Anda di halaman 1dari 15

PENGARUH IKLIM TERHADAP PEMBENTUKAN TANAH

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Bumi adalah tempat tinggal mahkluk hidup termasuk manusia. Tanah
merupakan salah satu unsur yang terdapat di bumi kita dan merupakan unsur
yang berguna bagi manusia. Sehingga tanah memang tida asing lagi bagi manusia.
Bahkan memang tanah merupakan tempat berpijaknya kaki kita, tempat
tumbuhnya tanaman atau tempat berdirinya suatu bangunan. Namun tanah kerap
kali kurang dimengerti sebagai bagian dari alam yang memberikan hakekat hidup
bagi manusia. Nah berikut adalah pengertian tanah menurut para ahli ahli tanah.
1. Tanah adalah bentukan alam, seperti tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia,
yang mempunyai sifat tersendiri dan mencerminkan hasil pengaruh berbagai
faktor yang membentuknya di alam.
2. Tanah adalah sarana produksi tanaman yang mampu menghasilkan berbagai
tanaman.
Pembentukan tanah tidaklah terlepas dari pengaruh iklim. Karena iklim
merupakan faktor yang mempengaruhi kecepatan pembentukan tanah. Terdapat
dua unsur iklim terpeting yang mempengaruhi pembentukan tanah yaitu curah
hujan dan suhu, yang berpengaruh besar pada kecepatan proses kimia dan fisika,
yaitu proses yang mempengaruhi perkembangan profil. Suhu memainkan
terhadap kecepatan reaksi yang terjadi dalam tanah. Pengaruh dari curah hujan
yang besar dan dan temperatur yang tinggi menghasilkan suatu keadaan yang
optimum dalam pembentukan tanah. Dikarenakan suhu dan curah hujan tiap
daerah lintang berbeda maka diperlukan pengklasifikasian sifat dan jenis tanah
akibat perbedaan iklim.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah faktor iklim yang berpengaruh terhadap pembentukan tanah?
2. Bagaimana persebaran dan klasifikasi tanah yang dibentuk oleh pengaruh
iklim?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui faktor iklim yang berpengaruh terhadap pembentukan tanah.
2. Untuk mengetahui persebaran dan klasifikasi tanah yang dibentuk oleh iklim.

BAB II
PEMBAHASAN
A.

Iklim
Iklim merupakan rerata curah hujan panjang, minimal per musim atau per
periode dan seterusnya. Sedangkan cuaca adalah kondisi iklim pada suatu waktu
brjangkan pendek, misalnya harian, mingguan, bulanan dan maksimal semusim
atau periode.
Semua energi di alam raya termasuk yang digunakan dalam proses genesis dan
differensiasi tanah bersumber dari enrgi panas matahari. Jumlah eneerrgi yang
sampai ke permukaan bumi tergantung pada kondisi cuaca, makin baik(cerah)
cuaca makin banyak enrgi yang sampai ke bumi, sebaliknya jika cuca
buruk(berawan). Cuacalah yang bertanggung jawab dalam mengubah energi
matahari menjadi enrgi mekanik atau panas. Apabila energi mekanik
menimbulkan gerakan udara atau angin yang memicu proses penguapan
air melalui mekanisme transpirasi tanaman dan evaporasi permukaan non
tanaman(gabungannya

disebut

evapotranspirasi),

maka

energi panas

ditransformasikan oleh tetanaan menjadi energi kimiawi melalui mekanisme


fotosintesis yang kemudian digunakan oleh makhluk hidup untuk aktivitasnya
melalui mekanisme dekomposisi( humifikasi dan mineralisasi) bahan organik,
termasuk pencernaan usus manusia dan hewan.
Diantara komponen iklim yang paling berperan adalha curah hujan(presipitasi)
dan tempratur. Berdasarkan nisbah antara P{Presipitasi (hujan+ salju + embun)};
Et(evapotraspirasi), Walther Penck membagi tanah didunia menjadi dua wilayah,
yaitu:
a. Daerah humid( basah)apabila nisbah P: lebih besar 0,7 dan
b. Daerah arid( kering) apabila bernisbah kurang dari 0,7 dan membagi wilayah
bumi berdasarkan nisbah R{curah hujan rerata tahunan(mm)} : T {tempratur
rerata tahunan (0C)} menjadi 4 wilayah, yaitu:
a. Daerah arid(kering) apabila nisbah R: T kurang dari 40, yaitu kawasan yang
berevapotranspirasi llebih besar ketimbang curah hujan, sehingga air tanah naik ke

permukaan. Tanah kawasan ini berciri khas adanya kerak-kerak garam di


permukaan.
b. Daerah humid( lembab) apabila bernisbah antara 40- 160, yaitu kawasan yang
bercurah hujan lebih besar ketimbang evapotranspirasi, sehingga proses
mineralisasi lebih lambat ketimbang humifikasi.Oleh karena itu, humus makin
banyak terbentuk dengan makin banyaknya hujan dan proses humifikasi optimum
pada nisbah 120. Tanah-tanah di wilayah ini terbagi menjadi:
1) Tanah-tanah kuning atau merah dengan nisbah 40-60
2) Tanah-taanh coklat dengan nisbah 60-100 dan
3) Tanah-tanah hitam dengan nisbah 100-600
c. Daerah perhumid(sangat lembab), yaitu wilayah bernisbah leih besar dari 160
d. Daerah Nival(basah), yaitu wialyah tanpa penguapaan sama sekali, seperti di
sebagian Eropa, Palestina dan Amerika Serikat.
Dua istilah yang sering juga dipergunakan adalah daerah pegunngan dan
tropika. Daerah pegunungan menurut Meyer adalah dataran tinggi yang
mempunyai nisbah N(jumlah hujan setahun) : S(defisit kejenuhan=beda tekanan
uap air maksimum pada tempratur tertentu dan tekanan 76 cm Hg dengan
kelembaban mutlak udara) untuk semua bulan lebih dari 30 atau lembab
sepanjang tahun. Daerah Tropika menurut Thornwhite adalaah wilayah yang
mempunyai indek E-T lebih dari 128. Indeks E-T(Efisiensi Tempratur) adalah
jumlah nisbah{tempratur bulan (0F)-32} : 4 atahun selama setahun(cit.
Darmawijaya, 1990)
B.

Pengaruh insolasi matahari


Radiasi matahari merupakan transfer energi dalam bentuk gelombang

elektromagnit yang dipancarkan oleh matahari.


Sedangkan insolasi adalah bagian dari radiasi matahari yang sampai pada
permukaan bumi.
Ini mrupakan dasar dari segala energi eksogen yang mengubah aktivitas pada
bumi, dari gelombang panajang matahari yang di ubah menjadi gelombang
pendek dari matahari yang mengarah ke bumi

Pembagian iklim matahari didasarkan pada banyak sedikitnya sinar matahari


atau berdasarkan letak dan kedudukan matahari terhadap permukaan bumi.
Kedudukan matahari dalam setahun adalah :

Matahari beredar pada garis khatulistiwa (garis lintang 0) tanggal 21 Maret

Matahari beredar pada garis balik utara (23,5 LU) tanggal 21 Juni

Matahari beredar pada garis khatulistiwa (garis lintang 0) tanggal 23


September

Matahari beredar pada garis balik selatan (23,5 LS) tanggal 22 Desember
Pembagian daerah iklim matahari berdasarkan letak lintang adalah sebagai
berikut.
Daerah iklim tropis
Iklim Tropis terletak antara 0 - 23 LU dan 0 - 23 LS. Ciri ciri iklim
tropis adalah sebagai berikut :
a. Suhu udara rata rata tinggi, karena matahari selalu vertikal. Umumnya suhu
udara antara 20 - 23 C. Bahkan dibeberapa tempat suhu tahunannya mencapai
30C.
b. Amplitudo suhu rata rata tahunan kecil. Di khatulistiwa antara 1 - 5 C,
sedangkan amplitudo hariannya besar.
c. Tekanan udara lebih rendah dan perubahannya secara perlahan dan beraturan.
d. Hujan banyak dan umumnya lebih banyak dari daerah lain di dunia.
Daerah iklim subtropis
Iklim subtropis terletak antara 23 - 40 LU dan 23 - 40 LS. Daerah ini
merupakan peralihan antara iklim tropis dan iklim sedang. Ciri ciri iklim
subtropis adalah sebagai berikut:
a. Batas yang tegas tidak dapat ditentukan dan merupakan daerah peralihan dari
daerah iklim tropis dan iklim sedang.
b. Terdapat empat musim, yaitu musim semi, musim panas, musim gugur, dan
musin dingin. Tetapi pada iklim ini musim panas tidak terlalu panas dan musim
dingin tidak terlalu dingin.
c. Suhu sepanjang tahun tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin.

d. Daerah subtropis yang musim hujannya jatuh pada musim dingin dan musim
panasnya kering disebut daerah Iklim Mediterania. Jika hujan jatuh pada musim
panas dan musim dinginnya kering disebut Daerah Iklim Tiongkok.
Daerah iklim sedang
Iklim sedang terletak antara 40 - 66 LU dan 40 - 66 LS. Ciri ciri
iklim sedang adalah sebagai berikut :
a. Banyak terdapat gerakan gerakan udara siklonal, tekanan udara yang sering
berubah ubah, arah angin yang bertiup berubah ubah tidak menentu, dan
sering terjadi badai secara tiba tiba.
b. Amplitudo suhu tahunan lebih besar dan amplitudo suhu harian lebih kecil
dibandingkan dengan yang terdapat pada daerah iklim tropis.
Daerah iklim dingin
Iklim dingin terdapat di daerah kutub. Oleh sebab itu iklim ini disebut pula
sebagai iklim kutub. Iklim dingin dapat dibagi dua, yaitu iklim tundra dan iklim
es.
Ciri ciri iklim tundra adalah sebagai berikut :
a. Musim dingin berlangsung lama
b. Musim panas yang sejuk berlangsung singkat.
c. Udaranya kering.
d. Tanahnya selalu membeku sepanjang tahun.
e. Di musim dingin tanah ditutupi es dan salju.
f. Di musim panas banyak terbentuk rawa yang luas akibat mencairnya es di
permukaan tanah.
g. Vegetasinya jenis lumut-lumutan dan semak-semak.
Wilayahnya meliputi: Amerika utara, pulau-pulau di utara Kanada, pantai
selatan Greenland, dan pantai utara Siberia.

Daerah iklim es
Ciri ciri iklim es adalah sebagai berikut :
a.

Suhu terus-menerus rendah sekali sehingga terdapat salju abadi.


Wilayahnya meliputi: kutub utara, yaitu Greenland (tanah hijau) dan Antartika
di kutub selatan.
C.

Pengaruh curah hujan


Sebagai pelarut dan pengangkut, maka air hujan akan mempengaruhi: (1)

komposisi kimiawi mineral-mineral penyusun tanah. (2) kedalaman dan


differensissasi profil tanah, dan (3) sifat fisisk tanah. Pengaruh curah hujan
terhada[a komposisi kimiawi tertera pada tabel 1.1 dan 1.2
Tabel 1.1. Prorporsi(%) komposisi kimiawi tanah daerah arid dan humid
Daeran

Bahan

Komposisi senyawa kimiawi(%)

N Contoh

larut(%)
Total
SiO2
30,84 6,71
15,83 4,04

Al2O3
7,21
3,66

Arid(573)
Humid(696)

Fe203
5,47
3,88

CaO
1,43
0,13

MgO
1,27
0,29

K2O
0,67
0,21

Na2O
0,35
0,14

Tabel 1.2. Nilai pelindian tanah pada 3 zona iklim


Daerah
Semiarid-semihumid
Semihumid
Humid(terpodzolisasi)

N Profil tanah
15
29
12

Nilai Pelindian
0,981 + 0,059
0,901 + 0,028
0,719 + 0,053

Adanya perubahan perbedaan komposisi kimiawi sebagai konsekuensi


berbedanya intensitas pelapukan terlihat pada tabel 1.1, yaitu:
1). Tanah daerah humid mempunyai bahan dan silikat larut, serta komponen
senyawa kimiawi utama yang selalu lebih rendah ketimbang tanah daerah arid,
dan
2). Nisbah besi-oksida: Al-oksida dan Mg-oksida : Ca-oksida pada tanah daerah
humid lebih dari satu, sedangkan pada tanah daerah arid kurang dari satu.

Kemudian dari tabel 1.2 juga terlihat pada urutan( maksimal-minimal) nilainilai

pelindian(leaching

value)

hasil

penelitian

Jenny

terhadap

tanah( Darmawijaya, 1990)


di Amerika Serikat, yaitu pada daerah:
semiarid dampai semi humid > semihumid > humid(terpodzolisasi)
Nilai pelindian adalh nilai nisbah Indeks Pelindian(IP) pada horizon tanah ;
indeks pelindian pada horizon bahan indu, dengan indeks pelindian(IP):
IP=(K2O + Na2O + CaO) : (Al203)
Urutan nilai pelindian ini merupakan indikator makin intensetif pengaruh
curha hujan dalam melindi senyawa-senyawa kimiawi yang diwakili oleh K2O,
Na2O, CaO pada profil tanahnya ketimbang bahan induknya, sehingga juga
merupakan indikator:
1. Makin rendah kadarnya dan ketersediaan hara, kejenuhan basa-basa( Ca, Mg,
Na dan K), reaksi tanah(pH) dan muatan negati f koloid liat, apabila tanah-tanah
tersebut berasal dari bahan induk yang sama, secara umum juga mencerminkan
makin rendahnya kesuburan tanah
2. Makin banyaknya pembentukan liat oksida Al dan Fe yang bermuatan negatif
rendah bahkan dapat bermuatan positif sehingga berdaya- fiksiasi tinggi terhadap
anion-anion seperti fosfat, tetapi berdaya tukar rendah terhadap terhadap kationkation seperti K, ca dan Mg. Hal ini berdampak negatif terhadap efisisensi
pemupukan maupun ameliorasi(pembentukan sifat kimiawi tanah)
3. Makin terdifferensiasinya horizon-horizon tanah baik secara kimawi maupun
fisik. Secara fisik, tanah-tanah akan mempunyai lapisan atas yang gembur dan
relatif tipis, tetapi secara keseluruhan akan bersolum tebal bersifat kimiawi buruk
dan bersifat fisis baik.
Curah hujan bekorelais erat dengan pembentukan tanah biomaass(bahan
organik) tanah, karena air merupakan komponene utama tetanaman maka
kurangnya curah hujan akan menghambat pertumbuhan dan perkembangnnya.
Oleh karena itu, pada tanah-tanah daerah arid umumnya dicirikan oleh rendahnya
kadar BOT dan N, serta aktivitas mikrobia heterotrofik, (pengguna bionass
sebagai sumber energi dan nutrisi), sebaliknya pada tanah-taanh daerah humid,
bahkan pada kawasan-kawasan rawa-rawa akan terbentuk tanah gambut yang

ketebalannya dapat lebih dari dua meter akibat terhambatnya mineralisasi dala
proses dekomposisi biomass(humifikasi lebih dominan)
D.

Pengaruh Tempratur
Perbeedaan tempratur merupakan cerminan energi panas matahari yang
sampai ke suatu wilayah, sehingga berfungsi sebagai pemicu:
a. Proses fisik dalam pembentukan liat dari mineral-mineral bahan induk tanah,
dengan mekanisme identik proses pelapukan bebatuan yang telah diuraikan diatas,
b. Keanekaragaman hayati yang aktif, karena masing-masing kelompok terutama
mikrobia mempunyai tempratur optimum spesifik, sehingga perbedaan tempratur
akan menghasilkan jenis dan populasi mikrobia yang berbeda pula. Umunya
makin rendah atau tinggi tempratur dari titik optimalnya akn diikuti oleh jenis dan
populasi mikrobia yang makin sedikit.
c. Kesempuranan proses dekomposisi biomass tanah hingga ke mineralisasinya.
Sebagai hasil dari fungsi 2 dan 3 ini maka kadar-kadar biomass tanah akan
brvariasi. Tanah yang terbentuk pada tempratur rendah (daerah kutub) akan
cenderung berkdar biomass rendah lagi mentah(fibrik), akibat tanaman yang
tumbuhumunya berbatang kecil dan lambatnya berkembang dan sedikitnya
populasi dan jenis mikrobia heterotrof yang aktif. Tanah yang terbentuk pada
tempratur tinggi(daerah arid) juga berkadar biomass rendah tapi matang(saprik)
karena cepat proses mineralisasi kimiawi terhadap sisa-sisa tanaman.
Tanah yang terbentuk pada daerah humid(sedang) akan mempunyai jenis dan
populasi mikrobia yang ideal, maka aktivitas biologis dalam dekomposisi biomass
juga akan ideal. Sumber biomassnya berlimpaha karena semua jenis tanaman akan
tumbuh dan berkembang dengan baik, sehingga kadar biomass tanah dan derajat
kematangannya juga akan sedang(hemik), karena laju proses humifikasi biomass
seimbang dengan laju proses mineralisasinya.
Humifikasi

adalah

proses

dekomposisi

bahan

organik

tanah

yang

menghasilkan senyawa-senyawa organik sederhana(seperti amina dari protein


monosakarida dari karbhohidrat) dan kumus sedangkan mineralisasi adalah proses
dekomposisi senyawa-senyawa organik sederhana menjadi senyawa-senyawa atau
ion-ion anorganik(seperti ammonium dan nitrat).

Aktifitas pembentukan tanah (pelapukan) akibat aktifitas iklim :


1. Pelapukan fisik (mekanis), yaitu pelapukan yang disebabkan oleh perubahan
volume batuan, dapat ditimbulkan oleh perubahan kondisi lingkungan
(berkurangnya tekanan, insolasi, hidrasi, akar tanaman, binatang, hujan dan petir),
atau karena interupsi kedalam pori-pori atau patahan batuan. Berkurangnya
tekanan
Batuan beku yang penutupnya hilang, menyebabkan volume berkurang
sehingga lingkungannya berubah, akibat selanjutnya tekanan pada batuan itu
berubah. Oleh karena tekanan berubah maka kemampuan memuai atau menyusut
berbeda-beda pula pada permukaan batuan, sehinga terjadilan retaka-retakan
sejajar yang menyebabkan pengelupasan batuan (ekfoliation)
Insolasi
Batuan yang terkena panas matahari akan memuai, tetapi tingkat pemuaian
bagian luar dan bagian dalam tidak sama. Ketidaksamaan tingkat pemuaian
tersebut menyebabkan batuan mengalami pecah.
Hidrasi
Oleh karena proses hidrasi menyebabkan air masuk ke dalam pori-pori atau
bidang belah mineral. Peristiwa ini didahului oleh pembentukan mineral baru.
Masuknya air kedalam pori-pori atau bidang belah mineral menyebabkan batuan
menjadi lapuk.
Akar tanaman
Akar tanaman yang masuk ke dalam batuan menyebabkan batuan mengalami
pelapukan fisik (pecah). Asam organik yang dikeluarkan akan menyebabkan
pelapukan kimiawi.
Binatang
Binatang yang menggali batuan lunak menyebabkan batuan mengalami
pelapukan fisik pada batuan tersebut.
Hujan dan Petir
Percikan air hujan dan petir menyebabkan batuan mengalami pelapukan fisik
pada batuan tersebut.
Adanya perbedaan temperatur yang tinggi.

Peristiwa ini terutama terjadi di daerah yang beriklim kontinental atau


beriklim Gurun di daerah gurun temperatur pada siang hari dapat mencapai 50
Celcius. Pada siang hari bersuhu tinggi atau panas. Batuan menjadi mengembang,
pada malam hari saat udara menjadi dingin, batuan mengerut. Apabila hal itu
terjadi secara terus menerus dapat mengakibatkan batuan pecah atau retakretak.
- Interupsi ke dalam Pori-pori atau celah batuan
1. Frost weathering(forst wedging)
Di daerah iklim dingin air membeku menyebabkan vulome bertambah 10 % dan
tekanannya bertambah 1 ton / inchi. Proses ini mnyebabkan batuan pecah karena
mengalami beku celah (kryoturbasi).
2. Salt weathering
Di daerah iklim kering air menguap, menyebabkan garam-garaman, misal NaCl,
MgSO4, KCl mengendap didalam pori-pori batuan tersebut meneka batuan hingga
pecah.
2. Pelapukan kimiawi, yaitu pelapukan yang ditimbulkan oleh reaksi kimia
terhadap massa batuan. Air, oksigen dan gas asam arang mudah bereaksi dengan
mineral, sehingga membentuk mineral baru yang menyebabkan batuan cepat
pecah. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas pelapukan kimiawi :
a.

Komposisi batuan
Ada mineral yang mudah bereaksi dengan air, oksigen dana gas asam arang,
ada juga yang sulit. Bagi mineral yang mudah bereaksi dengan air, oksigen dan
gas asam arang akan cepat lapuk daripada mineral yang sulit bereaksi dengan air,
oksigen dan asam arang.

b.

Iklim
Daerah yang mempunyai iklim basah adan panas misalnya ilim hujan tropis
akan mempercepat proses reaksi kimia, sehingga batuan menjadi cepat lapuk.

c.

Ukuran batuan
Makin kecil ukuran batuan makin intensif reaksi kimia pada batuan tersebut
berarti makin cepat pelapukannya.

d.

Vegetasi dan binatang

Dalam hidupnya vegetai dan binatang menghasilkan asam-asam tertentu,


oksigen dan gas asam arang sehingga mudah bereaksi dengan batuan. Artinya
vegetasi dan binatang ikut mempercepat proses pelapukan batuan.
Adapun jenis-jenis pelapukan kimiawi adalah sebagai berikut:
1.

Hidrolisa
Yaitu pelapukan kimia yang disebabkan oleh air yang bereaksi langsung
dengan mineral penyusun batuan, terjadi pengantian kation metal seperti K+, Na+,
Ca++, Mg++, oleh ion H+. Bisa juga disebut reaksi senyawa air dengan senyawa
lain yang menyebabkan senyawa bersangkutan terurai menjadi basa dan asam
serta terlepas dari struktur mineral. Contoh hidrolisa adalah seperti berikut:
4NaAlSiO3O8 + 6H2O ---------> Al4Si4O10(OH+8Si)2 + Na+
(albit) (air) +4OH kaolinit

2.

Oksidasi
Yaitu pelapukan kimia yang disebabkan reaksi oksigen terhadap mineral besi
terhadap batuan terutama jika batuan dalma keadaan basah. Pengaruh oksidasi
tampak jelas pada batuan yang mengandung besi. Perubahan warna akibat
oksidasi dapat mudah diamati. Salah satu reaksinya dapat digambarkan dalam
persamaan berikut:
4FeO + 3H2O + O2 -------> 2FeO33H2O
Warna coklat pada batuan itu menunjukkan hasil oksidasi batuan yang
mengandung besi.

3.

Karbonisasi
Yaitu pelapukan yang dusebabkab oleh CO2 dan air membentuk senyawa ion
bikarbonat

(HCO3)

yang

aktif

bereaksi

dengan

mineral-mineral

yang

mengandung kation-kation Fe, Ca, Mg,Na dan K. Pada proses ini tejadi
dekomposisi pada batuan atau perubahan fisik. CO2 bekerja sebagai faktor
pelapuk yang terpenting, air yang mengandung asam arang mempunyai daya
melapukkan yang kuat. Gas asam arang dalam air itu diperoleh dari udara atau
dari sisa tumbuh-tumbuhan. Batuan yang paling mudah lapuk oleh proses
karbonasi adalah batu gamping,dekomposisi batuan gamping adalah seperti
berikut:

CaCO3 + H2O + CO2 -------> Ca (HCO3)2


CaCO3 : calsite
CaCO2 : Cacium bicarbonate
Cacium bicarbonate itu mudah larut dalam air, dengan demikian air yang
mengandung CO2 lebih mudah melarutkan Cacium bicarbonate (CaCO3) dari
pada yang tidak mengandung CO2.
4.

Hidrasi
Hidarasi berarti adsorpsi air, ardsorpsi air adalah penarikan air oleh sesuatu
zat, tetapi tidak terus masuk ke dalam zat tersebut, melainkan hanya di permukaan
saja. Berbeda dengan absorpsi dimana meresapkan zat yang tertangkap itu ke
dalam seluruh zat penangkap. Contoh:
2Fe2O3 + 3H2O ----------> 2Fe2O33H2O
(hematit) (air) (limonit)
Dengan demikian, volume limonit>hematit, kristalin menjadi nonkristalin.

5.

Desilikasi
Yaitu pelapukan kimia yang disebabkan oleh hilangnya silikat pada batuan
terutama basaltis.

6.

Pelarutan atau penghancuran (solution/dissolution)


Yaitu pelapukan kimia yang disebabkan oleh mineral yang mengalami
dekomposisi karena pelarutan oleh air. Contoh: kuarsa mengalami pelarutan.
SiO2 + 2H2O --------> Si(OH)4

3.

Pelapukan organik
yaitu

pelapukan

yang

disebabkan

oleh

mahkluk

hidup,

seperti

lumut. Pengaruh yang disebabkan oleh tumbuh tumbuhan ini dapat bersifat
mekanik atau kimiawi. Pengaruh sifat mekanik yaitu berkembangnya akar
tumbuh-tumbuhan di dalam tanah yang dapat merusak tanah disekitarnya.
Pengaruh zat kimiawi yaitu berupa zat asam yang dikeluarkan oleh akar- akar
serat makanan menghisap garam makanan. Zat asam ini merusak batuan sehingga
garam-garaman mudah diserap oleh akar. Manusia juga berperan dalam pelapukan
melalui aktifitas penebangan pohon, pembangunan maupun penambangan.

4.

Gerakan massa batuan (mass wasting)


yaitu perpindahan atau gerakan massa batuan atau tanah yang ada di lereng
oleh pengaruh gaya berat atau gravitasi atau kejenuhan massa air. Ada yang
menganggap masswasting itu sebagai bagian dari pada erosi dan ada pula yang
memisahkannya. Hal ini mudah difahami karena memang sukar untuk dipisahkan
secara tegas, karena dalam erosi juga gaya berat batuan itu turut bekerja.
Pada batuan yang mengandung air, gerakan massa batuan itu lebih lancar dari
pada batuan yang kering. Perbedaannya ialah bahwa pada masswasting, air hanya
berjumlah sedikit dan fungsinya bukan sebagai pengangkut, melalinkan hanya
sekedar membantu memperlancar gerakan saja. Sedang dalam erosi diperlukan
adanya tenaga pengangkut. Gerakan massa batuan pada dasarnya disebabkan oleh
adanya gayaberat/gravitasi atau gaya tarik bumi.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Energi matahari digunakan dalam proses henesis dan differensiasi tanah yang
bersumber dari energi matahari. jumlah energi yang samoai ke permukaan bumi
tergantung pada kondisi cuaca. energi ini akan mengakibatkan gerakan udara atau
angin yang akan memicu proses penguapan. proses penguapan ini akan
mengakibatkan terbentuknya awan dan terjadilah hujan. curah hujan adalah salah
satu unsur yang berperan dalam pembentukan tanah.
menurut walker pembagian tanah di bagi 2 yaitu daerah humid dan arid
insolasi matahari mempunyai peran penting terhadap curah hujan dan temperatur
yang merupakan 2 unsur penting pembentuk tanah
Curah hujan bekorelais erat dengan pembentukan tanah biomaass(bahan organik)
tanah, karena air merupakan komponene utama tetanaman maka kurangnya curah
hujan akan menghambat pertumbuhan dan perkembangnnya.
Aktifitas pembentukan tanah (pelapukan) akibat aktifitas iklim
1. pelapukan visik
2. pelapukan kimiawi
3. Pelapukan organik
4. Gerakan massa batuan (mass wasting)

Anda mungkin juga menyukai