I. PENDAHULUAN
Aktinomikosis merupakan infeksi kronik yang ditandai oleh adanya lesi
kulit bergranul dan supuratif yang disebabkan oleh bakteri endogen grampositif berfilamen. Aktinomikosis terutama disebabkan olehActinomyces
israelii, bakteri anaerob yang normalnya berada pada enamel gigi, gusi,
tonsil, dan lapisan membran intestinal, serta vagina. Lokasi infeksi
biasanya terdapat pada wajah, leher, thoraks, dan abdomen. Pada wanita
dapat terjadi infeksi pada pelvik. Aktinomikosis kutaneus primer sangat
jarang terjadi dan biasanya berhubungan dengan trauma eksternal dan
iskemi lokal. Infeksi sering terjadi di daerah tropis dan memiliki
karakteristik sebagai infeksi supuratif yang progresif dan bersifat kronik
serta terdapat pembentukan abses multipel dan traktus sinus yang akan
mengeluarkan granul sulfur. 1-4
Aktinomikosis adalah infeksi yang relatif jarang terjadi dengan angka
kejadian 1 : 300.000 orang per tahun. Aktinomikosis dapat terjadi di
seluruh dunia, dengan prevalensi tertinggi pada daerah dengan sosioekonomi rendah dan higienitas yang buruk. Tidak ada perbedaan ras
dalam predileksi terjadinya aktinomikosis. Insidens aktinomikosis tiga kali
lebih sering terjadi pada laki-laki dibanding perempuan. Aktinomikosis
dapat menyerang semua usia, namun banyak kasus yang dilaporkan
terjadi pada usia dewasa hingga usia pertengahan, yaitu 20-50 tahun.2,5
1.
II. DEFINISI
Aktinomikosis adalah suatu penyakit infeksi kronik, supuratif dan
bergranul, yang terutama disebabkan oleh Actinomyces
israelii. Actinomyces spp. merupakan bakteri prokaryotik tingkat tinggi
yang merupakan family Actinomyceataceae. Bakteri ini pertama kali
ditemukan pada awal abad ke-19 dan sering salah diklasifikasikan sebagai
fungi. Kata actinomycosis berasal dari bahasa Yunani, actinoberarti
gambaran radiasi yang terlihat dari granul sulfur
dan mycos menggambarkan suatu kondisi pada penyakit mikosis.5
1.
III. EPIDEMIOLOGI
Aktinomikosis merupakan infeksi dengan distribusi yang jarang dijumpai.
Di Amerika Serikat, penyakit ini sering terjadi pada lelaki. Insiden penyakit
ini sukar diprediksikan karena bukan merupakan penyakit yang sering
dilaporkan. Aktinomikosis dapat terjadi di seluruh dunia, dengan
prevalensi tertinggi pada daerah dengan sosio-ekonomi rendah dan
higienitas yang buruk. Tidak ada perbedaan ras dalam predileksi
terjadinya aktinomikosis. Insidens aktinomikosis tiga kali lebih sering
terjadi pada laki-laki dibanding perempuan. Aktinomikosis dapat
menyerang semua usia, namun banyak kasus yang dilaporkan terjadi
pada usia dewasa hingga usia pertengahan, yaitu 20-50 tahun.2,7
50-60% dari semua kasus aktinomikosis adalah aktinomikosis
servikofasial, 20% dari semua kasus aktinomikosis adalah aktinomikosis
abdomino-pelvis dan 15% dari semua kasus aktinomikosis adalah
aktinomikosis pulmonar. Aktinomikosis yang melibatkan organ lain seperti
sistem saraf pusat, jantung, mata adalah sangat jarang.5
1.
IV. ETIOLOGI
Agen yang sering menyebabkan aktinomikosis adalah Actinomyces
israelii dan A. gerencseries. Terdapat empat spesies Actinomyces yang
Infeksi yang terjadi pada ekstraksi gigi atau trauma mulut menimbulkan
rasa nyeri, indurasi dan pembengkakan yang berwarna merah pudar (dullred) pada jaringan lunak pada daerah lesi. Massa inflamasi berada pada
regio mandibula.6 Selain itu, pasien juga mengeluh sering gatal dan
trismus.7,8,9
Setelah beberapa minggu hingga bulan, bagian yang terinfeksi akan
berubah warna menjadi warna kebiruan (bruish discoloration). Massa
menjadi lebih fluktuasi dan membentuk saluran sinus pada extra atau
intraoral. Selain itu, dapat juga terjadi edema, pembengkakan jaringan
lunak dan pembentukan abses disertai gejala umum seperti demam dan
penurunan berat badan pada pasien.4,7
Aktinomikosis servikofasial juga dapat menyebar ke daerah lidah, sinus,
selaput otak, regio kranial dan pembuluh darah jika tidak diterapi. Pada
tipe ini, tidak terdapat penyebaran melalui kelenjar limfe.2,3,7,12
Aktinomikosis thorakal
Infeksi thorakal terjadi pada 15-20% kasus aktinomikosis dan dapat
melibatkan paru-paru, dinding dada atau kedua-duanya. Aktinomikosis
tipe ini sering terjadi pada penderita dengan struktur gigi yang buruk dan
mempunyai gejala yang tidak spesifik seperti penurunan berat badan,
nyeri dada, batuk dan demam. Gejala klinis dan radiologi yang dimiliki
mirip dengan malignansi TB. Apabila bakteri dari paru-paru menyebar ke
kulit, dapat ditemukan beberapa saluran sinus pada kulit bagian thoraks.
Infeksi juga dapat menyebar ke tulang iga dan membentuk
osteomielitis.3,4,8,9,11
Aktinomikosis abdominal
Aktinomikosis abdominal meliputi 20% dari kasus aktinomikosis dan paling
sering terjadi di regio iliosekal, namun bagian primer yang terinfeksi
adalah esofagus, lambung dan anorektal. Pada aktinomikosis tipe ini,
organ yang paling sering terkena infeksi adalah apendiks, diikuti kolon,
lambung dan hepar. Penderita yang terkena aktinomikosis tipe ini sering
bermanifestasi seperti gejala apendisitis yaitu demam, teraba massa dan
nyeri tekan pada bagian kuadran kanan bawah abdomen serta
leukositosis.2,8,6,11,12,18
Pada pemeriksaan CT-Scan dapat ditemukan massa atau pembesaran
kelenjar lunak pada organ yang terinfeksi. Namun, diagnosis dapat
dipastikan dengan pemeriksaan histopatologi untuk membedakan
penyakit ini dengan neoplasma atau infeksi lain. Massa pada lesi diambil
menggunakan tekhnik aspirasi jarum halus. Pada pemeriksaan
histopatologi ditemukan granul sulfur dengan pewarnaan Giemsa.18
Lesi yang terinfeksi juga dapat membentuk sinus ke pelvis atau fistel in
ano. Penyebaran organisme ini ke hepar dapat menyebabkan gejala
ikterus dan terbentuk massa intrahepatik atau abses hepar yang multipel
dan menyerupai neoplasma. Organisme ini juga dapat menyebar ke
ovarium, ginjal, kandung kemih atau tulang belakang. Pada keadaan
kronik, dapat terbentuk saluran yang menyambung langsung ke kulit dan
menjadi saluran sinus yang purulen.2,7,8,11,12
1.
Aktinomikosis pelvis
1.
VIII. DIAGNOSIS
Diagnosis aktinomikosis sulit ditentukan hanya dari gejala klinik saja.
Dibutuhkan pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan histopatologi,
maupun pemeriksaan kultur untuk menegakkan diagnosis aktinomikosis.
Pada aktinomikosis servikofasialis, pasien datang dengan keluhan adanya
fistula pada daerah kepala dan leher, tapi umumnya pada daerah
perimandibular, disertai adanya edema, pembengkakan jaringan lunak,
pembentukan abses serta gejala umum seperti demam dan penurunan
berat badan. Periode inkubasi sekitar 2 bulan sampai 1 tahun. Pada
pemeriksaan histopatologi menunjukkan adanya granuloma aktinomises,
jaringan perifer bergranul dan berisi sel plasma, fibroblast, sel giant, dan
pembuluh darah, dan keseluruhan membentuk infiltrat polimorfonuklear.3
Pada aktinomikosis thorakal, pasien datang dengan batuk, hemoptisis,
keringat malam, dan penurunan berat badan. Tidak ada perubahan pada
kulit. Pasien mengalami nyeri dada dan demam yang berlangsung lama.
Pada pemeriksaan sputum, ditemukan filamen aktinomises. Biasanya
tampak granul sulfur dengan koloni sederhana. Pada pemeriksaan
radiologi, dapat menyerupai kelainan paru-paru lain seperti infeksi
maupun metastasis tumor. Pemeriksaan darah dapat menunjukkan
leukositosis, polimorfonuklear dominan, dan anemia normokrom.5
Pada aktinomikosis abdominal, pasien datang dengan nyeri perut kronis,
demam, muntah diare atau konstipasi, dan penurunan berat badan. Pada
pemeriksaan darah tidak menunjukkan proses inflamasi yang spesifik
yang berhubungan dengan keganasan, penyakit infeksi usus, maupun
penyakit infeksi lain. CT-Scan abdomen merupakan modalitas yang
dianjurkan. Pemeriksaan tersebut memberikan gambaran lesi massa yang
padat. MRI juga merupakan modalitas lain yang memberikan gambaran
adanya fistula pada daerah perianal. Sama dengan pemeriksaan
histopatalogi aktinomikosis yang lain, memberikan gambaran adanya
granul sulfur dari aktinomises.18
Pada aktinomikosis pelvik umumnya disebabkan karena penggunaan IUD
yang lama. Gejalanya seperti nyeri abdomen atau nyeri pelvik, demam,
penurunan berat badan, keluar cairan maupun darah dari vagina.
Pemeriksaan kultur dari aspirasi abses dan apusan servikal memberikan
karakteristik filamen gram positif dan adanya granul sulfur dengan
pemberian metilen blue 1%. Anemia dan leukositosis dapat ditemukan
pada pemeriksaan darah. Pada kasus yang berat, pemeriksaan radiologi
(CT-Scan) memberikan gambaran sebuah proses keganasan sehingga
harus dilakukan pembedahan kompleks.16
Aktinomikosis kutaneus memiliki gambaran nodul subkutaneus yang
menyebar secara perlahan membentuk sinus, dapat mengenai kelenjar
limfe. Pemeriksaan histopatologi dari biopsi jaringan menunjukkan leukosit
polimorfonuklear dengan keratosis epidermis dan infiltrasi dermis.16,17,18
1.
IX. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding aktinomikosis tergantung dari tempat terjadinya.
Aktinomikosis memiliki gejala yang cukup khas. Tetapi sebagai penyakit
yang jarang, diagnosis tidak dapat ditegakkan dengan mudah.
Aktinomikosis kadang sulit didiagnosis karena menyerupai Tuberkulosis
dan penyakit noninfeksi seperti tumor ganas pada regio cervicofacial.
Minosiklin: 200mg/hari intravena atau peroral, diberikan setiap 12
jam
Eritromisin: 2-4g/hari intravena, diberikan setiap 6 jam atau 12g/hari peroral, diberikan setiap 6 jam
Klindamisin: 2.7g/hari intravena, diberikan setiap 8 jam atau 1.21.8g/hari peroral, diberikan setiap 6-8jam.28
Metronidazol, aminoglikosida, aztreonam, kotrimoksazol (TMP-SMX),
penisilinase (misalnya, methicillin, nafcillin, oksasilin, kloksasilin) dan
sefaleksin dan obat antijamur tidak efektif terhadap organisme
aktinomikosis. 27
1.
XI. PROGNOSIS
Prognosis dari aktinomikosis tanpa pengobatan umumnya buruk. Apabila
aktinomikosis didiagnosis dini dan diobati dengan terapi antibiotik yang
tepat, prognosisnya sangat baik.8
Karena aktinomikosis bersifat progresif, prognosis tergantung pada tahap
di mana infeksi didiagnosa dan diobati. Meskipun perbaikan lambat dan
membutuhkan terapi antibiotik selama berbulan-bulan, kebanyakan
individu dapat pulih. Aktinomikosis servikofasial adalah yang paling
mudah diobati. Prognosis kurang menggembirakan pada aktinomikosis
toraks dan abdomen atau ketika infeksi yang meluas terjadi. Jika infeksi
tidak sepenuhnya dihilangkan, individu berisiko untuk relaps dalam
bentuk yang lebih parah. Infeksi yang tidak diobati dapat menyebabkan
cedera jaringan luas atau kematian.
1.
XII. KOMPLIKASI
Komplikasi aktinomikosis diantaranya adalah:
Abses otak
Endokarditis
Meningitis
Osteomielitis
Abses yang terjadi sebagai akibat dari aktinomikosis yang dapat
berkembang di berbagai tempat di tubuh, termasuk paru-paru. Abses
dapat menyebar dengan mudah dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh
yang lain.7
Actinomyces dapat memasuki aliran darah dan menyebar ke seluruh
tubuh, menyebabkan infeksi dalam darah (sepsis), dalam selaput otak
tulang belakang (meningitis bakteri), dalam otak (abses otak), atau di
hati. Meskipun jarang, komplikasi ini sering fatal. Aktinomikosis yang
melibatkan wajah atau leher dapat menyebar ke gusi, tulang rahang,
telinga tengah (otitis media), tulang rusuk, atau tulang
belakang(osteomielitis). Aktinomikosis paru dapat menyebabkan
pneumonia.29