Kopi Luwak
Kopi Luwak
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kopi (Coffea spp) adalah spesies tanaman berbentuk pohon
dan termasuk dalam famili Rubiaceae dan genus Coffea. Tanaman
ini tumbuh tegak, bercabang dan dapat mencapai tinggi 12 m.
Tanaman kopi terdiri dari jenis Coffea arabica, Coffea robusta dan
Coffea liberica. Tanaman kopi merupakan komoditas ekspor yang
mempunyai nilai ekonomis yang relatif tinggi di pasaran dunia, di
samping
merupakan
dikembangkan
di
salah
Indonesia.
satu
komoditas
Sudah
hampir
unggulan
tiga
abad
yang
kopi
Rumusan Masalah
Kopi luwak merupakan kopi termahal di dunia. Kini, kopi luwak
yang dinilai paling berharga sekitar dua juta rupiah per kilogram.
Penyebabnya adalah cita rasa dan aroma kopi luwak yang khas
karena terjadi perubahan kimia seperti kandungan protein, kafein
serta lemak. Oleh karena itu pada penelitian ini akan diteliti seberapa
besar perbandingan karakteristik kimia antara kopi luwak dan kopi
biasa dari jenis arabika dan robusta secara kuantitatif.
: Plantae
Subkingdom
: Tracheobionta
Super Divisi
: Spermatophyta
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Sub Kelas
: Asteridae
Ordo
: Rubiales
Famili
: Rubiaceae
Genus
: Coffea
Spesies
penelitian
yang
dimuat
dalam
journal
of
neurology,
pada
dinding
pembuluh
darah.
Kafein
juga
dapat
Tabel 2.
Total
Chlorogenic
5,5-8,0
1,2-2,3
7,0-10,0
3,9-,.6
Acid
Asam Alifatis
1,5-2,0
1,0-1,5
1,5-1,2
1,0-1,5
Oligosakarida
Total
6,0-8,0
50,0-
0-3,5
24,0-
5,0-7,0
37,0-
0-3,5
Polisakarida
Asam amino
55,0
2,0
11,0-
39,0
0
13,0-
47,0
-
13,0
15,0
16,0-
Protein
Humic acids
17,0
Sumber : Clarke dan Macrae, (1987).
Kopi arabika maupun robusta
0
13,0-15,0
16.0-17,0
kopi lainnya karena rasa kopi tergantung dari cuaca dan tanah tempat
kopi di tanam (Anonim, 2011a).
Meski di seluruh dunia ada sekitar 70 spesies pohon kopi, dari
yang berukuran seperti semak belukar hingga pohon dengan tinggi 12
meter. Kopi arabika juga memiliki jenis lainnya yang masih satu jenis
antara lain Abesinia, Pasumah, Margo Type dan Congensis. Kedua
spesies ini digunakan untuk produksi sekitar 98% produksi kopi dunia.
Kopi yang pertama kali dikembangkan di dunia adalah Kopi Arabika
yang berasal dari spesies pohon kopi Coffea arabica. Kopi jenis ini
yang paling banyak diproduksi, yaitu sekitar lebih dari 60% produksi
kopi dunia. Kopi arabika dari spesies Coffea arabica menghasilkan
jenis kopi yang terbaik. Pohon spesies ini biasanya tumbuh di daerah
dataran tinggi. Tinggi pohon kopi ini antara 4 hingga 6 meter. Kopi
arabika memiliki kandungan kafein tidak lebih dari 1,5% serta memiliki
jumlah kromosom sebanyak 44 kromosom (Anonim, 2011a).
dengan cara pengolahan. Kopi robusta memiliki tekstur lebih kasar dari
kopi arabika. Jenis lainnya dari kopi robusta seperti Qillou, Uganda dan
Chanepora. Dalam pertumbuhannya kopi robusta hampir sama
dengan kopi arabika yakni tergantung pada kondisi tanah, cuaca dan
proses pengolahan dan pengemasan kopi ini akan berbeda untuk
setiap negara dan menghasilkan rasa yang sedikit banyak juga
berbeda (Anonim, 2011a).
Kopi robusta biasanya digunakan sebagai kopi instant atau
cepat saji. Kopi robusta memiliki kandungan kafein yang lebih tinggi,
rasanya lebih netral, serta aroma kopi yang lebih kuat. Kandungan
kafein pada kopi robusta mencapai 2,8% serta memiliki jumlah
kromosom sebanyak 22 kromosom. Produksi kopi robusta saat ini
mencapai sepertiga produksi kopi seluruh dunia (Anonim, 2011a).
D. Kopi Luwak
Kopi Luwak adalah seduhan kopi menggunakan biji kopi yang
diambil dari sisa kotoran luwak/musang kelapa. Biji kopi ini diyakini
memiliki rasa yang berbeda setelah dimakan dan melewati saluran
pencernaan luwak. Kemasyhuran kopi ini di kawasan Asia Tenggara
telah lama diketahui, namun baru menjadi terkenal luas di kalangan
peminat
kopi
gourmet
setelah
publikasi
pada
tahun
Asal
mula
kopi
luwak
terkait
erat
dengan
sejarah
luwak
pun
adalah
kopi
yang
mahal
sejak
zaman
10
kopi
luwak
asli
bisa
menjadi
sangat
mahal,karena
11
Sehingga aromanya lebih harum serta ada rasa pahit dan getir asam
yang lebih khas dan special (Anonim, 2010b).
Keistimewaan kopi luwak berdasarkan Anonim (2010c):
Kopi luwak berasal dari biji kopi terbaik. Naluri hewan luwak akan
memilih biji kopi paling matang yang biasanya berwarna merah.
Bisa dipastikan, 90 % biji kopi yang dihasilkan oleh hewan luwak
adalah yang benar-benar matang, bukan yang mentah. Ini memberi
keuntungan,
karena
pada
kopi
biasa
kemungkinan
ada
12
Kopi luwak mengandung protein yang lebih rendah dan lemak lebih
tinggi.
13
lebih
rendah
daripada
kopi
dengan
proses
: Chordata
Kelas
: Mammalia
Ordo
: Carnivora
Famili
: Viverridae
Upafamili : Paradoxurinae
Genus
: Paradoxurus
Spesies : P. hermaphroditus
Sisi atas tubuh abu-abu kecoklatan, dengan variasi dari warna
tengguli (coklat merah tua) sampai kehijauan. Jalur di punggung lebih
gelap, biasanya berupa tiga atau lima garis gelap yang tidak begitu
jelas dan terputus-putus, atau membentuk deretan bintik-bintik besar.
Sisi samping dan bagian perut lebih pucat. Terdapat beberapa bintik
14
15
berperan
sebagai pestisida alami yang melumpuhkan dan mematikan seranggaserangga tertentu yang memakan tanaman tersebut. Ia umumnya
dikonsumsi oleh manusia dengan mengekstraksinya dari biji kopi dan
daun teh (Suriani, 1997).
Kadungan kafein dalam kopi masih bisa ditolerir apabila kopi
mengandung kafein sebesar 0,13 - 1,5% (Davia, et al., 1982). Kafein
merupakan zat antagonis non spesifik bagi reseptor adenosin, yang
disebarkan secara luas di korteks (Ryan dkk., 2001). Kafein bekerja
sebagai stimulan dengan cara mengurung reseptor adenosin untuk
menghambat kerja neurotransmiter tersebut (Ramachandran, 2002).
Kafein
menghalangi
adesonin
untuk
berfungsi
dan
bekerja
16
17
18
kehilangan
densitas
ketika
pecah
20
C.
Pada
tahap
pirolisis
terjadi
perubahan-perubahan
dan
ditambahkan
digiling
ke
biji
dengan
kopi
metoda
pada
tahap
standar,
sedikit
pendinginan
air
untuk
(1985)
tebentuknya
terjadi
senyawa
seperti
volatile,
swelling,
penguapan
karamelisasi
air,
karbohidrat,
21
22
tapi
ari
yang
terlepas
dari
biji
kopi
saat
proses
23
selama
melewati
tiap
pasang
roller.
Derajat
aliran
dengan
penyerapan
minyak
yang
24
bereaksi
dengan
asam
amino
membentuk
senyawa
25
C. Prosedur Penelitian
Prosedur yang digunakan pada penelitian ini yaitu proses
pengolahan kopi luwak dan kopi biasa kemudian dilakukan pengujian
kafein dan uji proksimat (protein dan lemak) serta uji organoleptik (rasa
dan aroma) pada kopi luwak dan kopi biasa.
1. Proses Pengolahan kopi
a). Kopi luwak
a. Dari buah kopi merah/masak batang.
b. Biji kopi tersebut dimakan musang/luwak. Proses fermentasi
dalam saluran pencernaan musang/luwak selama + 12 jam.
c. Pencucian biji kopi yang bercampur dengan kotoran hewan
luwak.
26
pengapakan/pemukulan
buah
kopi
yang
27
dengan
cara
manual/
tradisional.
j. Kemudian dihaluskan dengan menggunakan grinder dengan
ukuran 80 mesh.
2. Perlakuan Penelitian
Perlakuan yang digunakan pada penelitian ini adalah:
A1 : Kopi luwak robusta
A2 : Kopi luwak arabika
B1 : Kopi robusta biasa
B2 : Kopi arabika biasa
3. Parameter Penelitian :
Parameter pengamatan yang digunakan pada penelitian ini
adalah uji organoleptik terhadap aroma dan rasa serta uji
karakteristik kimia terhadap kadar kafein dan proksimat (protein
dan lemak).
28
a. Pengujian Organoleptik
Uji
organoleptik
dilakukan
untuk
mengetahui
tingkat
29
dan
dibiarkan
sampai
cairan
terpisah
jelas,
erlenmeyer.
5. Corong pemisah ditambahkan lagi 10 ml kloroform, dikocok
dan dibiarkan sampai terpisah jelas, selanjutnya cairan
bagian bawah dikeluarkan dan ditampung dalam erlenmeyer
sama seperti di atas. Perlakuan ini diulangi sekali lagi.
6. Larutan kafein dalam kloroform ini kemudian dipanaskan
dalam penangas air sehingga tinggal residunya, selanjutnya
dikeringkan dalam oven 100 0 C sampai diperoleh berat
konstan yang merupakan berat kafein kasar.
7. Kadar kafein murni dapat ditentukan dengan analisis kadar N
secara mikro kjeldahl atau cara lain.
Perhitungan :
1
c. Uji proksimat
1) Protein (Sudarmadji dkk., 1997)
30
1.
2.
3.
4.
5.
ditambahkan
dengan
tetes
larutan
indikator
7.
8.
50 ml.
Dibilas ujung penyuling dengan air suling kemudian
6.
Ket :
V = volume titrasi
N = Normalitas larutan HCl atau H2SO4
Fp = faktor pengenceran
2) Lemak (AOAC, 1984)
1. Bahan ditimbang sebanyak 1 gram dalam bentuk tepung
dan dibungkus dengan menggunakan kertas saring,
selanjutnya diletakkan dalam ekstraksi soxhlet.
31
berat lemak
x100 %
berat sampel ( gr )
Buah kopi masak
dibatang
% lemak
4. Pengolahan Data
Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan metode
T- Test
+ 12
jam
9 jam suhu
500 C
7 jam Suhu
400 C
Penyangraian
Ukuran 80
mesh
Kafein
Proksimat (protein &
lemak)
32
Buah Kopi
Arabika
Buah Kopi
Robusta
Pencucian
buah kopi
Pengeringan
buah kopi pada
blower
Pengapakan/pemukulan
yang dibungkus dengan
kain
Pemisahan kulit luar/pulp
kopi
Pengeringan
kembali pada
blower
7 jam suhu
400 C
Penyangraian
Penghalusan dengan
menggunakan mesin
penggiling atau grinder
Ukuran 80 mesh
Analisis
Kafein
Proksimat (protein &
lemak)
33
aroma)
34
Hal
ini
sesuai
dengan
pernyataan
35
kenikmatan pada kopi luwak dan aroma yang sangat harum atau
dengan kata lain kopi tersebut menjadi murni.
2. Analisa Protein
36
protein
perlakuan
B1
(robusta
biasa)
lebih
tinggi
37
3. Analisa Lemak
38
yakni
kadar
lemak
kopi
arabika
sekitar
39
merupakan
salah
satu
faktor
yang
mempengaruhi
40
Hasil
uji
organoleptik
terhadap
rasa
bertujuan
untuk
dihasilkan
pada
masing-masing
perlakuan.
Hasil
uji
41
yang lebih enak dibandingkan dengan kopi dari jenis robusta. Hal
ini sesuai dengan Anonim (2011a) yang menyatakan bahwa kopi
arabika memiliki rasa yang asam yang tidak dimiliki oleh kopi jenis
robusta. Selain itu kopi arabika juga memiliki rasa mild atau halus.
Perlakuan yang paling disukai oleh panelis adalah jenis kopi luwak
yang berasal dari jenis arabika, hal ini semakin menjelaskan bahwa
kopi luwak memang memiliki rasa yang lebih nikmat dibandingkan
dengan kopi biasa. Kopi luwak adalah kopi dengan kualitas biji
terbaik yang dipilih oleh hewan luwak serta berasal dari hasil
fermentasi pada pencernaan hewan luwak. Menurut Massimo
Marcone, peneliti kopi dari Universitas Guelph Kanada, pencernaan
hewan luwak secara otomatis menurunkan kadar protein sehingga
menghasilkan rasa kopi yang unik dan kaya. Bahkan kopi ini
memiliki karakteristik tersendiri yaitu lembut, kadang rasanya
seperti coklat atau caramel. Sehingga jika kita meminum 10 gelas
kopi luwakpun tak ada masalah dan tidak merusak tubuh kita
(Anonim, 2010c).
Selain itu kopi luwak memiliki rasa yang nikmat dikarenakan
kandungan proteinnya rendah dan kandungan lemaknya yang
tinggi. Anonim (2010c) menyatakan bahwa kopi luwak mengandung
protein yang lebih rendah dan lemak lebih tinggi. Protein terkait
dengan rasa pahit pada kopi, kian rendah protein, maka rasa kopi
42
43
kopi
pada
masing-masing
perlakuan.
Hasil
uji
44
kopi
45
tebentuknya
senyawa
volatil,
karamelisasi
karbohidrat,
asetat,
hidroksi
pirufat,
keton
kaproat,
oksalasetat,
46
47
48
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2009. Manfaat dan Bahaya Kandungan Kaffein dalam Kopi.
http://www.azk4.com/2009/02/manfaat-dan-bahaya-kopi.htm.
Akses Tanggal 20 Oktober 2011. Makassar.
Anonim, 2010a. Proses Pembuatan Kopi Luwak. http:// prosespembuatan-kopi-luwak.html. Akses Tanggal 20 Oktober 2011.
Makassar
Anonim, 2010b. Manfaat Kopi Luwak. http:// 5-manfaat-kopi-luwak.html.
Akses Tanggal 20 Oktober 2011. Makassar
Anonim,
2010c.
Kopi
Luwak
Murni.
http://kopiluwakmurni.com/2010/09/kopi-luwak-hati-hati-dengankopi-luwakmengenal-kopi-luwak-lebih-dekat-bag2/. Akses tanggal
20 Oktober 2011. Makassar.
Anonim, 2011a. Jenis-jenis Kopi. http://kopiblackborneo.com/jenis-jeniskopi/s. Akses Tanggal 20 Oktober 2011. Makassar
Anonim, 2011b. Kopi Luwak. http://id.wikipedia.org/wiki/Kopi_luwak.
Akses tanggal 20 Oktober 2011. Makassar.
Armansyah M., 2010.
Mempelajari Minuman Formulasi Dari
Kombinasi Bubuk Kakao Dengan Jahe Instan. Teknologi
pertanian. Universitas Hasanuddin. Makassar
Ciptadi, W. dan Nasution, M.Z. 1985. Pengolahan Kopi. Fakultas
Teknologi Institut Pertanian Bogor.
Clarke, R. J. and Macrae, R. 1987. Coffe Technology (Volume 2).
Elsevier Applied Science, London and New York.
Corbet, G.B. and J.E. Hill, 1992, The Mammals of the Indomalayan
Region: a systematic review. Nat. Hist. Mus. Publ. and Oxford
Univ. Press.
49
Cranbrook, Earl of., 1987, Riches of the Wild: land mammals of Southeast Asia. Oxford Univ. Press, Singapore. ISBN 0-19-582697-3.
Davia,D, Gary,L.M, Kris G,Z., 1982. organic Labortory Techiques, A
Contemporary Approach. Second Edition. Sounder college
publishing. Washington 55-50.
Gilbert, S.G. & D.C. Rice., 1991. The effects of in utero exposure to
caffeine on infant monkeys. Teratology 43:498.
Mahendradatta, Meta., 2007. Pangan Aman Dan Sehat. Lembaga
Penerbitan Universitas Hasanuddin Makassar.
Mulato, Sri. 2002. Simposium Kopi 2002 dengan tema Mewujudkan
perkopian Nasional Yang Tangguh melalui Diversifikasi Usaha
Berwawasan Lingkungan dalam Pengembangan Industri Kopi
Bubuk Skala Kecil Untuk Meningkatkan Nilai Tambah Usaha Tani
Kopi Rakyat. Denpasar : 16 17 Oktober 2002. Pusat Penelitian
Kopi dan Kakao Indonesia.
Nelson, Aaron P., Ph.D., M.D., Gilbert, Susan., 2005. The Harvard
Medical School Guide to Achieving Optimal Memory. New
York: McGraw Hill.
Payne, J., C.M. Francis, K. Phillipps, dan S.N. Kartikasari., 2000.
Panduan Lapangan Mamalia di Kalimantan, Sabah, Sarawak &
Brunei Darussalam. The Sabah Society, Wildlife Conservation
Society-Indonesia Programme dan WWF Malaysia. ISBN 97995964-0-8
Ramachandran, V.S., 2002. Encyclopedia of The Human Brain Vol. 4.
New York: Academic Press, Inc.
Rampengan, V.J. Pontoh dan D.T. Sembel., 1985. Dasar-dasar
Pengawasn Mutu Pangan.Badan Kerjasama Perguruan Tinggi
Negeri Indonesia Bagian Timur, Ujung Pandang.
Ryan, Lee., 2001. Caffeine Reduces Time-of-Day Effect on Memory
Performance in Older Adult. Psychological Science: A Journal
of the American Psychological Society, No.1, Januari 2002,
13:8-71.
Sudarmadji, S., Haryono,B., Suhardi., 1996. Prosedur Analisa Untuk
Bahan Makanan dan Pertanian, Liberty,Yogyakarta, 150-158
50
51