Anda di halaman 1dari 15

PRESENTASI

REFRAT
POST TERM
Pembimbing:
dr. Subur Suprodjo, Sp.OG

PENDAHULUAN
posterm, prolonged pregnancy, postdates dan postmature
menimbulkan kerancuan dalam pengertian.
posmature : penggambaran janin yang memperlihatkan
adanya kelainan akibat kehamilan yang belangsung lebih
lama dari seharusnya (serotinus).
posterm atau prolonged pregnancy : adanya masa
kehamilan yang berkepanjangan yaitu kehamilan dengan
usia 42 minggu atau lebih berdasarkan perhitungan
usia kehamilan dengan menggunakan HPHT.
postterm adalah usia kehamilan genap atau lebih dari 42
minggu (294 hari) dari hari pertama menstruasi terakhir
(American College of Obstetrian & Gynaecologyst)

Angka kejadian postterm sekitar 8% dari 4


juta kelahiran di United States selama 1977.
Di Indonesia, angka kejadian kehamilan lewat
waktu kira-kira 10%; bervariasi antara 3,514%.
Perbedaan yang lebar disebabkan :
perbedaan dalam menentukan usia
kehamilan.
10% ibu lupa tanggal haid terakhir
sukar menentukan secara tepat saat ovulasi.

TINJAUAN PUSTAKA
Menurut American College of Obstetrian & Gynaecologyst
kehamilan postterm adalah usia kehamilan genap atau lebih
dari 42 minggu (294 hari) dari hari pertama menstruasi
terakhir.
Faktor2 yang berpengaruh pada kehamilan post-term :
1. tingkat pendidikan masyarakat
2. frekuensi kelahiran pre-term
3. frekuensi induksi persalinan
4. frekuensi seksio sesaria elektif
5. pemakaian USG untuk menentukan usia kehamilan
6. definisi kehamilan post-term ( 41 atau 42 minggu lengkap
).
Faktor predisposisi : anensepali, hipoplasia adrenal,
defisiensi plasental sulfatase. Pada keadaan ini tidak
terdapat kadar estrogen tinggi seperti pada kehamilan
normal.

ETIOLOGI
menjelang partus terjadi penurunan hormon
progesteron, peningkatan oksitosin serta
peningkatan reseptor oksitosin, tetapi yang
paling menentukan adalah terjadinya produksi
prostaglandin yang menyebabkan his yang kuat.
Nwosu dan kawan-kawan menemukan
perbedaan dalam rendahnya kadar kortisol pada
darah bayi sehingga menimbulkan kerentanan
akan stress merupakan faktor tidak timbulnya
his, selain kurangnya air ketuban dan
insufisiensi plasenta.

PERUBAHAN PADA
KEHAMILAN POSTTERM
1. Perubahan cairan amnion
Perubahan kualitas dan kuantitas cairan amnion.
Mencapai puncak pada UK 38 minggu (1000 ml) menurun pada
40 minggu (800 ml).
Penurunan jumlah cairan amnion berlangsung terus menjadi
sekitar 480 ml, 250 ml, 160 ml pada usia kehamilan 42,43 dan 44
minggu.
Penurunan berhubungan dengan produksi urin janin yang
berkurang.
Perubahan komposisi cairan amnion menjadi kental dan keruh
meconium aspiration syndrome.
Perkiraan jumlah cairan amnion diukur dgn USG AFI
AFI < 5 cm : oligohidramnion.
AFI 5-10 cm : penurunan volume cairan amnion.
AFI 10-15 cm : normal.
AFI 15-20 cm : peningkatan volume cairan amnion.
AFI > 25 cm : polihidramnion.

Perubahan pada
plasenta
Bertambahnya umur kehamilan perubahan
struktur plasenta.
Fungsi plasenta mencapai puncak UK 34 36
minggu dan setelah itu terus mengalami
penurunan.
Secara histologi plasenta pada kehamilan
postterm meningkatkan infark plasenta,
kalsifikasi, trombosis intervilosus, deposit fibrin
perivillosus, trombosis arteial dan endarteritis
arterial. Keadaan ini menurunkan fungsi plasenta
sebagai suplai makanan dan pertukaran gas. Hal
ini dapat menyebabkan malnutrisi dan asfiksia.
Tingkat kematangan plasenta USG

Perubahan pada janin


45% janin yang tidak dilahirkan setelah hari
perkiraan lahir, terus berlanjut tumbuh dalam
uterus. Ini terjadi bila plasenta belum mengalami
insufisiensi.
Dengan penambahan berat badan setiap minggu
dapat terjadi berat lebih dari 4000g disebut janin
besar meningkatkan risiko persalinan traumatik.
Janin postmatur mengalami :
- penurunan jumlah lemak subkutaneus
- kulit menjadi keriput dan vernik kaseosa hilang.
- rambut panjang, kuku panjang, warna kulit
kehijauan atau kekuningan karena terpapar
mekonium

DIAGNOSIS
Tanda postterm dapat dibagi dalam 3 stadium :
Stadium I Kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan
maserasi berupa kulit kering, rapuh dan mudah mengelupas.
Stadium 2 Gejala di atas disertai pewarnaan mekonium
(kehijauan) pada kulit.
Stadium 3 Terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit
dan tali pusat.
- Diagnosis : dari perhitungan rumus Naegele setelah
mempertimbangkan siklus haid dan keadaan klinis.
- Bila telah dilakukan pemeriksaan ultrasonografi serial
terutama sejak trimester pertama maka hampir dapat
dipastikan usia kehamilan.
- Pemeriksaan sitologi vagina (indeks kariotokografik > 20%)
mempunyai sensitifitas 75% dan tes tanpa tekanan dengan
kardiotokografi mempunyai spesifisitas 100% dalam
menentukan adanya disfungsi janin plasenta atau postterm.

PENILAIAN KEADAAN
JANIN
1. Tes tanpa tekanan (non stress test).
2. Gerakan janin.
Gerakan janin dapat ditentukan dengan cara :
- subyektif (normal rata-rata 7 kali/20 menit)
- obyektif dengan tokografi (normal ratarata 10 kali/20
menit).
- USG.
3. Amnioskopi.
Air ketuban yang banyak dan jernih janin
masih baik.
Air ketuban sedikit dan mengandung mekonium
akan mengalami risiko 33% asfiksia.

PENGELOLAAN
ANTEPARTUM
Diperhatikan umur kehamilan.
Penilaian kesejahteraan janin dimulai
dari umur kehamilan 40 minggu dengan
pemeriksaan Non Stess Test (NST).
Pemeriksaan profil biofisik janin lebih
baik.

Skoring biofisik menurut


Manning
Variabel biofisik
Nilai 2
Nilai 0
Gerak nafas

Dalam 30 menit ada


gerak nafas minimal
selama 30 detik

Tidak ada gerak nafas


lebih
dari 30 detik

Gerak janin

Dalam 30 menit
minimal ada 3 gerak
janin yang terpisah

Gerak kurang dari 3


kali

Tonus

Ada gerak ekstensi


dan fleksi sempurna,
atau gerak membuka
dan menutup tangan

Tidak ada
gerak/ekstensi lambat
disusul fleksi parsial

NST reaktif

Dalam 30 menit
minimal 2 akselerasi
selama 15 detik
dengan amplitudo 15
kali/menit

Kurang dari 2
akselerasi, kurang
dari 15 kali/menit

Cairan amnion

Minimal ada satu


kantung amnion
dengan ukuran

Kantung amnion < 1


cm

Nilai 10 : - janin normal dengan risiko rendah terjadi


asfiksia kronik.
- Pada postterm pemeriksaan diulang 2 kali
seminggu
Nilai 8 : - janin normal dengan risiko rendah terjadi
asfiksia kronik.
- Bila ada oligohidramnion dilakukan
terminasi kehamilan.
Nilai < 6 : kecurigaan terjadi asfiksia kronik dan
dilakukan terminasi kehamilan.
Pemeriksaan amniosintesis dapat dikerjakan untuk
menentukan adanya mekonium di dalam cairan amnion.
Bila kental maka indikasi janin segera dilahirkan dan
memerlukan amnioinfusion untuk mengencerkan
mekonium.

PENGELOLAAN
INTRAPARTUM

Induksi kehamilan 42 minggu menjadi satu putusan bila serviks


belum matang dengan monitoring janin secara serial.

Pilihan persalinan tergantung dari tanda adanya fetal compromise.


Bila tidak ada kelainan kehamilan 41 minggu atau lebih dilakukan
dua pengelolaan (induksi persalinan dan monitoring janin). Dilakukan
pemeriksaan pola denyut jantung janin.

Seksio dilakukan bila terdapat deselerasi lambat berulang,


variabilitas yang abnormal (<5 dpm) pewarnaan mekonium, dan
gerakan janin yang abnormal (<5/20 menit). Kelainan obstetri (berat
bayi > 4000 gr, kelainan posisi, partus > 18 jam) perlu diperhatikan
untuk indikasi seksio sesarea.

The American College of Obstetricians and Gynecologist


mempertimbangkan bahwa kehamilan postterm (42 minggu) adalah
indikasi induksi persalinan. Penelitian menyarankan induksi
persalinan antara umur kehamilan 41-42 minggu menurunkan angka
kematian janin dan biaya monitoring janin lebih rendah.

Anda mungkin juga menyukai