Makalah Ppatk
Makalah Ppatk
Disusun Oleh :
Dukut Pamungkas / 777314016
Magister Hukum
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang
2015
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar..................................................................................................
Daftar Isi...........................................................................................................
ii
1.1
Latar Belakang..........................................................................
1.2
1.3
Tujuan ......................................................................................
1.4
Ruang Lingkup
BAB II PEMBAHASAN...
2.1
2.2 ..................................................................................................10
2.2.1 ......................................................................................
13
2.2.2 ......................................................................................
13
2.3 ..................................................................................................14
2.3.1 ......................................................................................
16
2.3.1 ......................................................................................
17
2.4 ..................................................................................................18
2.4.1 ......................................................................................
19
2.4.2 ......................................................................................
21
2.5 ..................................................................................................28
BAB III PENUTUP..
30
3.1
Kesimpulan...............................................................................
30
3.2
Saran. .
32
DAFTAR PUSTAKA
33
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) atau The Indonesian
Financial Transaction Reports and Analysis Center (INTRAC) dibentuk dengan kewenangan
untuk melaksanakan kebijakan pencegahan dan pemberantasan pencucian uang sekaligus
membangun rezim anti pencucian uang di Indonesia. Hal ini tentunya akan sangat membantu
dalam upaya menjaga stabilitas sistem keuangan dan menurunkan terjadinya tindak pidana
asal (Predicate Crimes).1 Secara umum keberadaan lembaga ini dimaksudkan sebagai upaya
Indonesia untuk ikut serta bersama dengan negara-negara lain memberantas kejahatan lintas
negara yang terorganisir seperti korupsi, terorisme dan pencucian uang (money laundering).
Sedangkan secara khusus, keberadaan lembaga ini dimaksudkan sebagai upaya atau strategi
dalam memberantas kriminalitas dalam negeri, apalagi kondisi hukum Indonesia saat ini
masih mengalami krisis kepercayaan baik secara nasional maupun internasional.2
Tindak pidana pencucian uang dan tindak pidana korupsi telah mengalami
perkembangan pesat. Kedua tindak pidana tersebut telah berkembang menjadi suatu
kejahatan transnational yang melampaui batas-batas teritorial negara. Meskipun tindak pidana
pencucian uang telah dikriminalisasi sejak tahun 2002, kenyataannya kasus tindak pidana
pencucian uang kerap terjadi dan dalam beberapa tindak pidana pencucian uang yang terjadi
menempatkan pejabat publik sebagai pelaku. Sebagai contoh : Kasus Irjen (Pol) Djoko
Susilo5, Kepala Korps Lalu Lintas Mabes POLRI. Djoko Susilo divonis dengan hukuman
pidana 10 tahun penjara. Irjen (Pol) Djoko Susiolo dinyatakan terbukti bersalah lantaran
korupsi pada proyek pengadaan simulator uji kemudi roda dua dan roda empat tahun
anggaran 2011 serta melakukan tindak pidana pencucian uang. Djoko juga dianggap
melakukan pencucian uang atau hasil korupsinya dari proyek simulator dengan
menyembunyikan hartanya lewat nama-nama orang dekat, termasuk ketiga istrinya. Adapun
untuk perkara sebelum 2010, jaksa berpendapat Djoko mencuci uang lantaran jumlah harta
kekayaannya tak sesuai dengan penghasilannya sebagai anggota kepolisian.3
1
Ivan Yustiavandana, Arman Nefi dan Adiwarman, Tindak Pidana Pencucian Uang Di Pasar Modal, (Bogor:
Ghalia Indonesia, 2010), hlm 219
5
Yunus Husein, Soal Cuci Uang, Indonesia Dianggap Aman, Majalah Pilars, Nomor 03, Thn. VIII, terbit
tanggal 24-30 Januari 2005.
6
http://www.ppatk.go.id, Op.Cit.
7
Ibid
atau criminal justice system mengacu pada adanya perangkat unsur yang secara teratur saling
berkaitan yang membentuk suatu totalitas pengertian dari sudut pandangan teori, asas, dan
ketentuan hukum.13Lebih konkret, pengertian sistem dilihat dari aspek-aspek (sudut pandang)
struktur, substansi, dan budaya hukum.14
Komponen utama dari sistem peradilan pidana sebagai sistem pengendalian kejahatan
yaitu terdiri dari lembaga-lembaga Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan dan Pemasyarakatan. 15
Keempat lembaga tersebut bekerja secara terpadu dalam satu tujuan dalam sebuah sistem
administrasi peradilan pidana terpadu (integrited criminal justice administration).
Pendekatan sistem yang digunakan dalam peradilan pidana, menurut pendapat Harkristuti
Harkrisnowo, mempunyai implikasi : (a) Semua subsistem akan saling tergantung
(Interdependent), karena produk (output) suatu subsistem merupakan masukan (input) bagi
subsistem yang lain. (b) Pendekatan sistem mendorong adanya inter-agency consultation and
cooporation, yang pada gilirannya akan meningkatkan upaya penyusunan strategik dari
keseluruhan subsistem. (c) Kebijakan yang diputuskan dan dijalankan satu subsistem
berpengaruh pada subsistem lain.16
Dengan pendekatan sistem terhadap peradilan pidana maka, hubungan antar
susbsistem dalam Sistem Peradilan Pidana menjadi interdependen. Hasil dari satu subsistem
menjadi masukan bagi subsistem lainnya. Pendekatan sistem terhadap peradilan pidana juga
dapat mendorong adanya konsultasi dan kooperasi antar susbsistem, dalam menjalankan
tugas dan kewenangannya. Bekerjanya keempat subsistem tersebut bagaikan bejana
berhubungan, dimana jika salah satu subsistem terjadi perubahan atau masalah maka
perubahan dan masalah tersebut akan berpengaruh pada susbsistem lainnya. 17 Oleh karena itu,
semua subsistem harus bekerja sama secara terpadu menurut fungsinya masing-masing serta
satu penghayatan tentang tujuan sistem peradilan pidana.18 Tanpa adanya keterpaduan, sistem
tidak akan bekerja dengan baik. Semua subsistem bekerja membentuk apa yang disebut
dengan sistem peradilan pidana terpadu (integrated criminal justice system).
13
Di Indonesia, proses peradilan pidana dijalankan oleh sub-sistem yang berbeda yaitu
pinyidikan (kepolisian), penuntutan (kejaksaan), pemeriksaan di sidang pengadilan
(pengadilan), pemasyarakatan (lembaga pemasyarakatan). Keempat komponen ini harus
bekerjasama membentuk apa yang dikenal dengan nama suatu Integrated Criminal Justice
Administration apabila ingin mencapai tujuan dari sistem tersebut.19 Sistem ini dianggap
berhasil apabila sebagian besar dari laporan masyarakat yang menjadi korban kejahatan dapat
diselesaikan dengan diajukannya pelaku kejahatan ke sidang pengadilan dan diputus bersalah serta
mendapat pidana.20
1.2.
19
Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah pada makalah
ini adalah bagimana Peran dan Fungsi Pusat Pelaporan Dan Analisis Transaksi Keuangan
(PPATK) Dalam Sistem Peradilan Pidana.
1.3.
Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain:
1. Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah ..........
2. Untuk menambah pengetahuan tentang peranan PPATK dalam sistem peradilan
pidana
3. Untuk mengetahui lebih luas mengenai sistem peradilan pidana
1.4.
Ruang Lingkup
Makalah ini membahas mengenai Perananan dan Fungsi PPATK dalam sistem
peradilan pidana.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Financial Transaction Reports and Analysis Center (INTRAC) dibentuk dengan kewenangan
untuk melaksanakan kebijakan pencegahan dan pemberantasan pencucian uang sekaligus
membangun rezim anti pencucian uang di Indonesia. Hal ini tentunya akan sangat membantu
dalam upaya menjaga stabilitas sistem keuangan dan menurunkan terjadinya tindak pidana
asal (Predicate Crimes).23
Praktek internasional di bidang pencucian uang lembaga semacam dengan PPATK
disebut dengan nama generik Financial Intelligence Unit (FIU). Keberadaan FIU ini pertama
kali diatur secara implisit dalam empat puluh rekomendasi dari Fanancial Action Task Force
on Money Laundering (FATF). Kebanyakan negara membentuk atau menugaskan badan
tertentu untuk menerima laporan tersebut yang secara umum sekarang dikenal dengan nama
Financial Intelligence Unit (FIU).24
Financial Intelligence Unit (FIU) adalah lembaga permanen yang khusus menangani
masalah pencucian uang. Lembaga ini merupakan salah satu infrastruktur terpenting dalam upaya
pencegahan dan pemberantasan kejahatan pencucian uang di tiap negara. Keberadaan lembaga
khusus ini mutlak ada dan memainkan peranan sangat strategis karena masalah pencucian uang
merupakan persoalan yang cukup rumit, melibatkan organized crime yang memahami berbagai
teknik dan modus kejahatan canggih. Penanganan issue pencucian uang menjadi bertambah berat
terlebih karena karakteristik kejahatan ini pada umumnya dilakukan melewati batas-batas
negara.25
2.2
Ibid
28
Ibid
29
Ibid
Sistem peradilan merupakan sistem penanganan perkara sejak adanya pihak yang
merasa dirugikan atau sejak adanya sangkaan seseorang telah melakukan perbuatan pidana
hingga pelaksanaan putusan hakim. Khusus bagi sistem peradilan pidana, sebagai suatu
jaringan, sistem peradilan pidana mengoperasionalkan hukum pidana sebagai sarana utama,
dan dalam hal ini berupa hukum pidana materiil, hukum pidana formil dan hukum
pelaksanaan pidana.30
Sistem peradilan pidana lebih banyak menempatkan peran hakim dihadapkan pada
tuntutan pemenuhan kepentingan umum (publik) dan penentuan nasib seseorang, ketimbang
perkara yang lain. Oleh karenanya terjadinya suatu perbuatan pidana menimbulkan dampak
pada munculnya tugas dan wewenang para penegak hukum untuk mengungkap siapa pelaku
sebenarnya (actor intelektual) dari perbuatan pidana tersebut.
Sistem Peradilan Pidana (SPP) berasal dari kata yaitu sistem dan peradilan
pidana. Pemahaman mengenai sistem dapat diartikan sebagai suatu rangkaian diantara
sejumlah unsur yang saling terkait untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam pandangan
Muladi31, pengertian sistem harus dilihat dalam konteks, baik sebagai physical system dalam
arti seperangkat elemen yang secara terpadu bekerja untuk mencapai suatu tujuan dan sebagai
abstract system dalam arti gagasan-gagasan yang merupakan susunan yang teratur yang satu
sama lain saling ketergantungan.
Apabila dikaji dari etimologis, makasistemmengandung arti terhimpun (antar)
bagian atau komponen (subsistem) yang saling berhubungan secara beraturan dan merupakan
suatu keseluruhan. Sedangkan peradilan pidana merupakan suatu mekanisme pemeriksaan
perkara pidana yang bertujuan untuk menghukum atau membebaskan seseorang dari suatu
tuduhan pidana. Dalam kaitannya dengan peradilan pidana, maka dalam implementasinya
dilaksanakan dalam suatu sistem peradilan pidana. Tujuan akhir dari peradilan ini tidak lain
adalah pencapaian keadilan bagi masyarakat.
Sistem peradilan pidana pada hakekatnya merupakan suatu proses penegakan hukum
pidana32. Oleh karena itu berhubungan erat sekali dengan perundang-undangan pidana itu
sendiri, baik hukum substantif maupun hukum acara pidana, karena perundang-undangan
30
Yesmil Anwar dan Adang, System Peradilan Pidana (Konsep, Komponen dan Pelaksanaannya Dalam
Penegakkan Hukum Di Indonesia), Widya Padjadjaran, Bandung,2009.
31
Muladi, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, BP Universitas Diponegoro, Semarang,1995.
32
Mardjono Reksodipoetro. "Sistem Peradilan Pidana Indonesia:Peran Penegak Hukum Melawan Kejahatan",
dalam Hak Asasi Manusia dalam Sistem Peradilan Pidana, 1994.
pidana itu pada dasarnya merupakan penegakan hukum pidana in abstracto yang akan
diwujudkan dalam penegakan hukum in concreto.
2.4.
di dalam pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang di Indonesia, namun beratnya tugas
PPATK ini tidak diimbangi dengan kewenangan yang dimiliki PPATK. Karena tugas PPATK
dependen sekali terhadap PJK, karena PPATK tidak memiliki kewenangan aktif untuk
menyelidikinya secara formal. Untungnya PPATK di dalam melaksanakan kewenangannya
memakai Paradigma baru, paradigma baru ini adalah memfokuskan mengejar hasil kejahatan
terlebih dahulu, baru mengejar pelaku kejahatannya, karena dengan mengejar hasil Tindak
pidana ini berarti kita memutuskan "lifeblood of crime", sehingga menghilangkan motivasi
orang untuk melakukan kejahatan. Pendekatan ini dilakukan melalui pendekatan dari hilir ke
hulu.33
Kurangnya pemahaman yang sama terhadap UU Pencucian Uang membuat upaya
penegakan hukum berjalan lambat, kurangnya pemahaman ini menyebabkan kurangnya
koordinasi antara PPATK, Kepolisian dan Kejaksaan. Sehingga kinerja PPATK sebagai
Financial intelligence unit menjadi tidak maksimal karena lemahnya koordinasi tadi.34
Berangkat dari konsep dasar upaya penanggulangan kejahatan sebagaimana yang
telah dibahas sebelumnya, bahwa masyarakat secara luas dalam upaya menanggulangi
kejahatan menggunakan suatu sistem yang disebut sistem peradilan pidana. Sistem peradila
pidana secara umum tersebut, yang secara administrasi telah dijalankan oleh komponenkomponen atau sub-sistem yang berbeda yaitu penyidikan (kepolisian), penuntutan
(kejaksaan), pemeriksaan sidang pengadilan (pengadilan), pemasyarakatan (lembaga
pemasyarakatan), yang selanjutnya keempat komponen ini harus bekerjasama membentuk
apa yang dikenal dengan nama suatu integrated criminal justice administration apabila
ingin mencapai tujuan dari sistem tersebut.35
33
http://www.adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=gdlhub-gdl-s1-2007-moenthewis
3966&PHPSESSID=caf180ece5bo4a7bb38bead18988c5d8, diakses pada tanggal 4 Juni 2015.
34
Ibid
35
Mardjono Reksodiputro, Hak Asasi Manusia Dalam Sistem Peradilan Pidana, Kumpulan Karangan Buku Ke
Tiga, (Pusat Pelayanan Keadilan dan Pengabdian Hukum UI: Jakarta, 1999), hal.85.
Sistem ini dianggap berhasil apabila sebagian besar dari laporan masyarakat yang
menjadi korban kejahatan dapat diselesaikan dengan diajukannya pelaku kejahatan ke
sidang pengadilan dan dapat diputus pelaku bersalah serta mendapat pidana.94 Dalam sistem
peradilan pidana secara konvensional, tugas dan wewenang dalam mengungkap indikasi
tindak pidana (penyelidikan dan penyidikan) telah dimiliki oleh Penyidik Polisi, Penyidik
Pegawai Negeri sipil, Kejaksaan dan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam hal penyidikan
terhadap tindak pidana korupsi.36
Terdapat perbedaan antara sistem peradilan pidana dengan sistem peradilan tindak
pidana pencucian uang. Salah satu perbedaan adalah dibentuknya Pusat Pelaporan dan
Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), PPATK memegang peranan signifikan dalam upaya
membongkar dugaan terjadinya tindak pidana pencucian uang. Pembentukan PPATK tersebut
karena penanggulangan tindak pidana kejahatan (kejahatan secara umum) yang salah satunya
yaitu telah mengambil kebijakan untuk membentuk rezim anti pencucian uang, dengan
dibentuknya lembaga PPATK sebagaimana telah diundangkannya Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2003 tentang perubahan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang tindak pidana
pencucian uang.37
Sistem peradilan pidana sebagai suatu sistem yang bekerja berdasarkan adanya
keterpaduan antara sub-sub sistem di dalamnya. Keterpaduan ini dapat diwujudkan dengan
adanya
pemberantasan tindak pidana pencucian uang, sub-sub sistem yang ada dalam sistem
peradilan pidana dapat melakukan kerjasama dengan PPATK.
Keterpaduan yang diwujudkan dalam bentuk kerjasama antara PPATK dengan subsub sistem dalam sistem peradilan pidana yang dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan
pemberantasan tindak pidana pencucian uang yaitu, menghentikan para pelaku kriminal agar
tidak dapat memperoleh manfaat dari kegiatan pencucian uang, terutama menghentikan
mereka dari kemungkinan menikmati hasil yang diperoleh dari pencucian uang, mencegah
mereka untuk memanfaatkan kembali atau menginvestasikan kembali hasil yang diperoleh
dari hasil kejahatan, menyediakan sistem bagi para kriminal agar keadilan dapat ditegakkan
atau justice system (melalui pendekatan sistem hukum) dengan cara mendeteksi dan
menginvestigasi kegiatan-kegiatan kriminal yang mereka lakukan.
36
Ibid, hlm 84
Laporan Tim Peneliti Komisi Hukum Nasional , Optimalisasi Penanganan Tindak Pidana Pencucian Uang,
Maret-Juni 2006, hal.135.
37
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan dalam penulisan makalah ini, beberapa
dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) sebagai lembaga yang khusus bertujuan
dalam menerima informasi keuangan, menganalisis atau memproses informasi
tersebut dan menyampaikan hasil analisisnya kepada otoritas yang berwenang untuk
menunjang upaya-upaya memberantas kegiatan pencucian uang atau membantu
penegak hukum dalam hal pendeteksian indikasi pencucian uang terhadap kejahatan
asal yang sedang dalam proses peradilan, tetapi peranannya hanya sebagai fungsi
intelijen saja, karena kinerjanya berada dibelakang layar proses penegakan hukum
atau dengan kata lain sebagai pemberi umpan.
4. Sistem peradilan pidana sebagai suatu sistem yang bekerja berdasarkan adanya
keterpaduan antara sub-sub sistem di dalamnya. Keterpaduan ini dapat diwujudkan
dengan adanya kerjasama yang antar lembaga-lembaga penegak hukum. Khusus
dalam pemberantasan tindak pidana pencucian uang, sub-sub sistem yang ada dalam
sistem peradilan pidana dapat melakukan kerjasama dengan PPATK.
5. Melalui hubungan koordinasi antara PPATK dengan Kepolisian, Kejaksaan maupun
Pengadilan mampu menjadikan PPATK sebagai bagian dari proses penegakan hukum
khususnya pemberantasan tindak pidana pencucian uang di Indonesia, kemudian
sinkronisasi antara peraturan perundangan yang mengatur tugas dan wewenang antara
kepolisian, kejaksaan, pengadilan, PPATK, dan KUHAP dengan hukum acara lainnya
yang terdapat dalam undang-undang pidana khusus, serta sinkronisasi yang
berdasarkan falsafah yang mendasari jalannya sistem peradilan pidana dalam rangka
pencapaian tujuan dari sistem peradilan pidana yaitu resosialisasi (tujuan jangka
pendek) pencegahan kejahatan baik dalam arti sebelum terjadi kejahatan maupun
dalam arti tidak terulangnya kembali kejahatan pencucian uang (jangka menengah);
dan kesejahteraan sosial (jangka panjang).
3.2.
Saran
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) sebagai lembaga yang
memiliki fungsi dan peranan sentral dalam upaya mencegah dan memberantas tindak
pidana pencucian uang, yang dapat digunakan juga sebagai strategi untuk menurunkan
tingkat kriminalitas di Indonesia. Oleh karena itu, diharapkan PPATK dapat bekerja
secara optimal bersama-sama dengan lembaga terkait lainnya dalam proses penegakan
hukum, kemudian PPATK diharapkan tidak terlalu puas terhadap hasil kinerjanya
sekarang ini yang dianggap berhasil mengeluarkan Indonesia dari daftar hitam tanpa
pengawasan apapun, tetapi harus lebih meningkatkan kinerjanya sehingga dapat merubah
dan memperbaiki image atau citra hukum di mata masyarakat Indonesia maupun dunia
internasional.
Daftar Pustaka
Yunus Husein, PPATK: Tugas, Wewenang Dan Peranannya Dalam Memberantas tindak
Pidana Pencucian Uang http://yunushusein.files.wordpress.com, diakses terakhir tanggal 22
Juni 2012.
Friedmann, Lawrence M. American Law. London, New York: W.W Norton & Company,
1984.
Harkrisnowo, Harkristuti. Kriminalisasi Pemutihan Uang: Tinjauan Terhadap UU No. 15
tahun 2002, Proceedings-Kerjasama Pusat kajian Huum dan Mahkamah Agung RI. cet. I.
Jakarta: Mahkamah Agung RI, 2003.
http://www.ppatk.go.id, Op.Cit.
Laporan Penelitian KHN, Optimalisasi Penanganan Tindak Pidana Pencucian Uang (Jakarta
: Komisi Hukum Nasional, 2006).hlm.17-18
Husein, Yunus. Bunga Rampai Anti Pencucian Uang. Bandung: Books Terrace and Library,
2007.
Yustiavandana, Ivan , Arman Nefi dan Adiwarman, Tindak Pidana Pencucian
Uang Di Pasar Modal, Ghalia Indonesia: Bogor, 2010
Mardjono Reksodiputro, Op.cit, hlm. 84
Muladi, Op.cit,hlm.7.
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 950.
Lawrence M. Friedman, American Law, An Introduction, Second Edition, diterjemahkan oleh
Wishnu Basuki, Hukum Amerika Sebuah Pengantar (Jakarta: PT. Tatanusa, 2001), hlm. 40.
Harkristuti Harkristuri, Sistem Peradilan Pidana Terpadu Newsletter Komisi Hukum
Nasional, (Mei, 2002), hlm. 10-17.
PPATK,http://id.wikipedia.org/wiki/PPATK ,diakses tanggal 4 Juni 2015.
Yunus Husein, PPATK: Tugas, Wewenang Dan Peranannya Dalam Memberantas Tindak
Pidana Pencucian Uang. Makalah disampaikan pada Seminar Pencucian Uang yang
diadakan bersama oleh Business Reform and Reconstruction Corporation (BRRC), PPATK,
Law Office of Remy and Darus (R&D) dan Jurnal Hukum Bisnis, di Bank Indonesia, Jakarta,
pada tanggal 6 Mei 2003.
Yesmil Anwar dan Adang, System Peradilan Pidana (Konsep, Komponen dan
Pelaksanaannya Dalam Penegakkan Hukum Di Indonesia), Widya Padjadjaran,
Bandung,2009.
Muladi, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, BP Universitas Diponegoro,
Semarang,1995.