Bahan Kuliah PSDME Gravity Concentration
Bahan Kuliah PSDME Gravity Concentration
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Sifat Fisik dan Karakteristik Mineral Endapan Timah
Endapan bijih timah pada umumnya berasal dari magma asam. Sehingga
keterdapatannya
berhubungan
dengan
adanya
batuan
granit.
Dalam
Cassiterite (SnO2)
Cassiterite merupakan mineral utama dalam endapan timah yang
mengandung unsur Sn. Dengan menggunakan mikroskop, dapat terlihat
bahwa mineral ini memiliki warna merah marun, merah kecoklatan atau
merah kehitaman. Cassiterite memiliki kilap minyak dengan berat jenis 6,9 7. Jika terkena larutan HCl, mineral ini akan mengalami perubahan warna
menjadi pucat keabu-abuan. Cassiterite dapat dialiri arus listrik (konduktor).
Cassiterite merupakan mineral utama dalam endapan bijih timah, sedangkan
yang dimaksud timah murni adalah Stannum (Sn) atau biasa disebut timah
2.
putih.
Xenotime (YPO4)
Mineral ini berwarna kuning keputih-putihan (putih keruh) dengan
berat jenis 4,6. Xenotime tidak dapat dialiri listrik tapi dapat ditarik oleh
3.
magnet (magnetik).
Ilmenite (FeTiO3)
Mineral ini berwarna hitam gelap dengan permukaan yang kasar atau
berbintik-bintik. Ilmenite memiliki berat jenis 4,7. Selain itu, mineral ini
4.
5.
Universitas Sriwijaya
7.
8.
konduktor.
Siderite (FeCO3)
Mineral ini memiliki warna seperti Pyrite tetapi berbentuk menyerupai
gumpalan (bulat). Siderite termasuk mineral konduktor dengan berat jenis
9.
3,9.
Marcasite (FeS2)
Mineral ini memiliki warna seperti Pyrite dan Siderite tetapi berbentuk
panjang (berbatang-batang). Marcasite termasuk mineral konduktor dengan
CC
h f
l f
Universitas Sriwijaya
memperhatikan dua faktor yang utama di atas, diperoleh rumusan hasil bagi dari
berat jenis mineral ringan dan mineral berat dengan di kurangi berat jenis
medium, yang disebut dengan Concentration Criterion (CC). Definisi dari
Concentration Criterion (CC) itu sendiri adalah tingkat keberhasilan pemisahan
mineral berharga dengan pengotornya yang ditentukan oleh perbedaan berat jenis
didalam media. Dibawah ini merupakan rumus dari Concentration Criterion (CC)
itu sendiri.
............................ (2.1)
Keterangan :
CC = Concentration Criterion
h = Spesific gravity mineral berat
6,9 1,03
3,739
2,6 1,03
Universitas Sriwijaya
Akan tetapi untuk memisahkan kasiterit (Bj = 6,9) dengan pyrite (Bj = 5)
sulit dilakukan Gravity Concentration karena :
CC
6,9 1,03
1,479
5,0 1,03
Sedangkan untuk untuk memisahkan monasit (Bj = 6,9) dengan quartz (Bj =
2,6) ekonomis untuk dilakukan Gravity Concentration karena :
CC
2,27
quartz air
2,6 1,03
berpengaruh pada proses pemisahan. Pemilihan alat pemisahan dapat juga dilihat
dari kondisi karakteristik butir dari mineral serta ukuran butir mineral itu sendiri.
Berikut diagram pemilihan alat pemisahan berdasarkan ukuran butir mineral
menurut Kelly dan Spottswood 1982 (Gambar 2.1).
Universitas Sriwijaya
Universitas Sriwijaya
Universitas Sriwijaya
10
Universitas Sriwijaya
11
terbawa
oleh
aliran
horizontal
diatas
akan
terbuang sebagai tailing. Pada saat terjadi suction, bed menutup kembali sehingga
Universitas Sriwijaya
12
mineral berat berukuran besar dan mineral ringan berukuran besar tidak
berpeluang masuk ke tangki. Jadi mineral berat berukuran besar akan mengendap
diatas bed untuk menunggu kesempatan pulsion berikutnya, sedangkan mineral
ringan berukuran besar akan terbawa aliran arus horizontal.
Universitas Sriwijaya
13
Universitas Sriwijaya
14
(2.2)
Keterangan :
m : massa partikel
pada
proses
pemisahan. Pada (Gambar 2.8 (a)) posisi mineral berat dengan mineral ringan
tidak jauh berbeda, sehingga pemisahan pada sistem ragging akan sulit untuk
Universitas Sriwijaya
15
dilakukan. Sementara
mineral berat telah memiliki perbedaan posisi yang sangat mencolok, sehingga
pemisahan dari mineral pada sistem ragging akan sangat mudah untuk dilakukan.
Gambar 2.8 Proses Klasifikasi pada (a) Free Settling, (b) Hindered Settling
(Nesbitt, 2001)
3.
Consolidation trickling
Consolidation trickling (Gambar 2.9) pada akhir jatuh merupakan suatu
keadaaan pada saat suction dari bed. Bed akan merapat sehingga mineral yang
mempunyai ukuran butir yang kecil dengan berat jenis besar akan mempunyai
kesempatan untuk menerobos celah-celah dari bed. Sedangkan mineral besar
dengan berat jenis kecil tidak sanggup berpindah karena pengaruh perbedaan
kecepatan pengendapan mineral dengan bed. Untuk lebih jelas dapat dilihat
pada gambar berikut.
Universitas Sriwijaya
16
bentuk gelombang yang sebangun dan bergerak secara teratur serta berulangulang yang diakibatkan oleh pulsion dan suction (A. B. Nesbitt)
Universitas Sriwijaya
17
berperan utama pulsion dan suction. Dimana ketika terjadi pulsion ragging akan
terbuka, sedangkan suction ragging akan tertutup. Pada kondisi consolidation
trickling, maka gaya yang dihasilkan panjang pukulan, merupakan gaya suction.
2.4. Jig Tipe Pan America
Jig tipe Pan America (Gambar 2.12) merupakan salah satu alat pemisah
yang digunakan dengan menggunakan metode gaya gravitasi. Jig tipe ini bisa
memisahkan mineral halus.
Universitas Sriwijaya
18
Gambar 2.12 Sketsa Penampang Bagian dalam Jig Type Pan-America (PT. Timah
(Persero) Tbk )
Prinsip
kerja
alat
Jig
tipe
Pan
terdorong
America
naik.
ini
Sehingga
adalah
batuan
apabila
pada
lapisan bed akan merenggang karena adanya tekanan. Kesempatan ini akan
dimanfaatkan oleh mineral berat untuk menerobos bed masuk ke tangki sebagai
konsentrat sedangkan mineral ringan akan terbawa oleh aliran horizontal diatas
permukaan bed dan akan terbuang sebagai tailing.
Pada saat terjadi suction, bed menutup kembali sehingga mineral berat
berukuran besar dan mineral ringan berukuran besar tidak berpeluang masuk ke
tangki. Jadi mineral berat berukuran besar akan mengendap diatas bed untuk
menunggu kesempatan pulsion berikutnya, sedangkan mineral ringan berukuran
besar akan terbawa aliran arus horizontal.
Gerakan pulsion dan suction pada Jig tipe Pan America dihasilkan dari
diaphragma yang terbuat dari karet. Diaphragm mengembang dan mengempis
sehingga menimbulkan gerakan keatas. Diapragma terletak pada bagian dalam
dari alat tersebut yang digerakkan oleh torak yang naik turun karena dihubungkan
dengan eksentrik. Underwater disalurkan pada bagian bawah saringan meelalui
sebuah klep pada saat diaphragma bergerak.
Menurut Katili (1966) pada Jig jenis Pan American, kompartemen (A)
berbentuk persegi dengan bagian dasar berbentuk kerucut terbuka (B), tepi bawah
dihubungkan dengan karet yang berbentuk lingkaran(C) dan dengan ujung atas
berbentuk kerucut (D).
Hutch bagian bawah sel sangga oleh batang eksentrik vertikal (E) dan
digerakkan oleh eksentrik (F). Hutch water masuk terus-menerus di (G) dan
Universitas Sriwijaya
19
didistribusikan oleh sekat kerucut yang lewat di bawah (H). Saringan umumnya
dari anyaman kawat dengan 0,083 x 0,475 inch, lubang dipasang dengan grid atas
dan bawah dalam bentuk keranjang (J), yang dapat digerakkan dan diganti sebagai
satu unit, dengan mengangkat kait (K). Perhatikan (Gambar 2.13). berikut :
lapisan
material
diatas
terdiri
dari
batu hematite yang berfungsi sebagai bahan perantara dalam memisahkan bijih
timah yang berat jenisnya lebih tinggi dengan bijih yang berat jenisnya lebih
rendah. Untuk menghitung kebutuhan bed jig per unit adalah
H = A x t x BJ pure hematite x jumlah cell ...................... (2.3)
Keterangan :
A = Luas area/cell (m2)
Universitas Sriwijaya
20
berfungsi
sebagai
pengatur cross
flow dan
mengatur pemasukan air ke tiap tangki jig dan menjaga keseimbangan air
dalam jig, maka air perlu ditambahkan dan dimasukkan ke dalam jig dari
bagian bawah saringan (Hutch), disebut underwater atau hutchwater. Selain itu
fungsi
yang
terpenting
adalah
untuk
mengontrol
alat
yang
berguna
untuk
menjepit
saringan jig dan menahan bed agar tetap di tempat. Kisi-kisi dibuat berpetakpetak supaya bed tersebar merata di seluruh permukaan jig. Bahan kisikisi terbuat dari kayu (papan) dan dari plat (besi) yang di lapisi oleh karet.
e. Alat Penggerak
Untuk
membuat
gerakan
isapan
yang
dan
tekanan
digunakan
secara
sebagai
dihubungkan
terus
penggerak
dengan
satu
adalah
untuk
memberikan
gaya
dorongan (Pushion) dengan menutup rapat antara tangki dan torak yang
digerakan oleh motor penggerak. Membran ini harus diklem dengan kuat,
Universitas Sriwijaya
21
sehingga tidak terjadi kebocoran atau lepas dan tidak boleh di cat karena akan
mengakibatkan mudah retak dan pecah.
g. Spigot
Spigot merupakan
alat
untuk
keluar
melewati saringan dan untuk mengatur jumlah air di dalam tangki jig. Bentuk
dari Spigot ialah kerucut yang berbahan dari karet.
2.4.2 Faktor faktor Kinerja Jig Pan America
Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja jig, antara lain :
a. Sifat-sifat umpan (feed), yakni:
1. Bentuk dan ukuran feed
Semakin besar (kasar) ukuran butir mineral, maka recovery semakin tinggi.
Tetapi ada satu hal yang harus diperhatikan, makin besar ukuran partikel
mineral makin makin cepat pula pemadatan pada bed, sehingga terjadi
kebuntuhan yang mengakibatkan feed yang masuk berikutnya tidak dapat
menerobos bed.
2. Kadar mineral
Makin tinggi atau kaya kadar mineral berharga yang masuk sebagai feed, maka
recovery akan semakin tinggi. Dan makin banyak kadar mineral pengganggu
yang masuk sebagai feed pemisahan semakin sulit, berarti perolehan recovery
akan rendah.
3. Berat jenis mineral
Semakin tinggi berat jenis mineral berharga terhadap mineral pengganggu
maka recovery akan semakin tinggi.
b. Parameter-parameter proses jig
Pada proses pemisahan dengan menggunakan alat jig, terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi efektifitas kerja jig. Adapun parameter yang mempengaruhi
proses pemisahan tersebut antara lain :
1. Panjang pukulan
Panjang pukulan adalah jarak yang ditempuh oleh torak atau membran dari
awal dorongan (pulsion) hingga akhir hisapan (suction). Untuk mengatur
panjang pukulan perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut, yaitu berat
jenis, ukuran butir, jumlah mineral ikutan, dan kekayaan timah yang digali.
Universitas Sriwijaya
22
60 v
..........................................................( 2.4)
.n
Keterangan:
S =
v =
n =
= 3,14
60 =
60 detik/menit
Dari persamaan diatas diketahui bahwa untuk perolehan kadar yang baik,
maka peningkatan panjang pukulan harus disertai dengan pengurangan jumlah
pukulan permenit dan sebaliknya. Sedangkan penyesuaian panjang pukulan
dipengaruhi oleh ukuran butir mineral. Semakin besar ukuran butir konsentrat
maka panjang pukulan semakin besar, begitu juga sebaliknya.
Menurut Norman L. Weiss laju kecepatan pengendapan mineral kasiterit
berdasarkan kondisi butir pada fluida dapat dihitung dengan rumus :
Universitas Sriwijaya
23
4dg '
........................................................................( 2.6)
3Q. '
Keterangan:
v =
d =
d =
A =
t =
bj =
bj hematite
Universitas Sriwijaya
24
Apabila underwater
keluarnya konsentrat hasil pemisahan. Besarnya ukuran lubang spigot ini akan
mempengaruhi volume air yang terdapat dalam tangki jig. Apabila ukuran
lubang spigot terlalu besar, maka volume air yang keluar melalui lubang spigot
akan menjadi besar. Hal ini akan mengakibatkan tangki jig menjadi kosong dan
jig akan mengalami kekurangan air. Untuk menjaga keseimbangan air didalam
jig, maka ukuran lubang spigot diusahakan sekecil mungkin. Hal ini bertujuan
agar pada proses pemisahan berikutnya tidak terjadi kelebihan air dan
pemakaian air tambahan dapat terjaga.
6. Motor jig
Motor jig merupakan motor penggerak pukulan yang menyebabkan
terjadinya pulsion dan suction pada proses pemisahan. Penentuan daya atau HP
motor yang digunakan berdasarkan beban yang akan didorong pada saat
pulsion, jumlah putaran gear box dan panjang pukul motor yang digunakan.
7. Jig screen
Jig screen merupakan saringan yang terbuat dari kawat (ketebalan kawat
1,5 mm) yang dipasang diantara roobster bawah dan atas. Semakin besar
Universitas Sriwijaya
25
ukuran lubang bukaan jig screen maka recovery semakin tinggi ( kebuntuan
makin lambat).
2.5. Jig di KIP
2.5.1. Jig Primer
Instalasi jig yang digunakan pada jig primer KIP 12 adalah tipe Pan
American (PA) jig yang berjumlah empat unit, satu unit memiliki empat
kompartemen. Tiaptiap jig primer memperoleh umpan (feed) dari material
undersize saringan putar. Setiap kompartemen jig primer mempunyai sebuah
lubang pengeluaran (spigot).
Prinsip kerja dari jig primer sendiri adalah dengan menggunakan gaya
suction dan pulsion. Ketika terjadi pulsion, membran mendorong bed sehingga
terbuka dan mineral yang lebih berat dari bed dalam hal ini hematite (Fe2O3)
mempunyai kesempatan untuk masuk ke rubber screen. Setelah itu terjadi suction
yang menghisap sehingga lapisan bed terisap dan tertutup kembali. Hal ini
menyebabkan mineral ringan tidak memiliki kesempatan untuk masuk ke rubber
screen dan akan terbawa oleh aliran air menuju bandar tailing.
Tujuan dari penggunaan jig primer sendiri adalah untuk mengambil mineral
berat sebanyak-banyaknya termasuk timah. Kapasitas jig primer yang ada pada
KIP Timah 12 (Lampiran K) adalah 207 m3/jam. Konsentrat dari jig primer ini
sendiri akan menjadi umpan (feed) pada jig clean up.
2.5.2 Jig Sekunder (Clean Up)
Pada jig clean up, instalasi yang digunakan sama dengan jig primer yaitu
tipe Pan American (PA) jig yang berjumlah dua unit. Prinsip kerja jig clean up
sama dengan jig primer namun pada jig clean up ukuran hematite (Fe2O3) yang
digunakan lebih kecil dan juga ukuran lubang rubber screen lebih kecil. Tiap unit
jig clean up pada KIP 12 memiliki empat kompartemen. Tujuan dari penggunaan
jig sekunder adalah untuk meningkatkan kadar timah. Kapasitas jig clean up yang
ada pada KIP Timah 12 (lampiran K) adalah 55 m3/jam. Konsentrat dari jig
sekunder selanjutnya dicuci lagi di sluice box (sakan).
2.6 Material Balance
Universitas Sriwijaya
26
F=C+T
......................(2.9)
Keterangan:
F =
C =
T =
...................................(2.10)
Keterangan:
F =
f =
C =
c =
T =
t =
Rec =
x 100%
...............................
(2.11)
Keterangan:
Rec = perolehan (recovery), %
F =
Universitas Sriwijaya
27
f =
C =
c =
Universitas Sriwijaya