A. Pendahuluan Para wirausahawan menyukai mengambil resiko realistik karena mereka ingin berhasil. Mereka mendapat kepuasan besar dalam melaksanakan tugas-tugas yang sukar tetapi realistik dengan menerapkan keterampilan-keterampilan mereka. Jadi, situasi resiko kecil dan situasi tinggi dihindari karena sumber kepuasan ini tidak mungkin terdapat pada masing-masing situasi ini. Ringkasnya, wirausaha menyukai tantangan yang sukar namun dapat dicapai. Resiko lahir sebagai akibat kelalaian orang (SDM), proses yang tidak sesuai dengan sistem, prosedur atau penggunaan teknologi baru. Selain itu resiko juga disebabkan oleh faktor eksternal misalnya pesaing baru mampu mengubah paradigma bisnis atau bencana alam. Pada pokok bahasan ini akan menyajikan tentang pengertian dan identifikasi resiko bisnis, tipologi pengambilan resiko bisnis, dan mengevaluasi resiko bisnis. B. Pengertian dan Identifikasi Resiko Bisnis Para wirausaha menyukai mengambil resiko realistik karena merea ingin berhasil. Mereka mendapat kepuasan besar dalam melaksanakan tugas-tugas yang sukar tetapirealistik dengan menerapkan keterampilan-keterampilan mereka. Jadi, situasi resiko kecil dan situasi resiko tinggi dihindari karena sumber kepuasan ini tidak mungkin terdapat pada masing-masing situasi itu. Ringkasnya, wirausaha menyukai tantangan yang sukar namun dapa dicapai (Meredith et al., 1988). Hisrich & Peters (1992), menyatakan bahwa jiwa wirausaha ditimbulkan dari berbagai latar belakang pendidikan, lingkungan keluargadan pengalaman kerja. Wirausaha adalah proses dinamik dalam tahapan pencapaian kesejahteraan dengan resiko waktu dan resiko lainnya. Wirausahawan dikenal sebagai pengambil resiko (risk taker) sejati, hasilnya adalah kemampuan memndapatkan keuntungan, dan hal ini memiliki peranan penting dalam pencapaian lapangan kerja. Glancey, dan Pattigrew (1998) mengemukakan bahwa terdapat dua kelompok wirausahawan yang satu sama lian berlawanan, yaitu kelompok opportunist dan craft etrepreneur. 1. Kelompok wirausahawan opputurnist dicirikan oleh rendahnya tingkat pendidikan (terutama pendidikan teknis) dan kurangnya pengalaman manajerial, mereka enggan untuk menggunakan bantuan dari luar, dan melakukan reaksi terhadap
perubahan berdasarkan kebutuhan pasar ketimbang proaktif dalam menciptakan
usaha baru. 2. Kelompok craft enterpreneur adalah kelompok wirausaha yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi, pengalaman manajerial yang baik dan proaktif menciptakan usaha baru. Penilaian situasi seorang wirausaha berlainan sekali dari dua tipe orang di atas. Perbedaan hakiki terletak pada kenyataan bahwa seorang wirausaha akan menilai kemungkinann sukses perusahaan itu, secara sistematik dan menyeluruh serta sampai keberanian mengambil resiko yang dapat mempengaruhi kemungkinan tersebut. Resiko bisnis adalah tingkat resiko yang terkandung dalam operasi perusahaan apabila ia tidak menggunakan utang. Makin besar resiko bisnis perusahaan, makin rendah rasio utang yang optimal. Pengidentifikasian resiko merupakan proses penganalisaan untuk menemukan secara sistematis dan berkesinambungan resiko (kerugian
yang
potensial)
yang
menantang
perusahaan.
Langkah-langkah
mengidentifikasi resiko, yaitu :
a. Menjelaskan jenis-jenis kerugian ynag dihadapi, meliputi : kerugian hak milik, kerugian personal dan kewajiban mengganti kerugian. b. Menggunakan checklist. C. Tipologi Pengambilan Resiko Pada umumnya, ciri-ciri wirausaha saling berkaitan, terutama pada perilaku pengambil resiko. Ada tiga tipologi pengambilan resiko, antara lain : 1. Pengambilan resiko berkaitan dengan kreativitas dan inovasi serta merupakan bagian penting dalam mengubah ide menjadi realitas. 2. Pengambil resiko berkaitan dengan kepercayaan pada diri sendiri. Semakin besar keyakinan seorang pada kemampuan diri sendiri, semakin besar pula keyakinannya dan semakin besar kesediaanya untuk mencoba apa yang dilihat orang lain beresiko. 3. Pengetahuan realistik mengenai kemapuan-kemampuan wirausaha juga sangat penting. Realisme demikian akan membatasi kegiatan-kegiatan wirausaha pada situasi-situasi yang dapat mempengaruhi hasilnya. Hisrich & Petter (1992). Seseorang yang memilki jiwa wirausaha sudah pasti akan memiliki kreativitas yang tinggi untuk mencitapkan sesuatu yang belum pernah ada atau sesuatu yang baru. Untuk itu dibutuhkan kemauan dan keberanian untuk menghitung dan mengambil resiko yang moderat, dalam arti mengambil resiko yang sesuai (tidak terlalu berat dan tidak terlalu ringan).