Anda di halaman 1dari 26

Modul 2

Karakteristik dan Faktor Risiko


dalam Kewirausahaan

PENDAHULUA N

S ebelum membahas lebih dalam tentang kewirausahaan, mari kita


renungkan beberapa pertanyaan berikut.
1. Saat ini jumlah penduduk Indonesia mencapai kurang lebih 238 juta
orang dan tingkat pengangguran mencapai kurang lebih 12,6 juta orang.
Siapakah pihak yang dapat mengurangi jumlah pengangguran dengan
membuka lapangan pekerjaan?
2. Indonesia mempunyai sumber kekayaan alam yang melimpah dan
tanahnya dikenal subur. Siapakah yang akan mengembangkannya untuk
kemakmuran bangsa Indonesia?

Jawabannya tidak lain adalah para wirausahawan. Para wirausahawan


inilah yang akan menggerakkan roda perekonomian negara. Merekalah yang
mampu mengenali dan memanfaatkan peluang dan selanjutnya mengubah
peluang tersebut menjadi suatu usaha yang layak dilaksanakan. Berdasarkan
uraian di atas tergambar betapa besar peran para wirausahawan ini. Berkaitan
dengan hal itu McClelland mengatakan bahwa suatu negara akan mampu
mencapai kemakmuran jika jumlah wirausahawan negara tersebut paling
sedikit mencapai 2% dari jumlah penduduknya.
Dengan menggunakan patokan angka 2% dari McClelland tersebut,
dengan asumsi jumlah penduduk saat ini 238 juta, berarti negara Indonesia
memerlukan 4,76 juta wirausahawan yang tangguh. Andaikata rata-rata setiap
satu wirausahawan mampu menyerap sepuluh orang pekerja, maka akan
tercipta lapangan kerja untuk 41 juta penduduk. Dengan asumsi setiap
pekerja menanggung beban 4 orang, maka sebanyak 164 juta orang akan
terbantu kehidupannya. Dilihat dari segi penerimaan negara, andaikata rata-
rata seorang wirausahawan membayar pajak per bulan sebesar 10 juta, maka
2.2 Kewirausahaan z

negara akan mendapatkan penerimaan pajak sebesar 41 triliun per bulan atau
492 triliun per tahun.
Berdasarkan gambaran di atas, tergambar betapa besar peran para
wirausahawan ini dalam menggerakkan roda perekonomian suatu negara.
Oleh karena itu, dalam Modul 2 ini kami perlu membahas secara khusus
mengenai wirausahawan ini. Setelah mempelajari modul ini, diharapkan
mahasiswa mampu:
1. menjelaskan siapa sebenarnya wirausahawan;
2. menjelaskan sumber Informasi dalam mempelajari kewirausahawan;
3. menjelaskan ciri-ciri wirausahawan;
4. menjelaskan ”sisi gelap” wirausahawan;
5. menjelaskan motivasi wirausahawan.
z EKMA4370/MODUL 2 2.3

Kegiatan Belajar 1

Karakteristik Wirausahawan

P enelitian terhadap penciptaan usaha baru diawali dengan mempelajari


ciri-ciri psikologis para entrepreneur (wirausahawan). Lama-kelamaan,
ciri-ciri individual ini dibongkar, dijungkirbalikkan, dan akhirnya disadari
telah diukur dengan cara yang salah. Akibatnya, muncul kecenderungan
untuk mengukur faktor apapun, asal bukan mengukur tentang orangnya.
Kondisi ekonomi dianggap merupakan unsur yang penting, juga pemasaran,
keuangan, dan sebagainya. Tapi, keseluruhan unsur-unsur ini tidak akan
mampu menciptakan usaha baru. Tetap saja diperlukan seseorang yang
menggabungkan keseluruhan unsur tersebut dalam pikirannya, yang
meyakini bahwa inovasi memang dimungkinkan, dan memiliki motivasi
untuk tetap bertahan hingga pekerjaan terlaksana.

A. ENTREPRENEUR (WIRAUSAHAWAN)

Generasi muda abad ke-21 di Amerika sering kali dinamakan generasi X


karena mereka sering merasa diasingkan (exile) dari peluang-peluang
tradisional. Generasi abad ke-21 ini mungkin lebih tepat disebut Generasi E
karena merupakan generasi yang paling bersifat entrepreneur sejak Revolusi
Industri. Hampir 5,6 juta orang Amerika yang berusia kurang dari 34 tahun
sedang mencoba mengembangkan usaha baru milik sendiri. Sepertiga dari
entrepreneur baru ini usianya kurang dari 30 tahun. Lebih dari 60%
penduduk yang berusia antara 18 hingga 29 tahun ternyata ingin memiliki
usaha sendiri, dan hampir 80% calon pengusaha berumur antara 18 tahun
hingga 34 tahun.
Setiap orang memiliki potensi dan bebas untuk memilih menjadi
entrepreneur. Apa yang sebenarnya mendorong seseorang memilih menjadi
entrepreneur belum teridentifikasi, walaupun sebenarnya proses
kewirausahaan terus-menerus dipelajari untuk memahami kekuatan yang
mendorong seseorang menjadi entrepreneur.
Modul ini mencoba lebih menjelaskan sisi individual dan sisi psikologis
entrepreneur. Selain itu akan dijelaskan ciri-ciri umum yang sering dianggap
berkaitan dengan entrepreneur yang sukses, dan juga elemen-elemen yang
menyebabkan kegagalan. Dengan cara seperti ini diharapkan dapat diperoleh
2.4 Kewirausahaan z

pemahaman yang lengkap tentang perilaku entrepreneur, sehingga


pemahaman tersebut bisa menjadi acuan untuk mengukur potensi setiap
orang untuk menjadi pengusaha.

B. SIAPA SEBENARNYA ENTREPRENEUR?

Entrepreneur dianggap menjadi landasan dari sistem usaha dalam


perekonomian Amerika. Enterpreneur dianggap sebagai pelaku usaha yang
selalu memperbaharui diri dalam perekonomian. Entrepreneur biasanya
didefinisikan sebagai pihak yang menanggung risiko dalam penciptaan usaha
baru, sehingga biasanya merupakan orang yang optimis, pekerja keras yang
berpendirian teguh, yang memperoleh kepuasan besar karena mampu
mencari nafkah secara mandiri. Memulai usaha bukan hanya memerlukan
gagasan, tetapi juga memerlukan orang yang istimewa, yakni seorang
entrepreneur yang menggunakan rencana dan pertimbangan yang tepat, serta
kesediaan menanggung risiko untuk mendukung keberhasilan usahanya.
Didorong oleh rasa tanggung jawab yang besar dan daya tahan yang
teguh, entrepreneur biasanya bekerja sangat keras. Entrepreneur biasanya
merupakan seseorang yang optimis sehingga menganggap cangkir yang
hanya terisi setengahnya sebagai cangkir setengah penuh, sementara orang
yang pesimis menganggapnya sebagai cangkir setengah kosong. Mereka
sangat menghargai integritas dan sangat bersemangat berusaha mencapai
keberhasilan. Mereka memanfaatkan kesalahan sebagai bahan untuk belajar,
sehingga dengan penuh rasa percaya diri para entrepreneur kebanyakan
meyakini bahwa mereka sendirian mampu meningkatkan hasil usaha yang
mereka jalankan.
Banyaknya usaha baru yang gagal menunjukkan sulitnya membuka dan
menjalankan usaha. Kegagalan usaha baru paling sering terjadi karena
pengusaha baru biasanya tidak memiliki pengalaman maupun kemampuan
yang memadai. Tetapi faktor-faktor apa saja yang sebenarnya bisa membuat
perusahaan sukses? Apakah faktor-faktor ini sesuai dengan komponen-
komponen entrepreneurship. Bagian ini akan mencoba untuk membahas
masalah tersebut.
z EKMA4370/MODUL 2 2.5

C. SUMBER INFORMASI DALAM MEMPELAJARI


ENTREPRENEURSHIP (KEWIRAUSAHAAN)

Terdapat tiga jenis sumber informasi yang utama dalam usaha untuk
memahami entrepreneurship, yakni berbagai jenis publikasi, baik yang
bersifat populer maupun yang bersifat ilmiah, seperti berikut ini.
1. Jurnal teknis dan profesional.
2. Text book entrepreneurship.
3. Buku-buku tentang entrepreneurship bersifat petunjuk praktis (how-to)
yang ditulis oleh para praktisi yang memang memiliki pengalaman
aktual di lapangan.
4. Biografi atau otobiografi dari para entreprenenur.
5. Surat kabar.
6. Buletin lembaga-lembaga yang kegiatannya berkaitan dengan pembinaan
usaha baru.
7. Proceeding konferensi mengenai entrepreneurship.
8. Berbagai publikasi pemerintah yang relevan.

Sumber informasi kedua untuk memahami entrepreneurship datang dari


pengamatan langsung terhadap entrepreneur dan kegiatan yang mereka
lakukan di lapangan. Melalui pengamatan, wawancara dan studi kasus,
dicoba dipelajari pengalaman para entrepreneur dalam menjalankan
usahanya, yaitu untuk memahami ciri, karakteristik, dan kepribadian masing-
masing entrepreneur sehingga bisa ditemukan profil entrepreneur secara
umum.
Sumber informasi lain adalah pidato atau presentasi para entrepreneur,
misalnya dalam seminar, loka karya ataupun dalam pertemuan lainnya.
Walaupun tidak memberikan keterangan yang mendalam, tetapi informasi
semacam ini bisa memberikan peluang untuk memahami cara berpikir para
Entrepreneur.
2.6 Kewirausahaan z

D. KARAKTERISTIK ENTREPRENEUR

John Kao 1 menunjukkan beberapa karakteristik umum entrepreneur


F F

berikut ini.
1. Bertanggung jawab penuh, berhati yang teguh, dan memiliki daya tahan
yang tinggi.
2. Memiliki dorongan yang kuat untuk berhasil maupun untuk tumbuh.
3. Berorientasi pada peluang dan memiliki sasaran yang jelas.
4. Berinisiatif dan bersedia memikul tanggung jawab secara pribadi.
5. Memiliki ketekunan dalam memecahkan masalah.
6. Realistis dan mampu menghargai humor.
7. Mencoba memperoleh umpan balik dan memanfaatkannya.
8. Menginginkan kebebasan mengatur diri sendiri (internal locus of
control).
9. Bersedia menanggung risiko yang terhitung.
10. Tidak mengindahkan status dan tidak tertarik pada kekuasaan.
11. Memiliki integritas dan merupakan seseorang yang bisa dipercaya.

Seorang peneliti mendeskripsikan entrepreneurship sebagai berikut:

Calon entrepreneur biasanya memiliki impian, ingin mencapai ”pulau


pribadi tempat untuk membangun”, mencipta, dan mengubah impian
mereka menjadi kenyataan. Menjadi entrepreneur seakan memiliki
pulau impian dan yang lebih penting adalah memiliki perahu dan
kesediaan bekerja, mendayung perahu menuju pulau impian.
Sebagian orang hanya sanggup berputar-putar sekitar pantai tidak
mampu mencapai tujuan karena tidak paham cara mendayung maupun
cara mengendalikan perahu. Lebih buruk lagi adalah orang-orang yang
tetap di darat dan tidak masuk ke dalam perahu karena merasa takut.
Tetapi, para pemimpi ini suatu saat mungkin berubah menjadi
entrepreneur jika mereka mampu mengarahkan berbagai jenis sumber,
dari luar maupun dari dalam, untuk mengubah impian mereka menjadi
kenyataan. Setiap orang memiliki impian, tetapi mimpi entrepreneur
adalah tentang usaha.

1
John J.Kao, The Entrepreneur, Englewood Cliffs, New Jersey : Prentice-Hall, 1991,
dalam Kuratko, hal. 97.
z EKMA4370/MODUL 2 2.7

Stevenson dan Gumpert menunjukkan bahwa seseorang yang bersifat


entrepreneur biasanya imajinatif, fleksibel, dan bersedia menanggung risiko.
Selanjutnya, Hornaday mempelajari berbagai jenis literatur dan menyusun
42 ciri yang dikatakan biasanya dimiliki oleh seorang entrepreneur. Di
bawah ini ciri-ciri yang sering dianggap dimiliki entrepreneur, adalah berikut
ini. 2F F

1. Percaya diri.
2. Memiliki daya tahan dan keteguhan hati yang kuat.
3. Penuh energi dan tekun.
4. Memiliki banyak akal.
5. Kemampuan untuk mengambil risiko terhitung.
6. Dinamis dan memiliki kepemimpinan.
7. Optimis.
8. Memiliki dorongan untuk berhasil.
9. Memiliki aneka ragam kemampuan, pemahaman mengenai produk,
pasar, peralatan, dan teknologi.
10. Kreatif.
11. Memiliki kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain.
12. Memiliki kemampuan untuk membina hubungan baik dengan pihak lain.
13. Berinisiatif.
14. Fleksibel.
15. Cerdas.
16. Cenderung memiliki sasaran yang jelas.
17. Menanggapi tantangan secara positif.
18. Independen.
19. Menanggapi saran dan kritik secara positif.
20. Pandai memanfaatkan waktu dan efisien.
21. Kemampuan untuk mengambil keputusan secara cepat.
22. Bertanggung jawab.
23. Mampu melihat ke masa depan.
24. Memiliki ketelitian dan pengamatan yang lengkap.
25. Mampu bekerja sama.
26. Kecenderungan pada keuntungan.
27. Kemampuan untuk belajar dari kesalahan.
28. Kemampuan memahami kekuasaan.

2
Kuratko, hal. 98.
2.8 Kewirausahaan z

29. Memiliki kepribadian yang menyenangkan.


30. Memiliki harga diri.
31. Memiliki keberanian.
32. Memiliki imajinasi.
33. Cepat paham.
34. Mampu menerima situasi mendua.
35. Agresif.
36. Memiliki kemampuan untuk menikmati kegembiraan.
37. Efektif.
38. Menepati janji.
39. Kemampuan untuk mempercayai karyawan.
40. Peka terhadap orang lain.
41. Jujur dan memiliki integritas.
42. Memiliki kedewasaan dan keseimbangan.

Kewirausahaan juga sering kali dianggap sebagai hasil interaksi berbagai


jenis keterampilan berikut. Kontrol diri, perencanaan dan penetapan sasaran,
kesediaan menanggung risiko, inovasi, pemahaman terhadap realitas,
pemanfaatan umpan balik, pengambilan keputusan, hubungan antarmanusia,
dan kebebasan. Selain itu banyak pihak yang percaya bahwa entrepreneur
yang sukses adalah seseorang yang tidak takut menghadapi kegagalan.
Sekarang ini sepuluh karakteristik entrepreneur yang paling sering
muncul adalah Karakteristik Enterpreneur Abad 21, 3 yang terdiri dari:
F F

1. mampu mengenali dan memanfaatkan peluang;


2. memiliki aneka ragam kemampuan;
3. kreatif;
4. memiliki impian masa depan;
5. berpikiran bebas;
6. pekerja keras;
7. optimis;
8. penemu sesuatu yang baru (inovator);
9. berani mengambil risiko;
10. memiliki jiwa pemimpin.

3
Kuratko, hal. 99.
z EKMA4370/MODUL 2 2.9

Ciri-ciri baru terus-menerus ditambahkan pada 10 karakteristik


entrepreneur tersebut.
Berikut ini dicoba memberikan penjelasan yang lebih lengkap terhadap
beberapa karakteristik entrepreneur yang paling sering muncul. Walaupun
belum lengkap, tetapi penjelasan ini diharapkan mampu memberikan
pemahaman yang lebih mendalam mengenai kewirausahaan.

1. Menepati Janji, Daya Tahan, Keteguhan Hati yang Kuat


Melebihi berbagai faktor lainnya, keteguhan hati yang kuat untuk
berhasil membuat entrepreneur mampu mengatasi berbagai jenis hambatan
maupun kegagalan. Keteguhan hati yang kuat disertai tekad yang kuat
membuat entrepreneur mampu mengatasi kesulitan dan hambatan yang oleh
kebanyakan orang dianggap tidak akan dapat diatasi. Entrepreneur tidak
jarang harus menggadaikan rumah tempat ia tinggal, mengurangi gajinya
sendiri, mengorbankan waktu untuk berkumpul dengan keluarga, dan
mengurangi kenyamanan hidupnya demi keberhasilan mencapai tujuan.

2. Dorongan untuk Berhasil


Entrepreneur biasanya memacu dirinya sendiri dan memiliki dorongan
internal yang kuat untuk bersaing, melampaui standar yang ia buat sendiri,
dan berusaha mencapai sasaran yang menantang. Kebutuhan untuk mencapai
keberhasilan (prestasi) banyak dibahas dalam tulisan mengenai entrepreneur
yang dipelopori oleh David McClelland di tahun-tahun 1950-1960an
mengenai motivasi. Seseorang dengan keinginan yang tinggi untuk berhasil
ternyata merupakan pengambil risiko yang moderat. Mereka mengamati
situasi, kemudian menetapkan taktik untuk meningkatkan besarnya
kemungkinan berhasil. Karena itu, keputusan yang dianggap mengandung
risiko yang tinggi oleh orang biasa sering kali dianggap sebagai keputusan
dengan risiko yang moderat oleh entrepreneur yang memiliki dorongan kuat
untuk berhasil.

3. Berorientasi pada Peluang


Entrepreneur yang berhasil dan memiliki pikiran terbuka pada umumnya
memiliki pola yang jelas, yaitu perhatiannya lebih terpusat pada peluang
daripada terhadap sumber, struktur, ataupun terhadap strategi. Mereka
memulai usaha dari peluang dan pemahaman mereka terhadap peluang selalu
menjadi acuan dalam menyelesaikan berbagai jenis permasalahan. Dalam
2.10 Kewirausahaan z

berbagai tindakan, para entrepreneur ini selalu mengacu pada tujuan untuk
memanfaatkan peluang. Biasanya mereka menetapkan sasaran yang
cenderung tinggi tetapi masih memungkinkan untuk dicapai, sehingga bisa
menghemat energi, mampu menyeleksi peluang dengan cermat, dan paham
kapan harus mengatakan tidak. Kecenderungan terhadap sasaran juga
membuat mereka mampu menetapkan prioritas, menentukan ukuran
keberhasilan pencapaiannya, sehingga dia dapat mengukur sebaik apa kinerja
yang telah dicapai.

4. Berinisiatif dan Bertanggung Jawab


Sejak lama para entrepreneur dipandang sebagai inovator yang
independen dan juga memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Kebanyakan
peneliti menyepakati bahwa para entrepreneur merupakan pihak yang secara
aktif mengambil inisiatif. Mereka bersedia menjadi penanggung jawab
keberhasilan ataupun kegagalan suatu kegiatan. Mereka juga merupakan
pengambil inisiatif dalam pemecahan masalah atau dalam mengisi
kekosongan kepemimpinan. Mereka menyukai situasi di mana dampak dari
kehadiran ataupun keikutsertaan mereka bisa terlihat dengan jelas. Ini
dianggap merupakan ekspresi dari fitrah entrepreneur yang cenderung
bertindak.

5. Memiliki Ketekunan dalam Pemecahan Masalah


Entrepreneur tidak terganggu oleh situasi yang sulit. Mereka memiliki
rasa percaya diri yang tinggi, optimis, sehingga menganggap kondisi yang
sulit akan segera berlalu. Tetapi, sikap semacam ini bukan muncul karena
para entrepreneur bersikap “bagaimana nanti” ataupun karena “keras kepala”
dalam menghadapi hambatan. Jika permasalahan yang menghambat terlalu
mudah ataupun mustahil bisa diselesaikan, sering kali entrepreneur yang
lebih dulu menyerah. Permasalahan yang terlalu mudah mereka anggap
membosankan, sedang permasalahan yang mustahil bisa diselesaikan mereka
anggap sebagai penghamburan waktu. Walaupun entrepreneur biasanya
sangat ’keras hati’, tetapi mereka tetap realistis sehingga menyadari apa yang
bisa ataupun tidak mungkin diselesaikan. Mereka juga biasanya paham di
mana bisa memperoleh bantuan untuk menyelesaikan permasalahan yang
sulit dan tampak seakan tidak terhindarkan.
z EKMA4370/MODUL 2 2.11

6. Mencoba Memperoleh Umpan balik


Enterpreneur yang berhasil sering digambarkan sebagai pembelajar yang
baik. Tidak seperti orang biasa, mereka menonjol sekali keinginannya untuk
mengetahui, untuk berbuat, dan memperbaiki kinerja mereka. Karena itu para
entrepreneur secara aktif mencari dan memanfaatkan umpan balik. Umpan
balik ini juga merupakan acuan utama yang mereka gunakan dalam belajar,
baik dari kegagalan maupun dari kemunduran.

7. Kebebasan Mengatur Diri Sendiri (Internal Locus of Control)


Entrepreneur yang berhasil selalu percaya kepada dirinya sendiri.
Mereka tidak percaya bahwa keberhasilan ataupun kegagalan usaha yang
mereka jalankan bersumber dari kemujuran, kesialan, takdir, ataupun
kekuatan sejenis. Mereka lebih percaya bahwa kemajuan ataupun
kemunduran ada di bawah kendali dan pengaruh diri sendiri. Karena itu
mereka bisa mempengaruhi hasil dari kegiatan yang mereka jalankan. Ciri ini
selaras dengan perlunya dorongan yang kuat untuk berhasil, keinginan
bertanggung jawab, dan rasa percaya diri yang umumnya dimiliki oleh para
entrepreneur.

8. Mampu Menerima Situasi Mendua


Entrepreneur yang baru mulai membuka usaha harus terus-menerus
berhadapan dengan ketidakpastian, sehingga harus menghadapi situasi
mendua serta stres dalam setiap langkah dari usaha yang mereka jalankan.
Kegagalan dan berbagai kejutan sering mereka hadapi dan juga berbagai
ketidaksempurnaan lainnya dalam organisasi yang mereka kembangkan.
Entrepreneur yang berhasil tumbuh dan menikmati situasi mendua tersebut.
Rasa aman dalam pekerjaan ataupun pensiun bukanlah situasi yang mereka
inginkan.

9. Bersedia Menanggung Risiko yang Terhitung


Entrepreneur yang sukses bukan ‘penjudi’. Dalam menjalankan usaha,
mereka melakukan perhitungan dan berpikir dengan matang. Mereka
berusaha sebisa mungkin mencapai sukses yang lebih besar dan berusaha
menghindari risiko yang tidak diperlukan. Kadang-kadang para entrepreneur
ini berusaha mengajak orang lain terlibat agar risiko finansial menjadi
berkurang, misalnya dengan membujuk para pemasok agar mau menyediakan
bahan baku dengan pembayaran kemudian, atau meminta pemesan
menyediakan uang muka.
2.12 Kewirausahaan z

10. Memiliki Integritas dan Bisa Dipercaya


Entrepreneur biasanya memiliki integritas dan bisa dipercaya sehingga
mampu membuat entrepreneur, mengembangkan hubungan usaha yang
mampu bertahan lama. Beberapa pihak seperti pemberi pinjaman, mitra kerja,
konsumen, sangat menghargai kualitas hubungan seperti ini. Faktor integritas
bisa dipercaya membuat hubungan usaha mampu bertahan, sehingga dua
karakteristik ini penting untuk keberhasilan usaha.

11. Tidak Takut Terhadap Kegagalan


Entrepreneur memanfaatkan kegagalan untuk belajar. Proses mencoba-
coba (trial and error) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam
perjalanan menuju keberhasilan. Entrepreneur yang efektif biasanya
menanggapi kegagalan secara realistis. Mereka tidak kecil hati atau tertekan
menghadapi kemunduran atau kegagalan, malah dalam situasi sulit seperti itu
mereka mencoba mencari peluang. Banyak entrepreneur berpendapat bahwa
mereka belajar lebih banyak dari kegagalan dibanding dari keberhasilan.

12. Penuh Energi


Beban kerja yang besar dan tekanan pekerjaan yang tinggi menuntut
entrepreneur untuk mengutamakan energi. Banyak entrepreneur yang secara
cermat mengatur makanan dan minuman yang dikonsumsi, agar mampu
menghadapi beban kerja yang berat. Mereka berolahraga secara teratur dan
paham waktunya untuk beristirahat.

13. Kreatif dan Inovatif


Kreativitas pada mulanya sering dianggap sebagai bakat yang
diwariskan. Tetapi, sekarang ini mulai muncul pandangan baru bahwa
kreativitas merupakan sesuatu yang bisa dipelajari. Usaha baru sering kali
memiliki kreativitas kolektif yang muncul sebagai hasil usaha bersama
pemilik dan karyawan, sehingga kreativitas kolektif itu mampu menghasilkan
produk dan jasa yang unik.

14. Memiliki Impian (Vision)


Entrepreneur sadar ke arah mana tujuan mereka. Mereka memiliki
gambaran atau pemikiran mengenai masa depan usaha yang mereka jalankan.
Sebagai contoh, Steve Job - pendiri Apple Computer, menginginkan agar
perusahaannya bisa menyediakan komputer kecil yang bisa digunakan semua
z EKMA4370/MODUL 2 2.13

orang, mulai anak sekolah hingga pengusaha. Komputer ini bukan hanya
berfungsi sebagai mesin penghitung, namun juga merupakan bagian dari
kehidupan seseorang dalam belajar maupun berkomunikasi. Memiliki
gambaran atau konsep seperti ini membuat Apple menjadi salah satu pemain
utama dalam industri komputer mikro.
Tidak semua entrepreneur memiliki konsep sejak awal usahanya berdiri.
Beberapa entrepreneur mengembangkan konsep usahanya sambil
menjalankan usahanya menjadi besar.

15. Percaya Diri dan Optimis


Walaupun harus menghadapi banyak hambatan, rasa percaya diri para
entrepreneur tidak menjadi luntur. Pada masa sulit mereka tetap
mempertahankan rasa percaya diri dan menunjukkan keteguhan tersebut
kepada orang di sekeliling mereka. Hal ini membuat orang di sekitar mereka
tetap optimis, dan mampu menjaga tingkat rasa percaya diri agar tetap
memadai untuk menjadi kelompok kerja yang handal.

16. Independen
Keinginan untuk independen merupakan kekuatan di belakang
entrepreneur masa kini. Mereka tidak suka terhadap sistem birokrasi, dan
mempunyai keinginan yang kuat untuk menciptakan sesuatu yang berbeda,
disertai dengan kepribadian yang independen dan selalu mencoba
menyelesaikan tugas dengan cara mereka sendiri. Entrepreneur tidak selalu
menetapkan seluruh keputusan sendiri, mereka sering kali hanya memegang
kewenangan untuk menetapkan keputusan-keputusan yang paling penting.

17. Membangun Kelompok Kerja yang Handal (Team Building)


Keinginan untuk menjadi independen dan otonom tidak mengurangi
minat entrepreneur untuk mengembangkan kelompok kerja yang handal.
Entrepreneur yang sukses biasanya memiliki kelompok kerja yang handal
dengan motivasi yang tinggi. Kelompok ini mendukung perkembangan usaha
yang dijalankan. Kenyataan menunjukkan bahwa walaupun arah
pengembangan perusahaan lebih dipahami oleh sang entrepreneur, tetapi
sering kali anggota kelompok kerja lebih mahir menangani pekerjaan dan
permasalahan yang dihadapi sehari-hari.
2.16 Kewirausahaan z

RA NGK UMA N

1. Memulai usaha bukan hanya memerlukan gagasan, tetapi juga


memerlukan orang yang istimewa, yakni seorang entrepreneur yang
menggunakan rencana dan pertimbangan yang tepat, serta kesediaan
menanggung risiko untuk mendukung keberhasilan usahanya.
2. Banyaknya usaha baru yang gagal menunjukkan sulitnya membuka
dan menjalankan usaha. Kegagalan usaha baru paling sering terjadi
karena pengusaha baru biasanya tidak memiliki pengalaman
maupun kemampuan yang memadai.
3. Para entrepreneur tersebut memanfaatkan kesalahan sebagai bahan
untuk belajar, sehingga dengan penuh rasa percaya diri para
entrepreneur kebanyakan meyakini bahwa mereka sendirian mampu
meningkatkan hasil usaha yang mereka jalankan.
4. Kewirausahaan juga sering kali dianggap sebagai hasil interaksi
berbagai jenis keterampilan berikut: kontrol diri, perencanaan dan
penetapan sasaran, kesediaan menanggung risiko, inovasi,
pemahaman terhadap realitas, pemanfaatan umpan-balik,
pengambilan keputusan, hubungan antar manusia, dan kebebasan.
Selain itu banyak pihak yang percaya bahwa entrepreneur yang
sukses adalah seseorang yang tidak takut menghadapi kegagalan.
z EKMA4370/MODUL 2 2.19

Kegiatan Belajar 2

Faktor Risiko dalam


Kehidupan Entrepreneur

K ita sering mendengar kisah sukses entrepreneur. Mungkin kita sering


melihat buku-buku yang menceritakan kisah sukses pengusaha.
Mereka yang telah berhasil dengan bangga akan menceritakan bagaimana dia
mencapai kesuksesan, kiat-kiat apa yang menjadikan dia seperti sekarang ini.
Sekedar mengagumi kesuksesan entrepreneur tidaklah cukup, karena harus
disadari bahwa dibalik kesuksesan para entrepreneur tersebut, banyak kisah
duka, cerita-cerita kegagalan dan kerja keras yang harus mereka dilalui.
Berbagai bentuk kegagalan yang dialami para entrepreneur inilah yang
justru membuat mereka semakin tegar dan semakin matang dalam
menghadapi berbagai tantangan dalam menjalankan usahanya.

A. SISI NEGATIF DALAM KEHIDUPAN ENTREPRENEUR

Seperti telah dijelaskan di atas, ternyata ada juga sisi gelap (negatif)
dalam kehidupan para entrepreneur, walaupun yang lebih sering
digambarkan adalah keberhasilan dan pencapaian mereka. Sisi gelap ini
terjadi karena dorongan yang kuat dan penuh energi dari para entrepreneur
dalam menjalankan usahanya, dan ternyata hal ini membawa akibat yang
sifatnya merusak. Dalam mempelajari dua sisi dari kehidupan entrepreneur
ini, Manfred Kets de Vries menunjukkan keberadaan faktor-faktor negatif
yang bisa mempengaruhi perilaku para entrepreneur 5 . Penting bagi para
F F

entrepreneur untuk memahami faktor-faktor negatif ini.

B. ENTREPRENEUR BERHADAPAN DENGAN RISIKO

Seseorang yang membeli atau memulai usaha akan menghadapi risiko.


Makin besar keuntungan yang diperkirakan akan diperoleh dari usaha yang
dijalankan, makin tinggi juga biasanya risiko yang harus dihadapi. Hal ini

5
Manfred F.R.Kets de Vries, “The Dark Side of Entrepreneurship”, Harvard Business
Review (Nov, Dec 1985) : 160-167, dalam Kuratko hal. 104.
2.20 Kewirausahaan z

yang menyebabkan para entrepreneur cenderung menghitung risiko dengan


cara berhati-hati.
Untuk menjelaskan bagaimana cara entrepreneur menghadapi risiko,
Thomas Monroy dan Robert Folger mengembangkan pengelompokan gaya
entrepreneur. Gambar 2.1 di halaman berikut mengelompokkan entrepreneur
menurut (1) risiko finansial yang dihadapi entrepreneur dalam
mengembangkan usaha baru, dan (2) besarnya harapan untuk mendapatkan
keuntungan dari usaha yang dijalankan (profit motive).
Kegiatan mencari keuntungan (profit seeking) diartikan sebagai
keinginan yang kuat untuk memaksimumkan keuntungan, sedangkan activity
seeking menjelaskan berbagai corak kegiatan yang diinginkan karena sesuai
dengan sifat para entrepreneur, misalnya kebebasan dalam melaksanakan
kerja.
Ada berbagai macam profil orang yang berhasil memunculkan inovasi
dan memulai usaha. Mereka memang berbeda dari orang kebanyakan,
misalnya dalam hal kesediaan mereka menghadapi risiko, kemampuan
bertahan dalam situasi mendua yang tidak jelas.
Tingkat
Rendah Resiko Finansial Tinggi
yang Dihadapi

Rendah
 Menghindari resiko  Menerima resiko
 Menginginkan corak  Menginginkan corak
kegiatan tertentu kegiatan tertentu
Kuatnya
Keinginan
untuk
Memperoleh
Keuntungan  Menghindari resiko  Menerima resiko
 Menginginkan  Menginginkan
keuntungan keuntungan
Tinggi

Gambar 2.1.
6
Tipologi Gaya Entrepreneur F

6
Thomas Monroy and Robert Folger, “A Typlogy of Entrepreneurial Styles: Beyond
Economic Rationality”, Journal of Positive Entreprise IX, no.2 (1993): 64-79, dalam
Kuratko, hal. 105.
z EKMA4370/MODUL 2 2.21

Entrepreneur menghadapi berbagai jenis risiko, yang dapat


dikelompokkan sebagai berikut.

1. Risiko Finansial
Hampir dalam semua perintisan usaha baru, terdapat seseorang yang
mempertaruhkan uangnya, yang mungkin saja akan hilang lenyap
sepenuhnya apabila usaha baru tersebut gagal. Entrepreneur sering kali
dituntut untuk mempertaruhkan kewajiban perusahaan, yang sebenarnya jauh
lebih besar daripada seluruh harta pribadinya, sehingga sebenarnya para
entrepreneur berpeluang menjadi seseorang yang pailit. Karena itu wajar
apabila banyak orang yang tidak bersedia menjadi entrepreneur karena tidak
rela mempertaruhkan harta simpanannya, rumah tinggal, serta uangnya untuk
memulai sebuah usaha baru.

2. Risiko Karier
Calon entrepreneur sering kali mempertanyakan apakah mereka akan
dapat mencari pekerjaan baru atau kembali ke pekerjaan mereka semula
apabila usaha mereka ternyata gagal. Hal ini yang sering kali menjadi
pertimbangan dan hambatan bagi karyawan yang memiliki pekerjaan yang
aman dan bergaji tinggi, untuk menjadi Entrepreneur.

3. Risiko Keluarga dan Sosial


Memulai usaha baru sangat menguras waktu dan energi yang dimiliki
oleh seorang entrepreneur, sehingga sering mengganggu kewajibannya yang
lain. Entrepreneur yang sudah berkeluarga kadang-kadang terpaksa
mengabaikan keluarganya sehingga bisa menimbulkan ‘cacat emosional’
yang permanen. Selain itu pertemanan mereka juga sering terganggu karena
entrepreneur selalu disibukkan oleh pekerjaannya.

4. Risiko Kejiwaan
Boleh jadi, risiko paling besar bagi entrepreneur adalah dalam aspek
kejiwaan. Uang bisa diganti, rumah baru bisa dibangun, keluarga dan teman-
teman mungkin bisa memaklumi kesibukan seorang entrepreneur. Tetapi,
dampak psikologis entrepreneur yang pernah gagal sering kali tidak bisa
segera disembuhkan, dan akhirnya kebanyakan berakibat buruk.
2.22 Kewirausahaan z

5. Stress dan Entrepreneur


Kebanyakan entrepreneur menganggap alasan utama mengapa dia
memulai usaha adalah faktor kebebasan. Sering kali sasaran ini berhasil
dicapai oleh seorang entrepreneur, namun dengan pengorbanan yang tidak
kecil. Tidak jarang para entrepreneur tersebut mengidap sakit punggung,
pencernaannya terganggu, mengalami insomnia dan juga sakit kepala. Agar
mampu mencapai sasarannya, yaitu kebebasan, banyak entrepreneur terpaksa
membiarkan stress yang dideritanya sehingga berakibat pada munculnya
berbagai jenis penyakit.

6. Stress seorang Entrepreneur


Secara umum stress sering dianggap sebagai akibat dari kesenjangan
antara harapan dan tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi
permintaan. Jika seseorang tidak mampu memenuhi tuntutan perannya maka
terjadi stress. Seorang peneliti menunjukkan bagaimana tuntutan peran dan
lingkungan kerja bisa memunculkan stress.
Memulai dan menjalankan usaha menuntut risiko yang cukup tinggi.
Risiko bisa terjadi pada berbagai aspek seperti: finansial, karier, keluarga,
dan sebagainya. Entrepreneur juga dituntut untuk selalu terlibat dalam
kegiatan komunikasi, bergaul dengan berbagai pihak yang relevan seperti
konsumen, pemasok, pemerintah, dan sebagainya yang juga sering membawa
strees.
Walaupun hanya memiliki sumber terbatas, seorang entrepreneur tetap
harus menanggung beban biaya jika perusahaannya membuat kesalahan, dan
juga sambil menjalankan berbagai jenis pekerjaan secara simultan seperti
negosiator, salesman, dan sebagainya. Akibatnya, beban yang harus
ditanggung entrepreneur menjadi berlebihan.
Memiliki dan menjalankan usaha membutuhkan komitmen yang kuat
dengan bersedia mengorbankan waktu dan energi. Hal ini sering kali
dilakukan dengan mengorbankan kepentingan keluarga maupun kegiatan
sosial. Entrepreneur juga biasanya bekerja hanya dengan sejumlah orang
yang terbatas, sehingga ia tidak dapat mengharapkan dukungan sepenuhnya
dari orang-orang di sekelilingnya.
Stress juga bisa muncul karena corak kepribadian entrepreneur. Orang
dengan perilaku tipe A biasanya tidak sabar, penuntut, dan mudah gugup.
Individu seperti ini cenderung terbenam dalam beban kerja yang berat, dan
menangani kebanyakan aspek dari usahanya.
z EKMA4370/MODUL 2 2.23

Ciri yang menonjol dari orang tipe A adalah:


a. selalu merasa dikejar waktu;
b. terus-menerus terlibat dalam proyek yang memiliki batas waktu (dead
line), tetapi orang tipe A memang senang apabila merasa tertimbun
pekerjaan;
c. mengabaikan semua aspek kehidupan lainnya, dan memusatkan
perhatiannya pada pekerjaan;
d. cenderung mengambil tanggung jawab yang berlebihan, dan sering
merasa bahwa hanya dia yang mampu menyelesaikan permasalahan;
e. cenderung meledak-ledak, berbicara lebih cepat daripada orang lain,
biasa memaki apabila merasa kecewa, diyakini juga bahwa orang tipe A
sering terserang penyakit jantung.

7. Sumber Stress
Boyd dan Gumpert menemukan empat penyebab munculnya stress di
kalangan Etrepreneur, yaitu (1) kesepian, (2) tenggelam dalam pekerjaan,
(3) permasalahan sumber daya manusia, dan (4) keinginan untuk berhasil.

a. Kesepian
Walaupun sehari-hari dikelilingi banyak pihak, tetapi entrepreneur
merasa terisolasi jika merasa bahwa orang sekeliling mereka tidak dapat
dipercaya. Bekerja dalam waktu yang lama membuat para entrepreneur
tidak dapat kenyamanan serta dukungan dari teman-teman maupun dari
keluarga. Mereka juga cenderung jarang terlibat dalam kegiatan sosial,
kecuali apabila berpeluang untuk dimanfaatkan.

b. Tenggelam dalam Pekerjaan


Entrepreneur yang sukses sebenarnya memperoleh uang dalam jumlah
yang mencukupi untuk dinikmati. Tetapi, mereka tidak memiliki waktu
yang memadai untuk menikmati uang yang berhasil diperoleh karena
kegiatan yang dilakukan tidak ’mengizinkan’ para entrepreneur ini
mangkir. Kebanyakan entrepreneur seakan-akan ’menikah’ dengan
perusahaannya. Mereka terus-menerus bekerja dan hanya memiliki
waktu yang terbatas untuk rekreasi, mengikuti organisasi
kemasyarakatan ataupun menempuh pendidikan lanjut.
2.24 Kewirausahaan z

c. Permasalahan Sumber Daya Manusia


Dalam menjalankan kegiatan, entrepreneur bergantung dan juga harus
bekerja sama dengan mitra, karyawan dan konsumen. Entrepreneur yang
sukses biasanya bersifat perfeksionis, dan juga paham bagaimana suatu
tugas seharusnya diselesaikan. Karena itu, entrepreneur biasanya juga
menghabiskan banyak waktu untuk membuat karyawan yang kurang
terampil ataupun kurang bersemangat menjadi karyawan dengan kinerja
yang baik. Sering kali, usaha Entrepreneur ini menyebabkan karyawan
merasa terganggu.

d. Keinginan untuk berhasil


Dikatakan bahwa keberhasilan mencapai sesuatu akan membawa
kepuasan. Boyd dan Gumpert menemukan bahwa terdapat perbedaan
yang jelas antara kegagalan karena mencoba mencapai terlalu banyak
dengan gagal untuk mencapai secukupnya. Sering kali entrepreneur
memilih untuk mencoba mencapai terlalu banyak. Banyak dari mereka
yang tidak merasa puas walau berbagai tugas telah dijalankan dengan
baik. Entrepreneur biasanya menyadari bahaya dari keinginan yang tidak
terkendali, tetapi mereka memang biasanya mengalami kesulitan untuk
mengendalikan keinginan mereka untuk berhasil. Entrepreneur pada
umumnya meyakini bahwa jika mereka berhenti atau mengurangi
kecepatan maka akan segera muncul pesaing yang akan menyalip, dan
apa yang sudah mereka bangun akan menjadi hancur.

8. Menghadapi Stress
Perlu dipahami bahwa tidak semua stress bersifat buruk. Tapi, stress
yang berlebihan dapat mengganggu kehidupan seseorang, juga akan
menurunkan daya tahan tubuh. Jika stress bisa dikendalikan dalam batas-
batas yang wajar, maka efisiensi dan kinerja seseorang akan meningkat.
Boyd dan Gumpert 7 memberikan sumbangan yang berarti mengenai
F F

penyebab stress yang dihadapi para entrepreneur. Tetapi, yang lebih


berharga, mereka juga memperkenalkan teknik-teknik untuk meredam stress.
Teknik-teknik itu dapat dimanfaatkan oleh para entrepreneur untuk
memperbaiki mutu kehidupan pribadi maupun mutu dari kegiatan usahanya.

7
Boyd and Gumpert, “Coping with Entrepreneurial Stress”, dalam Kuratko, hal. 108.
z EKMA4370/MODUL 2 2.25

Teknik-teknik klasik untuk mengurangi stress seperti meditasi, relaksasi


otot, berolahraga secara rutin memang dapat membantu mengurangi stress.
Boyd dan Gumpert justru mengusulkan agar entrepreneur mencoba
memperjelas penyebab stress yang mereka hadapi. Jika penyebab stress bisa
teridentifikasi, Entrepreneur bisa memerangi stress dengan cara:
a. menyadari keberadaan stress,
b. mengembangkan cara atau mekanisme untuk mengatasi stress, dan
c. mencoba mendalami adanya keinginan-keinginan pribadi yang tidak
disadari.

Berikut ini disajikan cara-cara untuk mengurangi stres adalah sebagai


berikut.
a. Mengembangkan jejaring sesama pengusaha
Salah satu cara untuk mengobati rasa kesepian dalam mengelola usaha
adalah melalui berbagi pengalaman melalui jejaring yang dibentuk
dengan sesama pemilik perusahaan. Mendengar cerita tentang
pengalaman sukses dan juga kegagalan pengusaha yang lain bisa
membawa efek menenangkan.

b. Liburan
Salah satu cara efektif untuk mengatasi stress menurut beberapa orang
entrepreneur adalah dengan berlibur dan melupakan pekerjaan selama
berlibur. Setelah berlibur kita seakan-akan menjadi orang baru.

c. Berkomunikasi dengan Karyawan


Entrepreneur berhubungan langsung secara pribadi dengan karyawan
sehingga bisa segera mendapat dukungan perhatian dari karyawannya.
Hubungan yang bersifat pribadi sering tidak muncul pada perusahaan
berukuran besar (misalnya yang bisa dilihat dengan adanya jam kerja
yang fleksibel, kas bon, dan lain-lain). Dalam suasana di mana terdapat
hubungan pribadi dengan entrepreneur, maka karyawan sering kali
menjadi lebih produktif.

d. Mencari Kepuasan di Luar Perusahaan


Entrepreneur biasanya terikat, seakan-akan terjaring dalam kegiatan
perusahaan. Karena itu kadang-kadang entrepreneur perlu meninggalkan
perusahaan sementara waktu untuk mencari perspektif baru dan menjadi
lebih menyukai kehidupan.
2.26 Kewirausahaan z

e. Melakukan Pendelegasian
Implementasi cara mengatasi stress ternyata memerlukan waktu. Karena
itu, entrepreneur perlu melakukan pendelegasian tugas agar ia memiliki
waktu yang memadai untuk mengimplementasikan cara mengatasi
stress. Tetapi, sering kali para entrepreneur tidak bersedia melakukan
pendelegasian karena ia mengira harus sepanjang waktu harus terlibat
dalam kegiatan usaha. Karena itu perlu ditemukan dan dilatih karyawan
yang bisa dipercaya untuk menerima pendelegasian tugas dari
entrepreneur.

C. EGO ENTREPRENEUR

Selain menghadapi risiko dan juga mengalami stress, entrepreneur juga


bisa mengalami akibat negatif dari melambungnya ego. Adanya karakteristik
tertentu yang mendorong para entrepreneur ke arah keberhasilan, juga bisa
membuat mereka terlalu percaya diri secara berlebihan. Berikut ini dijelaskan
empat jenis karakteristik yang berpotensi merusak para entrepreneur.

1. Keinginan yang Berlebihan untuk Mengontrol


Entrepreneur biasanya memiliki keinginan yang kuat untuk bisa
mengendalikan usaha maupun mengatur masa depan. Keinginan untuk
menjadi pengendali ternyata juga membuat para entrepreneur ingin
mengendalikan segalanya, sehingga para entrepreneur biasanya hanya
bersedia bekerja dalam situasi terstruktur apabila struktur tersebut mereka
buat sendiri. Karena itu, sering muncul masalah dalam bekerja sama, karena
pengendalian dari luar dianggap ancaman bagi independensi entrepreneur.
Karakteristik yang bisa mendorong entrepreneur untuk sukses juga ternyata
bisa membawa pengaruh bersifat negatif.

2. Rasa Tidak Percaya


Karena harus selalu mengamati pesaing, konsumen, perubahan peraturan
dan berbagai unsur lainnya, maka entrepreneur perlu terus-menerus
memantau lingkungan. Mereka berusaha untuk mengantisipasi dan bisa ber-
tindak lebih dulu daripada pihak lain yang kesadarannya muncul terlambat.
Karena selalu waspada, sering kali perhatian mereka malah terfokus
pada masalah yang tidak penting, dan akibatnya menjadi kehilangan
pemahaman mengenai realitas, menjadi tidak logis, dan akhirnya mengambil
z EKMA4370/MODUL 2 2.27

tindakan-tindakan yang sebenarnya merusak. Rasa tidak percaya adalah pisau


bermata dua.

3. Keinginan Berlebihan untuk Terlihat Sukses


Ego dalam diri seorang entrepreneur adalah gejolak yang kuat ingin
selalu berhasil, sekecil apapun peluang untuk mencapai keberhasilan tersebut.
Karena itu banyak entrepreneur tumbuh menjadi orang yang bersikap
menantang, yang terus-menerus berusaha agar terlihat sukses. Proyek pribadi
yang menunjukkan keberhasilannya sering dianggap lebih penting daripada
perusahaannya sendiri. Keinginan untuk berhasil ternyata juga memiliki sisi
negatif.

4. Optimisme yang Berlebihan


Optimisme para entrepreneur merupakan faktor kunci dalam perjalanan
menuju keberhasilan. Entrepreneur memiliki antusiasme yang tinggi, hingga
akhirnya membentuk optimisme. Hal inilah yang menyebabkan entrepreneur
tetap diikuti walaupun dalam masa sulit. Tetapi, apabila antusiasme itu
berlebihan, maka entrepreneur bisa mengabaikan fakta, kecenderungan,
ataupun suatu laporan, dan bahkan bisa membohongi diri sendiri bahwa
seakan-akan semuanya berjalan lancar. Perilaku semacam ini tidak akan
mampu berhadapan dengan realitas dunia usaha.
Berdasarkan uraian di atas, hendaknya Anda tidak mengartikan bahwa
semua entrepreneur memiliki sifat buruk, tetapi calon entrepreneur perlu
mengetahui bahwa terdapat ”sisi gelap” dari entrepreneurship.

D. MOTIVASI ENTREPRENEUR

Mempelajari mengapa seseorang memulai usaha, dan bagaimana mereka


berbeda dari kebanyakan orang yang tidak mencoba membuka usaha ataupun
gagal memulai usaha, dapat memberikan gambaran mengenai motivasi yang
mendorong entrepreneur waktu awal memulai usaha, dan ternyata hal itu
berkaitan dengan perilaku yang ditunjukkannya kemudian dalam menjaga
kelangsungan hidup perusahaan.
Walaupun penelitian tentang karakteristik psikologis entrepreneur belum
mampu menunjukkan profil entrepreneur yang bisa disepakati semua pihak,
tetapi penting untuk mengenali kontribusi faktor-faktor psikologis terhadap
proses entrepreneurial. Penelitian terhadap penciptaan usaha baru dan
2.28 Kewirausahaan z

kesediaan untuk mempertahankan usaha tersebut sebenarnya berhubungan


langsung dengan motivasi entrepreneur. Salah satu studi menunjukkan peran
penting kepuasan terhadap kesediaan entrepreneur untuk bertahan di
perusahaan. Jenis sasaran, sikap, latar belakang, merupakan faktor-faktor
penentu kepuasan entrepreneur. Penelitian sejenis mencoba memeriksa
proses tumbuhnya motivasi yang dialami entrepreneur seperti yang disajikan
pada Gambar 2.2. berikut ini 8 . F F

Pembanding Manfaat
an hasil / instrinsik /
ekspektasi ekstrinsik

KP LP SP
Keputusan
utk menjadi Strategi Manajemen Hasil yang
atau berlaku Entre- Entre- Dicapai
sebagai En- preneur preneur Perusahaan
trepreneur
LU Gagasan

Persepsi thd
hasil / imple-
mentasi

KP = Karakteristik Pribadi
LP = Lingkungan Pribadi
SP = Sasaran Pribadi
LU = Lingkungan Usaha

Gambar 2.2.
Model Motivasi Entrepreneur

Keputusan untuk berkelakuan sebagai entrepreneur merupakan hasil


interaksi berbagai faktor. Salah satu kumpulan faktor yang terlibat
menyangkut karakteristik pribadi individu, lingkungan pribadi dan
lingkungan usaha yang relevan, sasaran pribadi, dan adanya gagasan yang
memang layak dikembangkan. Seorang calon entrepreneur akan

8
Douglas W.Naffziger, Jeffrey S.Hornsby, and Donald F.Kuratko, “A Proposed
Research Model of Entrepreneurial Motivation”, Entrepreneurship Theory and
Practice (spring 1994): 29-42, dalam Kuratko: hal .112
z EKMA4370/MODUL 2 2.29

membandingkan perkiraan hasil yang akan diperoleh dengan harapan


pribadinya. Berikutnya, ia akan mencoba melihat hubungan antara perilaku
sebagai entrepreneur yang akan dijalankannya dengan hasil yang diharapkan.
Menurut model di atas, harapan entrepreneur akan dibandingkan dengan
hasil aktual yang diperoleh perusahaan. Perilaku entrepreneur di masa depan
bergantung pada hasil pembandingan ini. Apabila hasil yang diperoleh
mampu menyamai atau melebihi harapan, maka perilaku entrepreneur akan
terdorong untuk menjadi kuat, dan ia akan termotivasi untuk tetap
berperilaku sebagai entrepreneur, baik melalui usahanya yang sedang
berjalan ataupun melalui usaha baru, tergantung sasaran yang ia inginkan.
Apabila hasil yang diperoleh gagal memenuhi harapannya, motivasi
entrepreneur akan berkurang, menurun, dan bisa mempengaruhi terhadap
minatnya untuk tetap berkelakuan sebagai entrepreneur. Persepsi semacam
ini juga akan berpengaruh terhadap corak strategi dan implementasinya dan
juga corak manajemen atau pengelolaan perusahaan.

RA NGK UMA N

Dalam usaha untuk menjelaskan perspektif atau pemahaman tentang


sifat entrepreneur yang terdapat dalam diri seseorang, modul ini
mencoba menyajikan karakteristik atau ciri-ciri entrepreneur yang
sukses. Selain itu, juga dijelaskan sisi gelap dari sifat entrepreneur, yang
mengungkapkan berbagai faktor yang sifatnya negatif atau merusak bagi
para entrepreneur. Selanjutnya, juga dilakukan pembahasan terhadap
model yang memperlihatkan berbagai faktor yang ikut mempengaruhi
motivasi para entrepreneur dalam menjalankan usahanya.
Pertama-tama, penting untuk mengenali keberadaan berbagai
sumber informasi yang berkaitan dengan pengetahuan mengenai
entrepreneur. Tiga sumber utama tersebut adalah:
1) berbagai jenis publikasi yang relevan;
2) melalui pengamatan atau observasi langsung terhadap para
entrepreneur;
z EKMA4370/MODUL 2 2.31

3) dengan mencermati presentasi yang dilakukan oleh para


entrepreneur ataupun berbagai studi kasus mengenai kegiatan para
entrepreneur yang melakukan kegiatan secara aktual di lapangan.

Berbagai jenis studi telah dilakukan untuk mempelajari mutu dan


ciri-ciri entrepreneur yang berhasil. Beberapa ciri entrepreneur telah
dibahas dalam modul ini, seperti:
- memiliki tanggung jawab penuh;
- berhati yang teguh dan memiliki daya tahan yang tinggi;
- memiliki ketekunan dalam memecahkan masalah;
- memiliki dorongan yang kuat untuk berhasil maupun untuk tumbuh;
- memiliki kecenderungan pada peluang dan memiliki sasaran yang
jelas;
- memiliki inisiatif dan bersedia memikul tanggung jawab;
- mencoba memperoleh umpan balik dan memanfaatkannya;
- menginginkan kebebasan mengatur diri sendiri (internal locus of
control);
- memiliki toleransi terhadap situasi mendua;
- bersedia menanggung risiko terhitung;
- memiliki integritas dan bisa dipercaya;
- memiliki toleransi terhadap kegagalan;
- memiliki derajat energi yang relatif tinggi;
- kreatif, inovatif;
- memiliki impian atau gambaran mengenai masa depan;
- memiliki kepercayaan diri dan bersifat optimis;
- mendambakan independensi; dan
- memiliki kemampuan untuk membangun serta mengelola kelompok.

Bagian selanjutnya dari modul ini mencoba membahas sisi gelap


(negatif) dari kehidupan para entrepreneur, termasuk membahas
konfrontasi antara entrepreneur dengan risiko, mempelajari
permasalahan stress para entrepreneur, dan juga ciri-ciri khusus yang
mungkin mendorong munculnya ego yang berlebihan pada para
entrepreneur.
Bagian terakhir dari modul ini mencoba memperkenalkan suatu
model yang menjelaskan munculnya motivasi yang mendorong
munculnya entrepreneur. Menyadari adanya sumbangan faktor-faktor
kejiwaan terhadap proses muncul dan tumbuhnya para entrepreneur,
model ini menunjukkan hubungan harapan para entrepreneur dan hasil
aktual yang berhasil mereka capai terhadap tumbuhnya motivasi para
entrepreneur untuk memulai dan mempertahankan usaha yang
dijalankannya.

Anda mungkin juga menyukai