM). Setelah itu kedua macam larutan ini
diicampurkan dengan sedemikian rupa, sehingga volume campuran larutan asam dan basa ini
selalu tetap yaitu 30 ml. Perubahan temperatur yang terjadi selama pencampuran ini diamati
dan dicatat sebagai temperatur akhir (TA). T dihitung dengan rumus T= TA TM. Dengan
demikian diperoleh harga T untuk setiap kali percampuran larutan asam dan basa selanjutnya.
Setelah itu, dibuat grafik ditentukan stoikiometri reaksi asam basanya dari grafik tersebut.
Percobaan yang sama dilakukan terhadap campuran NaOH 1 M dan H 2SO4 1 M, Setelah itu
diamati perbedaannya dan dibandingkan terhadap percobaan sebelumnya.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil pengamatan
Bagian 1
Stoikiometri CuSO4( 1M ) + NaOH ( 2M )
Reaksi nya adalah : CuSO4 + NaOH

LARUTAN
NaOH
CuSO4
NaOH
CuSO4
NaOH
CuSO4
NaOH
CuSO4

VOLUME
40 ml
10 ml
20 ml
30 ml
10 ml
40 ml
30 ml
20 ml

SUHU AWAL
30,0o C
29,9 o C
30,6 o C
29,6 o C
30,1 o C
29,7 o C
30,5 o C
29,8 o C

SUHU GABUNGAN

SUHU AWAL
30,1 o C
30,0 o C
29,6 o C

SUHU GABUNGAN

31,3 o C
31,6 o C
30,5 o C
32,2 o C

Bagian 2
Stoikiometri Asam- Basa NaOH + HCl
Reaksi nya adalah : NaOH + HCl
LARUTAN
NaOH
HCl
NaOH

VOLUME
5 ml
25 ml
10 ml

30,2 o C
30,5 o C

HCl
NaOH
HCl
NaOH
HCl
NaOH
HCl

Gambar Grafik percobaan 1 :

20 ml
15 ml
15 ml
20 ml
10 ml
25 ml
5 ml

29,9 o C
30,2 o C
30,5 o C
29,7 o C
29,9 o C
29,7 o C
30,2 o C

31,0 o C
30,9 o C
30,7 o C

4.2 Pembahasan
Pembahasan bagian 1
a. Stoikiometri CuSO4 ( 10 ml ) + NaOH ( 40 ml )
Trata-rata = TAkhir TAwal
30,0+ 29,9

T
=(
- 31,3
2
59,9
31,3
2

T
T

= 29,95 31,3
= - 1,35 o C
b. Stoikiometri CuSO4( 30 ml ) + NaOH ( 20 ml )

Trata-rata = TAkhir TAwal


30,6+ 29,6

T
=(
- 31,6
2
60,2
31,6
2

T
T

= 30,1 31,3
= - 1,5 o C
c. Stoikiometri CuSO4( 40 ml ) + NaOH ( 10 ml )

Trata-rata = TAkhir TAwal


30,1+29,7

T
=(
30,5
2
59,8
30,5
2

= 29,9 30,5

= - 0,6 o C
d. Stoikiometri CuSO4( 20 ml ) + NaOH ( 30 ml )

Trata-rata = TAkhir TAwal


30,5+ 29,8

32,2
2

=(

T
T

= 30,15 32,2
= - 2,05 o C

60,3
32,2
2

Pembahasan bagian 2
a. Stoikiometri Asam- Basa NaOH (5 ml) + HCl (25 ml)
Trata-rata = TAkhir TAwal
30,1+30,0

T
=(
30,2
2
60,1
30,2
2

T
T

= 30,05 30,2
= - 0,15 o C
b. Stoikiometri Asam- Basa NaOH (10 ml) + HCl (20 ml)

Trata-rata = TAkhir TAwal


29,6 +29,9

T
=(
30,5
2
59,5
30,5
2

T
T

= 29,75 30,5
= - 0,75 o C
c. Stoikiometri Asam- Basa NaOH (15 ml) + HCl (15 ml)

Trata-rata = TAkhir TAwal


30,2+30,5

T
=(
- 31,0
2
60.7
31,0
2

T
T

= 30,35 31,0
= - 0,65 o C

d. Stoikiometri Asam- Basa NaOH (20 ml) + HCl (10 ml)


e.
f.
Trata-rata = TAkhir TAwal
g.

29,7 +29,9

30,9
2

h.

=(

i.

j.

T
T

= 29,8 30,9
= - 1,1 o C

k.

59,6
30,9
2

l.
m.
n.
o. Stoikiometri Asam- Basa NaOH ( 25 ml) + HCl (5 ml)
p.
q.
Trata-rata = TAkhir TAwal
r.

s.

=(

29,7 +30,2

30,7
2
59,9
30,7
2

t.

u.

T
T

= 29,95 30,7
= - 0,75 o C

v.
w.
x.
y.
z.

aa.
ab.
ac.
ad.
ae.
af.
ag.
ah.
ai.
aj.

BAB V
PENUTUP

Kesimpulan

1. Pada percobaan yang telah kami lakukan mengenai reaksi-reaksi kimia dan
stoikiometri seperti antara larutan NaOH dan CuSO4 menunjukkan nilai suhu awal
dan suhu gabungannya berbeda-beda, serta memiliki suhu rata-rata yang berbeda
pula, hal ini karena dipengaruhi oleh jumlah volume larutan yang digunakan,
begitupun dengan reaksi berikutnya antara NaOH dan HCl yang semakin kecil suhu
campurannya maka nilai rata-ratanya akan semakin besar.
2. Pada percobaan ini juga terdapat titik maksimum dan titik minimum pada sistem
NaOH CuSO4 adalah 32,2 C pada campuran keempat, 30,5 C pada campuran
ketiga. Sedangkan titik maksimm dan minimum pada system Asam basa NaOH HCl
adalah 31,0 C pada campuran ketiga, 30,2 C pada campuran pertama.
3. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan disimpulkan bahwa sistem NaOH HCl
merupakan reaksi endoterm dan sistem NaOH CuSO4 adalah reaksi eksoterm.
ak. .
al.
am.
an.
ao.
ap.
aq.

ar.
as.
at.
au.
av.
aw.

ax.

DAFTAR PUSTAKA

ay.
az.

Chang, Raymond, 2005, Kimia Dasar Konsep-konsep Inti, penerjemah:


ba.

bb.

Nuryono,M.S,Dr,dkk,2010,Petunjuk praktikum kimia dasar, Yogyakarta :


bc.

bd.

bg.

laboratorium kimia dasar FMIPA UGM.

Pane,Elfira rosa,M.Si. 2012,Panduan praktikum kimia dasar II, Palembang :


be.

bf.

Departemen kimia ITB Bandung, Erlangga: Jakarta

Laboratorium kimia dasar IAIN RF.

Sutresna, Nana, 2007, Cerdas Belajar Kimia, Bandung : Grafindo Media Pratama

Anda mungkin juga menyukai