Lesi Prekanker OM
Lesi Prekanker OM
Disusun Oleh :
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalh ini berjudul Lesi Prekanker yang disusun guna memenuhi tugas mata
kuliah Oral Medicine I.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada drg. Siti
Rusdiana Puspa Dewi selaku dosen mata kuliah Oral Medicine, Orang tua yang
selalu memberikan doanya dan teman-teman Program Studi Kedokteran Gigi.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekuranan oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan di
masa dating. Semoga maklah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Palembang,
Mei 2009
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.
KATA PENGANTAR...
ii
DAFATR ISI.
iii
BAB I PENDAHULUAN..
BAB II PEMBAHASAN
II. 1 Leukoplakia ........................................................................................ 2
II. 2 Eritroplakia.......................................................................................... 6
II. 3 Actinic Keratosis, Elastosis dan Cheilitis....
10
12
13
14
16
17
19
20
21
23
II. 14 Kandidiasis.......................................................................................
23
26
III. 2 Saran
26
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
patologis
yngg
merupakan
pertanda
akan
terjadinya
keganasan.
Yang termasuk lesi prekanker, yaitu leukoplakia dan eritroplakia. Leukoplakia
telah dianggap sebagai lesi prekanker kavitas oris. Bercak putih ini pada membrane
mukosa mulut sebenarnya hyperkeratosis yang timbul sebagai akibat iritasi kronis
pada mukosa. Eritroplakia merupakan bercak putih di dalam bercak merah. Lesi
prakanker eritroplakia berpotensi lebih besar untuk menjadi karsinoma / keganasan
daripada lesi prakanker leukoplakia, walaupun eritroplakia jarang ditemukan.
Frekuensi leukoplakia yang berubah menjadi karsinoma adalah 3% sedangkan
eritroplakia yaitu 51%.
Keadaan prekanker merupakan keadaan umum yang berhubungan dengan
bertambahnya resiko terkena kanker (WHO; 1972), contohnya Actinic Keratosis,
Elastosis dan Cheilitis, Bowens Disease , Dysceratosis Congenita, Lichen Planus,
Carsinoma
In
Situ,
Smokeless
Tobacco
Keratosis,
Discoid
Lupus
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 LEUKOPLAKIA
Definisi :
Schwimmer (1877) yaitu suatu lesi putih pada lidah
WHO yaitu suatu bercak putih atau plak yang tidak dapat ditetapkan secara
klinis atau patologis seperti penyaki penyakit lainnya.
Leukoplakia yaitu kelainan yang terjadi di mukosa rongga mulut, tidak
termasuk tumor, sering meluas sehingga menjadi suatu lesi pre-cancer, sukar
untuk dihilangkan atau terkelupas
Etiologi :
Belum diketahui dengan pasti
Predisposisi terdiri dari faktor yang multiple, yaitu : faktor lokal (tembakau,
alkohol, kandidiasis, reaksi elektrogalvanik, iritan mekanis, kimia, radiasi
UV dan x-ray, serta sepsis) dan faktor sistemik (sifilis, defisiensi vitamin A
dan B12, defisiensi asam folat, anemie siderofenik dan kelainan hormonal)
Prevalensi :
pria dewasa >>>.
pada pria < 1% menyerang usia 30, > 70 tahun sebesar 8 %.
pada wanita > 70 tahun kira-kira 2 %.
Gambaran Klinis :
Lesi tampak kecil, berwarna putih, terlokalisir, barbatas jelas dan
permukaannya tampak melipat.
Sering ditemukan pada daerah alveolar, mukosa lidah, bibir, palatum lunak
dan keras, daerah dasar mulut, gingival, mukosa lipatan bukal, serta
mandibular alveolar ridge.
5
Palpasi: akan terasa keras, tebal, berfisure, halus, datar atau agak menonjol.
lesi ini dapat berwarna seperti mutiara putih atau kekuningan. Pada perokok
berat, warna jaringan yang terkena berwarna putih kecoklatan.
bercak
ini,
3.
4. Erosif Leukoplakia berwarna putih dan mengkilat seperti perak, pada
umumnya disertai indurasi. Pada palpasi lesi terasa kasar dan dijumpai lesi yang
erosif
5.
6. Speckled atau Verocuos leukoplakia permukaan
lesi tampak sudah menonjol, berwarna putih,
tetapi
tidak
mengkilat.
Timbulnya
indurasi
12.
13.
Akantosis, penebalan abnormal stratum spinosum pada daerah tertentu dan
massanya disertai pemanjangan, penebalan dengan penambahan retepegs.
14.
Kombinasi hiperortokeratosis, hiperparakeratosis, akantosis.
Adanya kombinasi disertai displasia epitel
15.
16. Diagnosa Banding :
Frictional keratosis
Hyperplastic candidiasis
Luka bakar (termal/kimia)
Lichen planus
Genetic alterations (genodermatoses)
seperti
white
sponge
nevus,
21.
22. II.2 ERITROPLAKIA
23. Definisi :
24. Plak merah terang seperti velvet/ beludru, menetap yang tidak dapat
dikarakteristikan baik secara klinis maupun patologis sebagai keadaan yang
disebabkan faktor lain.
25. Etiologi :
Tidak diketahui.
Tetapi mungkin disebabkan oleh kebiasaan merokok, arus elektrogalvanik,
iritasi kronik, kandidiasis.
26. Gambaran Klinis :
Dapat terjadi di setiap tempat di dalam mulut tetapi paling sering didalam
lipatan mucobucal mandibula, orofaring dan dasar mulut.
Lesi merah dengan diameter kurang dari 1.5 cm tapi diameter lebih dari 4 cm
pernah terlihat, lunak, bergelombang, dengan batas jelas, berkelok-kelok atau
lurus.
Menurut Shafer dan Waldron (1975), hanya 8% dari 64 eritroplakia rongga
mulut yang terletak di mukosa bukal. Pada pasien dengan lichen planus dan
eritroplakia yang muncul bergantian, mukosa bukal ialah tempat favorit
serangan.
27.
28.
29. Bentuk klinis dari Eritroplakia :
1. Bentuk homogen yang tampaknya merah merata
2. Eritroleukoplakia mempunyai bercak-bercak merah yang bercampur
dengan beberapa daerah leukoplakia.
3. Bercak leukoplakia mengandung bintik-bintik atau granula-granula putih
yang menyebar di seluruh lesinya.
30.
31. Gambaran Histopatologik :
Daerah kemerahan dalam mulut (eritroplakia) bisa terjadi jika lapisan mulut
menipis dan pembuluh darah terlihat lebih jelas daripada biasanya. Daerah
kemerahan maupun daerah keputihan bisa merupakan non-kanker (jinak),
prekanker maupun kanker (ganas).
Gambaran histologi menunjukkan keadaan serius dari lesi ini, 10%
dinyatakan displasia dan karsinoma. Ada 50% invasi karsinoma, 40%
karsinoma in situ atau displasia berat, dan 9% displasia sedang dan ringan.
32.
33. Diagnosa Banding :
Lichen planus
Lupus eritematosus
Kandidiasis erythematosus (atropik)
Sarkoma kaposi
Ecimosis
Stomatitis kontak
Malformasi vaskular
Karsinoma sel squamous
Geographic tongue/erythema migrans
34. Terapi :
35. Tergantung dari diagnosis histologis yang dilakukan. Bila hasil biopsi
menunjukkan adanya displasia maka dianjurkan untuk melakukan eksisi total.
Bila masih dalam kasus ringan maka penyebab dari eritroplakia dihilangkan.
36. Prognosis :
37. Eritroplakia adalah salah satu tanda yang lebih buruk perkembangan kanker
dibandingkan dengan leukoplakia
38.
tampak
berkrusta,
dan
berwarna
keratotik,
merah
batas
terang,
kutaneus-
46.
47.
48. Diagnosa Banding :
Exfoliative cheilitis
Karsinoma sel skuamosa
49.
50. Terapi :
Mengurangi kontak dengan sinar matahari pada siang hari. Pemberian
vitamin anti oksidan (vitamin E ,C , beta karoten).
5- fluororacil yang akan menimbulkan kemerahan yang diikuti munculnya
vesikel, erosi, ulserasi, nekrosis, dan reepitelisasi.
Kortikosteroid topikal seperti betamethazone valerote biasanya diaplikasikan
diantara waktu terapi untuk mengontrol pembengkakan bibir.
Keratosis aktinik dihancurkan dengan larutan nitrogen atau krim fluorourasil.
Bedah eksisi.
51.
52.II.4 BOWENS DISEASE
53. Definisi :
54. Merupakan karsinoma sel skuamosa intraepidermal yang dapat berkembang
menjadi karsinoma yang invasif setelah beberapa tahun kemudian.
55. Etiologi : Akibat dari keracunan arsen (menelan arsen) dan virus tipe C
57.
58.
59. Gambaran Histopatologik :
Sel-sel epitel dari lesi ini terletak dalam susunan yang tidak beraturan,
banyak yang disertai nukleus hiperkromatik yang sangat tidak khas dan
bentuk nukleus multipel.
Masing-masing sel yang terletak pada setiap lapisan dari epitel dapat
mengalami keratinisasi dan menimbulkan suatu gambaran histologik yang
karakteristik.
Mengandung epitelium displastik yang parah atau karsinoma intraepithelial.
60. Diagnosa Banding :
61.
62. Terapi :
Bedah eksisi untuk lesi yang kecil.
Bedah Mohs micrographic sangat tepat untuk lesi yang luas.
Cautery, kuretase dan cryotherapy mungkin cukup memuaskan tetapi
kemungkinan untuk gagal besar.
Perawatan x-ray Superficial treatment mungkin terapi yang cocok selain
pembedahan khususnya untuk lesi multipel.
Aplikai krim 5 fluouracil topical.
Fotodinamik terapi untuk pasien penerima organ tranplantasi yang
imunosupresif.Sangat nyeri sehingga butuh penggunaan anestesi topikal
untuk mengurangi nyeri.
Krim Imiquimod 5% adalah terapi yang efektif untuk penyakit Bowen yang
menyerang daerah paha bawah.
63.
64. Prognosis :
65. Bila dirawat prognosisnya sangat baik tetapi bila tidak dirawat maka 3-5% akan
berkembang menjadi karsinoma sel skuamosa invasif tetapi jarang metastasis.
66.
67.
73.
74. Perubahan Hematologi :
Pansitopenia
Hipersplenism
Anemia jenis aplastik atau anemia fanconi (seperti anemia yg disertai suatu
ketidakmampuan yg diwariskan untuk memperbaiki defek DNA
sehingga
Retikuler
Papula
Plak
Vesikel
Atropik
Erosif / ulserasi
81.
82. Gambaran Histopatologik :
Hyperkeratosis
Nekrosis basal keratosit
Tampak limfosit pada ruang antara jaringan
ikat dan epitel
83.
84. Diagnosa Banding :
Lesi linkenoid lainnya (lesi yang ditimbulkan oleh obat , eritema multiform,
lupus eritematosus, reaksi pejamu terhadap substansi tandur alihnya, atau
85.
86. Terapi :
87. Kortikosteroid topikal, betamethasone aerosal spray, steroid intralesional
88.
menunjukkan
suatu
Etiologi :
101.
Gambaran Klinis :
104.
105.
106.
Gambaran Histopatologik :
109.
110.
Definisi :
111.
Etiologi :
kloroquiene,
quinacrine
3. Anti hipertensif: chlorothiazide, labetalol, hydroclorothiazide,
mercurial diuretics, methyldopa, practolol.
4. Anti artritis: aurothioglucose, colloidal gold, gold sodium
thiomalate, gold sodium thiosulfate.
5. Agen hipoglikemi: chlorpropamide, tobutamide.
Obat-obatan, zat kimia dan bahan2 restoratif gigi lainnya.: Oidodes,
penicillamine, quinidine sulfate, substitut paraphenylenediamines, copper.
113.
114.
Gambaran Klinis :
116.
117.
118.
Gambaran Histologik :
119.
DLE
tampak
mengalami
tonjolan
rete
peg,
degenerasi
122.
Terapi :
123.
126.
127.
Etiologi :
128.
oleh sejumlah obat-obatan seperti anti mikrobial ,anti parasitik, anti hipertensif,
anti atritis dan obat-obatan, zat kimia serta bahan-bahan restoratif gigi lainnya.
129.
130.
Gambaran Klinis :
131.
132.
Gambaran Histopatologik :
133.
limfositik dermal yang dalam dan juga superfisial, infiltratnya bukan seperti
pita yang klasik dari lichen planus dan eusinofil, sel plasma, dan neutrofil.
134.
135.
136.
Diagnosa Banding :
Lichen planus
Eritema multiforme
Leukoplakia
Displasia
Karsinoma
137.
Terapi :
138.
Prognosis :
140.
beberapa kasus
141.
142.
143.
144.
145.
146.
Gambaran Klinis :
147.
gambaran
lesi
putih
yang
sangat
mengganggu
kenyamanan
pasien
Gbrn Histopatologik :
155.
Diagnosa Banding :
Lichen planus
Kandidiasis
156.
157.
Terapi :
158.
vit. E diberikan
ditemukan lesi pada area yang luas pada pipi dan bibir, scleorising injection
diberikan untuk menghilangkan kekakuan jaringan.
159.
160.
II.
12
PROLIFERATIVE
VERRUCOUS
LEUKOPLAKIA
161.
Etiologi :
Prevalensi :
Gambaran Klinis :
166.
menjadi lebih
170.
171.
172.
173.
Gambaran Histopatologik :
Terapi :
Bila masih dalam tahap awal dan lesinya kecil perawatannya terdiri dari
eksisi bedah lokal.
Bila tahap ini telah lanjut, dimana lesi telah meluas dan melibatkan kedua
lengkung rahang perawatannya menjadi lebih sulit. Terapi laser mungkin
179.
Lesi
putih
pada
leukokeratosis
palatum
nikotina
dapat
palati
berupa
(stomatitis
182.
183.
II. 14 KANDIDIASIS
184.
Definisi :
185.
Gambaran Klinis :
188.
Kandidiasis
1. Hiperplastis
189.
2. Pseudomembran
3.
dibagi
atas tipe
3. Atrofi
190.
191.
192.
193.
194.
195.
196.
197.
198.
Gambaran Histologik :
199.
200.
epitel yang menebal pada kandidiasis kronik. Tetapi berdasarkan bukti laporan
keadaan tersebut berkembang menjadi ganas belum pernah dilaporkan.
201.
202.
Terapi :
203.
Terapi secara topikal digunakan clotrimazole, miconazole dan ketoconazole
dalam bentuk tablet yang diberikan satu kali sehari, sedangkan secara
sistemik digunakan miconazole, 5-fluorocytosine serta amphoterisin B. Obat
kumur mycostatin yang diberikan tiga sampai empat kali sehari digunakan
selama 7 sampai 10 hari. Pasien dengan factor predisposisi seperti
xerostomia, imunodefisiensi, dan tidak bergigi membutuhkan terapi yang
berulang-ulang atau berkesinambungan untuk mencegah terjadinya rekurensi.
Penggunaan ketoconazole 20 mg 1 kali sehari selama 2 minggu digunakan
untuk terapi infeksi kandidiasis akut dan kronis. Ketoconazole juga lebih
efektif dalam beberapa kasus dibandingkan dengan mycostatin topical dan
senyawa imidazole karena obat ini dapat mencapai lesi melalui aliran darah,
akan tetapi ketoconazole mebutuhkan asam lambung dalam pelarutan dan
absorpsinya sehingga pasien dengan terapi antacid, agen kolinergik, serta
bloker histamin H2 perlu memberikan rentang waktu sedikitnya dua jam
antara pemberian obat-obatan tersebut.
Kandidiasis sistemik membutuhkan pemberian secara sistemik dari
amphotrisin B dalam dosis tinggi, miconazole atau 5-fluorocytosine dan
penambahan dosis ketoconazole. Kandidiasis oral yang tidak memberikan
respon terhadap terapi anti jamur topical atau sistemik meskpun factor
predisposisisnya telah dihilangkan atau kambuh setelah dilakukan terapi yang
memadai maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih teliti dmencari factor
predisposisi lainya termasuk diabetes mellitus, kelainan hematologik, atau
keadaan imunosupresi lainya.
204.
205.
206.
207.
208.
209.
210.
211.
212.
213.
214.
215.
216.
217.
218.
219.
220.
221.
222.
223.
224.
225.
226.
227.
228.
229.
BAB III
PENUTUP
230.
231.
III. 1 KESIMPULAN
232.
atau mencurigai lesi pada stadium dini secara klinis dan mendiagnosa lesi pada
kasus-kasus yang belum menimbulakan keluhan atau masih pada tahap dapat
ditoleransi.
233.
yang baik. Perawatan itu antara lain dengan menghilangkan faktor iritan baik
lokal maupun sistemik, pemberian obat kortikosteroid, bedah eksisi, cautery,
kuretase dan cryotherapy.
235.
236.
III. 2 SARAN
237.
244.
Coulthard Paul, Horner Keith, Sloan Philip, Theaker Elizabeth. 2008. Oral
Haematol.
URL
http://AtlasGeneticsOncology.org/Genes/DyskeratosID10034.html
250. Greer Robert O, DDS, ScD; John D. McDowell, DDS, MS; and
George Hoernig, HT. 1999. Proliferative Verrucous Leukoplakia:
Report of Two Cases and Discussion of Clinicopathology. Journal
of the California Dental Association
251. Lichen planus-like lesion. Januari 2008. Histopathology Image of Lichen
Planus . URL : www.pathology-india.com/LichenPlanus2_images.htm
252.