Lendir
Kulit
Sisik
Daging
Rongga
perut
Darah
Sayatan
Tulang
Bau
Kondisi
Paramater
Warna
Mata
3.
Kulit
Karakteristik
Cerah
Agak pudar
Mata
berlendir, Warna gelap, cembung
cembung
Sedikit berlendir
berlendir
4.
5.
6.
Tekstur
sisik
Insang
Kenyal
Melekat kuat
Merah cerah
Pudar
Warna keputihan
Pucat/putih
putih
berlendir
Berlendir
banyak
Lunak
Mudah lepas
Putih
Lunak
Mudah lepas
Pudar
7.
Aroma
Mutu
Khas (segar)
1
Netral
2
Bau asam
3
Busuk
4
2. Fish losses (susut hasil) perikanan adalah keseluruhan nilai kerugian pasca panen hasil perikanan
akibat terjadinya kerusakan fisik dan kemunduran mutu yang terjadi mulai saat ikan ditangkap
sampai ke tangan konsumen. Menurut Ward dan Jeffries (2000), susut hasil menerangkan periode
waktu ketika ikan terpisahdari media hidupnya. Susut hasil terdiri dari beberapa beberapa jenis
yaitu susut fisik (physical losses), susut mutu (quality losses), susut harga (market losses).
Physical losses (susut fisik) merupakan jumlah/berat ikan yang hilang atau terbuang.
Penyusutan fisik ikan dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain kerusakan ikan,
diserang serangga, dimakan hewan, kelebihan persedian dan tidak adanya pembeli
sehingga ikan terbuang, dicuri dan ikan dibuang akibat penangkapan (Ward dan Jeffries,
2000).
Quality losses (susut mutu) merupakan selisih nilai mutu ikan yang terbaik dan terendah.
Semua proses akhirnya mengarah ke pembusukan. Urutan proses perubahan yang terjadi
Menurut Ward dan Jeffries (2000), ikan yang rusak akan terjual dengan harga yang rendah
karena mutunya telah turun. Ikan yang telah rusak tidak dijual seharga ikan segar akan tetapi
dijual pada pasar yang berbeda atau dijual untuk tujuan lain. Tabel 3 menunjukkan mengapa
dan dimana susut fisik dan susut mutu dapat terjadi dalam sistem distribusi ikan.
Menurut Ward dan Jeffries (2000), ikan yang rusak akan terjual dengan harga yang rendah
karena mutunya telah turun. Ikan yang telah rusak tidak dijual seharga ikan segar akan tetapi
dijual pada pasar yang berbeda atau dijual untuk tujuan lain. Tabel 3 menunjukkan mengapa
dan dimana susut fisik dan susut mutu dapat terjadi dalam sistem distribusi ikan.
Tumpukan ikan dan es ini tidak boleh lebih dari 50 cm. Jika lebih, ikan yang di bagian
bawah akan mengalami tekanan dari ikan di atasnya, sehingga rusak atau beratnya
berkurang. (Murniyati dan Sunarman, 2000).
Market force losses (susut harga) merupakan susut ikan yang paling sulit diukur. Susut harga
dapat dipengaruhi oleh supply/demand/musim dan sebagainya. Mutu tidak sepenuhnya
mempengaruhi harga ikan. Ketika musim panen datang maka ikan dengan mutu I akan
memiliki harga yang murah. Namun pada saat musim paceklik ikan dengan mutu rendah akan
menjadi mahal.
Penyusutan dapat saja terjadi pada saat penangkapan, seperti ikan terjatuh dari jaring dan
kembali ke laut atau penanganan yang menyebabkan luka memar pada ikan. Pada saat
pendaratan tidak menggunakan es sehingga ikan menjadi rusak, dalam pengolahan terjadi
serangan serangga, transportasi yang lama sehingga terjadi keterlambatan bahan baku (Ward
dan Jeffries, 2000).
Menurut Ward dan Jeffries (2000), formula untuk menghitung susut hasil adalah sebagai
berikut:
Keterangan:
Bt : Total Berat Ikan (kg)
Susut fisik
{[Bt-Bt+1]/Bt} x 100%
Perlakuan
Rebus
Reaksi Kimia
Degradasi protein
Goreng
Reaksi Maillard,
koagulasi protein,
degradasi minyak
Pepes
Denaturasi protein
Bakar
Dekomposisi dan
pirolisis protein
2.
Organoleptik
Warna daging menjadi
putih cerah
Warna kecoklatan,
tekstur lebih padat
3.
4.
Nilai Gizi
Mioglobin daging ikan
terdegradasi
Terjadinya reaksi asam amino
dengan gula reduksi, pelarutan
komponen nutrient, kandungan
air menguap digantikan lemak
Pengukusan yang lama
menyebbakan rusaknya sebagain
besar kandungan protein dan
lemak, namun kandungan
mineralnya terjaga (terutama
kalsium)
Protein ikan berubah menjadi
amina heterosiklik yang bersifat
karsinogenik sebagai akibat dari
reaksi protein terhadap arang
pembakaran