EHK5
EHK5
17
Refers an action done for the benefits of others. Jadi tindakan positif. Harus dibedakan dengan
benevolence (character trait or virtue of being dispose to act ). Tom L. Beauchamp & James F. Childress.
Principles of Biomedical Ethics. Oxford University Press. Oxford. 1994 (selanjutnya disingkat PBE), hal
260. Beneficence > luas daripada non-maleficence karena mencakup prevensi penyebab kerugian dan
penghilangan kondisi perugi pasien.
18
Berbuat baik kepada siapapun termasuk yang tidak kita kenal (impartially), merupakan etika
normative. PBE hal. 263 265. Contoh : zakat 2,5%
19
Bermoral bila tindakan baik ditujukan pada pihak khusus yang kita kenal : pasien, anak-anak, temanteman. PBE, hal. 263. Hal ini menimbulkan kewajiban mutlak profesi, khususnya secara psikologis.
20
Setiap tindakan ditujukan demi memajukan kepentingan penting dan sah pasien. Dasar utama dari
altruisme (pengorbanan diri demi melindungi, menyelamatkan pasien) dan roh profesionalisme (janji
atau wajib menyejahterakan pasien dan membuat diri terpercaya. Misal memilihkan keputusan terbaik pada
pasien yang tidak otonom ( kurang mampu memutuskan bagi dirinya), seperti anak, gangguan jiwa, gawat).
Positive beneficence mempersyaratkan indicator tunggal : keuntungan pasien (mahluk individu). Beda
dengan utility : boleh ada kerugian, asal seimbang dengan keuntungan (konteks mahluk social).
Utilitarianisme memperluas beneficence menjadi : boleh pandang bulu (impartial obedience) asal
bermanfaat atau boleh menghukum bila seseorang melanggar aturan.
21
Istilah beneficence lainya : bermurah hati; kewajiban atau tugas untuk menyebarkan kebaikan,
meningkatkan minat yg benar dari seseorang, dan mencegah atau mengatasi keburukan. Dokter berlaku
profesional, bersikap jujur dan luhur pribadi (integrity), menghormati pasien, peduli pada kesejahteraan
pasien, kasih sayang, dedikatif memperthankan kompetensi pengetahuan dan ketrampilan teknisnya.
Dasarnya adalah uraian William Frankena. Apapun situasinya (dalam etika situasi ketika menghadapi
kasus individual konkrit yang sering tidak menjamin keberlakuan etika umum-abstrak yang memakai
kaidah deontologi peraturan), diupayakan memunculkan akibat baik, apapun bentuknya (hal ini pada
akhirnya dikenal sebagai utilitarianisme). EU, hal 102 103. Sejalan dengan kewajiban beneficence : one
ought to do or promote good, selain prevent evil/harm dan remove evil/harm. PBE, hal. 190.
23
Prinsip utilitarian. Banyak berguna untuk penelitian teknik/obat baru. Lihat kriteria proporsionalitas atau
asas ganda.
24
Pasien sebagaimana flora dan fauna serta benda (alam keseluruhan non manusia) merupakan suatu being
(ada), yang dengan adanya saja patut dihormati dengan sikap baik. EU, hal. 108. Dasar hubungan
dokter-pasien sebagai fiduciary relationship akibat keterbatasan diri pasien.(misal
akalnya belum/tidak berfungsi baik, pada kasus anak-anak, orang gawat/tidak sadar,
jompo, dll).
25
Berupa indicator tunggal : menghilangkan derita dengan aturan : larangan untuk berbuat sesuatu, dipatuhi
secara imparsial (tanpa pandang bulu), memberikan dasar alasan perilaku melarang tertentu.
26
Kewajiban nonmaleficence : One ought not to inflict evil or harm. PBE, hal 192. Tidak melakukan
malpraktek etik baik sengaja ataupun tidak, seperti dokter tak mempertahakan kemampuan ekspertisnya
atau menganggap pasien sebagai komoditi.Tindakan nomaleficence antara lain menghentikan pengobatan
yang sia-sia/, atau pengobatan luar biasa (tidak menawarkan harapan layak dari nikmat/keuntungan) yakni
pengobatan yang tak bias diperoleh atau digunakan tanpa pengeluaran amat banyak, nyeri berlebihan, atau
ketidaknyamanan lainnya. Juga membiarkan mati (letting die), bunuh diri dibantu dokter, euthanasia,
sengaja malpraktek etis.
27
Tidak menambah kerentanan pasien dalam hal dependensi, minimnya inisiatif, hilangnya persistensi dan
turunnya kapasitas mentalnya.Dokter tidak boleh inkompeten dalam ketrampilan teknis medis dan
komunikasi. Mencegah perlakuan buruk pada orang lain.
28
Misalnya 10 perintah Tuhan yang sebenarnya sifatnya larangan berbuat jahat/membuat derita orang lain
seperti Jangan membunuh, dll. Terhadap pasien : jangan membunuh, jangan menyebabkan nyeri atau
menderita, jangan menahan (membuat inkapasitas), jangan mengawali menyerang, jangan menghalangi
nikmat untuk hidupnya. PBE, hal. 194.
29
Ketidakadilan = memperlakukan berbeda (satu baik, satu buruk) pada orang dengan situasi-kondisi yang
mirip sama. Keadilan = kewajiban prima facie untuk memberi perlakuan sama terhadap orang lain,
khususnya dengan memperhatikan kemampuan dan kebutuhan orang lain tersebut dalam mencapai harkat
kebahagiaan dirinya. Ketidakadilan hanya dibenarkan bila berdasarkan beneficence atau jangka panjang
secara utilitarian menghasilkan keadilan yang lebih besar. EU, hal. 104 - 105.
30
John Locke menyebut the just society sebagai jaminan bahwa tak ada individu dibawahkan dan terpuruk
(subordination or subjection). Aspek fairness ialah penyama-rataan, kesetaraan (equality, the just person is
one who treats all person as equal), accessibility to health care. Ian Kerriidge, Michael Lowe & Hohn
McPhee. Ethics and Law for the Health Professions. Social Science Press, Australia, 2003, hal. 77.
31
Keadilan = tidak menuntut semua orang sama-sama bahagia, namun menciptakan syarat-syarat (situasikondisi) agar orang lain dapat bahagia. Contoh : syarat penghentian alat Bantu napas/jantung untuk
mencegah futility (kesia-siaan medik)
32
Manusia satu-satunya mahluk berakal budi, bukan mesin biologis atau suatu shell berisi penuh artificial
intelligent. Berakal budi artinya otonom, berkehendak bebas secara sadar, tanpa tekanan apapun.
33
Keadilan hanya berlaku bagi manusia sebagai mahluk berakal budi (bermartabat), beda dengan
beneficence yang berlaku terhadap apa saja (termasuk hewan, tumbuh-tumbuhan dan benda). Keadilan dan
beneficence merupakan dua sejoli yang saling komplementer dan saling membatasi dalam fungsinya (bila
satu muncul, yang lain menjadi syaratnya). EU, hal. 106 107.
34
Kebutuhan penerima dianggap petunjuk imparsial. Keadilan bukan atas dasar selera (favouritism) atau
diskriminasi. Disini jelas tidak adanya penyamarataan buta. Contoh : triage dalam kegawatan, dimana
orang yang gawat karena kebutuhannya untuk diselamatkan nyawanya atau dihindarkan cacatnya, walau
datangnya belakangan, toh ditolong lebih dahulu (tidak urut nomor/sesuai kaidah fairness semata-mata,
karena ini menjadi penyamarataan buta).
35
Mempertimbangkan cost benefit ratio pengobatan = membagikan yang-baik dan yang-buruk = berlaku
adil.
36
PBE, hal 330.
Pada etika teonom, yang mewajibkan adanya perintah Tuhan, ada nilai
dasar moral utama yakni : ketuhanan (tidak diakui/dieksplisitkan bagi
penganut pandangan sekuler)
44
10
49
11
12
13
Penilaian perilaku manusia tertentu sebagai baik-buruk masuk dalam obyek etika sebagai penilaian
moral. EU, hal . 15.
62
Etika sebagai hokum alam/kodrat merupakan puncak segitiga tatanan hokum (Hans
Kelsen), karena merupakan sumber material hokum. Tradisi Hippocrates yang ribuan
tahun silam merupakan sumber hukum kedokteran. Hukum kedokteran yang
bertentangan dengan etika akan kehilangan nilai-nilai hukumnya (cacat moral).
Pandangan etikolegal memberi legitimasi dokter berhak membahas hokum
kedokteran kontemporer.
14
Kesimpulan :
Bioetika kedokteran merupakan salah satu etika khusus dan
etika sosial dalam kedokteran yang memenuhi kaidah praksiologik
(praktis) dan filsafat moral (normatif) yang berfungsi sebagai pedoman
(das sollen) maupun sikap kritis reflektif (das sein), yang bersumber
pada 4 kaidah dasar moral beserta kaidah turunannya. Kaidah dasar
moral bersama dengan teori etika dan sistematika etika yang memuat
nilai-nilai dasar etika merupakan landasan etika profesi luhur
kedokteran. Pemahaman awal kaidah dasar moral akan menimbulkan
kesadaran moral, yang dengan latihan dan paparan terhadap kasuskasus kedokteran yang sebelumnya dan berkembang di masa
mendatang diharapkan akan membekali kemampuan reflektif-analitik
dokter, termasuk mahasiswa kedokteran, yang dengan mekanisme
pendidikan dalam rangka saling mengingatkan terus menerus dan
mencegah penyimpangan (amar maruf nahi mungkar) antar anggota
profesi pada akhirnya akan menumbuhkan tangungjawab etis sesuai
dengan moralitas profesi kedokteran. Tanggungjawab etis yang
merupakan suara hati seorang dokter akan mempertahankan perilaku
etis seluruh anggota profesi agar korps dokter ke depan tetap
merupakan profesi mulia dengan setiap anggotanya masing-masing
memiliki kesucian hati nurani.
Kepustakaan :
1. Beauchamp, T.L. & Childress, J.F (1994),. Principles of Biomedical
Ethics. Oxford University Press. Oxford.
15