LAPORAN KASUS
A. IDENTIFIKASI
Nama
: Tn. B
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Usia
: 76 tahun
Alamat
Pekerjaan
:Tidak Bekerja
Status Perkawinan
: Menikah
Agama
: Islam
MRS
:24November 2015
Kesadaran
: Composmentis
Gizi
Tinggi badan
: 168 cm
Berat badan
: 60 kg
IMT
: 60/(1.68)2 = 21,27
Tekanan darah
: 140/90 mmHg
Nadi
: 96 x/m,
Pernapasan
: 32 x/m
Temperatur
: 36,4C
Status Generalis
Kepala
Mata
: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), reflex cahaya (+/+), pupil
isokor
Hidung
Telinga
Mulut
: Bibir lembab, mukosa faring hiperemis (-), karies dentis (-) coated
Leher
Thoraks
Bentuk dada barrel chest, diameter anteroposterior 16 cm, diameter
transversal 28 cm, nyeri tekan (-), nyeri ketok (-), krepitasi (-), spider nevi (-).
Paru-Paru
Inspeksi
tertinggal, retraksi sela iga (-), barrel chest, sela igamelebar (+).
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
sinistra
Perkusi
Batas Atas
Batas Kanan
Batas Kiri
gallop (-)
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
:Nyeri
tekan
Ekstremitas atas :
Ekstremitas bawah :
.4
Akral hangat (+), CRT < 2 detik (+/+), Edema (-/-),sianosis (-/-).
Akral hangat (+), CRT < 2 detik (+/+), Edema (-/-),sianosis (-/-).
(-),
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Darah rutin ( Tanggal 24November 2015 )
Tanggal/ Jam
Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Nilai Normal
24-11-2015
(11:59)
Hematologi Rutin
Hemoglobin
16,6
g/dL
13,2 17,3
Jumlah Leukosit
8,44
103/mL
3,8 10,6
Basofil
01
Eosinofil
24
Netrofil Batang
35
Netrofil Segmen
72
50 70
Limfosit
15
25 40
Monosit
28
10
Mm
0 10
Hematokrit
50
40 52
Trombosit
209
103/mL
150 440
Eritrosit
5.73
106/mL
4,4 5,9
Hitung Jenis
Jumlah rerikulosit
Absolut
60
25 75
Persen
1.04
0.5 2
MCV
87
fL
80 100
MCH
29
Pg
26 34
MCHC
33
g/dL
32 -36
Kimia Klinik
Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Nilai normal
CTR normal
Aorta baik
Sinus/diafragma baik
RESUME
Pasien laki-laki, 76 tahun datang dengan keluhan utama sesak yang bertambah
hebat sejak 1 hari SMRS, semakin berat bila melakukan aktivitas dan berbicara, pada
posisi duduk tidak berkurang. Nyeri dikedua dada dan tidak menjalar.Batuk berdahak
sejak 3 hari SMRS, batuk berdahak berwarna putih dan kental.Pasien juga berkeringat
dingin.
Sesak sering hilang timbul, disertai batuk berdahak, dahak warna putih.Timbul
saat kelelahan.Menurut dokter ada sumbatan diparu-paru dan memang sering control
karena mempunyai riwayat PPOK, pasien juga rutin mengkonsumsi obat spiriva 2 hari
sekali dan seretide 2 x 250 mg.
Pasien mengatakan tahun 2003 dan 2005 pasien pernah dilakukan pemasangan
WSD disebelah kiri dengan diagnosis pneumotoraks karena kecelakaan. Dan sejak
pemasangan WSD itu pasien rutin kontrol ke dokter.
Riwayat asma (+) sejak kecil, sebelum penyakit memberat pasien mengaku jarang
ke dokter karena jarang kambuh. Dan ayah pasien memiliki riwayat asma.
Olahraga rutin, 1 tahun yang lalu pasien masih bisa jalan santai 30-45 menit setiap
pagi tapi sekarang sudah tidak bisa.Riwayat merokok (+) merokok selama 40 tahun, 5
batang/hari. Pasien berhenti merokok sejak tahun 1997.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang dengan
kesadaran compos mentis. Tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 96 x/menit, pernapasan 32
x/menit, temperatur 36,4C. Pada pemeriksaan thoraks bentuk dada barrel chest,
diameter anteroposterior 16 cm, diameter transversal 28 cm. Paru Simetris, pergerakan
dinding tidak ada yang tertinggal,barrel chest, sela igamelebar (+). Pada palpasi
didapatkanvokal fremitus teraba sama. Pada perkusi didapatkan hipersonor pada kedua
lapang paru, batas paru hepar di midclavicularis ICS IV dan V.Pada auskultasi, vesikuler
menurun pada paru kiri, ronkhi basah (+/+) minimal pada basal paru, wheezing (+/+).
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hitung jenis eosinophil dan limfosit
yang menurun,sedangkan netrofil segmen dan monosit meningkat.
DAFTAR MASALAH
- PPOK
ASSESMENT
S:keluhansesak yang bertambah
melakukan aktivitas dan berbicara, pada posisi duduk tidak berkurang. Nyeri dikedua
dada dan tidak menjalar.Batuk berdahak sejak 3 hari SMRS, batuk berdahak berwarna
putih dan kental.Pasien juga berkeringat dingin.Sesak sering hilang timbul, disertai
batuk berdahak, dahak warna putih. Mempunyai riwayat PPOK, rutin mengkonsumsi
obat spiriva 2 hari sekali dan seretide 2 x 250 mg. Tahun 2003 dan 2005 pasien
pernah dilakukan pemasangan WSD disebelah kiri dengan diagnosis pneumotoraks
karena kecelakaan. Sejak pemasangan WSD pasien rutin kontrol ke dokter.
Riwayat asma (+) sejak kecil. Dan ayah pasien memiliki riwayat asma.Olahraga rutin,
1 tahun yang lalu pasien masih bisa jalan santai 30-45 menit setiap pagi tapi sekarang
sudah tidak bisa.Riwayat merokok (+) merokok selama 40 tahun, 5 batang/hari.
O: Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang dengan
kesadaran compos mentis. Tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 96 x/menit, pernapasan
32 x/menit, temperatur 36,4C. Pada pemeriksaan thoraks bentuk dada barrel chest,
diameter anteroposterior 16 cm, diameter transversal 28 cm. Paru Simetris,
pergerakan dinding tidak ada yang tertinggal,barrel chest, sela igamelebar (+). Pada
palpasi didapatkanvokal fremitus teraba sama.Pada perkusi didapatkan hipersonor
pada kedua lapang paru.Pada auskultasi, vesikuler menurun pada paru kiri, ronkhi
basah (+/+) minimal pada basal paru, wheezing (+/+).
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hitung jenis eosinophil dan limfosit yang
menurun,sedangkan netrofil segmen dan monosit meningkat.
A : PPOK
DD/ TB paru
DD/ Asma
Rencana Penatalaksanaan :
Istirahat
O2 2L/menit
Nebulisasi combivent+bisolvon/8 jam
IVFD D5% + drip aminopilin 8 jam / kolf
Seretide 1 x 500 mg
Spiriva 1 x 1
Ambroxol 3 x 1
PROGNOSIS
Quo ad vitam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
: dubia ad malam
BAB II
DISKUSI KASUS
A. PPOK
1. Definisi1
PPOK adalah penyakit yang dapat dicegah dan ditatalaksana, dikarakteristikan
oleh adanya keterbatasan aliran udara yang persisten yang biasanya progresif dan
dihubungkan dengan peningkatan respon inflamasi kronik saluran nafas dan paru paru
oleh partikel dan gas berbahaya.Definisi ini tidak berlaku pada bronchitis kronik dan
empisema serta asma.
Gejala utama PPOK :
a. Dyspnea
b. Batuk kronik
c. Produksi sputum kronik
Ketiga keadaan tersebut akan menjadi lebih sering ketika keadaan eksaserbasi.
Eksaserbasi pada PPOK didefiniskan sebagai kejadian akut yang dikarakteristikan
dengan perburukan gejala respiratori pasien yang jauh dari normal dari hari ke hari dan
membutuhkan perubahan medikasi.
2. Prevalensi2
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu peyakit tidakmenular
yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Penyabab antara lain
meningkatnya usia harapan hidup dan semakin tingginya pajanan faktor risiko, seperti
faktor pejamu yang diduga berhubungan dengan kejadian PPOK; semakin banyak jumlah
perokok khususnya pada kelompok usia muda; serta pencemaran udara didalam ruangan
mau pun di luar ruangan dan tempat kerja.
Data Badan Kesehatan Dunia (WHO), menunjukkan tahun 1990 PPOK menempati
urutan ke-6 sebagai penyebab utamakematian di dunia dan akan menempati urutan ke-3
setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker (WHO 2002).
Diperkirakan jumlah pasien PPOK sedanghingga berat di Asia tahun 2006 mencapai 56,6
juta pasien dengan prevalens 6,3%. Angka prevalens berkisar 3,5-6,7 %, seperti di Cina
dengan angka kasus mencapai 38,160 juta jiwa, Jepang sebanyak 5,014 juta jiwa, dan
Vietnam sebesar 2,068 juta jiwa. Di Indonesia diperkirakan terdapat 4,8 juta pasien
dengan prevalens 5,6%. Angka ini bisa meningkat dengan makin banyaknya jumlah
perokok karena 90% pasien PPOK adalah perokok atau mantan perokok.
Di Indonesia belum ada data yang akurat tentang prevalens PPOK. Pada Survai
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Depkes RI 1986 asma, bronkhitis kronis dan
emfisema menduduki peringkat ke-5 sebagai penyebab kesakitan terbanyak dari 10
penyebab kematian utama. SKRT Depkes RI 1992 menunjukkan angka kematian karena
asma, bronkhitis kronik dan emfisema menduduki peringkat ke-6 dari 10 penyebab
kematian di Indonesia.
Hasil survei penyakit tidak menular oleh Direktorat Jenderal PPM dan PL di lima rumah
sakit provinsi di Indonesia (Jawa Barat,Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, dan
Sumatera Selatan) pada tahun 2004, menunjukkan PPOK menempati urutan pertama
penyumbang angka kesakitan (35%),diikuti asma bronkial (33%), kanker paru (30%),dan
lainnya (2%). (DEPKES RI, 2004)
Berdasarkan hasil SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional)2001, sebanyak 54,5 %
penduduk laki-laki dan 1,2% perempuan merupakan perokok, 92,0% dari perokok
menyatakan kebiasaannya merokok didalam rumah ketika bersama anggota keluarga
lainnya, dengan demikian sebagian besar anggota keluarga merupakan perokok pasif
(BPS,2001). Jumlah perokok yang berisiko menderita PPOK atau kanker paru berkisar
antara 20-25 %. Hubungan antara rokok dengan PPOK merupakan hubungan dose
response, lebih banyak batang rokok yang dihisap setiap hari dan lebih lama kebiasaan
merokok tersebut maka risiko penyakit yang ditimbulkan akan lebih besar.
Seiring dengan majunya tingkat perekonomian dan industri otomotif, jumlah kendaraan
bermotor meningkat dari tahun ke tahun di Indonesia. Selain mobil-mobil baru, mobil tua
yang mengeluarkan gas buang yang banyak dan pekat, banyak beroperasi di jalan yang
menimbulkan polusi udara. 78-90 % pencemaran udara berasal dari gas buang kendaraan
bermotor, sedangkan pencemaran udara akibat industri 20-30%. Dengan meningkatnya
jumlah perokok dan polusi udara sebagai faktor risiko terhadap PPOK, maka diduga
jumlah penyakit tersebut juga meningkat.
Faktor yang berperan dalam peningkatan, yaitu :
3. Etiologi1
hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang memanjang dan sulit dilakukan akibat mukus yang
kental dan adanya peradangan.1
Komponen-komponen
asap
rokok
tersebut
juga
merangsang
terjadinya
Takipnea
Ekspirasi memanjang
Hiperinflasi
Hiperlusen
Diafragma mendatar
Bulla
Jantung pendulum
Tujuan dari asesmen PPOK adalah untuk memastikan keparahan PPOK, pengaruh
pada status kesehatan pasien, dan risiko kejadian ke depan (eksaserbasi sampai kematian)
untuk keperluan tindakan. Beberapa aspek penilaian antara lain :
Symptoms
Derajat sumbatan aliran udara (spirometri)
Risiko eksaserbasi
Komorbiditas
a. Assesmen Symptoms : COPD Assesment Test (CAT score)1,4
Asma
Gejala
-
Bronkiektasis
Tuberkulosis
Bronkhiolitis obliterans
Panbronkhiolitis difus
7. Klasifikasi
Berdasarkan Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD)
2010, dibagi atas 4 derajat :2
Derajat
Derajat
1:PPOK
ringan
Derajat II:
PPOK sedang
Derajat III:
PPOK berat
Klinis
Batuk, produksi sputum
Gejala batuk kronikdan produksi sputum
ada tetapi tidak sering. Pada derajat ini
sering tidak menyadari bahwa faal paru
mulai menurun
Gejalasesak mulai dirasakan saat aktivitas
dan kadang ditemukan gejala batuk dan
produksi sputum. Pada derajat ini
biasanya pasien mulai memeriksakan
kesehatannya
Gejala sesak lebih berat, penurunan
aktivitas, rasa lelah dan serangan
eksaserbasi
semakin
sering
dan
berdampak pada kualitas hidup pasien
Faal Paru
Normal
VEP1/KVP <70%.
VEP1 >80% prediksi
VEP1/KVP <70%
50% <VEP1 <80% prediksi
VEP1/KVP <70%
30% <VEP1 <50% prediksi
Derajat IV :
Gejala diatas ditambah tanda-tanda gagal
PPOK sangat napas atau gagal jantung kanan dan
berat
ketergantungan oksigen. Pada derajat ini
kualitas hidup pasien memburuk dan jika
eksaserbasi dapat mengancam jiwa.
8. Penatalaksanaan
Adapun tujuan dari penatalaksanaan COPD ini adalah2 :
Mengurangi gejala
a. Nonfarmakologis
Penghentian merokok merupakan cara terbaik untuk menindaklanjuti
keparahan dari PPOK. Peran petugas kesehatan sangat penting pada poin ini. Dapat
dilakukan dengan 2 cara :
Konseling : edukasi pada pasien tentang bahaya dari merokok dan
keparahan PPOK yang akan timbul.
9. Komplikasi
Komplikasi pada PPOK merupakan bentuk perjalanan penyakit yang progresif dan tidak
sepenuhnya reversibel seperti :
Gagal napas
- Gagal napas kronik
- Gagal napas akut pada gagal napas kronik
Infeksi berulang
Kor pulmonale
Infeksi berulang
Pada pasien PPOK produksi sputum yang berlebihan menyebabkan terbentuk koloni
kuman, hal ini memudahkan terjadinya infeksi berulang, pada kondisi kronik ini imunitas
menjadi lebih rendah, ditandai dengan menurunnya kadar limfosit darah.
Kor Pulmonale
Ditandai oleh P pulmonal pada EKG, hematokrit >50%, dapat disertai gagal jantung
kanan.
10. Rujukan ke spesialis paru
Rujukan ke spesialis paru dapat berasal dari spesialis bidang lain atau dari pelayanan
kesehatan primer, yaitu pelayanan kesehatan oleh dokter umum (termasuk juga
puskesmas).
PPOK yang memerlukan pelayanan bidang spesialis adalah :
Rujukan dari puskesmas mempunyai kriteria yang agak lain karena faktor sosiokultural di
daerah perifer berbeda dengan di daerah perkotaan.
DAFTAR PUSTAKA
1. GOLD. Pocket Guide to COPD Diagnosis, Management and Prevention. USA:
2015. Diunduh 29 November 2015 dari http://www.goldcopd.com.
2. PDPI. PPOK Pedoman Praktis Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia.
Jakarta: 2006.
3. Corwin EJ. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC, 2001. p. 437-8.
4. Paul Jones DKK. 2012. COPD Assesment Test. UK : GlaxoSmithKlines Group of