Anda di halaman 1dari 13

Hubungan Cepat Lelah dan Lemas Terutama Saat

Menstruasi dengan Anemia Defisiensi Besi


Avena Athalia Alim
102011031
greenochaken@yahoo.com
Pendahuluan
Latar Belakang
Darah merupakan salah satu cairan di dalam tubuh kita yang besar
peranannya. Darah memberi nutrisi pada jaringan, membawa oksigen ke seluruh
tubuh, dan berbagai peran lainnya. Tanpa darah, sel-sel dan jaringan-jaringan
dalam tubuh kita tidak akan dapat hidup. Di dalam darah terdapat ebrbagai macam
komposisi, salah satunya adalah zat besi.
Namun, ternyata tubuh dapat kekurangan darah yang ditandai dengan
beberapa gejala tertentu. Selain kekurangan darah, tubuh juga dapat mengalami
defisiensi besi atau kekurangan zat besi. Tubuh dapat kekurangan darah sehingga
otomatis kekurangan zat besi atau memang terjadi kekurangan zat besi.
Tujuan
Untuk mengetahui dan mengerti hubungan cepat lelah dan lemas terutama
saat menstruasi dengan anemia defisiensi besi.

Pembahasan
Pada kasus perempuan muda mengeluh cepat lelah dan lemas terutama
pada saat menstruasi. Diduga akibat anemia defisiensi besi.
Anemia Defisiensi Besi
Anemia sendiri adalah defisiensi sel darah merah atau kekurangan
hemoglobin. Hal ini mengakibatkan penurunan jumlah sel darah merah, atau
jumlah sel darah merah tetap normal tetapi jumlah hemoglobinnya subnormal.
Karena kemampuan darah untuk membawa oksigen berkurang, maka individu
akan terlihat pucat atau kurang tenaga. Beberapa jenis anemia adalah anemia
hemoragi, anemia defisiensi besi, anemia aplastik, anemia pernicus, dan anemia
sel sabit (sickle cell anemia). Sesuai kasus, maka hanya anemia defisiensi besi
yang akan dibahas.1
Anemia defisiensi besi adalah anemia mikrositik-hipokromik yang terjadi
akibat defisiensi besi diet atau karena defisiensi besi secara berlebihan, atau
kehilangan darah secara lambat dan kronis. Selain itu juga dapat terjadi akibat
penurunan asupan makanan atau penurunan daya absorpsi Hal ini dapat terjadi
karena kebutuhan pertumbuhan melebihi suplai dalam makanan. Rata-rata,
penderita anemia defisiensi adalah wanita hamil dan wanita ketika menstruasi
meski tidak tertutup kemungkinan pria dapat mengalami juga. Wanita hamil
sering mengalami defisiensi zat besi karena kebutuhan zat besi untuk
pertumbuhan janin. Wanita yang menstruasi cenderung mengalami defisiensi besi
karena hilangnya besi setiap bulan. Anemia defisiensi besi merupakan penyebab
anemia yang paling sering ditemukan di dunia. Pemeriksan darah dapat dilakukan
agar dapat diketahui apakah jumlah/kadar darah dalam tubuh normal atau dibawah
jumlah normal.1-4
Darah
Darah adalah cairan yang mengalir dalam pembuluh. Jarak semua sel
tubuh dari sumber nutrisi ini tidak pernah melebihi satu milimeter. Darah adalah
2

sejenis jaringan ikat yang sel-selnya (elemen pembentuk) tertahan dan dibawa
dalam matriks cairan (plasma). Darah lebih berat dibandingkan air dan lebih
kental. Cairan ini memiliki rasa dan bau yang khas, serta memiliki pH 7,4 (7,357,45). Warna darah bervariasi dari merah terang sampai merah tua kebiruan,
bergantung pada kadar oksigen yang dibawa sel darah merah. Warna merah pada
darah disebabkan oleh hemoglobin, protein pernapasan yang mengandung besi
dalam bentuk heme, yang merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen.
Volume darah total sekitar 5 liter. Pada laki-laki dewasa rata-rata sekitar 5 liter
lebih sedangkan pada wanita rata-rata dibawah sedikit dari 5 liter. Volume ini
bervariasi sesuai ukuran tubuh dan berbanding terbalik dengan jumlah jaringan
adiposa dalam tubuh. Volume ini juga bervariasi sesuai perubahan cairan darah
dan konsentrasi elektrolitnya.1
Darah berfungsi untuk mengangkut oksigen dari paru dan nutrien dari
saluran cerna ke jaringan lain di seluruh tubuh. Darah juga membawa
karbondioksida dari jaringan ke paru dan limbah bernitrogen ke ginjal untuk
dikeluarkan dari tubuh. Darah juga berperan penting dalam fungsi integratif
kelenjar endokrin dengan membawa hormon dari asalnya ke sel-sel sasaran jauh.5
Hematopoiesis (Produksi) Elemen Pembentuk
Selama perkembangan embrio, hematopoiesis pertama kali berlangsung
dalam kantong kuning telur dan berlanjut di hati, limpa, nodus limfe, dan seluruh
sumsum tulang janin yang sedang berkembang. Setelah lahir dan masa kanakkanak, sel-sel darah merah terbentuk dalam sumsum semua tulang. Pada orang
dewasa, sel darah merah hanya terbentuk pada sumsum tulang merah yang
ditemukan dalam tulang membranosa seperti sternum, iga, vertebra, dan tulang
ilia girdel pelvis. Sel-sel darah yang sudah matang masuk ke sirkulasi utama dari
sumsum tulang melalui vena rangka.1
Semua sel darah diturunkan dari hemositoblas (sel batang primitif) pada
sumsum tulang, yang dibagi dan dibedakan menjadi lima jenis sel : proeritroblas,
mieloblas, limfoblas, monoblas, dan megakarioblas. Proeritroblas mengalir
melalui sejumlah tahapan (eritroblas basofilik, eritroblas kromatofilik, normoblas,
3

dan

retikulosit),

dan

setelah

matang

menjadi

eritrosit.

Selama

masa

perkembangan, eritrosit mensintesis hemoglobin. Mieloblas merupakan asal


promielosit yang mengalami penyimpangan dalam perkembangannya dan menjadi
tiga jenis sel darah yang disebut granulosit : neutrofil, eosinofil, dan basofil.
Lomfoblas merupakan asal limfosit, monoblas merupakan asal monosit. Limfosit
dan monosit disebut agranulosit. Megakarioblas membentuk megakariosit, yang
merupakan asal trombosit.1 (Lihat Gambar 1)

Gambar 1. Hematopoiesis
Sumber : Internet, web Google Images dengan kata kunci Hematopoiesis

Unsur-Unsur Darah
Unsur-unsur darah terdiri dari Hemoglobin (Hb), eritrosit (sel darah
merah), leukosit (sel darah putih), trombosit (keping darah), dan plasma. Selain
eritrosit, limfosit, dan trombosit, terdapat serum yang merupakan cairan yang
didapat jika darah dibiarkan membeku dan masih terdapat fibrinogen. Sedangkan
yang tidak terdapat fibrinogen disebut serum.
1. Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin yang terdapat di eritrosit terdiri dari dua bagian yaitu bagian
globin dan bagian heme. Bagian globin adalah suatu protein yang terbentuk dari
4

empat rantai polipeptida yang sangat berlipat-lipat. Heme adalah gugus


nitrogenosa nonprotein yang mengandung besi yang masing-masing terikat ke
satu polipeptida. Satu besi dapat mengikat satu molekul oksigen. Dengan
demikian satu Hb dapat mengikat 4 molekul oksigen. Hemoglobin adalah suatu
pigmen yang memberi warna merah pada darah. Karena kandungan besinya,
hemoglobin tampak kemerahan apabila berikatan dengan O2 dan tampak kebiruan
apabila mengalami deoksigenasi. Selain mengangkut O2, hemoglobin juga dapat
berikatan dengan karbon dioksida, ion hidrogen asam (H+) dari asam karbonat,
dan karbon monoksida. Dengan demikian, hemoglobin berperan dalam
pengangkutan O2 dan CO2. Hemoglobin yang berikatan dengan O 2 disebut
oksihemoglobin, sedangkan Hemoglobin yang berikatan dengan CO2 disebut
karbaminohemoglobin.1,6
Pada heme terdapat porfirin. Porfirin merupakan senyawa siklik, gabungan
4 cincin pirol melalui jembatan metenil. Porfirin di alam jarang dijumpai dalam
bentuk bebas, umumnya selalu membentuk kompleks dengan senyawa lain. Sifat
khas porfirin yaitu membentuk kompleks dengan ion logam sehingga membentuk
senyawa baru. Misalnya Heme merupakan gabungan senyawa porfirin dengan
besi (Fe). Sehinga dapat dikatakan, bahwa hemoglobin merupakan porfirin besi
yang berkonjugasi dengan protein globin yang berfungsi untuk transpor oksigen
dalam darah.7
2. Eritrosit (Sel Darah Merah)
Eritrosit merupakan diskus bikonkaf, bentuknya bulat dengan lekukan
pada sentralnya dan berdiameter 7,65 m. Eritrosit terbungkus dalam membran
sel dengan permeabilitas tinggi. Membran ini elastis dan fleksibel, sehingga
memungkinkan eritrosit menembus kapiler (pembuluh darah terkecil). Setiap
eritrosit mengandung sekitar 300 juta molekul hemoglobin, sejenis pigmen
pernapasan yang mengikat oksigen, Volume hemoglobin mencapai sepertiga
volume sel. Jumlah sel darah merah pada laki-laki sehat rata-rata adalah 4,2
sampai 5,5 juta sel per millimeter kubik (mm3). Pada perempuan sehat berukuran

rata-rata, jumlah sel darah merahnya antara 3,2 sampai 5,5 juta sel per mm 3.1
(Lihat Gambar 2)
Hematokrit adalah persentase volume darah total yang mengandung
eritrosit. Persentase ini di tentukan dengan melakukan sentrifugasi sebuah sampel
darah dalam tabung khusus dan mengukur kerapatan sel pada bagian dasar tabung.
Hematokrit pada laki-laki berkisar antara 42% sampai 54% dan pada perempuan
38% sampai 48%. Hematokrit dapat bertambah atau berkurang, bergantung pada
jumlah eritrosit atau factor-faktor yang mempengaruhi volume darah, seperti
asupan cairan atau air yang hilang.1
Sel-sel darah merah menstranpor oksigen keseluruh jaringan melalui
pengikat hemoglobin terhadap oksigen. Hemoglobin sel darah merah berikatan
dengan karbon dioksida untuk transport ke paru-paru, tetapi sebagian besar
karbon dioksida yang di bawa plasma berada dalam bentuk ion bikarbonat. Suatu
enzim (karbonat anhidrase) dalam eritrosit memungkinkan sel darah merah
bereaksi dengan karbon dioksida untuk membentuk ion bikarbonat. Ion bikarbonat
berdifusi keluar dari sel darah dan masuk ke dalam plasma. Sel darah merah juga
berperan penting dalam pengaturan pH darah ion bikarbonat dan hemoglobin
merupakan bufer asam basa.1
Produksi eritrosit diatur eritopoietin, suatu hormon glikoprotein yang
diproduksi terutama oleh ginjal,. Kecepatan produksi eritropoitein berbanding
terbalik dengan persediaan oksigen dalam jaringan. Hormon lain, seperti kortison,
hormone tiroid, dan hormone pertumbuhan, juga mempengaruhi sel darah merah.1
Faktor diet esensial untuk produksi sel darah merah adalah zat besi,
tembaga, dan vitamin. Zat besi penting untuk sintesis hemoglobin oleh eritrosit.
Zat ini di simpan di berbagai jaringan, terutama hati. Kebanyakan, zat besi didapat
dalam bentuk heme dari produk hewani, sisanya merupakan besi anorganik yang
terdapat dalam sayuran. Sebagian zat besi yang diabsorpsi diangkut lewat plasma
lalu diedarkan ke seluruh tubuh. Zat besi ditemukan dalam semua jaringan tubuh,
tetapi paling banyak terdapat dalam hati, limpa, sumsum tulang, dan tulang
skeletal. Sekitar 80% zat besi tubuh ditemukan dalam hemoglobin. Sebagian besar
zat besi yang dilepas oleh heme akan diambil untuk diperbaharui.1,3
6

Sel darah merah biasanya bersirkulasi selama 120 hari sebelum menjadi
rapuh dan mudah pecah. Fragmen sel darah merah yang rusak atau terdisintegrasi
akan mengalami fagositosis oleh makrofag dalam limpa, hati, sumsum tulang, dan
jaringan tubuh lain.1

Gambar 2. Eritrosit (sel darah merah)


Sumber : Internet, web Google Images dengan kata kunci eritrosit

3. Leukosit (Sel Darah Putih)


Jumlah normal sel darah putih adalah 7.000 sampai 9.000 per mm 3. Infeksi
atau kerusakan jaringan mengakibatkan peningkatan atau penurunan jumlah toral
leukosit. Leukosit berfungsi untuk melindungi tubuh terhadap invasi benda asing,
termasuk bakteri dan virus. Karena itu, leukosit memiliki sifat fagositosis, tetapi
kemampuan lebih berkembang pada neutrofil dan monosit. Sebagian besar
aktivitas leukosit berlangsung dalam jaringan dan bukan dalam aliran darah.
Leukosit memiliki sifat diapedesis, yaitu kemampuan untuk menembus pori-pori
membran kapiler dan masuk ke dalam jaringan dengan gerakan amuboid (gerakan
seperti amuba).1
Biasanya, setelah diproduksi di sumsum tulang, leukosit bertahan kurang
lebih satu hari dalam sirkulasi sebelum masuk ke jaringan. Sel ini tetap dalam
jaringan selama beberapa hari, beberapa minggu, atau beberapa bulan. Sel yang

memiliki granula sitoplasma disebut granulosit; sel tanpa granula disebut


agranulosit.1
Pada sel yang memiliki granula sitoplasma disebut granulosit, terbagi
menjadi neutrofil, eusinofil, dan basofil. Neutrofil mencapai 60% dari jumlah sel
darah putih, memiliki granula kecil berwarna merah muda dalam sitoplasmanya,
dan diameternya mencapai 9 m sampai 12 m. Neutrofil sangat fagositik dan
sangat aktif. Sel-sel ini sampai di ajringan terinfeksi yntuk menyerang dan
menghancurkan virus, bakteri, atau agens penyebab cedera lainnya. Eosinofil
mencapai 1 sampai 3% jumlah sel darah putih. Memiliki granula sitoplasma yang
kasar dan besar, dengan pewarnaan oranye kemerahan, dan diameternya mencapai
12 m sampai 15 m. Eosinofil merupakan fagositik lemah yang jumlahnya
meningkat saat terjadi alargi atau penyakit parasit, berkurang selama stress
berkepanjangan. Selain itu, sel ini mengandung peroksidase dan fosfatase, yaitu
enzim yang mampu menguraikan protein. Basofil mencapai kurang dari 1%
jumlah leukosit. Basofil memiliki sejumlah granula sitoplasma besar yang
bentuknya tidak beraturan dan akan berwarna keunguan sampai hitam dan
diameternya mencapai 12 m sampai 15 m. Fungsi basofil menyerupai sel mast.
Sel ini mengandung histamin, yang berperan dalam meningkatkan aliran darah ke
jaringan yang cedera, dan juga antikoagulan heparin, mungkin untuk mencegah
penggumpalan darah intravaskular.1,6 (Lihat Gambar 3)
Pada sel tanpa granula disebut agranulosit, terbagi menjadi limfosit dan
monosit. Limfosit mencapai 30% jumlah total leukosit dalam darah. Sebagian
besar limfosit ditemukan di jaringan limfatik. Rentang hidupnya dapat mencapai
beberapa tahun. Limfosit mengandung nukleus bulat berwarna biru gelap yang
dikelilingi lapisan tipis sitoplasma. Ukurannya bervariasi, terkecil 5 m sampai 8
m, terbesar 15 m. Limfosit berasal dari sel-sel batang sumsum tulang merah,
tetapi melanjutkan diferensiasi dan proliferasinya dalam organ lain. Sel ini
berfungsi dalam reaksi imunologis. Monosit mencapai 3 sampai 8% jumlah total
leukosit. Monosit adalah sel darah terbesar, diameternya rata-rata berukuran 12
m sampai 18 m. Nukleusnya besar, berbentuk seperti telur atau seprti ginjal,
yang dikelilingi sitoplasma berwarna biru keabuan pucat. Monosit sangat fagositik
8

dan sangat aktif. Sel ini siap bermigrasi melalui pembuluh darah. Jika monosit
telah meninggalkan aliran darah, maka sel ini menjadi histiosit jaringan. 1,6 (Lihat
Gambar 3)

Gambar 3. Limfosit (sel darah putih)


Sumber : Internet, copyright @ 2001 Benjamin Cummings, an imprint of Addison Weslay
Longman, Inc.

4. Trombosit (Keping Darah)


Berjumlah 250.000 sampai 400.000 mm 3. Bagian ini merupakan fragmen
sel tanpa nukleus yang berasal dari megakariosit raksasa multinukleus dalam
sumsum tulang. Ukuran trombosit mencapai setengah ukuran sel darah merah.
Sitoplasmanya terbungkus suatu membran plasma dan mengandung berbagai jenis
granula yang berhubungan dengan proses koagulasi darah. Fungsi trombosit
adalah berperan dalam hemostasis (penghentian perdarahan) dan perbaikan
pembuluh darah yang robek.1 (Lihat Gambar 4)

Gambar 4. Trombosit (keping darah)


Sumber : Internet, web Google Images dengan kata kunci trombosit

5. Plasma Darah
Adalah cairan bening kekuningan yang unsur pokoknya sama dengan
sitoplasma. Plasma terdiri dari 97% air dan mengandung campuran kompleks zat
organik dan anorganik. Protein plasma mencapai 7% plasma dan merupakan satusatunya unsur pokok plasma yang tidak dapat menembus membran kapiler untuk
mencapai sel. Ada tiga jenis protein plasma yang utama yaitu albumin (sekitar 55
sampai 60%), globulin (sekitar 30%), dan fibrinogen (4%). Selain itu, plasma juga
mengandung nutrien (asam amino, gula, dan lipid), gas darah (O 2, CO2, dan N2),
mineral, hormon, vitamin, elektrolit plasma (ion natrium, kalium, magnesium,
klorida, kalsium, bikarbonat, fosfat dan ion fosfat), dan zat-zat sisa.1
Sistem Sirkulasi Darah
Adalah suatu sistem tertutup yang mengatur dan mengalirkan darah di
dalam tubuh. Dikatakan tertutup karena pada keadaan normal tidak ada darah
yang berada di luar wadah aliran darah. Wadah itu bisa berupa pembuluh nadi,
pembuluh balik, kapiler atau rongga di organ tertentu.8
Darah yang mengandung oksigen dan nutrisi dialirkan dari jantung menuju
kapiler melalui pembuluh aorta dan arteri. Di kapiler, setelah terjadi pemberian
nutrisi dan pertukaran antara oksigen dan karbon dioksida di jaringan, darah
dialirkan kembali ke jantung melalui pembuluh vena. Di jantung, darah yang
10

banyak mengandung karbon dioksida dialirkan oleh pembuluh arteri pulmo


menuju paru-paru. Setelah terjadi pertukaran antara karbon dioksida dengan
oksigen di paru-paru, darah yang kaya oksigen dibawa kembali ke jantung oleh
pembuluh vena pulmo, lalu darah dialirkan kembali ke seluruh tubuh dengan
pembuluh aorta dan arteri.1
Pada sistem sirkulasi darah, tekanan darah juga berperan. Tekanan darah
arteri rata-rata adalah gaya utama yang mendorong darah ke jaringan. Tekanan
tersebut harus cukup tinggi untuk menghasilkan gaya dorong yang cukup. Tanpa
tekanan ini, otak dan jaringan lain tidak akan menerima aliran darah. Sebaliknya,
tekanan tidak boleh terlalu tinggi, sehingga menimbulkan beban kerja tambahan
bagi jantung dan meningkatkan risiko kerusakan pembuluh serta kemungkinan
pecahnya pembuluh-pembuluh halus.6

11

Penutup
Kesimpulan
Gejala cepat lemah dan lemas dapat terjadi karena beberapa hal. Bisa
karena kurangnya kadar darah dalam tubuh, sistem sirkulasi darah yang tidak
baik, kekurangan oksigen, dan dalah satunya adalah kekurangan zat besi.
Kurangnya kadar zat besi salah satunya dapat diakibatkan kurangnya asupan
makanan yang kaya zat besi
Pada hemoglobin, terdapat beberapa heme. Setiap satu heme memiliki satu
besi yang akan berikatan dengan satu oksigen. Ketika kadar zat besi berkurang,
maka zat besi yang mengikat oksigen akan berkurang dan akibatnya kadar oksigen
dalam hemoglobin berkurang. Jika kadar oksigen dalam hemoglobin berkurang
sedangkan kebutuhan tubuh akan oksigen banyak, maka darah akan kekurangan
oksigen.
Salah satu gejala berkurangnya kemampuan darah untuk membawa
oksigen adalah kurang tenaga sehingga cepat lelah dan lemas. Apalagi pada
wanita yang menstruasi. Zat besi yang dikeluarkan cukup banyak padahal tubuh
kekurangan zat besi.
Jadi, gejala cepat lelah dan lemas terutama saat menstruasi berhubungan
dengan anemia defisiensi besi.

12

Daftar Pustaka
1.

Sloane E. Anatomi dan fisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;


2004.h.218-224.

2.

Corwin EJ. Buku saku Patofisiologi. Edisi 3. Jakarta: EGC; 2007.h.427.

3.

Mitchell RN, dkk. Buku saku dasar Patologis penyakit Robbins & Cotran.
Edisi 7. Jakarta: EGC; 2006.h.373-4.

4.

Suhandi S. Buku saku Hematologi. Edisi 3. Jakarta: EGC; 2001.h.11-2.

5.

Bloom, Fawcett. Buku ajar histologi. Edisi 12. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2002.h.824-34.

6.

Sherwood L. Fisiologi manusia; dari sel ke sistem. Edisi 6. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2012.h.330-57.

7.

Murray RK, et al. Harpers Biochemistry. Ed 28th. America: Appleton &


Lange; 2009.p.359-65.

8.

Wibowo DS. Anatomi tubuh manusia. Jakarta: Grasindo; 2008.h.52-3.

13

Anda mungkin juga menyukai