Referat DIC Pada Kehamilan
Referat DIC Pada Kehamilan
Oleh :
Alvin Johan
2014-061-047
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI..........................................................................................................
15
16
18
19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini perdarahan obstetrik tetap menjadi penyebab utama tingginya angka
mortalitas ibu diseluruh dunia. Salah satu kondisi terkait kehamilan yang menyebabkan
terjadinya perdarahan dengan mortalitas dan morbiditas yang tinggi ini adalah Disseminated
intravascular coagulation (DIC). Pertama kali dideskripsikan oleh Joseph DeLee pada tahun
1901 sebagai suatu keadaan dimana terdapat kecenderungan untuk terjadi perdarahan yang
mengikuti abruptio plasenta. DIC memiliki manifestasi klinis yang luas, mulai dari
thrombosis intravaskular yang bisa saja tidak disadari, kerusakan mikrovaskular, sampai
terjadinya gagal organ dan perdarahan tidak terkontrol. Hal yang menarik disini adalah DIC
selalu terjadi sebagai gangguan sekunder yang menyertai suatu kelainan klinis tertentu..
Berbagai penelitian memperkirakan bahwa insidensi DIC pada seluruh kehamilan
diperkirakan sekitar 3-10 kasus per 100.000 kelahiran. DIC juga dapat menimbulkan
histerektomi post partum, transfusi darah, dan acute tubular necrosis dengan tingkat
morbiditas 6-24%.Deteksi dini DIC penting sehingga tatalaksana untuk kondisi yang
mengancam jiwa ini dapat dilakukan sesegera mungkin.3, 4
Saat ini penegakkan diagnosis DIC masih cukup sulit dilakukaan karena luasnya
gejala klinis yang dapat muncul serta tidak adanya pemeriksaan laboratorium tunggal,
sehingga untuk diagnosis DIC sat ini digunakan sistem skoring dari the international society
ont thrombosis and hemostasis (ISTH). Sayangnya sistem skoring ini masih belum
mempertimbangkan perubahan fisiologis yang terjadi pada tubuh ibu hamil, sehingga masih
perlu dilakukan beberapa modifikasi agar dapat mendeteksi DIC dengan tepat pada popualsi
obstetric. Saat ini tatalaksana DIC pada kehamilan berupa penanganan pada penyakit obsterik
yang menyebabkan terjadinya DIC sambil disertai terapi suportif seperti pemberian produk
darah dan pemberian agen antikoagulan.5, 6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Disseminated intravascular coagulation
Disseminated intravascular coagulation (DIC) merupakan suatu sindrom dengan
karakterisik aktivasi sistemik sistem pembekuan darah, sehingga terjadi thrombosis pada
pembuluh darah berukuran kecil dan sedang di seluruh tubuh. 1, 2 Thrombosis menyeluruh ini
dapat mengganggu supply darah ke berbagai organ dan dapat menyebabkan gagal organ.
Proses thrombosis patologis ini juga diasosiasikan dengan meningkatnya degradasi faktor
koagulasi dan protein antikoagulasi yang diikuti dengan gangguan sintesis faktor-faktor
tersebut sehingga akhirnya dapat terjadi perdarahan karena proses koagulopati konsumtif.3, 4,
5
DIC muncul ketika proses hemostasis yang seharusnya terkontrol dengan baik menjadi
terganggu karena satu dan lain hal. Akibat gangguan kontrol hemostasis ini respons koagulasi
yang awalnya bersifat protektif bagi tubuh manusia, berubah menjadi respons maladaptif
dengan berbagai konsekuensi patologis.6
sejak trimester pertama dan kedua dan kemudian tetap stabil sepanjang trimester ketiga.
Resistensi terhadap activated protein C diduga terjadi karena peningkatan aktivitas faktor
VIII atau menurunnya aktivitas protein S. 7, 8
2.3.1 Epidemiologi
Karena definisi yang digunakan diberbagai negara masih berbeda dan DIC dapat
terjadi dalam berbagai tingkat keparahan, maka menentukan insidensi DIC yang pasti
pada wanita hamil masih sulit dilakukan. 7 Insidensi DIC pada kehamilan di Negara barat
diperkirakan sekitar 3-10 kasus per 100.000 kelahiran. Abruptio placenta muncul pada
sekitar 0,2-0,% kehamilan tetapi hanya 10% dari kasus ini yang diasosiasikan dengan
DIC.4 Mortalitas ibu terkait DIC diperkirakan sekitar 6-24%. Morbiditas maternal yang
terkait dengan DIC pada kehamilan berupa histerektomi postpartum, transfusi darah
masif, dan acute tubular necrosis.1
2.3.2 Etiologi
Penyakit apapun yang dapat meningkatkan kadar faktor prothrombosis,
menurunkan faktor antikoagulan , menyebabkan disfungsi endotel, atau mengganggu
proses fibrinolisis dapat menyebabkan terjadinya DIC.10
Penyebab DIC dalam bidang obstetrik biasanya berupa:1, 3, 6, 8
1. abruptio plasenta / plasenta previa; (37%)
2. perdarahan postpartum (29%);
3. pre-eklamsi, dan sindrom HELLP (14%);
4. perlemakan hati akut pada kehamilan (acute fatty liver of pregnancy) (8%);
5. emboli cairan ketuban(6%);
6. abortus septik dan infeksi intrauterine (6%);
7. kematian janin intrauterine (<1%);
4
plasenta yang cukup parah sampai menyebabkan kematian fetus, konsentrasi produk
degradasi fibrinogen-fibrin dan D-dimers ditemukan meningkat meskipun secara klinis
kuantifikasi ini tidak terlalu berguna.7, 8
Produk degradasi fibrin seperti D-dimer ini seringkali meningkat saat kehamilan
normal, dan masih belum ada penelitian yang menentukan nilai normal produk
degradasi fibrin ini pada wanita hamil sehingga penggunaan perhitungan konsentrasi
produk degradasi fibrin ini dianggap kurang bisa diandalkan untuk keperluan diagnosis
pada wanita hamil.11Koagulasi konsumtif lebih mungkin terjadi dengan abruptio
tertutup (concealed abruption) karena tekanan intrauterinnya lebih tinggi sehingga
mendorong thromboplastin masuk kedalam vena-vena besar yang jadi tempat aliran
darah balik dari lokasi implantasi. Dengan abruption parsial dengan fetus hidup,
gangguan koagulasi parah jarang ditemukan.7
2.3.2.2 Disseminated intravascular coagulation karena perdarahan postpartum
Perdarahan postpartum masif didefiniskan dengan kehilangan darah >1500 ml.
PErdarahan sebanyak ini cukup sering ditemui pada wanita hamil dengan plasenta
previa, abruptio placenta, atau karne trauma operasi. Insidensi DIC karena perdarahan
masif dalam bidang obstetri sebesar 0,15% sampai 1,5%. Perdarahan menyebabkan
shock hipovolemik, diikuti dengan hipoksia. Hipoksia melepaskan TF yang kemudian
5
mengaktivasi jalur koagulasi. Terjadi deposisi fibrinogen di pembuluh darah kecil yang
disertai pemecahannya menjadi produk degradasi fibrinogen. Terbentuknya produk
degradasi fibrinogen ini menstimulasi fibrinolisis. Perdarahan yang banyak juga
mengurangi konsentrasi faktor koagulasi dalam darah. Pasien dengan perdarahan post
partum harus ditangani sebagai faktor dengan risiko tinggi untuk mengalami DIC.
Pemberian tatalaksana yang tepat baik secara farmakologis, maupun pemberian produk
darah,atau cairan infus untuk mepertahankan sirkulasi ibu dapat mencegah terjadinya
DIC.3, 8
Sebagian ahli menganggap sindrom HELLP termasuk dalam preeklamsi derajat berat
dan sebagian lainnya menganggap bahwa preeklamsia dan sindrom HELLP merupakan
dua kelainan berbeda dengan gejala klinis yang saling tumpang tindih. Sebanyak 1520% pasien dengan sindrom HELLP tidak memiliki hipertensi atau proteinuria.
12
Sindrom ini terjadi karena perkembangan dan fungsi plasenta yang terganggu sehinnga
terjadi iskemia pada plasenta. Kondisi iskemi ini kemudian memicu pelepasan berbagai
faktor mediasi yang menyebabkan disfungsi sel endotel. Disfungsi endotel ini
menyebabkan gangguan relaksasi otot polos vasukar, pelepasan vasokonstriktor, dan
aktivasi trombosit.
6
diasosiasikan dengan DIC yang terjadi secara kronis, dimana janin sudah mati dan tetap
berada dalam uterus selama lebih dari 5 minggu. DIC karena kematian janin
intrauterine ini juga kadang disebut sebagai fetal death syndrome. DIC ini terjadi
karena pelepasan thromboplastin dari janin yang mati yang kemudian menyebabkan
aktivasi trombosit ibu sehingga terjadi konsumsi fibrinogen yang berlebihan dalam
plasenta dan intravaskular ibu. Cairan ketuban yang diambil dari wanita dengan fetal
death syndrome memiliki konsentrasi tissue factor (TF) yang lebih tinggi.8
proses persalinan sampai 48 jam post partum. Meskipun ada sejumlah kecil kasus yang
melaporkan kejadian emboli cairan ketuban selama periode antenatal. Gambaran
klinisnya berupa hipotensi, aritmia, sianosis, dyspnea, perubahan status mental, dan
perdarahan. Diperkirakan tingkat kematian maternal karena emboli cairan ketuban ini
sekitar 6-44%.
1, 8
kurang dipahami dengan baik. Emboli cairan ketuban terjadi karena terjadi robekan
pada membran fetus atau pada pembuluh darah uterus sehingga cairan ketuban masuk
kedalam sirkulasi maternal dan kemudian menyebabkan terjadinya vasopasme disertai
blokade pembuluh darah pulmoner. Kemudian terjadi gagal jantung kanan karena
ventrikel kanan tidak mampu memompa darah ke paru, yang segera diikuti gagal
jantung kiri karena ventrikel kiri tidak mendapatkan darah dari paru. Cairan ketuban
8
juga kaya dengan TF, yang kemudian mengativasi faktor VII yang mengaktivasi faktor
X. Aktivasi faktor X memulai aktivasi jalur koagulasi. DIC pada kasus emboli cairan
ketuban terjadi karena koagulopati konsumtif dan merupakan komplikasi yang jarang
terjadi. Pasien dengan emboli cairan ketuban dapat meninggal karena gangguan
respirasi atau sirkulasi.7, 8
memiliki nilai diagnostic untuk DIC. Kelainan kulit merupakan manifestasi klinis yang
paling sering ditemukan pada pasien dengan DIC. Perdarahan pada kelenjar adrenal
dapat menyebabkan nekrosis kelenjar adrenal.5
berhenti dari lokasi pungsi vena atau insisi bedah juga dapat dianggap sebagai
manifestasi perdarahan
menyebabkan perubahan status mental, gagal ginjal akut, hipoksia dan shock
hipovolemik.
Meskipun jarang terjadi tapi kadang dapat ditemukan abdominal compartment
syndrome pada pasie ndengan DIC. Abdominal compartment syndrome merupakan
kondisi dimana perfusi jaringan dan fungsi organ terganggu karena meningkatnya
tekanan dalam rongga abdomen, yang kemudian menyebabkan gangguan sirkulasi
sistemik. Gambaran kliis dari abdominal compartment syndrome berupa insufisiensi
kardiovaskular, gagal napas, gagal ginjal, distensi abdomen dan meningkatnya tekanan
intraabdominal. Gejala akan membaik dengan dekompresi secara surgikal.1
2.3.3.2 Pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis disseminated intravascular
coagulation
Pemeriksaan laboratorium biasanya mencakup parameter untuk menilai
komponen yang terlibat dalam proses prokoagulasi dan fibrinolitik serta tanda-tanda
dari gagal organ. Dalam tatalaksana pasien DIC, penting untuk melakukan pemeriksaan
laboratorium tersebut secara berkala. Penelitiaan meta-analysis menunjukkan
pemeriksaan laboratorium abnormal yang paling sering ditemui pada DIC adalah
thrombocytopenia, peningkatan D-dimer serta pemanjangan PT dan aPTT.1
pada 50-69 %
dianggap signifikan jika didapat sesudah test berulang dan nilanya >1,5 x dari
normal untuk PT dan >2,5 x dari normal untuk aPTT. Pemanjangan PT
10
maupun aPTT ini baru mulai terjadi saat jumlah faktor koagulasi dalam darah
sudah kurang dari 50%. 1,3,8
11
skoring yang direkomendasikan untuk mendiagnosis DIC, yaitu skor The International
Society of Thrombosis and Hemostasis (ISTH) , skoring dari the Japanese Ministry of
Health and Welfare (JMHW), dan skoring oleh the Japanese Association for Acute
Medicine (JAAM).2,
14
nerdasarkan hasil pemeriksaan parameter koagulasi yang mirip tetapi memiliki cut-off
values yang berbeda, sehingga masing-masing sistem skoring tersebut memiliki
spesifisitas dan sensitivtias diagnosis yang berbeda. Guideline yang dikeluarkan oleh
the British Society of Haematology menganggap skor ISTH sebagai alat diagnosis
terbaik untuk DIC. Skor ISTH ini memiliki sensitivitas sebesar 91% dan spesifisitas
sebesar 97%.
12
Sistem skoring ini (gambar 1.) hanya digunakan pada pasien dengan berbagai kelainan
yang sering diasosiasikan dengan DIC. 2, 14
Gambar 1. International Society of Thrombosis and Hemostasis (ISTH) DIC Scoring System1
Batas atas konsentrasi D-dimer pada populasi umum adalah 0,5 mg/L, selama trimester
ketiga kehamilan, hamper semua pasien memiliki konsentrasi D-dimer > 0,5 mg/L. Hal
ini menyebabkan nilai diagnostic parameter ini menjadi sangat rendah pada populasi
ibu hamil. Pada kehamilan terjadi sedikit perubahan nilai PT tetapi perubahannya tidak
signifikan.
Erez et al. pada tahun 2014 mengembangkan sistem skoring DIC ISTH yang
telah dimodifikasi untuk ibu hamil (tabel 1). Sistem skoring modifikasi ini dibuat
dengan mempertimbangkan perubahan parameter koagulasi pada ibu hamil. Erez et al.
menghilangkan
parameter
konsentrasi
D-dimer
karena
perubahanya
tidak
Parameter
Skor
0,5-1
1-1,5
12
>1,5
25
Trombosit (109/L)
<50
50-100
100-185
>185
Fibrinogen (g/L)
<3
25
3-4
4-4,5
>4,5
14
Sistem skoring modifikasi ISTH oleh Erez et al. ini merupakan sistem skoring DIC
pertama yang khusus ditujukan untuk mendiagnosis DIC pada populasi obstetrik. Kelemahan
skoring ini adalah pengembangan skor modifiaksi ini berdasarkan penelitian retrospektif dari
data terbatas yang sudah ada. Masih diperlukan penelitian prospektif lanjutan untuk memvalidasi
sistem skoring modifikasi ini.15
harus diberikan
sambil melakukan tatalaksana suportif yang bertujuan untuk memperbaiki kelainan koagulasi.
Jika penyakit obstetrik yang mendahului DIC terkoreksi, DIC biasanya akan segera
berhenti.5, 6
2.3.4.1 Pemberian produk darah
Terapi produk darah sebaiknya diberikan dengan mempertimbangkan kondisi
klinis dan hasil laboratorium. Saat terjadi DIC karena perdarahan, perlu segera
diberikan transfusi dengan menggunakan massive transfusion protocol. Protokol ini
mencakup transfusi sel darah merah, fresh frozen plasma, dan trombosit dengan rasio
1:1:1 dengan pemberian fibrinogen bila perlu. Secara umum pemberian trombosit baru
dilakukan pada pasien dengan hitung trombosit < 50.000 yang sedang mengalami
perdarahan aktif, untuk pasien yang tidak sedang mengalami perdarahan transfusi
trombosit baru dilakukan jika jumlah trombosit <30.000.1, 6, 8
Pemberian transfusi trombosit untuk profilaksis tidak memberikan keuntungan.
Fresh frozen plasma kaya dengan faktor koagulasi kecuali fibrinogen. Guideline
menyarankan transfusi FFP dalam jumlah besar saat ditemukan pemanjangan PT dan
APTT >1.5 kali dari nilai normal. Dosis FFP adalah 10-15 ml/kg. FFP tidak perlu
diberikan pada pasien yang tidak mengalami perdarahan atau tidak akan menjalani
tindakan invasive meskipun ditemukan waktu PT dan aPTT yang memanjang. Jika
transfusi FFP tidak memungkinkan (seperti pada pasien dengan overload cairan), maka
pemberian prothrombin complex concentrate (PCC) 25-30U/kg dapat dicoba.
Konsentrat ini hanya memperbaiki sebagian defisit faktor koagulan, karena hanya
mengandung faktor koagulan yang dependen terhadap vitamin K, sedangkan pada DIC
terjadi defisiensifaktor koagulasi yang global. Sebaiknya digunakan non-activated PCC
, penggunaan activated PCC ditakutkan akan memicu DIC.
15
Terapi penggani fibrinogen diberikan terutama pada pasien yang mengalami DIC
karena perdarahan postpartum. Pada hipofibrinogenemia berat( 1g/L), harus segera
diberikan
konentrat
fibrinogen.
Konsentratfibrinogen
memiliki
keuntungan
dibandingkan pemberian cryoprecipitate karena tidak ada risiko transmisi infeksi virus
dengan pemberian konsentrat fibrinogen.6, 8
2.3.4.2 Pemberian antikoagulan
Antithrombin dapat digunakan sebagai monoterapi pada pasien dengan DIC
obstetric dan dengan konsentrasi antithrombin plasma <70%.Pada sebuah randomized
controlled trial, konsentrat antithrombin (1500U/hari selama 7 hari) diberikan pada
pasien dengan pre-eklamsi berat. Terjadi peningkatan parameter koagulasi dan
biopshysical score profile yang signifikan pada grup yang mendapat terapi antithrombin
dan tidak ditemukan efek samping yang diasosiasikan dengan terapi ini.
Heparin dapat digunakan sebagai tatalaksana DIC karena proses kaogulasi yang
teraktivasi secara abnormal. Hasil penelitian masih menunjukkan masil yang beragam
mengeai efektifitas pemberian heparin. Penggunaan terapi heparin disarankan untuk
kondisi dengan deposisi fibrin menyeluruh pada pembuluh darah atau pada kejadian
dimana terdapat thrombosis yang jelas. Pengguaan heparin sebagai thromboprophylaxis
ini dapat diberikan pada kompliasi kehamilan yang muncul karena gangguan oleh
plasenta.
Activated protein C (APC) yang merupakan inaktivator psikologis untuk faktor
Va dan VIIIa juga efektif pada pasien yang mengalami DIC karena sepsis. Sebuah
penelitian multisenter menunjukkan penggunaan recombinant human APC pada dosis
24g/kg/jam yang diberikan secara intravena selama 96 jam. Hasil penelitian
menunjukkan terapi ini dapat mengurangi risiko terjadinya DIC pada pasien yang
rentan dibandingkan dengan pasien yang mendapatkan placebo. Akan tetapi terdapat
peningkatan insidensi peningkatan perdarahan pada kelompok yang mendapatkan terapi
APC. 6, 8
2.3.4.3 Tatalaksana perdarahan masif
Mortalitas
ini. Tujuan resusitasi adalah mencapai tekanan darah normal dan mempertahankan suhu
yang normal pada pasien dengan faktor kaogulasi yang cukup. Pemasangan dua kanula
intravena berukuran besar harus segera dilakukan sehingga cairan dapat dimasukkan
secara cepat untuk mencegah terjadinya shock. Pemilihan cairan kristaloid atau koloid
dalam resusitasi masih diperdebatkan tetapi pada umumnya cairan kristaloid lebih
sering digunakan.
faktor koagusi dan
diskrining. Pada umumnya pasien dengan DIC memerlukan darah dalam jumlah besar,
sehingga sebaiknya darah yang akan dimasukkan sudah dihangatkan terlebih dahulu
untuk mencegah hipotermia. Resusitasi dengan menggunakan packed red blood cell
(PRC) dapat menyebabkan koagulopati dilusional jika diberikan lebih dari 5 unit.
Karenanya pemberian PRC sebaiknya disertai juga dengan transfusi FFP dengan rasio
1:1 dan diasosiasikan dengan peningkatan survival rate. Tranfusi trombosit juga dapat
diberikan sebanyak 1 atau 2 unit untuk setiap 8-10 unit PRC yang diberikan. Pemberian
cairan dan juga produk darah diteruskan sampai pemeriksaan laboratorium yang
mencakup pemeriksaan darah lengkap dan parameter koagulasi dilakukan dan
menunjukkan hasil yang normal.1, 6
17
BAB III
KESIMPULAN
DIC muncul ketika proses hemostasis yang seharusnya terkontrol dengan baik
menjadi terganggu karena satu dan lain hal. Akibat gangguan kontrol hemostasis ini respons
koagulasi yang awalnya bersifat protektif bagi tubuh manusia, berubah menjadi respons
maladaptif dengan berbagai konsekuensi patologis.Saat kehamilan terjadi perubahan pada
sistem hemostasis. Selama kehamilan, kondisi prothrombotik menjadi lebih aktif
dibandingkan fibrinolisis, perubahan ini diduga berperan sebagai proteksi alami tubuh
terhadap perdarahan yang terjadi ketika persalinan dan sesudah persalinan. Perubahan
parameter koagulasi pada ibu hamil ini tidak menimbulkan gangguan klinis.
Berbagai komplikasi kehamilan tadi dapat memperberat respons prothrombotik yang
kemudian dapat mengganggu keseimbangan hemostasis sehingga menimbulkan gejala klinis
akibat thrombosis dan perdarahan. Sayangnya sampai saat ini tidak ada pemeriksaan
laboratorium tunggal untuk menegakkan diagnosis DIC, dan diagnosis DIC ditegakkan
dengan menggunakan sistem skoring tertentu seperti skoring DIC ISTH. Sistem skoring ini
telah dimodifikasi oleh Erez et al. pada tahun 2014 untuk menyesuaikan perubahan parameter
koagulasi yang terjadi selama kehamilan, meskipun didapatkan tingkat diagnosis yang cukup
baik, tapi masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk validasi sistem skoring modifikasi
ini. Kunci dari tatalaksana DIC adalah menangani komplikasi kehamilan yang menjadi
penyebab munculnya DIC sambil memberikan tatalaksana suportif seperti resusitasi cairan
dan pemberian komponen darah.
18
Daftar Pustaka
1. Sahin S, Eroglu M, Tetik S, Guzin K. DISSEMINATED INTRAVASCULAR
COAGULATION IN OBSTETRICS: ETIOPATHOGENESIS AND UP TO DATE
MANAGEMENT STRATEGIES. 2014;90.
2. Di Nisio M, Baudo F, Cosmi B, DAngelo A, De Gasperi A, Malato A, et al.
Diagnosis and treatment of disseminated intravascular coagulation: guidelines of the
Italian Society for Haemostasis and Thrombosis (SISET). Thromb Res [Internet].
Elsevier
Ltd;
2012
May;129(5):e17784.
Available
from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21930293
3. Erez O, Mastrolia SA, Thachil J. Disseminated intravascular coagulation in
pregnancy: insights in pathophysiology, diagnosis and management. Am J Obstet
Gynecol
[Internet].
Elsevier;
2015
Oct;213(4):45263.
Available
from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25840271
4. Levi M. Pathogenesis and management of peripartum coagulopathic calamities
(disseminated intravascular coagulation and amniotic fluid embolism). Thromb Res
[Internet].
Elsevier
Ltd;
2013
Jan;131
Suppl
1:S324.
Available
from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23452737
5. Thachil J, Toh CH. Current concepts in the management of disseminated intravascular
coagulation. Thromb Res [Internet]. Elsevier Ltd; 2012 Apr ;129 Suppl 1:S549.
Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22682134
6. Thachil J, Toh C-H. Disseminated intravascular coagulation in obstetric disorders and
its acute haematological management. Blood Rev [Internet]. Elsevier Ltd; 2009
Jul;23(4):16776. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19442424
7. Cunningham FG, editor. Williams obstetrics. 24th edition. New York: McGraw-Hill
Medical; 2014. 1358 p.
8. Hossain N, Paidas MJ. Disseminated intravascular coagulation. Semin Perinatol
[Internet].
Elsevier;
2013
Aug;37(4):25766.
Available
from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23916024
9. Longmuir K, Pavord S. Haematology of pregnancy. Medicine (Baltimore) [Internet].
Elsevier
Ltd;
2013
Apr
41(4):24851.
Available
from:
http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S1357303913000285
10. Ralph AG, Brainard BM. Update on disseminated intravascular coagulation: when to
consider it, when to expect it, when to treat it. Top Companion Anim Med [Internet].
19
Elsevier
Inc.;
2012
May
27(2):6572.
Available
from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23031458
11. Rattray DD, OConnell CM, Baskett TF. Acute Disseminated Intravascular
Coagulation in Obstetrics: A Tertiary Centre Population Review (1980 to 2009). J
Obstet Gynaecol Canada [Internet]. Elsevier Masson SAS; 2012 Apr;34(4):3417.
Available from: http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S1701216316352148
12. K SH, Chabi S, Frey D. Hellp syndrome. J Obstet Gynaecol India; 2009
Feb;59(1):31-9.
13. Krauel K, Tilley DO, Weber C, Cox D, Greinacher A, Kerrigan SW, et al.
Amplification of bacteria-induced platelet activation is triggered by Fc g RIIA ,
integrin a IIb b 3 , and platelet factor 4. Blood. 2014;123(20):3166-74 .
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4023422/
14. Wada H, Matsumoto T, Yamashita Y, Hatada T. Disseminated intravascular
coagulation: testing and diagnosis. Clin Chim Acta [Internet]. Elsevier B.V.; 2014
Sep 25;436:1304. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/24792730
15. Erez O, Novack L, Beer-Weisel R, Dukler D, Press F, Zlotnik A, et al. DIC score in
pregnant women--a population based modification of the International Society on
Thrombosis and Hemostasis score. PLoS One [Internet]. 2014 Jan;9(4):e93240.
Available from:http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=3984105
20