Anda di halaman 1dari 30

PTK SD Kelas 1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada Undang-undang Republik Indonesia no.20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan

Nasional

Pasal

disebutkan

bahwa

pendidikan

Nasional

befungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban Bangsa yang


bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan Bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Kuasa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi Warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Mutu dan efektifitas pendidikan merupakan permasalahan yang sangat komplek dan
multi dimensional. Jika

berbicara mutu pendidikan artinya kita sedang meneropong

keseluruhan dimensi pendidikan yang satu sama lain saling terkait. Persoalan demi persoalan
sistem pendidikan muncul ke permukaan secara tidak beraturan. Misalnya kesempatan belajar
yang kurang merata dan adil, program pendidikan yang belum sesuai dengan kebutuhan
lapangan kerja, pengelolaan yang belum efisien terlalu terpusat, tenaga proposional
pendidikan yang belum proposional, biaya yang terbatas dan sebagainya. Persoalan tersebut
dianggap seolah-olah sebagai dimensi masalah yang berdiri sendiri-sendiri. Mutu pendidikan
itu sendiri perlu ditingkatkan sehingga tidak tertinggal dengan kemajuan zaman.
Siswa kelas I SDN Bojong Salaman 02 Semarang pada pembelajaran mata pelajaran
Matematika dengan Kompetensi Dasar 4.3. Menentukan nilai tempat puluhan dan satuan dan
indikator Menentukan nilai tempat puluhan dan satuan dilihat dari hasil nilai ulangan harian /
tes formatif kurang memuaskan, terbukti ada 23 siswa dari 36 siswa atau lebih dari 50% yang
mendapat nilai dibawah KKM (kriteria ketuntasan minimal). Perbaikan sudah dilakukan tetap
saja belum mendapat hasil yang memuaskan. Oleh karena itu peneliti mengangkat
permasalahan ini untuk dijadikan bahan penelitian tindakan kelas.
Upaya meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Matematika tentang nilai tempat
puluhan dan satuan dapat dilakukan oleh guru sebagai peneliti dengan menerapkan metode
pembelajaran yang dapat menumbuhkan minat, motivasi serta keaktifan siswa serta
penggunaan alat peraga yang tepat sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Dengan menerapkan pendekatan kontekstual dan penggunaan media pembelajaran


konkret, siswa diharapkan lebih berperan aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar
sehingga permasalahan yang dihadapi dalam belajar dapat teratasi dengan tepat.
Penggunaan media pembelajaran dan penerapan model pembelajaran

yang tepat

memungkinkan siswa akan berpikir kongkret bahkan dapat menempatkan bilangan sesuai
nilai tempatnya. Sebab media pembelajaran dan model pembelajaran yang digunakan pada
proses belajar mengajar, berfungsi untuk mempermudah dan memperjelas dalam
penyampaian materi pelajaran (Kauff H. M, 1994 : 146).

1. Identifikasi Masalah
Pembelajaran mata pelajaran Matematika dengan Kompetensi Dasar 4.3. Menentukan
nilai tempat puluhan dan satuan dan indikator Menentukan nilai tempat puluhan dan satuan,
di kelas I SD Negeri Bojong Salaman 02 Kecamatan Semarang Barat kota Semarang,
diperoleh data dari 36 siswa yang mendapat nilai 75 keatas baru 13 siswa, sedangkan 23
siswa memperoleh nilai kurang dari 75.
Dari analisis nilai yang diperoleh siswa tersebut menunjukkan bahwa proses
pembelajaran yang telah peneliti laksanakan mengalami kegagalan, kemudian peneliti
mengadakan refleksi dan kerjasama dengan teman sejawat, serta konsultasi dengan
pembimbing untuk mengidentifikasi kekurangan dari proses belajar mengajar yang peneliti
laksanakan. Hasil mengidentifikasi masalah tersebut adalah :
a.

Siswa kurang memiliki motivasi belajar.

b. Siswa kurang tertarik pada pembelajaran.


c.

Siswa tidak dapat menentukan nilai tempat puluhan dan satuan.

d. Guru dalam menjelaskan terlalu cepat.


e.

Guru menggunakan bahasa yang sulit dipahami oleh siswa

f.

Guru tidak menggunakan alat peraga.

2. Analisis Masalah
Setelah penyebab permasalahan teridentifikasi, kemudian peneliti mengadakan
diskusi dengan teman sejawat, dan konsultasi dengan supervisor

didalam menganalisa

penyebab ketidakberhasilan pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran Matematika tentang


nilai tempat puluhan dan santuan, untuk menentukan tindakan apa yang akan ditangani.
Dari hasil analisis masalah, ditentukan faktor faktor penyebab rendahnya hasil
belajar siswa terhadap materi pembelajaran yang akan diperbaiki adalah sebagai berikut :
a.

Guru belum menggunakan alat peraga secara optimal.

b. Guru belum menggunakan metode yang tepat.


c.

Kurangnya contoh dan latihan soal.

3. Alternatif Pemecahan Masalah


Dari analisa masalah tersebut maka alternatif tindakan yang akan dilakukan oleh
peneliti adalah dengan melaksanakan tahapan-tahapan tindakan dengan menerapkan
pendekatan kontekstual yaitu :
a.

Membangun pengetahuan dasar siswa melalui pengalaman yang pernah dialami dalam

kehidupan sehari-hari.
b. Bagaimana aktivitas siswa terhadap pembelajaran matematika tentang nilai tempat puluhan
c.

dan satuan melalui pendekatan Kontekstual.


Bagaimana kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran matematika tentang nilai

tempat puluhan dan satuan.


d. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran tentang nilai tempat puluhan dan satuan di
kelas I.
e. Bagaimana hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika tentang nilai tempat puluhan
f.

dan satuan.
Menciptakan masyarakat belajar. Siswa melakukan diskusi kelompok membahas materi yang

g.

sedang dipelajari.
Melakukan penilaian nyata. Penilaian dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi
tentang pekembangan belajar yang dilakukan siswa.

B. Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan analisis masalah yang diuraikan diatas, perumusan masalah
yang menjadi fokus perbaikan proses pembelajaran adalah Bagaimana meningkatkan hasil
belajar mata pelajaran Matematika tentang nilai tempat puluhan dan satuan melalui
penerapan pendekatan kontekstual pada siswa kelas I SD Negeri Bojong Salaman 02
Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang Tahun Pelajaran 2011 / 2012 ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut :
1

Tujuan Umum : Meningkatkan hasil belajar Matematika tentang nilai tempat puluhan dan
satuan melalui pendekatan kontekstual pada siswa kelas I SDN Bojong Salaman 02
kecamatan Semarang Barat Kota Semarang.

2 Tujuan Khusus :
a. Meningkatkan kretifitas belajar siswa dalam pembelajaran Matematika tentang nilai tempat
b.

puluhan dan satuan melalui pendekatan kontekstual.


Meningkatkan ketrampilan guru dalam pembelajaran Matematika tentang nilai tempat

c.

puluhan dan satuan melalui pendekatan kontekstual.


Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Matematika tentang nilai tempat
puluhan dan satuan melalui pendekatan kontekstual.

D. Manfaat Penelitian
Hasil Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan memberikan manfaat yaitu sebagai
berikut :
1 Manfaat bagi siswa
a. Meningkatkan kretivitas siswa dalam proses pembelajaran.
b. Menumbuhkembangkan minat belajar siswa pada pembelajaran Matematika sehingga
c.

menarik bagi siswa.


Melatih siswa untuk mendapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan nilai tempat

2
a.
b.
c.
d.
3
a.

puluhan dan satuan.


Manfaat bagi guru
Dijadikan sebagai sarana untuk mengevaluasi pembelajaran yang sudah berlangsung.
Membantu guru untuk menyelesaikan masalah masalah yang timbul dalam pembelajaran.
Guru dapat menentukan strategi pembelajaran yang lebih efektif.
Meningkatkan kualitas dan kreativitas guru dalam mengajar.
Manfaat bagi sekolah
Menumbuhkan kerja sama yang positif antar guru untuk meningkatkan kualitas dan mutu

pembelajaran.
b. Hasil Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan dapat memberi kontribusi yang tepat untuk
sekolah itu sendiri, dalam rangka perbaikan pembelajaran matematika pada khususnya, serta
kemajuan program sekolah pada umunya.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Landasan Teori
1. Pengertian Pemahaman Siswa
Pendapat para ahli tentang pengertian pemahaman dapat kita peroleh data yang akurat
melalui Suharsimi yang menyatakan bahwa pemahaman adalah bagaimana seorang siswa
dapat mempertahankan, membedakan, menduga, menerangkan, memperluas, menyimpulkan,
menggeneralisasikan, memberikan contoh, menuliskan kembali, dan memperkirakan Melalui
pemahaman, siswa diminta untuk dapat membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang
sederhana di antara fakta fakta atau konsep.

Jika kita dikaitkan dengan pembelajaran matematika maka pemahaman terjadi karena
evaluasi yang dilakukan guru dalam mempelajari matematika. Agar dapat menentukan
tercapai tidaknya tujuan pendidikan maka perlu dilakukan usaha dan upaya tindakan atau
kegiatan untuk menilai pemahaman siswanya.
2. Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas berarti penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk
mengetahui akibat tindakan yang dilakukan pada suatu subyek penelitian di kelas tersebut.
Pada awalnya penelitian tindakan menjadi salah satu model penelitian yang dilakukan pada
bidang pekerjaan tertentu dimana peneliti melakukan pekerjaannya, baik di bidang
pendidikan, kesehatan maupun dalam bidang lainnya. Salah satu contoh pekerjaan utama
dalam bidang pendidikan adalah mengajar di kelas, menangani bimbingan dan konseling, dan
mengelola kelas dengan baik. Dengan demikian yang menjadi subyek penelitian adalah
situasi dan kondisi di kelas.
Pada pekerjaan guru atau pendidikan penelitian tindakan yang dilakukannya disebut
Penelitian Tindakan Kelas, dengan demikian Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu kegiatan
penelitian dengan mencermati sebuah kegiatan belajar yang diberikan tindakan, yang secara
sengaja dimunculkan dalam sebuah kelas, yang bertujuan memecahkan masalah atau
meningkatkan mutu pembelajaran di kelas tersebut. Tindakan yang secara sengaja
dimunculkan tersebut diberikan oleh guru atau berdasarkan arahan guru yang kemudian
dilakukan oleh siswa. Dalam hal ini kelas dapat diartikan sekelompok siswa yang dalam
waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama juga (Suharsimi:
2005).
Pendapat para ahli tentang pemahaman dapat peneliti jadikan acuan Penelitian
Tindakan Kelas bahwa sekelompok siswa yang nilainya kurang berarti siswa tersebut belum
paham akan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dalam hal ini adalah peneliti.

3. Aktivitas Belajar Mengajar


Trinandita (1984) menyatakan bahwa hal yang paling mendasar yang dituntut dalam
aktivitas belajar mengajar adalah suatu keaktifan siswa. Keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang baik antara guru dengan siswa ataupun
interaksi siswa dengan siswa itu sendiri yang mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan
kondusif, masing masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin.

Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan
keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi belajar siswa itu sendiri.
Berdasarkan pengetahuan tentang prinsip-prinsip diatas, diharapkan kepada guru
untuk dapat mengembangkan aktivitas siswa. Jenis-jenis aktivitas yang dimaksud dapat
digolongkan menjadi:
a)

Visual Activities, yaitu segala kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas siswa dalam

melihat, mengamati, dan memperhatikan.


b) Oral Activities, yaitu aktivitas yang berhubungan dengan kemampuan siswa dalam
c)

mengucapkan, melafalkan, dan berfikir.


Listening Aktivities, aktivitas yang berhubungan dengan kemampuan siswa dalam

berkonsentrasi menyimak pelajaran.


d) Motor Activities, yakni segala keterampilan jasmani siswa untuk mengekspresikan bakat
yang dimilikinya.
4. Hasil evaluasi pembelajaran
Menurut Bloom (dalam Suprijono, 2010: 6) hasil evaluasi belajar mencakup
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa dalam hal ini adalah anak didik yang
menjadi obyek penelitian.
Hasil belajar perlu diadakan evaluasi agar dapat menjadi tolak ukur keberhasilan
dalam pembelajaran. Dalam hal ini sasaran dari evaluasi hasil belajar tersebut harus sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang telah direncanakan sebelumnya oleh peneliti atau guru.
Tujuan pembelajaran tersebut yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik (Sugandi, 2007:
115).
Hasil evaluasi pembelajaran adalah perubahan perilaku seseorang setelah mengalami
aktivitas belajar yang mendapatkan suatu hasil belajar mencakup afektif, kognitif dan
psikomotorik.
5. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi
dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat (US Departement of Education, 2001). Dalam konteks ini siswa perlu mengerti
apa makna belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya.
Dengan ini siswa akan menhadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai hidupnya

nanti. Sehingga, akan membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan
suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha untuk
meggapinya.
Tugas guru dalam pembelajaran kontekstual adalah membantu siswa dalam mencapai
tujuannya. Maksudnya, guru lebih berurusan dengan strategi daripada memberi informasi.
Guru hanya megelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan suatu
yang baru bagi siswa. Proses belajar mengajar lebih diwarnai Student centered daripada
teacher centered.
Dalam pengajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar yang
penting, yaitu mengaitkan (relating), mengalami (experiencing), menerapkan (applying),
bekerjasama (cooperating) dan mentransfer (transferring).
1.

Mengaitkan adalah strategi yang paling hebat dan merupakan inti konstruktivisme. Guru
menggunakan strategi ini ketia ia mengkaitkan konsep baru dengan sesuatu yang sudah
dikenal siswa. Jadi dengan demikian, mengaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan
informasi baru.

2. Mengalami merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti menghubungkan


informasi baru dengan pengelaman maupun pengetahui sebelumnya. Belajar dapat terjadi
lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi peralatan dan bahan serta melakukan bentukbentuk penelitian yang aktif.
3.

Menerapkan. Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia malakukan kegiatan pemecahan


masalah. Guru dapet memotivasi siswa dengan memberikam latihan yang realistic dan
relevan.

4.

Kerjasama. Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu kemajuan yang
signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara kelompok sering dapat mengatasi masalah
yang komplek dengan sedikit bantuan. Pengalaman kerjasama tidak hanya membanti siswa
mempelajari bahan ajar, tetapi konsisten dengan dunia nyata.

5.

Mentransfer. Peran guru membuat bermacam-macam pengalaman belajar dengan fokus


pada pemahaman bukan hapalan.
Menurut Blanchard, ciri-ciri kontekstual: menekankan pada pentingnya pemecahan
masalah, kegiatan belajar dilakukan dalam berbagai konteks, kegiatan belajar dipantau dan
diarahkan agar siswa dapat belajar mandiri, mendorong siswa untuk belajar dengan

temannya dalam kelompok atau secara mandiri, pelajaran menekankan pada konteks
kehidupan siswa yang berbeda-beda, menggunakan penilaian otentik
Menurut Depdiknas untuk penerapannya, pendekatan kontektual (CTL) memiliki
tujuah komponen utama, yaitu konstruktivisme (constructivism), menemukan (Inquiry),
bertanya (Questioning), masyarakat-belajar (Learning Community), pemodelan (modeling),
refleksi (reflection), dan penilaian yang sebenarnya (Authentic).
Pendekatan pembelajaran menurut Syaiful (2003:68) adalah sebagai aktifitas guru
dalam memilih kegiatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran sebagai penjelas dan juga
mempermudah bagi para guru memberikan pelayanan belajar dan juga mempermudah siswa
untuk memahami materi ajar yang disampaikan guru, dengan memelihara suasana
pembelajaran yang menyenangkan.
Pendekatan kontekstual dapat membuat variasi dalam pembelajaran dan hasil belajar
yang diharapkan dapat dicapai. Pendekatan pembelajaran tentu tidak kaku harus
menggunakan pendekatan tertentu, artinya memilih pendekatan disesuaikan dengan
kebutuhan materi ajar yang dituangkan dalam perencanaan pembelajaran. Pendekatan
pembelajaran yang sering dipakai oleh para guru antara lain: pendekatan konsep dan proses,
pendekatan deduktif dan induktif pendekatan ekspositori dan heuristik, pendekatan
kecerdasan dan pendekatan konstektual.
Jonhson (2007:67) menyatakan bahwa pendekatan pembelajaran konstekstual adalah
sebuah proses pendidikan yang menolong para siswa melihat makna dalam materi akademik
dengan konteks dalam kehidupan seharian mereka, yaitu konteks keadaan pribadi, sosial, dan
budaya mereka. Untuk mencapai tujuan ini sistem tersebut meliputi delapan komponen
berikut: membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, melakukan pekerjaan yang berarti,
melakukan pekerjaan yang diatur sendiri, melakukan kerja sama, berfikir kritis dan kreatif,
membantu individu untuk tumbuh dan berkembang, mencapai standar yang lebih tinggi,
menggunakan penilaian autentik atau penilaian yang mempunyai nilai tolak ukur.
Menurut pendapat Wina (2005:109) menjelaskan, suatu pendekatan pembelajaran yang
menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi

yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong
siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Lima karakteristik penting
dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual yaitu :
a.

Dalam pendekatan kontekstual pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan


yang sudah ada.

b.

Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah
pengetahuan baru.

c.

Pemahaman pengetahuan, artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tapi
untuk diyakini dan dipahami.

d. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut, artinya pengetahuan dan pengalaman


yang diperoleh harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak
perubahan prilaku siswa.
e.

Melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan.


Wina (2005:125) menjelaskan beberapa hal penting dalam pembelajaran melalui
pendekatan kontekstual atau CTL sebagai berikut:

a.

CTL adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara penuh, baik
fisik maupun mental.

b.

CTL memandang bahwa belajar bukan menghafal akan tetapi porses pengalaman dalam
kehidupan nyata.

c.

Kelas dalam pembelajaran CTL, bukan sebagai tempat memperoleh informasi, akan tetapi
sebagi tempat untuk menguji data hasil temuan mereka dilapangan.

d. Materi pelajaran ditemukan oleh siswa sendiri bukan hasil pemberian orang lain.
Dari pendapat para ahli disimpulkan bahwa pendekatan Kontekstual adalah
pendekatan pembelajaran yang menekankan keaktifan siswa untuk terlibat secara penuh pada
pembelajaran sehingga dimungkinkan siswa akan menguasai pembelajaran.

BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian
1.

Subjek
Siswa kelas I Semester II tahun pelajaran 2011 / 2012 di SD Negeri Bojong Salaman
02 Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang sebanyak 36 siswa yang terdiri dari 19 siswa
laki-laki dan 17 siswa perempuan.

2. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Bojong Salaman 02 Kecamatan Semarang Barat
Kota Semarang pada siswa kelas I Semester II tahun pelajaran 2011 / 2012. Sekolah tersebut
terletak di Jalan Pusponjolo Selatan X Semarang.
3. Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilaksanakan dengan pola tindakan kelas.
Dilaksanakan dalam 2 tahap dalam rangkaian kegiatan pembelajaran, yaitu :
a.

Perbaikan pembelajaran siklus I tanggal 7 Maret 2012

b. Perbaikan pembelajaran siklus II tanggal 14 Maret 2012


4.

Mata Pelajaran
Perbaikan pembelajaran ini dilakukan terhadap mata pelajaran matematika dengan
Kompetensi Dasar 4.3. Menentukan nilai tempat puluhan dan satuan dan indikator
menentukan nilai tempat puluhan dan satuan.

5. Pihak yang membantu Penelitian


Perbaikan pembelajaran ini dibantu oleh teman sejawat atau pengamat yaitu :
a. Observer 2 oleh Supriasih,S.Pd
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
1. Deskripsi
Pada suatu pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan pola tindakan kelas atau
PTK guna meningkatkan efektivitas hasil belajar siswa, dalam pelaksanaan pembelajaran,
peneliti dalam hal ini adalah guru mengembangkan rencana penelitian tindakan kelas berupa

rencana pembelajaran yang dilaksanakan di dalam kelas, terdiri dari dua siklus. Setiap siklus
terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, tindakan pengamatan dan refleksi.
2. Langkah langkah Penelitian Tindakan Kelas
a. Perencanaan
Rancangan yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas.
Dalam tahap perencanaan peneliti membuat perencanaan sebagai berikut :
1) Menelaah materi pembelajaran Matematika kelas I semester II yang akan dilakukan tindakan
penelitian.
2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
3)

Menyiapkan alat peraga yang digunakan dalam penelitian. Menyiapkan lembar observasi
yang akan digunakan dalam penelitian.

4) Menyiapkan alat evaluasi.


b. Pelaksanaan Tindakan
Penelitian ini dilaksanakan dengan melaksanakan suatu perencanaan yang telah dibuat
sebelumnya yaitu melaksanakan pembelajaran melalui penerapan pendekatan Kontekstual.
Pada pelaksanaan tindakan penelitian ini direncanakan terdiri dari dua siklus. Siklus
pertama dilaksanakan pembelajaran dengan metode ceramah dan tanya jawab, Siklus kedua
dilaksanakan dengan pendekatan kontekstual.
c.

Pengamatan
Kegiatan pengamatan dilaksanakan secara kolaboratif antara peneliti dengan melibatkan
rekan kerja / guru kelas lain untuk mengamati aktivitas siswa dan guru ketika pelaksanaan
pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual.

d. Refleksi
Pada akhirnya setelah mengkaji hasil belajar Matematika dan hasil pengamatan aktivitas
guru, serta dengan memperhatikan indikator kinerja maka peneliti melakukan perbaikan pada
siklus dua agar pelaksanaan pembelajaran lebih efektif dan hasil pembelajaran menjadi lebih
baik.

3. Siklus Penelitian
Siklus I
a. Perencanaan
Peneliti berdiskusi dengan teman sejawat dan bimbingan supervisor, peneliti
mengadakan perbaikan pembelajaran mata pelajaran Matematika, Kompetensi Dasar 4.3.
Menentukan nilai tempat puluhan dan satuan dan indikator Menentukan nilai tempat puluhan

dan satuan di kelas I semester II SD Bojong Salaman 02 Kecamatan Semarang Barat Kota
Semarang, tahun pelajaran 2011 / 2012. Adapun langkah-langkah yang akan kami tempuh
sebagai berikut :
1) Merancang pembelajaran melalui penerapan metode ceramah dan tanya jawab.
2) Menyusun Rencana Pelaksanaan pembelajaran dengan nilai tempat puluhan dan satuan.
3) Menyiapkan lembar evaluasi latihan soal.
4) Menyiapkan lembar observasi yang digunakan dalam penelitian.
5) Merancang tes formatif.
b. Pelaksanaan Tindakan Penelitian
Pelaksanaan tindakan yang dapat dilakukan oleh peneliti adalah :
1) Menjelaskan kompetensi yang akan dicapai pada awal pembelajaran.
2) Melaksanakan pre tes
3) Mengamati gambar himpunan.
4) Secara klasikal tanya jawab jumlah bilangan pada gambar himpunan.
5) Secara klasikal mengerjakan latihan soal.
6) Secara klasikal membahas hasil latihan soal yang dikerjakan peserta didik.
c.

Pengamatan
Pada kegiatan pengamatan ini peneliti bekerjasama dengan teman sejawat,
pembimbing, supervisor, dan siswa kelas I SD Negeri Bojong Salaman 02, Kecamatan
Semarang Barat, Kota Semarang.

1) Teman sejawat ( observer ) mengamati proses pembelajaran yang difokuskan pada penerapan
2)
3)
a)
b)
4)
a)
b)
c)
5)
a)
b)
c)
d)
e)
f)

metode ceramah, tanya jawab dan penggunaan media pembelajaran gambar bangun datar.
Observer mencatat semua temuan pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Dari pengamatan terhadap guru yang mengajar ditemukan sebagai berikut :
Penggunaan metode yang kurang bervariasi.
Penggunaan media pembelajaran atau alat peraga hanya berupa gambar
Dari pengamatan terhadap siswa ditemukan hal hal sebagai berikut :
Siswa kurang aktif dalam pembelajaran.
Siswa kurang tertarik pada pembelajaran.
pembelajaran didominasi siswa yang pandai saja.
Instrumen yang digunakan dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas ini adalah :
Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP).
Lembar kerja siswa.
Lembar tes formatif.
Daftar Nilai.
Analisis Hasil Ulangan Tes Fomatif.
Lembar Pengamatan

d. Refleksi

Perbaikan pembelajaran siklus I pada mata pelajaran matematika dengan menentukan nilai
tempat puluhan
1)
2)
3)
4)

pada tanggal 7 Maret 2012, maka peneliti dan teman sejawat berdiskusi

danan satuan diperoleh refleksi sebagai berikut:


Media pembelajaran hanya berupa gambar dengan volume yang kecil.
Pembelajaran hanya didominasi anak yang pandai saja.
Waktu penyelesaian soal pada evaluasi kurang.
Metode pembelajaran tidak menarik dan kurang bervarias
SIKLUS II
Hasil refleksi perbaikan pembelajaran pada siklus I, diskusi dengan teman sejawat,
serta berkonsultasi dengan pembimbing maka peneliti menyusun rencana perbaikan
pembelajaran berupa prosedur kerja yang dilaksanakan dalam kelas yang terdiri dari
perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi.

a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan yang dipersiapkan peneliti menyusun rencana perbaikan
pembelajaran dengan Kompetensi Dasar 4.3. Menentukan nilai tempat puluhan dan satuan
dan indikator Menentukan nilai tempat puluhan dan satuan, langkah - langkah yang kami
tempuh adalah :
1) Merancang pembelajaran melalui penerapan pendekatan Kontekstual.
2) Menyusun Rencana Pelaksanaan pembelajaran dengan materi menentukan nilai tempat
puluhan dan satuan.
3) Menyiapkan lembar kerja siswa.
4) Menyiapkan lembar pengamatan yang digunakan dalam penelitian.
5) Merancang tes formatif.
b. Pelaksanaan Tindakan
1) Menjelaskan kompetensi yang akan dicapai pada awal pembelajaran.
2) Melaksanakan pree tes nama nama bangun datar.
3) Kerja kelompok mendiskusikan menentukan nilai tempat puluhan dan satuan.
4) Mempresentasikan di depan kelas.
5) Guru memberikan penghargaan dari hasil kerja pada setiap kelompok
6) Melaksanakan evaluasi akhir pembelajaran.
c.

Pengamatan
Pada kegiatan ini peneliti bekerjasama dengan teman sejawat, pembimbing,
supervisor, dan siswa kelas I SD Negeri Bojong Salaman 02, Kecamatan Semarang Barat,
Kota Semarang.

1) Teman sejawat ( observer ) mengamati proses pembelajaran yang difokuskan pada penerapan
pendekatan kontekstual dan penggunaan media pembelajaran konkret.
2) Observer mencatat semua temuan pada saat proses pembelajaran berlangsung.

3)
a)
b)
4)
a)
b)
c)
d)
5)
a)
b)
c)
d)
e)
f)

Dari pengamatan terhadap guru yang mengajar ditemukan sebagai berikut :


Model pembelajaran sudah kontekstual dan bervariasi.
Penggunaan media pembelajaran atau alat peraga sudah optimal.
Dari pengamatan terhadap siswa ditemukan hal hal sebagai berikut :
Guru telah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana perbaikan pembelajaran.
Model pembelajaran yang digunakan menjadikan siswa aktif.
Alat peraga mendukung kegiatan siswa dan volume yang memadai.
Hasil akhir yang diperoleh sudah baik atau sudah berhasil.
Instrumen yang digunakan dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas ini adalah :
Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP).
Lembar kerja siswa.
Lembar tes formatif.
Daftar Nilai.
Analisis Hasil Ulangan Tes Fomatif.
Lembar Pengamatan.

d. Refleksi
Perbaikan pembelajaran siklus II pada mata pelajaran matematika dengan materi nilai
tempat puluhan dan satuan pada tanggal 14 Maret 2012, kemudian peneliti dan teman
sejawat berdiskusi dan diperoleh refleksi sebagai berikut :
1)
2)
3)
4)

Guru atau peneliti telah melaksanakan kegiatan pembelajaran.


Siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran.
Metode yang digunakan telah tepat.
Perbaikan pembelajaran siklus II sudah baik, karena hasil belajar yang dicapai siswa dari 36

siswa, yang mendapatkan nilai tuntas ada 36 siswa dan tingkat keberhasilannya 100 %.
C. Teknik Analisa Data
1. Sumber Data
a. Siswa
Sumber data siswa diperoleh dari data dikumpulkan melalui observasi, yang diperoleh
secara sistematik selama pelaksanaan siklus I dan siklus ke II, serta hasil evaluasi siswa dan
hasil observer.
Data siswa ini digunakan untuk melihat proses pelaksanaan perbaikan dan akan
digunakan sebagai dasar penilaian pada segi perencanaan kegiatan. Data dikumpulkan
melalui tes untuk mengukur kemampuan siswa. Data ini diperlukan untuk menentukan
keberhasilan perencanaan pembelajaran.
b. Guru
Sumber data guru diperoleh dari hasil pengamatan observer dari lembar observasi
aktivitas guru.
2. Data Dokumen

Data dokumen diperoleh dari data awal hasil tes, hasil pengamatan guru maupun
observer, catatan lapangan selama proses pembelajaran maupun foto foto kegiatan belajar
mengajar.
a. Catatan Lapangan
Sumber data catatan lapangan berasal dari catatan selama proses pembelajaran
berlangsung.
3. Jenis Data

a. Data Kuantitatif
Data Kuantitatif diperoleh dari hasil belajar Matematika yang diperoleh siswa dalam hal ini
adalah hasil evaluasi.

b. Data Kualitatif
Data yang diperoleh dari lembar pengamatan observer, ketrampilan guru dalam
pembelajaran, aktifitas siswa, wawancara serta catatan lapangan.

4. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada Penelitian Tindakan Kelas ini adalah dengan
metode observasi oleh teman sejawat, metode evaluasi atau tes serta dokumentasi yang
berupa dokumen dan foto.

a. Teknik Analisis Data


Teknik Analisis Data diperoleh dari hasil belajar Matematika dengan Kompetensi Dasar 4.3.
Menentukan nilai tempat puluhan dan satuan dan indikator Menentukan nilai tempat puluhan
dan satuan, yang dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif

dengan

menentukan rata rata dan data nilai kuantitatif dengan memperhatikan persentase. Rumus
persentase
Jumlah frekuensi X 100% = presentas
Jumlah total siswa
5. Indikator Keberhasilan
Pendekatan Kontekstual, dapat meningkatkan hasil belajar Matematika dengan
kompetensi dasar 4.3. Menentukan nilai tempat puluhan dan satuan dan indikator
Menentukan nilai tempat puluhan dan satuan, yaitu sebagai berikut :
a. Siswa lebih aktif dalam pembelajaran.
b. Hasil belajar siswa akan lebih meningkat.
c. Guru lebih bervariasi dalam menggunakan metode pembelajaran.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.

Deskripsi Hasil Penelitian per Siklus


Deskripsi hasil identifikasi dan perumusan masalah, akan peneliti uraikan secara

singkat tentang langkah langkah perbaikan yang telah direncanakan dalam 2 siklus. Setiap
siklus terdiri dari empat tahapan yaitu : perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Siklus I
1. Data tentang perencanaan
Data tentang rencana perbaikan pada siklus I, peneliti melakukan identifikasi masalah
dan perumusan masalah untuk acuannya. Peneliti juga menyiapkan media pembelajaran yang
akan digunakan. Dalam perencanaan itu sendiri telah disusun lembar pengamatan bagi
pengamat serta merancang tes formatif . Semua data perencanaan ini terlampir pada lampiran.
2. Data tentang pelaksanaan

Pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I, dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 2012.


Materi yang diajarkan adalah nilai tempat puluhan dan satuan. Proses pembelajaran dilakukan
secara bertahap yaitu akan diawali dengan apersepsi dan diakhiri dengan tes formatif. Tes
formatif akan dianalisa hasilnya untuk menentukan apakah upaya perbaikan pembelajaran
sudah berhasil atau belum yang menjadi tolak ukur keberhasilan perbaikan.
Setelah dilakukan analisis data prestasi belajar yang dicapai oleh siswa pada perbaikan
pembelajaran siklus I, diperoleh hasil nilai yang dicapai siswa adalah nilai terendah 50 nilai
tertinggi 90, dengan nilai ketuntasan mencapai 64 %. Jika dibandingkan dengan hasil tes
formatif sebelum dilakukan perbaikan pembelajaran siklus I yaitu nilai terendah 50, nilai
tertinggi 90 dan nilai ketuntasan 64 %, bahwa hasil tes formatif perbaikan pembelajaran
siklus I mengalami peningkatan 25 % . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbaikan
pembelajaran siklus I yang menitikberatkan pada penggunaan media pembelajaran gambar
dan penerapan metode ceramah, tanya jawab dan demonstrasi sudah ada peningkatan dan
kemajuan jika dibanding dengan hasil tes formatif sebelum diadakan perbaikan pembelajaran.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perbaikan pembelajaran siklus I hasilnya ada
peningkatan walaupun belum memuaskan karena masih ada 13 siswa yang belum mencapai
ketuntasan atau 36 % yang belum mencapai ketuntasan belajar.
Berikut ini akan peneliti sajikan gambaran dalam bentuk tabel dan gambar dari hasil
perolehan nilai siswa sebelum perbaikan pembelajaran ( Pra Siklus ) , sebagai berikut :
Hasil Tentamen
40
50
60
70
80
90
Jumlah

Tally
||||| |
||||| |||
||||| |
||||
||||| |||
36

Banyak Siswa
6
11
5
9
5
36

F (x)
300
660
350
720
450
2480

Tabel 1.
Distribusi Frekwensi Hasil Evaluasi Sebelum Perbaikan Pembelajaran
Dari tabel distribusi frekwensi di atas diperoleh data :
a.

Siswa yang mendapat nilai 50 ada 6 siswa ( 6/36 X 100 % = 16,66 % ).

b. Siswa yang mendapat nilai 60 ada 11 siswa ( 11/36 X 100 % = 30,56 % ).

c.

Siswa yang mendapat nilai 70 ada 5 siswa ( 5/36 X 100 % = 13,89 % ).

d. Siswa yang mendapat nilai 80 ada 9 siswa ( 9/36 X 100 % = 25,00 % ).


e.

Siswa yang mendapat nilai 90 ada 5 siswa ( 5/36 X 100 % = 13,89 % ).


No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Indikator
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Jumlah Nilai
Nilai Rata rata
Banyak siswa nilai > 75
Banyak siswa nilai < 75
Prosentase siswa nilai > 75
Prosentase siswa nilai < 75

Keterangan
50
90
2480
68,89
14
22
39 %
61 %

Tabel 2.
Data Nilai Matematika Sebelum Perbaikan Pembelajaran
Dari tabel 2.
Maka dapat disimpulkan :
a.

Nilai rata rata adalah 2480 / 33 = 68,89

b. Prosentase siswa yang mencapai ketuntasan belajar

14/36 X 100 %

= 39 %
c.

Prosentase siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar adalah

22/36 X 100 %

= 61 %
Dari data nilai matematika sebelum perbaikan pembelajaran dapat peneliti sajikan
dalam bentuk diagram batang pada gambar 1. sebagai berikut :
PRA SIKLUS

Gambar 1. Grafik Evaluasi sebelum perbaikan ( PRA SIKLUS )


Pembelajaran Mata Pelajaran Matematika
Berikut ini peneliti sajikan gambaran dalam bentuk tabel dan gambar dari hasil
perolehan nilai siswa setelah perbaikan pembelajaran siklus I, sebagai berikut :
Hasil Tentamen
50
60
70
80
90
Jumlah

Tally
||||
|||||
||||
||||| |||||
||||| ||
||||| |
36
Tabel 3.

Banyak Siswa
4
5
4
17
6
36

a.

Dari tabel 3 distribusi frekwensi di atas diperoleh data :

Siswa yang mendapat nilai 50 ada 4 siswa ( 4/36 X 100 % = 11,11 % ).

b. Siswa yang mendapat nilai 60 ada 5 siswa ( 5/36 X 100 % = 13,89 % ).


c.

Siswa yang mendapat nilai 70 ada 4 siswa ( 4/36 X 100 % = 11,11 % ).

d. Siswa yang mendapat nilai 80 ada 17 siswa ( 17/36 X 100 % = 47,22 % ).


e.

Siswa yang mendapat nilai 90 ada 6 siswa ( 6/36 X 100 % = 16,67 % ).


No
1.
2.
3.

Indikator
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Jumlah Nilai

200
300
280
1360
540
2680

Distribusi Frekwensi Hasil Evaluasi Perbaikan Pembelajaran Siklus I


`

F (x)

Keterangan
40
90
2680

4.
5.
6.
7.
8.

Nilai Rata rata


Banyak siswa nilai > 75
Banyak siswa nilai < 75
Prosentase siswa nilai > 75
Prosentase siswa nilai < 75

74,44
23
13
64 %
36 %
Tabel 4

Data Nilai Matematika Perbaikan Pembelajaran Siklus I

Dari tabel 4.
Maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
a.

Nilai rata rata adalah 2680 / 36 = 74,44

b. Prosentase siswa yang mencapai ketuntasan belajar

23/36 X 100 %

= 64 %
c.

Prosentase siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar adalah

13/36 X 100 %

= 36 %
Pada data nilai matematika perbaikan pembelajaran siklus I dapat peneliti sajikan
dalam bentuk diagram batang pada gambar 2. sebagai berikut
SIKLUS I

Gambar 2. Grafik Evaluasi Perbaikan


Pembelajaran Siklus I
Pembelajaran Mata Pelajaran Matematika
1. Data pengumpulan data / pengamatan
Dari data pengamatan yang dilakukan oleh pengamat diketahui bahwa guru sudah
menyampaikan materi pembelajaran dengan baik, menerapkan metode pembelajaran
ceramah, tanya jawab dan demonstrasi untuk menentukan nilai tempat puluhan dan satuan
serta telah memberikan latihan yang cukup, namun media yang digunakan hanya berupa
gambar dan dengan volume yang kecil. Pada saat pembelajaran masih didominasi siswa yang
pandai saja, sehingga beberapa anak yang lemah dalam pelajaran matematika cenderung
pasif. Pada saat evaluasi waktu mengerjakan soal masih dirasakan kurang oleh siswa
sehingga pada akhirnya hasil tes formatif ada 13 siswa yang pasif mendapatkan nilai belum
mencapai ketuntasan.
2. Data tentang refleksi
Proses perbaikan pembelajaran siklus I pada mata pelajaran matematika dengan
materi nilai tempat puluhan dan satuan diperoleh suatu refleksi sebagai berikut :
a.

Media pembelajaran hanya berupa gambar dengan volume kecil.

b. Guru dalam menyampaikan pembelajaran terlalu cepat.


c.

Waktu penyelesaian soal pada evaluasi kurang.

Deskripsi Siklus I
Berdasarkan data diatas dapat diperoleh suatu kesimpulan bahwa perbaikan
pembelajaran siklus I belum berhasilsecara memuaskan, hal ini dapat diketahui dari hasil tes
formatif siklus I, dari 36 siswa, ada 13 siswa yang mencapai ketuntasan atau masih 64 %
yang tuntas belum mencapai lebih dari 75 %. Ketidakberhasilan siklus I disebabkan oleh :
a.

Media pembelajaran hanya berupa gambar dengan volume terlalu kecil.

b. Guru dalam penyampaian pembelajaran terlalu cepat.


c.

Pembelajaran hanya didominasi siswa yang pandai saja.

d. Waktu penyelesaian soal pada evaluasi kurang.


Siklus II
1. Data tentang perencanaan
Pada rencana perbaikan pada siklus II, peneliti melakukan identifikasi masalah dan
perumusan masalah untuk acuannya. Peneliti juga menyiapkan media pembelajaran yang
akan digunakan. Dalam perencanaan telah disusun lembar pengamatan bagi pengamat serta
merancang tes formatif Semua data perencanaan ini terlampir pada lampiran.

2. Data tentang pelaksanaan


Suatu perbaikan pembelajaran siklus II, dilaksanakan pada 14 Maret 2012. Materi
yang diajarkan adalah nilai tempat puluhan dan satuan. Proses pembelajaran dilakukan secara
bertahap yang diawali dengan apersepsi dan diakhiri dengan tes formatif. Tes formatif akan
dianalisa hasilnya untuk menentukan apakah upaya perbaikan pembelajaran sudah berhasil
atau belum.
Analisis data prestasi belajar yang dicapai oleh siswa pada perbaikan pembelajaran
siklus II, diperoleh hasil nilai yang dicapai siswa adalah nilai terendah 80 nilai tertinggi 100,
dengan nilai ketuntasan mencapai

100 %. Jika dibandingkan dengan hasil tes formatif

perbaikan pembelajaran siklus I yaitu nilai terendah 60, nilai tertinggi 90, bahwa hasil tes
formatif perbaikan pembelajaran siklus II mengalami peningkatan 36 % . Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa perbaikan pembelajaran siklus II yang menitikberatkan pada
penerapan pendekatan kontekstual, penggunaan media pembelajaran konkret dengan volume
yang memadai, pengelolaan waktu secara detil, sudah ada peningkatan dan kemajuan jika
dibanding dengan hasil tes formatif perbaikan pembelajaran siklus I. Perbaikan pembelajaran

siklus II hasilnya ada peningkatan tidak ada siswa yang tidak tuntas, dan dinilai sudah cukup
sukses dan berhasil dalam pembelajaran.
Berikut ini peneliti sajikan gambaran dalam bentuk tabel dan gambar dari hasil perolehan
nilai siswa sebelum perbaikan pembelajaran , sebagai berikut:
Hasil Tentamen
80
90
100
Jumlah

Tally
||||| ||||| ||||
||||| ||||| ||||
||||| |
36
Tabel 5.

Banyak Siswa
16
14
6
36

F (x)
1280
1260
600
3140

Distribusi Frekwensi Hasil Evaluasi Perbaikan Pembelajaran Siklus II


Dari tabel distribusi frekwensi di atas diperoleh data :
a.

Siswa yang mendapat nilai 80 ada 16 siswa ( 16/36 X 100 % = 44,44 % ).

b. Siswa yang mendapat nilai 90 ada 14 siswa ( 14/36 X 100 % = 38,89 % ).


c.

Siswa yang mendapat nilai 100 ada 6 siswa ( 6/36 X 100 % = 16,67 % ).
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Indikator
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Jumlah Nilai
Nilai Rata rata
Banyak siswa nilai > 75
Banyak siswa nilai < 75
Prosentase siswa nilai > 75
Prosentase siswa nilai < 75
Tabel 6.

Keterangan
80
100
3140
87,22
36
100 %
0 %

Data Nilai Matematika Perbaikan Pembelajaran Siklus II


Dari tabel 6.
Maka dapat disimpulkan :
a.

Nilai rata rata adalah 3140 / 36 = 87,22

b. Prosentase siswa yang mencapai ketuntasan belajar

36/36 X 100 %

= 100 %
c.

Prosentase siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar adalah

0/36 X 100 % =

0%
Dari data nilai matematika perbaikan pembelajaran siklus II dapat peneliti sajikan dalam
bentuk diagram batang pada gambar 3. sebagai berikut :

Gambar 3. Grafik Hasil Evaluasi Perbaikan Pembelajaran siklus II


3. Data pengumpulan data / pengamatan
Dari data pengamatan yang dilakukan oleh pengamat diketahui bahwa guru sudah
menyampaikan materi pembelajaran dengan baik, tidak terlalu cepat sehingga siswa
mengerti, menerapkan pendekatan kontekstual menggunakan media pembelajaran konkret
dengan volume yang cukup serta telah memberikan latihan dan evaluasi yang cukup dengan
memperhatikan alokasi waktu yang cukup. Siswa memperoleh hasil yang memuaskan dan
dirasakan sebagai suatu keberhasilan pembelajaran, sehingga pada akhirnya hasil tes formatif
hanya ada 2 siswa yang mendapatkan nilai belum mencapai ketuntasan.
4. Data tentang refleksi
Setelah melaksanakan proses perbaikan pembelajaran siklus II pada mata pelajaran
matematika dengan materi nilai tempat puluhan dan satuan, diperoleh refleksi sebagai berikut
:
a.

Guru dalam menyampaikan pembelajaran sudah baik.

b. Volume media pembelajaran sudah memadai.


c.

Waktu penyelesaian soal pada evaluasi sudah cukup.

d. Model pembelajaran yang digunakan sudah kontekstual dan menyenangkan.


Deskripsi Siklus II
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa perbaikan pembelajaran siklus II
sudah berhasil, hal ini dapat diketahui dari hasil tes formatif siklus II, dari 36 siswa, ada 36
siswa yang mencapai ketuntasan atau 100 % sudah mencapai lebih dari 75 %. Keberhasilan
perbaikan pembelajaran siklus II disebabkan oleh :
a.

Guru dalam penyampaian pembelajaran sudah baik.

b. Volume media pembelajaran sudah memadai.

c.

Waktu penyelesaian soal pada evaluasi sudah cukup.

d. Model pembelajaran yang digunakan sudah kooperatif dan menyenangkan.


A. Pembahasan Hasil Penelitian
Keberhasilan pada proses belajar mengajar tidaklah mudah, sebab kenyataan di
lapangan banyak faktor yang menjadi penyebab ketidakberhasilan proses pembelajaran. Dari
berbagai kajian teori, faktor yang menentukan keberhasilan proses belajar mengajar adalah
kemampuan guru, terutama kemampuan merancang pembelajaran, memilih metode, dan
penggunaan media pembelajaran.
Siklus I
Program perbaikan pembelajaran sebelum dilaksanakan, siswa kurang memahami
materi

nilai tempat puluhan dan satuan.

Hal ini disebabkan

karena peneliti tidak

menggunakan media pembelajaran, kurang tepat dalam menentukan metode.


Hasil diskusi dengan teman sejawat serta konsultasi dengan supervisor peneliti perlu
mengadakan perbaikan siklus I. Pada siklus I, peneliti merancang pembelajaran yang
memfokuskan penerapan metode ceramah, tanya jawab dan demonstrasi, dan penggunaan
media pembelajaran gambar.
Pada siklus I ini dari 36 siswa, ada 21 siswa yang mendapat nilai tuntas lebih dari 75
atau ada 13 siswa yang belum mencapai ketuntasan, walaupun sudah diadakan perbaikan
pembelajaran, hasilnya masih kurang memuaskan, kegagalan itu disebabkan :
1.

Media pembelajaran hanya berupa gambar dengan volume terlalu kecil.

2. Cara Penyampaian pembelajaran terlalu cepat.


3. Waktu penyelesaian soal pada evaluasi kurang.
4. Model pembelajaran kurang kooperatif dan menyenangkan siswa.
Hal inilah yang menyebabkan peneliti untuk melakukan perbaikan pembelajaran pada siklus
II
Siklus II
Dari hasil diskusi dengan teman sejawat serta konsultasi dengan pembimbing, peneliti
perlu mengadakan perbaikan pembelajaran siklus II. Pada siklus II ini peneliti merancang
pembelajaran dengan menitik beratkan pada penerapan pendekatan kontekstual, media

pembelajaran konkret dengan volume yang sesuai dan pemberian waktu penyelesaian soal
yang cukup.
Setelah diadakan suatu perbaikan pembelajaran siklus II, siswa yang memperoleh
nilai ketuntasan 36 siswa dari 36 siswa atau 100 %, sedangkan siswa yang belum tuntas
dalam pembelajaran tidak ada. Dengan demikian pada perbaikan pembelajaran siklus II ini
dapat disimpulkan bahwa perbaikan pembelajaran sudah berhasil dan cukup sampai pada
siklus II.
Keberhasilan nampak adanya peningkatan pada masing masing kegiatan dari
sebelum dilakukan perbaikan pembelajaran, siklus I sampai siklus II peneliti sajikan dalam
tabel 7 di bawah ini :
Sebelum
No
1.
2.

Siklus I

Ketuntasan
Tuntas
Belum Tuntas

Jumlah
22
14

%
39 %
61 %

Jumlah
23
13

%
64 %
36 %

Siklus II
Jumla
h
%
36
100 %
0
0%

Tabel 7. Peningkatan ketuntasan hasil belajar Matematika


Peningkatan hasil pembelajaran dapat dilihat pada diagram batang dibawah ini :

Gambar 4.

Grafik Prosentase Ketuntasan Pembelajaran Sebelum Perbaikan Pembelajaran, Perbaikan


Pembelajaran Siklus I, Perbaikan Pembelajaran Siklus II

Keterangan gambar
= Belum Tuntas
= Tuntas

Pada awal pembelajaran sebelum diadakan perbaikan pembelajaran hasil ketuntasan


siswa ada 14 siswa atau 39 %, setelah diadakan perbaikan pembelajaran siklus I, mengalami
peningkatan menjadi 23 siswa atau 64 % , pada akhir perbaikan pembelajaran siklus II
mengalami peningkatan menjadi 36 siswa atau 100 %.
Setelah perbaikan pembelajaran siklus II, peniliti menghentikan kegiatan perbaikan
karena dirasakan hasil sudah memuaskan dan pembelajaran sudah berhasil.

BAB V
SIMPULAN DAN TINDAK LANJUT
A. Simpulan
Didasari dari hasil perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan selama dua siklus,
dapat disimpulkan bahwa :
1. Pada pembelajaran penerapan pendekatan kontekstual dapat merangsang siswa untuk
menemukan nilai tempat puluhan dan satuan suatu bilangan, kegiatan ini ternyata
dapat dijadikan penanaman konsep yang baik dan tersimpan lama pada memori siswa.
2. Penggunaan suatu media konkret pada proses pembelajaran dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian, perasaan, dan kenyamanan siswa untuk lebih tertarik dan
tertantang dalam belajar lebih aktif.
3. Peneliti telah melakukan perbaikan pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil
belajar siswa sesuai tujuan dan harapan yang ingin dicapai.

B. Tindak Lanjut

1. Tindak lanjut dari hasil laporan dengan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK )
ini sangat berarti dan bermanfaat bagi peneliti pada Sekolah Dasar Negeri Bojong
Salaman 02, Kecamatan Semarang Barat, Kota Semarang.
2. Peneliti dapat menyampaikan laporan ini kepada Kelompok Kerja Guru ( KKG ),
sebagai bahan masukan atau diskusi.

DAFTAR PUSTAKA

Wardani I. G. A. K, Siti Julaeha, Ngadi Marsinah, (2007), Pemantapan Kemampuan Profesional.


Jakarta : Universitas Terbuka
Ali, Mohammad, (1984), Penelitian Kependidikan dan Strategi. Bandung : Angkasa
Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004. Malang : Gramedia Widiasarana
Suparno, Mohamad Yunus, (2006), Ketrampilan Dasar Menulis. Jakarta : Universitas Terbuka
Mulyani Sumantri, Nana Syaodih, (2006), Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Universitas
Terbuka
Nar Heryanto, H. M. Akib Hamid, (2006), Statistika Dasar. Jakarta : Universitas Terbuka
Wardani, I. G. A. K. Wihardit, K, dan Nasution, N. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta :
Universitas Terbuka
Sudjana, Nana. 2006. Dasar Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algesindo
Trianto, S.Pd, M.Pd. 2007. Model Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik .
Jakarta : Prestasi Pustaka
Anitah, Sri. W dkk. (2007). Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Rinek Cipta.
Isjoni. 2009. Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung : Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai