BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada Undang-undang Republik Indonesia no.20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan
Nasional
Pasal
disebutkan
bahwa
pendidikan
Nasional
befungsi
keseluruhan dimensi pendidikan yang satu sama lain saling terkait. Persoalan demi persoalan
sistem pendidikan muncul ke permukaan secara tidak beraturan. Misalnya kesempatan belajar
yang kurang merata dan adil, program pendidikan yang belum sesuai dengan kebutuhan
lapangan kerja, pengelolaan yang belum efisien terlalu terpusat, tenaga proposional
pendidikan yang belum proposional, biaya yang terbatas dan sebagainya. Persoalan tersebut
dianggap seolah-olah sebagai dimensi masalah yang berdiri sendiri-sendiri. Mutu pendidikan
itu sendiri perlu ditingkatkan sehingga tidak tertinggal dengan kemajuan zaman.
Siswa kelas I SDN Bojong Salaman 02 Semarang pada pembelajaran mata pelajaran
Matematika dengan Kompetensi Dasar 4.3. Menentukan nilai tempat puluhan dan satuan dan
indikator Menentukan nilai tempat puluhan dan satuan dilihat dari hasil nilai ulangan harian /
tes formatif kurang memuaskan, terbukti ada 23 siswa dari 36 siswa atau lebih dari 50% yang
mendapat nilai dibawah KKM (kriteria ketuntasan minimal). Perbaikan sudah dilakukan tetap
saja belum mendapat hasil yang memuaskan. Oleh karena itu peneliti mengangkat
permasalahan ini untuk dijadikan bahan penelitian tindakan kelas.
Upaya meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Matematika tentang nilai tempat
puluhan dan satuan dapat dilakukan oleh guru sebagai peneliti dengan menerapkan metode
pembelajaran yang dapat menumbuhkan minat, motivasi serta keaktifan siswa serta
penggunaan alat peraga yang tepat sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
yang tepat
memungkinkan siswa akan berpikir kongkret bahkan dapat menempatkan bilangan sesuai
nilai tempatnya. Sebab media pembelajaran dan model pembelajaran yang digunakan pada
proses belajar mengajar, berfungsi untuk mempermudah dan memperjelas dalam
penyampaian materi pelajaran (Kauff H. M, 1994 : 146).
1. Identifikasi Masalah
Pembelajaran mata pelajaran Matematika dengan Kompetensi Dasar 4.3. Menentukan
nilai tempat puluhan dan satuan dan indikator Menentukan nilai tempat puluhan dan satuan,
di kelas I SD Negeri Bojong Salaman 02 Kecamatan Semarang Barat kota Semarang,
diperoleh data dari 36 siswa yang mendapat nilai 75 keatas baru 13 siswa, sedangkan 23
siswa memperoleh nilai kurang dari 75.
Dari analisis nilai yang diperoleh siswa tersebut menunjukkan bahwa proses
pembelajaran yang telah peneliti laksanakan mengalami kegagalan, kemudian peneliti
mengadakan refleksi dan kerjasama dengan teman sejawat, serta konsultasi dengan
pembimbing untuk mengidentifikasi kekurangan dari proses belajar mengajar yang peneliti
laksanakan. Hasil mengidentifikasi masalah tersebut adalah :
a.
f.
2. Analisis Masalah
Setelah penyebab permasalahan teridentifikasi, kemudian peneliti mengadakan
diskusi dengan teman sejawat, dan konsultasi dengan supervisor
didalam menganalisa
Membangun pengetahuan dasar siswa melalui pengalaman yang pernah dialami dalam
kehidupan sehari-hari.
b. Bagaimana aktivitas siswa terhadap pembelajaran matematika tentang nilai tempat puluhan
c.
dan satuan.
Menciptakan masyarakat belajar. Siswa melakukan diskusi kelompok membahas materi yang
g.
sedang dipelajari.
Melakukan penilaian nyata. Penilaian dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi
tentang pekembangan belajar yang dilakukan siswa.
B. Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan analisis masalah yang diuraikan diatas, perumusan masalah
yang menjadi fokus perbaikan proses pembelajaran adalah Bagaimana meningkatkan hasil
belajar mata pelajaran Matematika tentang nilai tempat puluhan dan satuan melalui
penerapan pendekatan kontekstual pada siswa kelas I SD Negeri Bojong Salaman 02
Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang Tahun Pelajaran 2011 / 2012 ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut :
1
Tujuan Umum : Meningkatkan hasil belajar Matematika tentang nilai tempat puluhan dan
satuan melalui pendekatan kontekstual pada siswa kelas I SDN Bojong Salaman 02
kecamatan Semarang Barat Kota Semarang.
2 Tujuan Khusus :
a. Meningkatkan kretifitas belajar siswa dalam pembelajaran Matematika tentang nilai tempat
b.
c.
D. Manfaat Penelitian
Hasil Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan memberikan manfaat yaitu sebagai
berikut :
1 Manfaat bagi siswa
a. Meningkatkan kretivitas siswa dalam proses pembelajaran.
b. Menumbuhkembangkan minat belajar siswa pada pembelajaran Matematika sehingga
c.
2
a.
b.
c.
d.
3
a.
pembelajaran.
b. Hasil Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan dapat memberi kontribusi yang tepat untuk
sekolah itu sendiri, dalam rangka perbaikan pembelajaran matematika pada khususnya, serta
kemajuan program sekolah pada umunya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Landasan Teori
1. Pengertian Pemahaman Siswa
Pendapat para ahli tentang pengertian pemahaman dapat kita peroleh data yang akurat
melalui Suharsimi yang menyatakan bahwa pemahaman adalah bagaimana seorang siswa
dapat mempertahankan, membedakan, menduga, menerangkan, memperluas, menyimpulkan,
menggeneralisasikan, memberikan contoh, menuliskan kembali, dan memperkirakan Melalui
pemahaman, siswa diminta untuk dapat membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang
sederhana di antara fakta fakta atau konsep.
Jika kita dikaitkan dengan pembelajaran matematika maka pemahaman terjadi karena
evaluasi yang dilakukan guru dalam mempelajari matematika. Agar dapat menentukan
tercapai tidaknya tujuan pendidikan maka perlu dilakukan usaha dan upaya tindakan atau
kegiatan untuk menilai pemahaman siswanya.
2. Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas berarti penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk
mengetahui akibat tindakan yang dilakukan pada suatu subyek penelitian di kelas tersebut.
Pada awalnya penelitian tindakan menjadi salah satu model penelitian yang dilakukan pada
bidang pekerjaan tertentu dimana peneliti melakukan pekerjaannya, baik di bidang
pendidikan, kesehatan maupun dalam bidang lainnya. Salah satu contoh pekerjaan utama
dalam bidang pendidikan adalah mengajar di kelas, menangani bimbingan dan konseling, dan
mengelola kelas dengan baik. Dengan demikian yang menjadi subyek penelitian adalah
situasi dan kondisi di kelas.
Pada pekerjaan guru atau pendidikan penelitian tindakan yang dilakukannya disebut
Penelitian Tindakan Kelas, dengan demikian Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu kegiatan
penelitian dengan mencermati sebuah kegiatan belajar yang diberikan tindakan, yang secara
sengaja dimunculkan dalam sebuah kelas, yang bertujuan memecahkan masalah atau
meningkatkan mutu pembelajaran di kelas tersebut. Tindakan yang secara sengaja
dimunculkan tersebut diberikan oleh guru atau berdasarkan arahan guru yang kemudian
dilakukan oleh siswa. Dalam hal ini kelas dapat diartikan sekelompok siswa yang dalam
waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama juga (Suharsimi:
2005).
Pendapat para ahli tentang pemahaman dapat peneliti jadikan acuan Penelitian
Tindakan Kelas bahwa sekelompok siswa yang nilainya kurang berarti siswa tersebut belum
paham akan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dalam hal ini adalah peneliti.
Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan
keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi belajar siswa itu sendiri.
Berdasarkan pengetahuan tentang prinsip-prinsip diatas, diharapkan kepada guru
untuk dapat mengembangkan aktivitas siswa. Jenis-jenis aktivitas yang dimaksud dapat
digolongkan menjadi:
a)
Visual Activities, yaitu segala kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas siswa dalam
nanti. Sehingga, akan membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan
suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha untuk
meggapinya.
Tugas guru dalam pembelajaran kontekstual adalah membantu siswa dalam mencapai
tujuannya. Maksudnya, guru lebih berurusan dengan strategi daripada memberi informasi.
Guru hanya megelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan suatu
yang baru bagi siswa. Proses belajar mengajar lebih diwarnai Student centered daripada
teacher centered.
Dalam pengajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar yang
penting, yaitu mengaitkan (relating), mengalami (experiencing), menerapkan (applying),
bekerjasama (cooperating) dan mentransfer (transferring).
1.
Mengaitkan adalah strategi yang paling hebat dan merupakan inti konstruktivisme. Guru
menggunakan strategi ini ketia ia mengkaitkan konsep baru dengan sesuatu yang sudah
dikenal siswa. Jadi dengan demikian, mengaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan
informasi baru.
4.
Kerjasama. Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu kemajuan yang
signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara kelompok sering dapat mengatasi masalah
yang komplek dengan sedikit bantuan. Pengalaman kerjasama tidak hanya membanti siswa
mempelajari bahan ajar, tetapi konsisten dengan dunia nyata.
5.
temannya dalam kelompok atau secara mandiri, pelajaran menekankan pada konteks
kehidupan siswa yang berbeda-beda, menggunakan penilaian otentik
Menurut Depdiknas untuk penerapannya, pendekatan kontektual (CTL) memiliki
tujuah komponen utama, yaitu konstruktivisme (constructivism), menemukan (Inquiry),
bertanya (Questioning), masyarakat-belajar (Learning Community), pemodelan (modeling),
refleksi (reflection), dan penilaian yang sebenarnya (Authentic).
Pendekatan pembelajaran menurut Syaiful (2003:68) adalah sebagai aktifitas guru
dalam memilih kegiatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran sebagai penjelas dan juga
mempermudah bagi para guru memberikan pelayanan belajar dan juga mempermudah siswa
untuk memahami materi ajar yang disampaikan guru, dengan memelihara suasana
pembelajaran yang menyenangkan.
Pendekatan kontekstual dapat membuat variasi dalam pembelajaran dan hasil belajar
yang diharapkan dapat dicapai. Pendekatan pembelajaran tentu tidak kaku harus
menggunakan pendekatan tertentu, artinya memilih pendekatan disesuaikan dengan
kebutuhan materi ajar yang dituangkan dalam perencanaan pembelajaran. Pendekatan
pembelajaran yang sering dipakai oleh para guru antara lain: pendekatan konsep dan proses,
pendekatan deduktif dan induktif pendekatan ekspositori dan heuristik, pendekatan
kecerdasan dan pendekatan konstektual.
Jonhson (2007:67) menyatakan bahwa pendekatan pembelajaran konstekstual adalah
sebuah proses pendidikan yang menolong para siswa melihat makna dalam materi akademik
dengan konteks dalam kehidupan seharian mereka, yaitu konteks keadaan pribadi, sosial, dan
budaya mereka. Untuk mencapai tujuan ini sistem tersebut meliputi delapan komponen
berikut: membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, melakukan pekerjaan yang berarti,
melakukan pekerjaan yang diatur sendiri, melakukan kerja sama, berfikir kritis dan kreatif,
membantu individu untuk tumbuh dan berkembang, mencapai standar yang lebih tinggi,
menggunakan penilaian autentik atau penilaian yang mempunyai nilai tolak ukur.
Menurut pendapat Wina (2005:109) menjelaskan, suatu pendekatan pembelajaran yang
menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi
yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong
siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Lima karakteristik penting
dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual yaitu :
a.
b.
Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah
pengetahuan baru.
c.
Pemahaman pengetahuan, artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tapi
untuk diyakini dan dipahami.
a.
CTL adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara penuh, baik
fisik maupun mental.
b.
CTL memandang bahwa belajar bukan menghafal akan tetapi porses pengalaman dalam
kehidupan nyata.
c.
Kelas dalam pembelajaran CTL, bukan sebagai tempat memperoleh informasi, akan tetapi
sebagi tempat untuk menguji data hasil temuan mereka dilapangan.
d. Materi pelajaran ditemukan oleh siswa sendiri bukan hasil pemberian orang lain.
Dari pendapat para ahli disimpulkan bahwa pendekatan Kontekstual adalah
pendekatan pembelajaran yang menekankan keaktifan siswa untuk terlibat secara penuh pada
pembelajaran sehingga dimungkinkan siswa akan menguasai pembelajaran.
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian
1.
Subjek
Siswa kelas I Semester II tahun pelajaran 2011 / 2012 di SD Negeri Bojong Salaman
02 Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang sebanyak 36 siswa yang terdiri dari 19 siswa
laki-laki dan 17 siswa perempuan.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Bojong Salaman 02 Kecamatan Semarang Barat
Kota Semarang pada siswa kelas I Semester II tahun pelajaran 2011 / 2012. Sekolah tersebut
terletak di Jalan Pusponjolo Selatan X Semarang.
3. Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilaksanakan dengan pola tindakan kelas.
Dilaksanakan dalam 2 tahap dalam rangkaian kegiatan pembelajaran, yaitu :
a.
Mata Pelajaran
Perbaikan pembelajaran ini dilakukan terhadap mata pelajaran matematika dengan
Kompetensi Dasar 4.3. Menentukan nilai tempat puluhan dan satuan dan indikator
menentukan nilai tempat puluhan dan satuan.
rencana pembelajaran yang dilaksanakan di dalam kelas, terdiri dari dua siklus. Setiap siklus
terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, tindakan pengamatan dan refleksi.
2. Langkah langkah Penelitian Tindakan Kelas
a. Perencanaan
Rancangan yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas.
Dalam tahap perencanaan peneliti membuat perencanaan sebagai berikut :
1) Menelaah materi pembelajaran Matematika kelas I semester II yang akan dilakukan tindakan
penelitian.
2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
3)
Menyiapkan alat peraga yang digunakan dalam penelitian. Menyiapkan lembar observasi
yang akan digunakan dalam penelitian.
Pengamatan
Kegiatan pengamatan dilaksanakan secara kolaboratif antara peneliti dengan melibatkan
rekan kerja / guru kelas lain untuk mengamati aktivitas siswa dan guru ketika pelaksanaan
pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual.
d. Refleksi
Pada akhirnya setelah mengkaji hasil belajar Matematika dan hasil pengamatan aktivitas
guru, serta dengan memperhatikan indikator kinerja maka peneliti melakukan perbaikan pada
siklus dua agar pelaksanaan pembelajaran lebih efektif dan hasil pembelajaran menjadi lebih
baik.
3. Siklus Penelitian
Siklus I
a. Perencanaan
Peneliti berdiskusi dengan teman sejawat dan bimbingan supervisor, peneliti
mengadakan perbaikan pembelajaran mata pelajaran Matematika, Kompetensi Dasar 4.3.
Menentukan nilai tempat puluhan dan satuan dan indikator Menentukan nilai tempat puluhan
dan satuan di kelas I semester II SD Bojong Salaman 02 Kecamatan Semarang Barat Kota
Semarang, tahun pelajaran 2011 / 2012. Adapun langkah-langkah yang akan kami tempuh
sebagai berikut :
1) Merancang pembelajaran melalui penerapan metode ceramah dan tanya jawab.
2) Menyusun Rencana Pelaksanaan pembelajaran dengan nilai tempat puluhan dan satuan.
3) Menyiapkan lembar evaluasi latihan soal.
4) Menyiapkan lembar observasi yang digunakan dalam penelitian.
5) Merancang tes formatif.
b. Pelaksanaan Tindakan Penelitian
Pelaksanaan tindakan yang dapat dilakukan oleh peneliti adalah :
1) Menjelaskan kompetensi yang akan dicapai pada awal pembelajaran.
2) Melaksanakan pre tes
3) Mengamati gambar himpunan.
4) Secara klasikal tanya jawab jumlah bilangan pada gambar himpunan.
5) Secara klasikal mengerjakan latihan soal.
6) Secara klasikal membahas hasil latihan soal yang dikerjakan peserta didik.
c.
Pengamatan
Pada kegiatan pengamatan ini peneliti bekerjasama dengan teman sejawat,
pembimbing, supervisor, dan siswa kelas I SD Negeri Bojong Salaman 02, Kecamatan
Semarang Barat, Kota Semarang.
1) Teman sejawat ( observer ) mengamati proses pembelajaran yang difokuskan pada penerapan
2)
3)
a)
b)
4)
a)
b)
c)
5)
a)
b)
c)
d)
e)
f)
metode ceramah, tanya jawab dan penggunaan media pembelajaran gambar bangun datar.
Observer mencatat semua temuan pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Dari pengamatan terhadap guru yang mengajar ditemukan sebagai berikut :
Penggunaan metode yang kurang bervariasi.
Penggunaan media pembelajaran atau alat peraga hanya berupa gambar
Dari pengamatan terhadap siswa ditemukan hal hal sebagai berikut :
Siswa kurang aktif dalam pembelajaran.
Siswa kurang tertarik pada pembelajaran.
pembelajaran didominasi siswa yang pandai saja.
Instrumen yang digunakan dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas ini adalah :
Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP).
Lembar kerja siswa.
Lembar tes formatif.
Daftar Nilai.
Analisis Hasil Ulangan Tes Fomatif.
Lembar Pengamatan
d. Refleksi
Perbaikan pembelajaran siklus I pada mata pelajaran matematika dengan menentukan nilai
tempat puluhan
1)
2)
3)
4)
pada tanggal 7 Maret 2012, maka peneliti dan teman sejawat berdiskusi
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan yang dipersiapkan peneliti menyusun rencana perbaikan
pembelajaran dengan Kompetensi Dasar 4.3. Menentukan nilai tempat puluhan dan satuan
dan indikator Menentukan nilai tempat puluhan dan satuan, langkah - langkah yang kami
tempuh adalah :
1) Merancang pembelajaran melalui penerapan pendekatan Kontekstual.
2) Menyusun Rencana Pelaksanaan pembelajaran dengan materi menentukan nilai tempat
puluhan dan satuan.
3) Menyiapkan lembar kerja siswa.
4) Menyiapkan lembar pengamatan yang digunakan dalam penelitian.
5) Merancang tes formatif.
b. Pelaksanaan Tindakan
1) Menjelaskan kompetensi yang akan dicapai pada awal pembelajaran.
2) Melaksanakan pree tes nama nama bangun datar.
3) Kerja kelompok mendiskusikan menentukan nilai tempat puluhan dan satuan.
4) Mempresentasikan di depan kelas.
5) Guru memberikan penghargaan dari hasil kerja pada setiap kelompok
6) Melaksanakan evaluasi akhir pembelajaran.
c.
Pengamatan
Pada kegiatan ini peneliti bekerjasama dengan teman sejawat, pembimbing,
supervisor, dan siswa kelas I SD Negeri Bojong Salaman 02, Kecamatan Semarang Barat,
Kota Semarang.
1) Teman sejawat ( observer ) mengamati proses pembelajaran yang difokuskan pada penerapan
pendekatan kontekstual dan penggunaan media pembelajaran konkret.
2) Observer mencatat semua temuan pada saat proses pembelajaran berlangsung.
3)
a)
b)
4)
a)
b)
c)
d)
5)
a)
b)
c)
d)
e)
f)
d. Refleksi
Perbaikan pembelajaran siklus II pada mata pelajaran matematika dengan materi nilai
tempat puluhan dan satuan pada tanggal 14 Maret 2012, kemudian peneliti dan teman
sejawat berdiskusi dan diperoleh refleksi sebagai berikut :
1)
2)
3)
4)
siswa, yang mendapatkan nilai tuntas ada 36 siswa dan tingkat keberhasilannya 100 %.
C. Teknik Analisa Data
1. Sumber Data
a. Siswa
Sumber data siswa diperoleh dari data dikumpulkan melalui observasi, yang diperoleh
secara sistematik selama pelaksanaan siklus I dan siklus ke II, serta hasil evaluasi siswa dan
hasil observer.
Data siswa ini digunakan untuk melihat proses pelaksanaan perbaikan dan akan
digunakan sebagai dasar penilaian pada segi perencanaan kegiatan. Data dikumpulkan
melalui tes untuk mengukur kemampuan siswa. Data ini diperlukan untuk menentukan
keberhasilan perencanaan pembelajaran.
b. Guru
Sumber data guru diperoleh dari hasil pengamatan observer dari lembar observasi
aktivitas guru.
2. Data Dokumen
Data dokumen diperoleh dari data awal hasil tes, hasil pengamatan guru maupun
observer, catatan lapangan selama proses pembelajaran maupun foto foto kegiatan belajar
mengajar.
a. Catatan Lapangan
Sumber data catatan lapangan berasal dari catatan selama proses pembelajaran
berlangsung.
3. Jenis Data
a. Data Kuantitatif
Data Kuantitatif diperoleh dari hasil belajar Matematika yang diperoleh siswa dalam hal ini
adalah hasil evaluasi.
b. Data Kualitatif
Data yang diperoleh dari lembar pengamatan observer, ketrampilan guru dalam
pembelajaran, aktifitas siswa, wawancara serta catatan lapangan.
dengan
menentukan rata rata dan data nilai kuantitatif dengan memperhatikan persentase. Rumus
persentase
Jumlah frekuensi X 100% = presentas
Jumlah total siswa
5. Indikator Keberhasilan
Pendekatan Kontekstual, dapat meningkatkan hasil belajar Matematika dengan
kompetensi dasar 4.3. Menentukan nilai tempat puluhan dan satuan dan indikator
Menentukan nilai tempat puluhan dan satuan, yaitu sebagai berikut :
a. Siswa lebih aktif dalam pembelajaran.
b. Hasil belajar siswa akan lebih meningkat.
c. Guru lebih bervariasi dalam menggunakan metode pembelajaran.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
singkat tentang langkah langkah perbaikan yang telah direncanakan dalam 2 siklus. Setiap
siklus terdiri dari empat tahapan yaitu : perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Siklus I
1. Data tentang perencanaan
Data tentang rencana perbaikan pada siklus I, peneliti melakukan identifikasi masalah
dan perumusan masalah untuk acuannya. Peneliti juga menyiapkan media pembelajaran yang
akan digunakan. Dalam perencanaan itu sendiri telah disusun lembar pengamatan bagi
pengamat serta merancang tes formatif . Semua data perencanaan ini terlampir pada lampiran.
2. Data tentang pelaksanaan
Tally
||||| |
||||| |||
||||| |
||||
||||| |||
36
Banyak Siswa
6
11
5
9
5
36
F (x)
300
660
350
720
450
2480
Tabel 1.
Distribusi Frekwensi Hasil Evaluasi Sebelum Perbaikan Pembelajaran
Dari tabel distribusi frekwensi di atas diperoleh data :
a.
c.
Indikator
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Jumlah Nilai
Nilai Rata rata
Banyak siswa nilai > 75
Banyak siswa nilai < 75
Prosentase siswa nilai > 75
Prosentase siswa nilai < 75
Keterangan
50
90
2480
68,89
14
22
39 %
61 %
Tabel 2.
Data Nilai Matematika Sebelum Perbaikan Pembelajaran
Dari tabel 2.
Maka dapat disimpulkan :
a.
14/36 X 100 %
= 39 %
c.
22/36 X 100 %
= 61 %
Dari data nilai matematika sebelum perbaikan pembelajaran dapat peneliti sajikan
dalam bentuk diagram batang pada gambar 1. sebagai berikut :
PRA SIKLUS
Tally
||||
|||||
||||
||||| |||||
||||| ||
||||| |
36
Tabel 3.
Banyak Siswa
4
5
4
17
6
36
a.
Indikator
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Jumlah Nilai
200
300
280
1360
540
2680
F (x)
Keterangan
40
90
2680
4.
5.
6.
7.
8.
74,44
23
13
64 %
36 %
Tabel 4
Dari tabel 4.
Maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
a.
23/36 X 100 %
= 64 %
c.
13/36 X 100 %
= 36 %
Pada data nilai matematika perbaikan pembelajaran siklus I dapat peneliti sajikan
dalam bentuk diagram batang pada gambar 2. sebagai berikut
SIKLUS I
Deskripsi Siklus I
Berdasarkan data diatas dapat diperoleh suatu kesimpulan bahwa perbaikan
pembelajaran siklus I belum berhasilsecara memuaskan, hal ini dapat diketahui dari hasil tes
formatif siklus I, dari 36 siswa, ada 13 siswa yang mencapai ketuntasan atau masih 64 %
yang tuntas belum mencapai lebih dari 75 %. Ketidakberhasilan siklus I disebabkan oleh :
a.
perbaikan pembelajaran siklus I yaitu nilai terendah 60, nilai tertinggi 90, bahwa hasil tes
formatif perbaikan pembelajaran siklus II mengalami peningkatan 36 % . Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa perbaikan pembelajaran siklus II yang menitikberatkan pada
penerapan pendekatan kontekstual, penggunaan media pembelajaran konkret dengan volume
yang memadai, pengelolaan waktu secara detil, sudah ada peningkatan dan kemajuan jika
dibanding dengan hasil tes formatif perbaikan pembelajaran siklus I. Perbaikan pembelajaran
siklus II hasilnya ada peningkatan tidak ada siswa yang tidak tuntas, dan dinilai sudah cukup
sukses dan berhasil dalam pembelajaran.
Berikut ini peneliti sajikan gambaran dalam bentuk tabel dan gambar dari hasil perolehan
nilai siswa sebelum perbaikan pembelajaran , sebagai berikut:
Hasil Tentamen
80
90
100
Jumlah
Tally
||||| ||||| ||||
||||| ||||| ||||
||||| |
36
Tabel 5.
Banyak Siswa
16
14
6
36
F (x)
1280
1260
600
3140
Siswa yang mendapat nilai 100 ada 6 siswa ( 6/36 X 100 % = 16,67 % ).
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Indikator
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Jumlah Nilai
Nilai Rata rata
Banyak siswa nilai > 75
Banyak siswa nilai < 75
Prosentase siswa nilai > 75
Prosentase siswa nilai < 75
Tabel 6.
Keterangan
80
100
3140
87,22
36
100 %
0 %
36/36 X 100 %
= 100 %
c.
0/36 X 100 % =
0%
Dari data nilai matematika perbaikan pembelajaran siklus II dapat peneliti sajikan dalam
bentuk diagram batang pada gambar 3. sebagai berikut :
c.
pembelajaran konkret dengan volume yang sesuai dan pemberian waktu penyelesaian soal
yang cukup.
Setelah diadakan suatu perbaikan pembelajaran siklus II, siswa yang memperoleh
nilai ketuntasan 36 siswa dari 36 siswa atau 100 %, sedangkan siswa yang belum tuntas
dalam pembelajaran tidak ada. Dengan demikian pada perbaikan pembelajaran siklus II ini
dapat disimpulkan bahwa perbaikan pembelajaran sudah berhasil dan cukup sampai pada
siklus II.
Keberhasilan nampak adanya peningkatan pada masing masing kegiatan dari
sebelum dilakukan perbaikan pembelajaran, siklus I sampai siklus II peneliti sajikan dalam
tabel 7 di bawah ini :
Sebelum
No
1.
2.
Siklus I
Ketuntasan
Tuntas
Belum Tuntas
Jumlah
22
14
%
39 %
61 %
Jumlah
23
13
%
64 %
36 %
Siklus II
Jumla
h
%
36
100 %
0
0%
Gambar 4.
Keterangan gambar
= Belum Tuntas
= Tuntas
BAB V
SIMPULAN DAN TINDAK LANJUT
A. Simpulan
Didasari dari hasil perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan selama dua siklus,
dapat disimpulkan bahwa :
1. Pada pembelajaran penerapan pendekatan kontekstual dapat merangsang siswa untuk
menemukan nilai tempat puluhan dan satuan suatu bilangan, kegiatan ini ternyata
dapat dijadikan penanaman konsep yang baik dan tersimpan lama pada memori siswa.
2. Penggunaan suatu media konkret pada proses pembelajaran dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian, perasaan, dan kenyamanan siswa untuk lebih tertarik dan
tertantang dalam belajar lebih aktif.
3. Peneliti telah melakukan perbaikan pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil
belajar siswa sesuai tujuan dan harapan yang ingin dicapai.
B. Tindak Lanjut
1. Tindak lanjut dari hasil laporan dengan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK )
ini sangat berarti dan bermanfaat bagi peneliti pada Sekolah Dasar Negeri Bojong
Salaman 02, Kecamatan Semarang Barat, Kota Semarang.
2. Peneliti dapat menyampaikan laporan ini kepada Kelompok Kerja Guru ( KKG ),
sebagai bahan masukan atau diskusi.
DAFTAR PUSTAKA