Anda di halaman 1dari 26

LAMPIRAN VI :

I.

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT


NOMOR
: 58 TAHUN 2011
TANGGAL
: 21 NOPEMBER 2011
TENTANG
: PERUBAHAN ATAS PERATURAN
GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR
21
TAHUN
2009
TENTANG
PETUNJUK
PELAKSANAAN
PERATURAN DAERAH PROVINSI
JAWA BARAT NOMOR 1 TAHUN
2008 TENTANG PENGENDALIAN
PEMANFAATAN RUANG KAWASAN
BANDUNG UTARA

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kawasan Cekungan Bandung yang merupakan salah satu kawasan andalan
dan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) di Jawa Barat juga mempunyai arti penting
bagi keutuhan ekosistem Jawa Barat dalam mendukung kehidupan, pelestarian
fungsi lingkungan hidup, dan menjamin pembangunan berkelanjutan. Kawasan
Bandung Utara (KBU) sebagai kawasan konservasi air di Cekungan Bandung
diharapkan dapat mendukung kualitas lingkungan Kawasan Cekungan Bandung.
Dalam perkembangannya hingga saat ini, pertumbuhan dan perkembangan
penggunaan lahan di Kawasan Bandung Utara (KBU) masih belum terkendali
sehingga menimbulkan gangguan fungsi lindung baik di kawasan itu sendiri
maupun kawasan di bawahnya.
Dalam upaya pengendalian pemanfaatan ruang di KBU, pemerintah Provinsi
Jawa Barat telah mengeluarkan beberapa kebijakan yang diantaranya berupa
Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pengendalian Pemanfaatan
Ruang di Kawasan Bandung Utara.
Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun
2008 Tentang Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bandung Utara
disusun guna menyediakan pedoman dan arahan bagi upaya pengendalian
pemanfaatan ruang di Kawasan Bandung Utara serta aturan teknisnya. Peraturan
Gubernur ini juga diharapkan mampu sebagai rujukan bagi semua pihak dalam
melakukan koordinasi, kerjasama, penyesuaian, dan komunikasi dalam rangka
mewujudkan keterpaduan dan efektivitas upaya pengendalian pemanfaatan ruang
di KBU yang melibatkan Pemerintah, Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Kota
Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, instansi
terkait, masyarakat, serta para pelaku usaha.
Ketentuan teknis dalam Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa
Barat Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Pengendalian Pemanfaatan Ruang di KBU
meliputi ketentuan teknis pemanfaatan ruang, penataan bangunan, rekayasa
teknis dan vegetatif, pengawasan, dan rekomendasi perizinan.

II.

ARAHAN PERATURAN ZONASI KAWASAN BANDUNG UTARA


Arahan Peraturan Zonasi Kawasan Bandung Utara aterdiri dari

Peta

Arahan

Zonasi (Zoning Map) sebagaimana tercantum pada Lampiran IV dan Teks Arahan
Aturan per Zona (Zoning Text ) sebagaimana tercantum pada pasal pasal batang
tubuh .

III.

KETENTUAN TEKNIS PEMANFAATAN RUANG


1. Ketentuan teknis pemanfaatan ruang Kawasan Lindung mengikuti peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Ketentuan teknis pemanfaatan ruang untuk budidaya tercantum dalam Tabel
Ketentuan Teknis Pemanfaatan Ruang Kawasan Budidaya Permukiman dan
Budidaya Non Permukiman di KBU.

IV.

KETENTUAN TEKNIS PENATAAN BANGUNAN


A. Penetapan KDB
1. Penetapan KDB Maks Berdasarkan Kemiringan Lereng Maksimum 30%
Kemiringan Lereng Ratarata
0% - 8%
8% - 15%
15% - 30%
30% - 40%
>40% (*)

KDB Maksimum
Berdasarkan kemiringan maksimum yang boleh
dibangun 30%
Perkotaan
40%
37%
32%
10%
2%

Perdesaan
20%
12%
7%
2%
2%

Catatan :
- KDB maksimum perkotaan = 40%
- KDB maksimum non perkotaan = 20%
- Disarankan untuk Kawasan Bandung Utara KDB maksimum yang diperbolehkan yaitu berdasarkan
kemiringan maksimum yang boleh dibangun sebesar 30%.
- (*) hanya diperbolehkan bagi pembangunan prasarana/sarana khusus/tertentu

Tabel Ketentuan Teknis Pemanfaatan Ruang Budidaya Permukiman dan non Permukiman di KBU.
Fungsi Utama/
Pemanfaatan Ruang

Lokasi
Kabupaten/Kota
Kota Bandung

Budidaya Permukiman
A : Perkotaan

Kecamatan
Cibeunying Kaler
Cibiru
Cicendo
Cidadap
Coblong
Sukajadi
Sukasari

Ketentuan Teknis Pemanfaatan Ruang


Kelurahan/Desa
Cigadung
Cisurupan, Palasari
Pasirbiru
Husein Sastranegara, Sukaraja
Ciumbuleuit, Hegarmanah,
Ledeng
Cipaganti, Dago, Lebakgede,
Lebak Siliwangi, Sekeloa
Cipedes, Pasteur, Sukabungah,
Sukagalih, Sukawarna
Gegerkalong, Isola, Sarijadi,
Sukarasa
Pasirwangi

Ujungberung
Kota Cimahi

Cimahi Tengah
Cimahi Utara

Kab. Bandung Barat

Dilarang
-

Cimahi, Karangmekar,
Padasuka, Setiamanah
Cibabat, Cipageran, Citeureup,
Pasirkaliki

Parongpong

Sariwangi, Ciwaruga

Ngamprah

Tanimulya, Ngamprah

Lembang

Lembang, Kayuambon

Kegiatan pembangunan yang


berpotensi menambah luas
kawasan terbangun di Zona I
B, kecuali dunyatakan layak
dalam penilaian daya dukung
dan daya tampung.
Industri besar dan sedang dan
industri yang berpotensi
mencemari lingkungan dan
mengkonsumsi air banyak.
Pertambangan
Kegiatan lain yang akan
merusak dan mencemari
lingkungan (berdasarkan hasil
penilaian kelayakan
lingkungan)
Kegiatan yang mengakibatkan
gangguan pada
Observatorium Boscha.
Kegiatan/bangunan pada
daerah rawan gerakan tanah
tinggi, rawan longsor, zona
bahaya gunung api dan aliran
lahar (KRB I), kawasan
lindung (sempadan sungai,
mata air)

Boleh Bersyarat
A. Kegiatan pembangunan rumah tinggal
dan non rumah tinggal pada Zona I
berupa :
1. Renovasi bangunan.
2. Penambahan vertikal lantai
bangunan lama.
3. Bangunan baru yang secara
penilaian daya dukung dan daya
tampung lingkungan masih
dimungkinkan
B. Sarana dan prasarana dan infrastruktur
pelayanan seperti jaringan transmisi
listrik, gardu listrik, menara
telekomunikasi, instalasi air bersih, jalan
lingkungan.
C. Jalan umum dan infrastruktur
transportasi.
D. Kegiatan di wilayah KWT akt < KWT
maks., atau di Zona II dan III dengan
ketentuan :
1. Rumah tinggal tdk melebihi KDB
maks. 40%,
2. Komplek Perumahan, Rumah Susun,
Perkantoran, Sekolah/
Kampus,Perhotelan, kawasan
perdagangan dan jasa,dengan KDB
kawasan maks. 30% dan KDH min.
64%, kecuali kawasan tertentu yg
menurut RDTR lebih ketat.
3. Non rumah tinggal yang bukan
kawasan dengan KDB maks. 30%.

Boleh
-

Ruang Terbuka Hijau


Hutan Kota
Rumah Panggung
Kayu
Renovasi bangunan
lama dengan
pengurangan KDB
kurang/ dari KDB maks.
( KDB maks. 40% dan
KDH min. 52%)
Pagar, benteng , pos
jaga

Budidaya Permukiman
B. Perdesaan

Kab. Bandung

Cileunyi
Cimenyan

Cibiru Wetan, Cileunyi Wetan


Mekarwangi
Girimekar, Malatiwangi

Cilengkrang
Kab. Bandung Barat

Lembang

Cibodas, Langensari, Cibogo,


Wangunsari, Sukajaya, Gudang
Kahuripan

Parongpong

Cihanjuang, Cihanjuang,
Rahayu, Cigugur Girang,
Cihideung

Lembang

Cibodas, Langensari, Cibogo,


Wangunsari, Sukajaya,
Gudangkahuripan

Parongpong

Cihanjuang, CihajuangRahayu,
Karyawangi, Cigugur Girang,
Padaasih

- Kegiatan pembangunan yang


berpotensi menambah luas
kawasan terbangun di Zona I B,
kecuali dunyatakan layak dalam
penilaian daya dukung dan daya
tampung.
- Industri besar dan sedang
- industri
yang
berpotensi
mencemari lingkungan dan
mengkonsumsi air banyak.
- Pertambangan
- Kegiatan lain yang akan
merusak
dan
mencemari
lingkungan atau
di zona
resapan utama air tanah tanpa
izin
- Bangunan dengan jumlah lantai
tertentu yang tidak sesuai daya
dukung dan tidak serasi dengan
lingkungan sekitar.
- Kegiatan/bangunan pada
daerah rawan gerakan tanah
tinggi, rawan longsor, zona
bahaya gunung api dan aliran
lahar (KRB I), kawasan lindung
(sempadan sungai, mata air)

A. Kegiatan pembangunan rumah tinggal


dan non rumah tinggal tanpa melebihi
ketentuan KDB maks dan KDH minimal
untuk Zona I berupa :
1. Renovasi bangunan.
2. Penambahan vertikal lantai
bangunan lama.
3. Bangunan baru yang secara
penilaian daya dukung dan daya
tampung lingkungan masih
dimungkinkan.
B. Sarana dan prasarana dan infrastruktur
pelayanan seperti jaringan transmisi
listrik, gardu listrik, menara
telekomunikasi, instalasi air bersih, jalan
lingkungan.
C. Jalan umum dan infrastruktur
transportasi.
D. Kegiatan di wilayah KWT akt.< KWT
maks., atau di Zona II atau Zona III,
dengan ketentuan :
1. Rumah tinggal tdk melebihi KDB
maks. 20%,
2. Komplek Perumahan, Rumah susun
dengan jumlah lantai terbatas sesuai
daya dukung dan keserasian
lingkungan, Perkantoran, Sekolah/
Kampus,Perhotelan tipe tertentu
yang sesuai nuansa perdesaan,
kawasan perdagangan dan
jasa,dengan KDB kawasan maks.
20% dan KDH mini. 76%.
3. Non rumah tinggal yang bukan
kawasan dengan KDB maks. 20%.

Ruang Terbuka Hijau


Hutan kota
Rumah Panggung
Kayu
Renovasi bangunan
lama dengan
pengurangan KDB
kurang/sama dari KDB
maks. (20%)
Pagar, benteng , pos
jaga, pos pengamatan,
Pertanian, perkebunan,
wisata ramah
lingkungan

Kab. Bandung

Budidaya Permukiman
C. Perdesaan tertentu /
perbatasan desa kota

Cileunyi

Cileunyi Wetan,
Cibiru Wetan

Cimenyan

Mekarwangi

Cilengkrang

Girimekar, Malatiwangi,
Jatiendah

Kab. Bandung Barat

Parongpong

Lembang
Cisarua
Cikalong Wetan
Ngamprah

Cihanjuang, CihajuangRahayu,
Cigugur Girang, Cihideung
Cikidang, Mekarwangi, Cikole,
Cikahuripan
Kertawangi, Pasirhalang
Cipada
Ngamprah

Kegiatan pembangunan yang


berpotensi menambah luas
kawasan terbangun di Zona I
B, kecuali dunyatakan layak
dalam penilaian daya dukung
dan daya tampung.
perhitungan daya dukung dan
daya tampung per Desa / Kel..
Industri besar dan sedang dan
industri yang berpotensi
mencemari lingkungan dan
mengkonsumsi air banyak.
Pertambangan
Kegiatan lain yang akan
merusak dan mencemari
lingkungan/ di zona resapan
utama air tanah tanpa izin
Kegiatan/bangunan pada
daerah rawan gerakan tanah
tinggi, rawan longsor, zona
bahaya gunung api dan aliran
lahar(KRB I), kawasan lindung
(sempadan sungai, mata air)

A. Kegiatan pembangunan rumah tinggal


dan non rumah tinggal tanpa melebihi
KDB maks dan KDH minimal untuk
Zona I berupa :
1. Renovasi bangunan
2. Penambahan vertikal lantai
bangunan lama.
3. Bangunan baru yang secara
perhitungan daya dukung dan daya
tampung lingkungan masih
dimungkinkan.
B. Sarana dan prasarana dan infrastruktur
pelayanan seperti jaringan transmisi
listrik, gardu listrik, menara
telekomunikasi, instalasi air bersih, jalan
lingkungan.
C. Jalan umum dan infrastruktur
transportasi.
D. Kegiatan di Zona II dan III dengan
ketentuan :
1. Rumah tinggal tdk melebihi KDB
maks. 20%,
2. Komplek Perumahan,Rumah susun
dengan jumlah lantai terbatas sesuai
daya dukung dan keserasian
lingkungan. Perkantoran, Sekolah/
Kampus,Perhotelan, kawasan
perdagangan dan jasa,dengan KDB
kawasan maks. 15% dan KDH min.
80%.
3. Non rumah tinggal yang bukan
kawasan dengan KDB maks. 20%.

Ruang Terbuka Hijau


Hutan kota
Rumah Panggung
Kayu
Renovasi bangunan
lama dengan
pengurangan KDB
kurang/sama dari KDB
maks. (15%)
Pagar, benteng, pos
jaga, pos pengamatan
Pertanian, perkebunan,
wisata ramah
lingkungan

Budidaya Pertanian
Lahan Basah

Kab. Bandung

Kab. Bandung Barat

Cimenyan

Ciburial, Mekarsaluyu, Cimenyan,


Mandalamekar, Mekarmanik,
Cipanjalu, Girimekar, Cikadut

Cilengkrang

Malatiwangi, Ciporeat,
Cilengkrang

Cileunyi

Cimekar, Cibiru Wetan, Cileunyi


Wetan, Cileunyi Kulon

Cikalong Wetan

Cipada, Ciptagumanti,
Mekarjaya, Mandalamukti,
Ciptagumanti, Cisomang

Cisarua

Cipada, Sadangmekar,
Pasirlangu, Tugumukti,
Pasirhalang, Jambudipa,
Padaasih

Ngamprah

Bojongkoneng, Sukatani,
Ngamprah, Mekarsari, Cilame,
Pakuhaji

Parongpong

Cihanjuang, Sariwangi, Cigugur


Girang, Karyawangi

Lembang

Cikole,Cibogo, Cikidang,
Wangunharja, Wangunsari,
Cibodas, Suntenjaya,
Pagerwangi

Padalarang

Tagogapu, Campakamekar

- Industri besar dan sedang


- industri
yang
berpotensi
mencemari lingkungan dan
mengkonsumsi air banyak.
- Alih fungsi lahan pertanian
beririgasi teknis
- Pertambangan
- Kegiatan lain yang akan
merusak
dan
mencemari
lingkungan
- Kegiatan pembangunan yang
tdk berizin atau berpotensi
menambah
luas
kawasan
terbangun aktual secara berarti,
di Zona I, kecuali dimungkinkan dari perhitungan daya
dukung dan daya tampung per
Desa / Kel..
- Kegiatan yang mengakibatkan
gangguan pada observatorium
Boscha.
- Kegiatan/bangunan pada
daerah rawan gerakan tanah
tinggi, rawan longsor, zona
bahaya gunung api dan aliran
lahar(KRB I), kawasan lindung
(sempadan sungai, mata air)

A. Kegiatan pembangunan rumah tinggal


dan non rumah tinggal tanpa melebihi
KDB maks dan KDH minimal untuk
Zona I berupa :
1. Renovasi bangunan
2. Penambahan vertikal lantai
bangunan lama.
3. Bangunan baru tertentu yang secara
perhitungan daya dukung dan daya
tampung lingkungan masih
dimungkinkan dan di luar
persawahan.
B. Kegiatan di Zona II dan III dengan
ketentuan :
1. Rumah tinggal tipe perdesaan tdk
melebihi KDB maks. 15%, pada
lingkungan perkampungan yang ada.
2. Ekowisata, wisata pendidikan,
produksi pertanian dengan KDB
kawasan maks. 2%.
3. Non rumah tinggal pendukung
usaha pertanian berbentuk semi
permanen yang bukan kawasan
dengan KDB maks. 15%.
4. Sarana dan prasarana dan
infrastruktur pelayanan seperti
jaringan transmisi listrik, gardu listrik,
menara telekomunikasi, instalasi air
bersih, jalan lingkungan.
5. Jalan umum dan infrastruktur
transportasi usaha pertanian.
6. Kantor pemerintahan, sekolahan,
pelayanan kesehatan, tempat ibadah
secara terbatas setelah melalui
penilaian daya dukung lingkungan,
dengan KDB maks. 15%.

Pertanian lahan basah


dan agrowisata yang
sesuai kaidah
lingkungan.
Ruang Terbuka Hijau
Hutan, perkebunan
Rumah Panggung
Kayu
Renovasi bangunan
lama dengan
penguranagn KDB
kurang/sama dariKDB
maks. (15%)
Pagar, benteng, pos
jaga, pos penimbangan,
pos pengamatan

Budidaya Pertanian
Lahan Kering

Kab. Bandung

Kab. Bandung Barat

Cimenyan

Mekarmanik, Cimenyan,
Cibeunying

Cilengkrang

Cipanjalu, Ciporeat, Cilengkrang

Cileunyi
CikalongWetan
Parongpong

Cisarua

Ngamprah

Kota Cimahi

Ganjarsari, Mandalamukti,
Mekarjaya, Mandalamukti,
Karyawangi, Cihideung,
Cihanjuang, Ciwaruga, Cihanjuang
Rahayu, Sariwangi
Kertawangi, Pasirlangu,
Tugumukti, Pasirhalang,
Jambudipa, Padaasih
Cilame

Sukasari

Cikahuripan, Jayagiri, Sukajaya,


Cikidang, Wangunharja,
Mekarwangi, Cibodas, Suntenjaya,
Langensari
Ledeng, Isola

Coblong

Dago

Ujungberung

Pasirjati, Pasirwangi,
Pasanggrahan

Cibiru

Cisurupan, Palasari, Pasirbiru

Cibeunyingkidul

Pasirlayung

Cidadap

Ciumbuleuit

Cibeunying Kaler

Cigadung

Cimahi Utara

Cipageran, Citeureup

Lembang
Kota Bandung

Cileunyi Wetan, Cibiru Wetan

- Industri besar dan sedang


- industri yang berpotensi
mencemari lingkungan dan
mengkonsumsi air banyak.
- Pertambangan
- Kegiatan lain yang akan
merusak dan mencemari
lingkungan
- Kegiatan pembangunan yang
tdk berizin/ non pertanian,
perkebunan, kehutanan, atau
berpotensi menambah luas
kawasan terbangun aktual
secara berarti, di Zona I , kecuali
dimungkin- kan dari
perhitungan daya dukung dan
daya tampung per desa/kel
- Apartemen/rumah susun/hotel
dengan jumlah lantai tidak
sesuai daya dukung dan
keserasian lingkungan dan/atau
berada di ketinggian lebih dari
1200 dpl.
- Kegiatan yang mengakibatkan
gangguan pada observatorium
Boscha.
- Kegiatan/bangunan pada
daerah rawan gerakan tanah
tinggi, rawan longsor, zona
bahaya gunung api dan aliran
lahar(KRB I), kawasan lindung
(sempadan sungai, mata air)

A. Kegiatan pembangunan rumah tinggal


dan non rumah tinggal tanpa melebihi
KDB maks dan KDH minimal untuk
Zona I berupa :
1. Renovasi bangunan
2. Penambahan
vertikal
lantai
bangunan lama.
3. Bangunan baru tertentu yang secara
perhitungan daya dukung dan daya
tampung
lingkungan
masih
dimungkinkan.
B. Kegiatan di Zona II dan III dengan
ketentuan
1. Rumah tinggal dan non rumah
tinggal
tipe
perdesaan/
utk
menunjang usaha tani secara
terbatas tanpa melebihi ketentuan
KDB maks.15%, untuk kawasan kota
dapat dipertimbangkan KDB maks.
30% setelah melalui kajian teknis.
2. Permukiman /perumahan perdesaan
dengan KDB maks. kawasan 7%.
3. Kawasan
ekowisata,
wisata
pendidikan, produksi pertanian
dengan KDB kawasan maks. 2%.
4. Sarana dan prasarana
dan
infrastruktur
pelayanan
seperti
jaringan transmisi listrik, gardu listrik,
menara telekomunikasi, instalasi air
bersih, jalan lingkungan, jalan umum
tipe tertentu.
5. Kantor pemerintahan, sekolahan,
pelayanan kesehatan, tempat ibadah
secara terbatas setelah melalui
penilaian daya dukung lingkungan,
dengan KDB maks. 15%.
6. Rumah susun/ hotelbernuansa alam
dengan lantai terbatas, sesuai
penilaiian daya dukung dan
keserasian lingkungan.

- Pertanian dan
perkebunan yang sesuai
kaidah lingkungan.
- Hutan Rakyat, Hutan,
Ruang Terbuka Hijau
- Renovasi bangunan lama
tanpa melebihi
KDB
lama/KDBmaks.(15% )
- Pagar, benteng, pos jaga,
pos pengamatan

Budidaya Perkebunan
atau Hutan Rakyat

Kab. Bandung

Kab. Bandung Barat

Kota Bandug

Kota Cimahi

Cimenyan

Mekarsaluyu, Cimenyan,
Mandalmekar, Ciburial,
Mekarmanik, Cikadut

Cilengkrang

Cipanjalu, Girimekar, Malatiwangi,


Ciporeat, Cilengkrang

Cileunyi
Cikalong Wetan

Cibiru Wetan, Cileunyi Wetan,


Cileunyi Kulon
Ganjarsari, Mandalamukti, Cipada,
Mekarjaya, Cisomang

Cisarua

Sadangmekar, Cipada, Pasirlangu,


Tugumukti, Kertawangi,
Jambudipa, Pasirhalang, Padaasih

Ngamprah

Bojongkoneng, Cimanggu, Cilame,


Pakuhaji, Cihideung, Ngamprah

Parongpong

Cihanjuang Rahayu, Cihanjuang,


Karyawangi, Sukajaya

Padalarang

Tagogapu

Lembang

Cibiru

Jayagiri, Gudangkahuripan,
Wangunsari, Pagerwangi,
Mekarwangi, Langensari,
Cikidang, Cibogo, Cikahuripan
Cisurupan, Palasari, Pasirbiru

Mandalajati

Sindang Jaya, Jatihandap

Cidadap

Ciumbuleuit, Hegarmanah

Ujungberung

Pasanggrahan, Pasirjati,
Pasirwangi

Coblong

Dago

Cibeunying Kaler
Cimahi Utara

Cigadung
Cipageran, Citeureup

- Industri besar dan sedang


- industri
yang
berpotensi
mencemari lingkungan dan
mengkonsumsi air banyak.
- Pertambangan
- Kegiatan lain yang akan
merusak dan mencemari dan
merusak lingkungan.
- Kegiatan
permukiman baru.
(pengembangan
kawasan
perumahan )
- Kegiatan pembangunan yang
tdk berizin/ non perkebunan,
kehutanan, atau berpotensi
menambah
luas
kawasan
terbangun aktual secara berarti,
di Zona I
- Apartemen
- Kegiatan yang mengakibatkan
gangguan pada observatorium
Boscha.
- Kegiatan/bangunan pada
daerah rawan gerakan tanah
tinggi, rawan longsor, zona
bahaya gunung api dan aliran
lahar(KRB I), kawasan lindung
(sempadan sungai, mata air)

A. Kegiatan pembangunan rumah tinggal


dan non rumah tinggal untuk
menunjang usaha perkebunan dan
kehutanan tanpa melebihi KDB maks
dan KDH minimal untuk Zona I
berupa:
1. Renovasi bangunan.
2. Penambahan vertikal lantai
bangunan lama.
3. Bangunan baru tertentu yang
secara perhitungan daya dukung
dan daya tampung lingkungan
masih dimungkinkan.
B. Kegiatan di Zona II dan III dengan
ketentuan :
1. Rumah tinggal atau non rumah
tinggal penunjang usaha
perkebunan/kehutanan/ di
lingkungan perkampungan yang
ada dg KDB maks. 10 %.
2. Kawasan ekowisata, wanawisata,
agro wisata, wisata pendidikan,
produksi perkebunan / hutan rakyat
dengan KDB kawasan maks. 2%.
3. Penginapan penunjang wisata
dengan nuansa alam / perdesaan
tidak melebihi KDB maks. 10%.
C. Sarana dan prasarana dan
infrastruktur pelayanan seperti jaringan
transmisi listrik, gardu listrik, menara
telekomunikasi, instalasi air bersih,
jalan lingkungan.
D. Jalan umum,infrastruktur, transportasi
menuju pusat produksi dengan kriteria
tertentu.
E. Fasilitas pelayanan publik seperti
kantor desa, sekolahan, puskesmas,
tempat ibadah, secara terbatas setelah
melalui penilaian daya dukung
lingkungan, dengan KDB maks. 10%.

- Perkebunan dan hutan


rakyat yang sesuai kaidah
lingkungan.
- Hutan lindung, hutan
produksi
- Renovasi bangunan lama
tanpa melebihi
KDB
maks. (KDB maks. 10%
dan KDH min. 85%)
- Pagar, benteng, pos jaga,
pos pengamatan

2.

Perhitungan luas bangunan ditentukan sebagai berikut:


a. Perhitungan luas lantai adalah jumlah luas lantai yang diperhitungkan
sampai batas dinding terluar.
b. Luas lantai ruangan beratap yang mempunyai dinding lebih dari 1,20
m dihitung 100%.
c. Luas lantai beratap yang bersifat terbuka atau mempunyai dinding
tidak lebih dari 1,20 m, dihitung 50% selama tidak melebihi 10% dari
luas denah yang diperhitungkan sesuai dengan KDB yang ditetapkan
d. Overstek atap yang melebih 1,50m maka luas mendatar kelebihannya
dianggap sebagai lantai denah.
e. Teras tidak beratap yang mempunyai dinding tidak lebih dari 1.20m di
atas lantai teras, tidak diperhitungkan.
f. Untuk perhitungan luas lantai di bawah tanah diperhitungkan seperti
luas lantai di atas tanah dengan batasan Koefisien Tapak Besmen
yang telah ditetapkan.
g. Luas ruang bawah tanah (besmen) yang melewati batas-batas area
perencanaan atau berada di bawah prasarana kota atau di bawah
ruang terbuka publik ditentukan lebih lanjut dengan surat keputusan
bupati
h. Luas lantai bangunan untuk parkir tidak diperhitungkan dalam
perhitungan KDB asal tidak melebihi dari 50% KDB yang telah
ditetapkan. Jika melebihi, maka diperhitungkan 50% terhadap KDB.
i.

Peningkatan intensitas ruang untuk sebuah area perencanaan harus


melalui surat keputusan bupati

B. Penetapan KLB
1. Rumus Perhitungan KLB adalah sebagai berikut :

JLB
KLB = ------------------------------------LK
KLB = Koefisien Lantai Bangunan
JLB = Luas Lantai Bangunan
LK = Luas Kavling/Petak/Persil

2. Perhitungan ketinggian sebuah bangunan ditentukan sebagai berikut:

a. Ketinggian bangunan dalam petunjuk operasional ini adalah jumlah lantai


penuh suatu bangunan dihitung dari lantai dasar sampai dengan lantai
tertinggi.
b. Tinggi bangunan adalah jarak dari lantai dasar sampai dengan puncak atap
bangunan yang dinyatakan dalam meter
c. Ketinggian ruang pada lantai dasar disesuaikan dengan fungsi dan bentuk
arsitektural bangunannya.
d. Jarak vertikal lantai bangunan ke lantai berikutnya maksimal 5m
disesuaikan dengan fungsi bangunannya (kecuali bangunan ibadah,
industri, gedung olah raga, bangunan monumental, dan bangunan gedung
serba guna)
e. Lantai mesanin dihitung dalam ketentuan intensitas ruang.
f. Penggunaan rongga atap diperhitungkan dalam ketentuan intensitas ruang.
g. Penambahan lantai atau tingkat suatu bangunan harus mendapatkan
persetujuan bupati.

C. Penetapan KDH
1. Penetapan KDH Maksimum berdasarkan kemiringan lereng
Kemiringan Lereng
Rata-rata

Perkotaan

Perdesaan

0% - 8%

52%

76%

8% - 15%

55%

85%

15% - 30%

61%

91%

30% - 40%

88%

98%

>40%

96%

100%

2. Rumus perhitungan KDH :

KDH = 100% - (KDB+(20% x KDB))

dimana :
KDH = Koefisien Dasar Hijau
KD = Koefisien Dasar Bangunan
3. Ruang Terbuka Hijau yang termasuk dalam KDH sebanyak mungkin
diperuntukkan bagi penghijauan/penanaman di atas tanah. Dengan demikian
area parkir dengan lantai perkerasan masih tergolong RTH sejauh ditanami
pohon peneduh yang ditanam di atas tanah, tidak di dalam wadah kedap air.

10

4. KDH tersendiri dapat ditetapkan untuk tiap-tiap klas bangunan dalam kawasankawasan bangunan, dimana terdapat beberapa klas bangunan dan kawasan
campuran.

D. Ketentuan Perencanaan Tata Letak Bangunan


1. Pelandaian Lereng
a. Semakin tinggi nilai kemiringan lereng, semakin sempit daerah yang boleh
dilandaikan.
b. Pelandaian lereng maksimum
Kawasan Perdesaan
Kemiringan

Pelandaian Maksimum

0-8 %

18 % dari luas lahan

8-15 %

18 % dari luas lahan

15-30 %

10 % dari luas lahan

> 30 %

0 % dari luas lahan


Kawasan Perkotaan

Kemiringan

Pelandaian Maksimum

0-15 %
(Kawasan perkotaan
berkepadatan tinggi)

15 % dari luas lahan

0-15 %
(Kawasan perkotaan
berkepadatan
sedang)

15 % dari luas lahan

0-15 %
(Kawasan perkotaan
berkepadatan
rendah)

15 % dari luas lahan

15-30 %

10 % dari luas lahan

> 30 %

0 % dari luas lahan

2. Jarak Bebas Minimum Samping dan Belakang


a. Ketentuan mengenai jarak bebas ditentukan sebagai berikut :
i.

Pada bangunan renggang, jarak bebas samping maupun belakang


ditetapkan 4m pada lantai dasar, dan pada setiap penambahan lantai,
jarak bebas di atasnya ditambah 0.5m dari jarak bebas lantai di
bawahnya sampai mencapai jarak bebas terjauh 15m. Ketentuan ini
berlaku untuk bangunan selain bangunan rumah tinggal dan bangunan
industri.

ii.

Pada bangunan industri dan gudang renggang, ditetapkan jarak


bebasnya adalah 5m pada lantai dasar, dan setiap penambahan lantai,
jarak bebas di atasnya ditambah 0.5m dari jarak bebas lantai
dibawahnya.
11

iii.

Jarak bebas bangunan renggang pada kawasan cagar budaya atau


kawasan khusus diatur dalam ketentuan mengenai cagar budaya atau
kawasan khusus.

iv.

Untuk bangunan berderet/rapat, jarak bebas diperkenankan tidak ada


sampai dengan lantai ke delapan, setelah lantai ke delapan, maka
untuk lantai selanjutnya ditambah 0.5m dari jarak bebas lantai
dibawahnya. Ketentuan ini tidak berlaku untuk bangunan rumah tinggal.

3. Garis Sempadan Bangunan


a. Garis sempadan bangunan yang selanjutnya disebut GSB adalah garis
yang tidak boleh dilampaui oleh denah bangunan ke arah Garis
Sempadan Jalan (GSJ) yang ditetapkan dalam rencana detail tata ruang
dan rencana tata bangunan dan lingkungan.
b. Garis Sempadan Jalan yang selanjutnya disebut GSJ adalah garis
rencana jalan yang ditetapkan dalam rencana detail tata ruang dan
rencana tata bangunan dan lingkungan.
c. Untuk Kawasan Bandung Utara GSB dibuat relatif kecil yaitu sekitar
rumija +1 meter.
d. Ketentuan mengenai GSB dan GSJ adalah sebagai berikut:
i) Ruang terbuka diantara GSJ dan GSB harus digunakan sebagai unsur
penghijauan atau daerah resapan air hujan dan atau utilitas umum dan
atau jalur pejalan.
ii) Untuk kawasan pusat kota, ruang tersebut dapat dimanfaatkan
sebagai fasilitas penunjang berupa bangunan sementara. Atau bisa
juga sebagai tempat parkir dengan tetap menyediakan jalur pejalan
minimal 50% dari keseluruhan ruang terbuka tersebut.
iii) Penggunaan-penggunaan tersebut harus memenuhi ketentuan dan
standar yang berlaku tanpa mengurangi persyaratan unsur penghijuan
dan atau daerah resapan air hujan.
e. Perhitungan GSB menggunakan rumus :
i) Rumija 8m = 0.5 x lebar Rumija + 1m.
ii) Rumija < 8m = 0.5 x lebar Rumija

12

E. Desain Tata Letak Bangunan


1. Pertimbangan utama dalam perencanaan tapak adalah :
a. Menjaga fungsi resapan air
b. Mempertahankan kontur lahan alami
c. Mempertahankan karakter fisik dan vegetasi alami
d. Memperkecil luas terbangun/penutupan lahan
2. Pemilihan desain tata letak bangunan, jalan dan sarana dan prasarana yang
memenuhi pertimbangan tersebut adalah:
a. Desain perataan tanah harus mempertahankan kondisi kontur alami

Desain rencana tapak perlu memperhatikan


tidak terlalu mengubah kondisi eksisting alam.

bentukan yang

b. Desain tapak harus mempertahankan karakter alami lahan

Rancangan tapak sebaiknya tidak menghilangkan karakter alami lahan

13

c. Desain tapak harus mempertahankan kontur alami

Meminimalkan perubahan kontur lahan

d. Pembagian blok lahan

dan desain jalan dengan tipe cluster luas

terbangun

Sesedikit mungkin
menggunakan bahan
perkerasan, jalan
perlu dirancang seefisien
mungkin

14

e. Memperkecil GSB untuk meminimalkan luas lahan terolah

Gunakan GSB yang kecil untuk meminimalkan luas tanah yang dibangun dan diperkeras

f. Desain lahan parkir disesuaikan dengan karakter dan kontur alami


Rancangan parkir perlu mempertimbangkan karakter kontur lahan

15

F. Ketentuan Perancangan Bangunan


1. Bentuk dan Struktur Bangunan
a. Pemilihan bentuk dan struktur bangunan ditujukan untuk :
i)

Memperkecil KDB per kawasan

ii)

Memperkecil KDB per petak lahan/luas dasar bangunan

iii)

Memperkecil luas perataan tanah (cut and fill)

iv) Mempertahankan fungsi resapan air


b. Rekomendasi bentuk dan struktur bangunan di KBU :
i)

Bangunan tingkat dan atau berderet, terutama pada kawasan


permukiman perkotaan, untuk memperkecil luas dasar bangunan, luas
perataan tanah dan KDB per kawasan.

Koefisien Dasar Bangunan sebaiknya ditekan serendah mungkin. Lebih


baik menggunakan bangunan bertingkat dari pada meluas di lantai
dasar.

ii)

Bangunan dengan massa (tinggi dan besar bangunan) yang seimbang


dengan lingkungannya. Semakin curam kelerengan semakin kecil
massa bangunan. Dilarang membuat bangunan dengan ukuran sangat
besar

(memiliki luas lantai dasar

di atas 2000 m2 untuk sebuah

bangunan) atau berlantai tinggi (di atas 6 lantai).

Bangunan dipecah dalam massa yang lebih kecil dan jangan membuat
massa bangunan yang besar dan lebar, sehingga tidak perlu melakukan cut
and fill tanah yang terlalu besar.

16

iii)

Bentuk bangunan panggung yang tidak banyak menutup permukaan


tanah sehingga fungsi resapan air terjaga dan merupakan struktur yang
lebih tahan gempa.

Bangunan panggung relatif tidak banyak menutupi permukaan tanah


sehingga resapan air tanah terjaga. Kolam resapan sangat membantu
proses penyerapan tersebut

iv) Bangunan dengan bentuk dan struktur yang sesuai dengan kemiringan
lereng atau tidak banyak merubah kontur lahan alami.

Membangun bangunan di Bandung Utara yang berlereng curam


sebaiknya menggunakan jenis bangunan yang tidak banyak merubah
kontur lahan

17

v)

Bagian dari bangunan seperti teras dan garasi dirancang agar dapat
memanfaatkan perbedaaan kontur, misalnya dengan membangun
garasi sebagai lantai dasar atau bagian teras rumah.

vi) Menggunakan tipe pondasi dan struktur yang sesuai dengan kondisi
kemiringan lereng.

Jenis pondasi perlu diplih secara cermat untuk lahan yang berkontur

c. Untuk kawasan rawan bencana gerakan tanah maupun gempa, bentuk dan
struktur bangunan harus disesuaikan dengan peraturan perundangan dan
SNI yang berlaku.
2. Atap Bangunan
a. Sebaiknya menggunakan atap dengan desain tanpa talang agar air dapat
dialirkan langsung ke tanah.
b. Melengkapi jalur jatuhnya air dari atap di tanah dengan lapisan kerikil dan
pasir untuk mempercepat air meresap serta mengurangi air larian dan
mengurangi volume air pada saluran permukaan.

18

c. Apabila menggunakan talang maka pada akhir pipa talang harus dialirkan
pada sumur resapan
d. Membangun ruang utilitas di atap, hanya

apabila

digunakan sebagai

ruangan untuk melindungi alat-alat, mekanikal, elektrikal, tanki air,


cerobong (shaft) dan fungsi lain sebagai ruang pelengkap

bangunan,

dengan ketinggian ruangan tidak boleh melebihi 2,40 m diukur secara


vertikal dari pelat atap bangunan, kecuali untuk ruang mesin teknis lainnya
diperkenankan lebih, sesuai dengan keperluan. Apabila luas lantai melebihi
50% dari luas lantai bawahnya maka ruang utilitas tersebut diperhitungkan
sebagai penambahan tingkat.
V.

KETENTUAN TEKNIS REKAYASA TEKNIS DAN VEGETATIF


Rekayasa teknis dan vegetasi dilakukan terhadap perubahan tata guna lahan
yang telah terjadi dan tidak dapat dikembalikan pada fungsi lindung. Penerapan
rekayasa teknis dan vegetasi pada kawasan yang telah terbangun untuk memperbaiki
kemampuan meresapkan air, mengurangi erosi dan debit air larian.
Rekayasa teknik adalah melakukan rekayasa teknik sipil dalam pembangunan
bangunan gedung, prasarana lingkungan dan pertanian; baik secara individual
maupun komunal, misalnya sumur resapan dan biopori. Setiap persil tanah atau
kavling yang akan dibangun harus melakukan rekayasa teknis yang mampu
meresapkan air hujan sehingga tidak ada air hujan yang keluar dari persil/kavling
yang bersangkutan.
Rekayasa vegetasi adalah melakukan penanaman tanaman dalam skala rumah
tangga, lingkungan maupun kawasan untuk memperbaiki atau mengembalikan fungsi
konservasi serta iklim mikro.

19

JENIS

URAIAN

REKAYASA
1.

REKAYASA
TEKNIS

1. SUMUR RESAPAN :
Teknis pembuatan sumur resapan mengacu kepada peraturan perundang
undangan dan SNI 03-2459-1991, Sumur Resapan Air Hujan Untuk Lahan
Perkarangan.
SNI 03-2453-2002, Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan Untuk
Lahan Perkarangan.
SNI 03-2459-2002, Spesifikasi Sumur Resapan Air Hujan Untuk Lahan
Perkarangan.

VOLUME AIR YANG HARUS DIRESAPKAN UNTUK TUTUPAN BANGUNAN


KDB

Volume Air yang Harus Diresapkan untuk Tutupan Bangunan

T.70

T.80

T.90

T.100

T.120

T.150

T.200

10

15

0.16

0.18

0.20

0.23

0.27

0.34

0.45

20

0.38

0.43

0.49

0.55

0.65

0.81

1.08

25

0.51

0.58

0.65

0.73

0.88

1.10

1.44

30

0.60

0.68

0.76

0.85

1.02

1.29

1.69

JUMLAH SUMUR RESAPAN YANG DIPERLUKAN PADA SETIAP TIPE


BANGUNAN
KDB

Volume Air yang Harus Diresapkan untuk Tutupan Bangunan

T.70

T.80

T.90

T.100

T.120

T.150

T.200

10

15

20

25

30

Keterangan : - T. 100 berarti luas atap bangunan = 100 m2


- Sumur resapan dimensi : diameter 1 m, tinggi 1 m

20

JENIS

URAIAN

REKAYASA

BENTUK DAN DIMENSI SUMUR RESAPAN

2. BIOPORI (Sumber : www.biopori.com; Multimanfaat Lubang Resapan


Biopori Untuk Pelestarian Lingkungan Perkotaan, Kamir R.Brata) :

Lubang Resapan Biopori (LRB) adalah lubang silindris yang dibuat


secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10-30 cm dan
kedalaman sekitar 100 cm, atau dalam kasus tanah dengan permukaan
air tanah dangkal tidak sampai melebihi kedalaman muka air tanah (lihat
gambar).

Lubang

diisi

dengan

sampah

organik

untuk

memicu

terbentuknya biopori.

LRB adalah teknologi tepat guna dan ramah lingkungan untuk


meningkatkan daya resapan air, mengubah sampah organik menjadi
kompos dan mengurangi emisi gas rumah kaca.

Cara pembuatan :
1. Buat lubang silindris secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter
10 cm atau tidak dengan diameter 10 cm. Kedalaman kurang lebih
100 cm atau tidak sampai melampaui muka air tanah bila tanahnya
dangkal. Jarak antara lubang 5 100 cm.
2. Mulut lubang dapat diperkuat dengan semen selebar 2 3 cm
dengan tebal 2 cm di sekeliling mulut lubang.
3. Isi lubang dengan sampah organik yang berasal dari sampah dapur,
sisa tanaman, dedaunan, atau pangkasan rumput.
4. Sampah organik perlu selalu ditambahkan ke dalam lubang yang
isinya sudah berkurang dan menyusut akibat proses pelapukan.
5. Kompos yang terbentuk dalam lubang dapat diambil pada setiap
akhir musim kemarau bersamaan dengan pemeliharaan lubang
resapan.

Biopori dapat dibuat di dasar saluran yang semula untuk membuang air
hujan, di dasar alur di sekeliling batang pohon atau pada batas tanaman.

21

LRB dapat dibuat di dasar saluran yang semula untuk membuang air
hujan, di dasar alur yang dibuat di sekeliling pohon, atau pada batas
tanaman.

Jumlah lubang yang perlu dibuat dapat dihitung dengan menggunakan


persamaan :
Jumlah LRB = intensitas hujan (mm/jam) x luas bidang kedap (m2)
Peresapan air perlubang (liter/jam)

3. JARINGAN JALAN : Undang-Undang No.38 Tahun 2004 PP No.34 Tahun


2006 Tentang Jalan.

Dalam pembangunan jaringan jalan, hindari topografi yang sulit dan


usahakan untuk tidak memotong sungai/lembah, kecuali disediakan
jembatan yang didesain lengkap dengan trotoar untuk pejalan kaki

Rencana jaringan jalan disesuaikan dengan topografi dan diusahakan


mengikuti kontur dengan suatu sudut daki yang tidak terlalu terjal

Pola drainase ditentukan secara alamiah dan aturlah letak jalan


sedemikian rupa sehingga pola drainase tersebut dapat dipelihara
dengan mudah

Jalan dalam lingkungan perumahan menggunakasn grass block agar tetap


dapat meresapkan air hujan

22

JENIS

URAIAN

REKAYASA

4. PRASARANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN:

Prasarana limbah dapat menggunakan septic tank yang dilengkapi


dengan treatment tertutup, tidak memakai bidang resapan

Pembangunan jaringan drainase dapat dilakukan dengan mengikuti


alternatif sistem drainase permukaan; sistem drainase bawah tanah
tertutup,

sistem

drainase

bawah

tanah

tertutup

dengan

tempat

penampungan tapak atau dengan sistem kombinasi tertutup untuk daerah


yang diperkeras dan drainase terbuka untuk daerah yang tidak diperkeras

Perencanaan sistem pembuangan air kotor harus memperhatikan kondisi


dan karakter tapak /topografi

Sistem pembuangan air kotor yang baik dan aman untuk perumahan skala
besar adalah dengan menyalurkan melalui pipa tertutup/rool ke lokasi bak
penampungan/kolam

oksidasi,

setelah

melaui

proses

treatment

(pemisahan antara limbah padat dan cair), kemudian dialirkan melalui bak
resapan ke perairan umum

2.

REKAYASA
VEGETASI

a. VEGETASI PEKARANGAN :
a.1. Pekarangan Rumah Besar
-

Kategori: rumah dengan luasan lahan di atas 500 m2;

RTH min yang disarankan adalah luasan lahan kavling dikurangi luas
dasar bangunan sesuai peraturan daerah setempat;

Jumlah pohon pelindung yang harus disediakan min.3 (tiga) pohon


pelindung ditambah dengan perdu dan semak serta penutup tanah dan
atau rumput.

a.2. Pekarangan Rumah Sedang


-

Kategori: rumah dengan luasan lahan antara 200 m2 500 m2;

RTH min yang disarankan adlh luasan lahan kavling dikurangi luas
dasar bangunan sesuai peraturan daerah setempat;

Jumlah pohon pelindung yang harus disediakan min. 2 (dua) pohon


pelindung ditambah dengan tanaman semak dan perdu, serta penutup
tanah dan atau rumput.

a.3. Pekarangan Rumah Kecil


-

Kategori: rumah dengan luasan lahan di bawah 200 m2;

RTH min yang disarankan adalah luasan lahan kavling dikurangi luas
dasar bangunan sesuai peraturan daerah setempat;

Jumlah pohon pelindung yang harus disediakan minimal 1 (satu) pohon


pelindung ditambah tanaman semak dan perdu, serta penutup tanah
dan atau rumput.

23

JENIS

URAIAN

REKAYASA

a.4. Pekarangan Perkantoran, Pertokoan, dan Tempat Usaha


- Umumnya berupa jalur trotoar dan area parkir terbuka
-

Beberapa lokasi dengan tingkat KDB 70%-90% perlu menambahkan


tanaman dalam pot.

Perkantoran, pertokoan dan tempat usaha dengan KDB di atas 70%,


minimal memiliki 2 (dua) pohon kecil atau sedang, ditanam pada
lahan atau pada pot berdiameter diatas 60 cm;

Persyaratan penanaman pohon pada kawasan ini dengan KDB


dibawah 70%, berlaku seperti persyaratan pada RTH pekarangan
rumah, ditanam pada area diluar KDB yang telah ditentukan.

b. VEGETASI JALAN :
b.1. Vegetasi tepi Jalan
- tidak bergetah/beracun dan berbuah terlalu besar
- dahan

tidak

mudah

patah,

perakaran

dalam

dan

tidak

mengganggu pondasi jalan


- cepat tumbuh dan pemeliharaan mudah
- peletakan

tanaman

seimbang,

sehinggai

tidak

mengganggu

kendaraan
- jenis tanaman berupa pohon, semak/perdu
b.2. Vegetasi pada median jalan
- dapat menahan silau lampu kendaraan
- jenis tanaman berupa semak/perdu
b.3. Vegetasi jalur pejalan kaki
- peletakan tanaman dapat melindungi pejalan kaki
- jenis tanaman berupa semak/perdu
c. VEGETASI RTH PERKOTAAN
-

Pohon kecil (tinggi < 6 m) dengan diameter tajuk 2 6 meter ,


jarak tanam optimal antara 4 8 meter, liputan vegetasi yang
ditimbulkannya adalah sekitar 12 50 m2. ( rataan 30 m2 )

Pohon sedang ( 6 12 m ) dengan diameter tajuk 6 - 9 meter ,


jarak tanam optimal 8 12 meter, liputan vegetasinya adalah sekitar
50 115 m2. ( rataan 80 m2 )

Pohon besar (> 12 m) dengan diameter tajuk diatas 12 meter jarak


tanam optimal adalah 12 15 meter, liputan vegetasinya adalah sekitar
115 175 m2 ( rataan 145 m2 ).

Semak, perdu kecil dan ground cover memberikan liputan


vegetasi, seperti keteduhan, penurunan suhu pada area di bawahnya
saja. Peranan jenis vegetasi ini lebih banyak pada aspek estetika serta
mencegah pemantulan sinar matahari serta mengurangi panas radiasi
matahari yang sampai pada permukaan tanah dan atau perkerasan
serta peningkatan resapan air serta mencegah erosi.

24

JENIS

URAIAN

REKAYASA

VEGETASI POHON PELINDUNG BERDASARKAN UKURAN


NO

NAMA SPECIES/FAMILI

I
1
2
3
4
5

POHON UKURAN BESAR


Kiara Payung/Filicium decipiens
Bungur/Lagerstroemia loudonii
Flamboyan/Delonix regia
Trenguli Batu/Cassia javanica
Seputih Janten/Sindora walichii

II
1
2
3
4
5

POHON UKURAN SEDANG


Jakaranda/Jakaranda filicifolia
Cempaka/Micheila campaka
Kasia/Cassia spectabilis
Cananga/ Cananga odurata
Ketapang/ Terminalia catappa

III

POHON UKURAN KECIL


Bunga Kupu-kupu/ Bauhinia

1
2
3
4
5

purpurea

Palem Putri/Veitchia merillii


Jambu Batu/ Psidium guajava
Dadap Merah/Erythrina crystagali
Galinggem/ Bixa orellanan

TINGGI
>
>
>
>
>

10
10
10
10
10

20
20
20
20
20

M
M
M
M
M

20
20
20
20
20

M
M
M
M
M

DIAMETER
TAJUK
>
>
>
>
>

12
12
20
12
12

M
M
M
M
M

6-9 M
> 12 M
6-9 M
6-9 M
6-9 M

<6M

2-6 M

<
<
<
<

2-6
2-6
2-6
2-6

6
6
6
6

M
M
M
M

M
M
M
M

25

26

Anda mungkin juga menyukai