Anda di halaman 1dari 18

A.

KONSEP DASAR PENYAKIT

1. DEFINISI
Stenosis pilorik adalah penyempitan di bagian ujung lubang tepat
makanan keluar menuju ke usus haluas. Akibat penyempitan tersebut, hanya
sejumlah kecil isi lubang yang bisa masuk ke usus, selebihnya akan
dimuntahkan sehingga anak mengalami penurunan berat badan. Gejala tersebut
biasanya muncul pada usia 2-6 minggu selain muntah hebat dan menyemprot,
bayi juga terus menerus merasa lapar, buang air besar tidak teratur serta
gelisah. Dokter akan melakukan berbagai pemeriksaan dan bila terbukti
diagnosisnya stenosis pilorik, diperlukan tindakan bedah untuk melebarkan
daerah yang menyempit.

2. EPIDEMIOLOGI/INSDIEN KASUS
Stenosis pilorik terjadi pada usia < 2 tahun dan tampil dengan muntahmuntah refrakter setelah diberi makan. Paling sering pada anak laki-laki
pertama, dan bisa terdapat gangguan elektrolit berat tergantung pada
durasinya.

3. PENYEBAB/ETIOLOGI
Penyebab kelainan ini belum jelas diketahui. Kelainan ini biasanya baru
diketahui setelah bayi berumur 2-3 minggu

dengan gejala muntah yang

proyektil (menyemprot) beberapa saat setelah minum susu yang dimuntahkan


susu saja : bayi tampak selalu haus dan berat badannya sukar bertambah.
4. FAKTOR PREDISPOSISI
Hal ini diyakini bahwa bayi yang mengembangkan kondisi tidak dilahirkan
dengan pyloric stenosis tetapi bahwa bahan progresif dari lubang antara perut
1

dan usus yang terjadi setelah lahir yang terpengaruh pada bayi mulai
menunjukan gejala akibat lubang antara perut dengan usus sangat thickened
bahwa perut tidak dapat lagi kososng benar.
Hal ini tidak diketahui apa yang menyebabkan bahan dari otot dari lubang
antara perut dan usus-usus ia mungkin merupakan kombinasi dari beberapa
faktor. Beberapa peneliti percaya bahwa ibu hormon yang dapat menyebabkan
kontribusi. Lain percaya bahwa bahan dari otot perut adalah tanggapan dari
beberapa jenis reaksi alergi pada tubuh.
Beberapa ilmuwan percaya bahwa bayi dengan pyloris stenosis receptors
kekurangan dalam pyloric otot mendeteksi berhubungan dengan sendawa
oksida, sebuh kimia di dalam tubuh yang memberitahu bahwa lubang antara
perut dengan usu otot untuk bersantai. Akibatnya otot dalam keadaan kontrasi
hampir terus, yang menyebabkan ia menjadi lebih besar dan lebih kental
waktu. Mungkin membutuhkan waktu beberapa saat untuk bahan ini terjadi,
yang pyloric mengapa stenosis bayi biasanya muncul dalam beberapa minggu
setelah lahir.

5. PATOGENESIS
Obat-obatan golongan NSAID (aspirin), alcohol, garam empedu, dan obatobatan lain yang merusak lambung mengubah permeabilitas sawar epitel,
memungkinkan difusi balik asam klorida dengan akibat kerusakan jaringan
(mukosa) dan khususnya pembuluh darah. Hal ini mengakibatkan pengeluaran
histamin, histamine akan merangsang sekresi asam dan meningkatkan pepsin
dari pepsinogen. Histamine ini akan mengakibatkan juga peningkatan
vasodilatasi kapilem sehingga membrane kapiler menjadi permeable terhadap
protein, akibatnya sejumlah protein hilang dan mukosa menjadi adema.
Peningkatan asam akan merangsang syaraf kolinerik dan syaraf simpatik.
Perangsang terhadap koligenerik akan berakibat

terjadinya peningtkatan

motilitas sehingga menimbulkan rasa nyeri, sedangkan rangsangan terhadap

syaraf simpatik dan mengakibatkan reflek spasmeesohageal sehingga timbul


reguritasi aqsam Hal yang menjadi pencetus timbulnya rasa nyeri berupa rasa
seperti terbakasar yang mengandung diagnesa (keperawatan I). selain itu
rasangan terhadap syaraf sympatik juga dapat mengakibatkan terjadinya
pilorospasme yang berlanjut menjadi pilotenosis yang berakibat lanjut
makanann dari lambung tidak bisa masuk ke saluran berikutnya oleh karena
itu pada penderita ulkus peptikum setekah makan mengakami mual, kembung
dan kadang vomius. Resiko terjadinya kekurangan nutrisi bisa terjadi sebagai
manifestasi dari gejala-gejala tersebut.
Pada penderita tukak lambung mengalami peningkatan pepsin yang
berasal dari pepsinogen yang menyebabkan degrasi mucus yang merupakan
salahs atu factor lambung. Oleh karena itulah terjadi penurunan fungsi sawar
sehingga mengakibatkan penghancuran kapiler dan vena kecil. Biola hal ini
terus berlanjut akan dapat memunculkan komplikasi berupa pendarahan
Pendarahan ulkus peptikum bisa terjadi disetiap tempat, namun yang
sering adalah dinding bulbus duodenum bagian posterior, karena dekat dengan
arterigastroduodenalis atau arteri

prokreatikuduodenalis kehilangan darah

ringan dan kronik dapat mengakibatkan anemi defisiensi. Disamping itu


perdarahan juga dapat memunculkan gejala hemateneses dan melena pada
penadarahan akut akibat ulkus peptikum dapat mengakibatkan terjadinya
kekuarangan volume cairan (MK III)
Proses ulkus peptikum yang terus berlanjut, selain berakibat pendarahan
dapat pula berakibat terjadinya performasi yang berlanjut dapat menembus
oragan

sekitarnya,

diperirterium

dapat

termasuk
terjadi

peritoneum
perioritasi

bila

akibat

ulkus
inasi

temlah

kuman.

sampai
Obstruksi

merupakan salah satu komplikasi dariulkus peptikum. Obstruksi biasanya


dijumpai di daerah yang disebabkan peradangan, edema, adanya pilorusplasme
dan jaringan parut yang pada proses penyembuhan ulkus. Akibat adanya
obsturksi bisa timbul gejala anokreksia, mual, kembung dan vomitus setelah
makan.

6. GEJALA KLINIS
Gejala Pyloric stenosis biasanya mulai sekitar usia 3 bulan. Mareka adalah :

Muntah gejala pertama dari pyloric stenosis biasanya muntah-muntah.


Pada awalnya mungkin tampaknya bahwa bayi cukup sering peludahan
atas. Tapi kemudian cenderung untuk kemajuan peluru untah, dimana
air susu ibu atau formula adalah ejectedforcefully dari mulut, dalam
sebuah arc, kadang-kadang lebih dari jarak beberapa kaki peluru
muntah biasanya terjadi segera setelah akhir makan, meskipun dalam
beberapa kasus mungkin akan tertunda berjam-jam. Jarang, yang
mungkin berisi muntah darah.
Dalam beberapa kasus, vomited susu mei baru cuedled karena telah
dicampur dengan asam lambung. Muntah yang tidak bisa akan berisi
empedu, cairan yang kehijau-hijauan dari hati yang Mixes dicerna
dengan makanan setelah meninggalkan perut.
Walaupun muntah bayi dengan pyloric stenosis biasanya lapar kembali
segera setelah muntah dan akan makan. Gejala yang pyloric stenosis
dapat menipu karena meskipun bayi Mei tampak tidak nyaman, dia
mungkin tidak akan muncul dalam besar atau sakit pada awalnya
kelihatan sangat sakit.

Perubahan stools Bayi dengan pyloric stenosis biasanya memiliki


lebih sedikit, lebih kecil stools karena sedikit atau tidak ada makanan
yang dapat mencapai intestines. Sembelit atau stools lendir yang ada
didalamnya juga dapat gejala.

Kegagalan untuk mendapatkan berat dan kekelesaan sebagian besar


bayi dengan pyloric stenosis akan gagal untuk mendapatkan erat atau
akan kehilangan berat.

7. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dan laboratorium. Nilai status hidrasis. Cari sumber
infeksi. Pemeriksaan abdomen dan rektum untuk obstruksi atau anus

imperforata. Pemeriksaan radiologi sesuai indikasi. Jika anak berusia kurang


dari 2 bulan, pertimbangkan ultrasonografi untuk stenosis pilorik

8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG
1. Labotarium
Yang perlu di periksa (konsultasikan kepada dokter Anda)
a.

Darah perifer lengkap

b.

Urinalis (protein, darah, bilirubin, leokusit, biakan urin)

c.

Elektrolit darah (Na, K, Ca, Mg, Cl, P)

d.

Kadar ureum dan kreatinin darah

e.

Analisis gas darah dan asam basa

f.

Pemeriksaan fungsi hati

g.

Kadar gula

2. Ultrasonografi Abdomen (USG Perut), untuk melihat target sign atau donut
sign pada kasus stenosis pilorik hipertrofik, intusefsi (usus makan usus)
untuk menilai hati saluran empedu, ginjal, dan kandung kemih.
3. Foto polos abdomen, untuk menilai distribusi udara di dalam usus, untuk
melihat gambar air fluid level.
4. Endoskopi (gastrudodenoskopi). Bila dicurigai esoffagistis.

9. THERAPY/TINDAKAN PENANGANAN
Penanganan muntah pada anak tergantung penyebabnya, jangan berikan
obat antimuntah karena obat tersebut menyembuhkan penyebab muntahnya,
malahan dapat menyesatkan bila ternyata anak tengah menderita suatu
kelainan saluran pencernaan yang memerlukan upaya bedah selain itu obat
anti muntah juga menimbulkan efek samping.

10. PENATALAKSANAAN
1. Menjaga/mengembalikan kesimbangan cairan dan lektrolit.
2. Diberi obat muntah (sesuai petunjuk dokter), misal :
a. Domperidon (0,2-0,4) mg/kg berat badan tiap 4-8 jam).
b.

Metotkkloparamid.

c. Cisapride
3. Bila terdapat esofagitis, berikanlah antagonis H2
Misalnya : ianitidin (2-3 mg/kg berat badan/kali, 2x sehari)

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


STENOSIS PILORUS

I.

PENGKAJIAN

Identitas
Pasien :
Nama
Umur
Pendidikan
Jenis kelamin
Pekerjaan
Alamat
Lama Bekerja
Status Perkawinan
Tanggal Pengakajian
Agama
Sumber Informasi

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

Penanggung
Umur
Pendidikan
Jenis kelamin
Pekerjaan
Alamat
Lama Bekerja
Status Perkawinan
Tanggal Pengakajian
Agama
Sumber Informasi
Umur

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

Riwayat Penyakit
Muntah pada bayi
Bayi sehat aktif, yang minumnya normal, sewaktu waktu bisa saja secara
spontan mengeluarkan sedikit susu yang diminumnya. Hal ini biasanya disebut
gumoh , namun. Bila muntahnya banyak ini bisa disebabkan oleh reflux.
Sedangkan bayi berusia kurang dari 2 bulan yang tampak sakit muntah setiap
kali minum, ada kemungkinan mengalami stenosis pilorus. Tetapi bila muntah
yang tidak ada kaitannya dengan minum susu dan muntahnya berwarna hijau,
perlu dipikirkan kemungkina adanya sumbatan pada usus. Bila bayi demam
dan muntah-muntah disertai dengan batuk, itu hbisa saja krena bronkiolitis
atau bahkan pertusis. Sedangkan bila anak muntah disertai dengan diare,
itulah yang biasanya sebagai gastroenteritis.

Bila muntah disertai demam pada bayi berusia lebihd ari 2 bulan, harus
diperhatikan kesadarannya. Bila terjadi penurunan, kesadaran disertai dengan
kuduk kaku, kita harus mencurigai kemungkinan menigitis. Bila bayi tidak
mengalami demam dan muntahnya kehijauan, pikirkan kemungkinan adanya
sumbatan pada usus.
Muntah Pada Anak
Seperti sudah dikemukakan sebelumnya, bila muntah berwarna kehijauan
selalu pikirkan kemungkinan adanya sumbatan pada usus. Bila muntah tidak
kehijauan tetapi disertai dengan sakit perut terus-menerus 9lebih dari 6 jam),
pikirkan kemungkinan apendendistis atau radang usus buntu
Bila anak mengalami penurunan kesaran dan mempunyai riwayat trauma
kepala, maka kita harus memikirkan kemungkinan penyebabnya adalah trauma
kepala, namun bila tidak ada riwayat trauma kepala namun anak mengeluh
sakit kepala hebat, kuduk kaku, ada bintik bintik merah tidak ada hilang bila
ditekan, pikirkan kemungkinan meningitis.
Pada anak yang sudah agak besar bila selain muntah tinjanya berwarna
pucat (seperti dempul) apalagi bila diikuti dengan kuning (jaundice) maka
kemungkinan besar penyebabnya adalah hepatitis. Anak juga bisa muntah
akibat terlalu girang (exited) atau akibat berkendaraan (motion sickness). Di
lain pihak bila anak menunjukan dua atau lebih gejala berikut yaitu demam,
sakit saat berkemih, sakit perut, mengompol, pikirkan kemungkinan infeksi
saluran kemih.

II.
1)

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh yang b.d muntah
proyektif yang sering

2)

Kekurangan cairan yang b.d dihidrasi atau syok (atau keduanya).

3)

Nyeri yang berhubungan dengan insisi bedah

4)

Risiko infeksi yang berhubungan dengan pembedahan

5)

Ansietas (orang tua) yang b.d kurang pengetahuan tentang


penyakit, pemeriksaan diagnotic dan terapi.

6)

Defisit Pengetahuan yang berhubungan denhgan perawatan di


rumah

III.

INTERVENSI/RENCANA KEPERAWATAN

1. Dx 1
Tujuan :
Nutrisi pasien dapat terpenuhi
Kriteria hasil :
Bayi akan mempertahankan status nutrisi yang adekuat, ditandai oleh bayi
dapat menerima makanan dan muntah berkurang
Intervensi dan Rasional :
1)

Beri bayi makanan dalam porsi tegak, sendakan setiap kali


menelan sebanyak 15-30 ml ciran makann. Ciptakan suasana lingkungan
yang

tenang

dan

nyamanan.

Sebelum

pembedahan

bayi

harus

dipuasakan selama 3-4 jam bergantung pada usia bayi dan program
dokter.
2)

Tawarkan porsi makanan dalam jumlah sedikit dengan


frekuensi yang sering setiap 1-2 jam. Beri lagi setelah setiap kali
muntah.

3)

Tawarkan makanan oral berupa larutan elektrolit (misalnya,


Pedialtyte atau Ricelyte) selama pemeriksaan diagnostic.

4)

Kaji bayi untuk mendeteksi tana perburuan dehidrasi,


termasuk penurunan keluaran urine, kulit kering, turgor kulit buruk, dan
fontanel serta mata melesak ke dalam Laporankan tanda ini dengan
segera.

5)

Atur posisi bayi supaya tegak setiap kali selesai pemberian


makanan.

Rasional
1) Memberikan makanan dan menyendawakan bayi dengan cara ini,
mencegah aerofagia, dan memastikan bayi menerima makanan dalam
jumlah yang optimal
2) Pemberian makanan porsi sedikit dengan frekuensi yang sering
mengurangi volume cairan total do dalam lambung untuk sekali waktu,
yang dapat mengurangi resiko muntah, dan memberikan hidrasi yang
optimal, sampai dimulainya terapi intravena
3) Larutkan elektrolit menggantikan elektrolit yang hilang akibat muntah
berulang
4) Dokter dapat memprogramkan pemberian cairan intravena, untuk
menggantikan cairan dan mencegah syok.
5) Posisi tegak membantu mencegah aspirasi.
Orang tua akan mengalami penurunan rasa cemas yang ditandai oleh
ungkapan pemahaman tentang gangguan tersebut dan kebutuhna tentang uji
diagnostic dan terapi.

2.Dx 2
Tujuan :
Cairan dan elektrolit pasien seimbang
Kriteria hasil :

10

Bayi akan mempertahankan kesimbangan ciran dan lektrolit yang


normal yang dibuktikan oleh keluaran urine normal (11 sampai 18
ml/jam untuk seseorang neonates 17-25 ml/jam untuk seorang bayi yang
berusia lebih tua), waktu pengisian kembali kapiler 3-5 detik, turgor
kulit baik dan kadar kalium serta tanda-tanda vital sesuai dengan usia
Intervensi
1)

Rehidrasi ayi sesuai indikasi dengan larutan elektrolit eoral atau

cairan intervena.
2)

Pantau hasil uji laboratorium untuk hitung darah lengkap, berat

jenis, dan elektrolit, nitrogen urea darah, dan kadar gas darah arteri.
3)

Pantau bayi setiap 2-4 jam untuk deteksi tanda-tanda syok

termasuk peningkatan frekuensi napas dan jantung, penurunan tekanan


darah, dan pucat
4)

Kaji kulit bayi untuk deteksi tanda-tanda dehidrasi, termasuk

kulit keabu-abuan, kekeringan. Targor kulit buruk, dan fontanel cekung


5)

Timbang berat badan bayi setiap hari dan pantau asupan serta

haluaran ciaran setiap jam termasuk jumlah asupan melalui intervena


dan oral, muntah drainase, nasogastrik, urine, dan feses. Pastikan
menimbang popok.
Rasional
1)

Larutan elektrolit per oral dan ciaran intervena menggantikan

cairan dan elektrolit yang hilang akibat muntah dan dehidrasi.


2)

Dinidasi

menyebabkan

peningkatan

nilai

hemoglobin

dan

hematokrit. Muntah menyebabkan Penurunan kadar kalium dan natrium,


peningkatan berat jenis, peningkatan parsial kadar karbondioksida
arteri, dan penurunan pH.
3)

Pemantauan yang sering memungkin deteksi dini dan terapi syo,

yang dapat terjadi

akibat muntah dan hipervolimea pascaoperasi.

11

Terapi dapat mencakup pemberian cairan dan elektrolit (natrium dan


kalium) atau plasma volume expander (ambumin)
4)

Tanda ini mengidentifikasikan perlunya peningkatan asupan

cairan
5)

Menimbang berat badan setiap hari serta pemantauan asupan dan

haluran yang sering memastikan pengkajian kontinu status cairan bayi.


3.Dx 3
Tujuan :
Nyeri klien teratasi
Kriteria hasil :
Nyeri pada bayi akan berkurang ditandai dengan tangis bayi berkurang
dan bayi tidak rewel
Intervensi dan rasional :
1) Beri obat analgesik secara teratur selama 24 jam pertama setelah
pembedahan. Catat tentang keefektifan obat.
2) Ubah posisi bayi (dari posisi miring ke tengkurapan) setiap 2 jam.
Jika memungkinkan
3) Perlihatkan kepada orang tua teknik menggendong yang benar,
anjurkan mereka untuk menggendong dan memeluk bayi
4) Pantau bayi untuk distensi abdomen, gelombang peristaltik, tidak
adanya atau penurunan bising usus, dan tanda-tanda obstruksi
(misalnya, muntah billier) setiap 4 jam. Laporkan kelainan ini
dengan segera.
Rasional
1) Bayi biasanya menerima obat analgesik setelah pembedahan untuk
meredakan nyeri. Mencatat keefektifan obat bantu menentukan
tingkat kenyamanan bayi.
2) Mengganti

posisi

meningkatkan

mobilitas,

rasa

nyaman,

relaksasi otot, serta mengurangi rasa tegang akibat insisi.

12

dan

3) Dengan memperlihatkan teknik yang benar memastikan bahwa orang


tua

tidak

akan

menyebabkan

bayi

merasa

tidak

mnyaman.

Menggendong meningkatkan ikatan, menigkatkan rasa aman bayi,


cinta, dan dukungan
4) Kelainan yang demikian adalah tan-tanda komplikasi pasca operasi,
misalnya obstruksi usus atau ileus paralitikus dan kondisi ini
membutuhkan terapi yang tepat.
4. Dx 4
Tujuan :
Tidak terjadi infeksi pada luka post pembedahan pada bayi
Kriteria hasil :
Infeksi bedah bayi akan tetap bebas dari infeksi setelah perbedaan yang
di tandai oleh pembengkakan dan kemerahan di sekitar tempat insisi
berkurang dan tiadak berbagi bukuserta tidak mengeluarkan rabas yang
purulen.
Intervensi
1) Pantau balutan inisis untuk deteksi tanda-tanda infeksi (eritema,
rabas purulen, edema, peningkatan nyeri tekan, luka yang membuka,
peningkatan suhu inti) setiap 2 jam. Beri obat antibiotik, sesuai
program
2) Gunakan teknik steril ketika bersentuhan dengan tempat insisi,
sampai area tersebut benar-benar pulih, cuci tangan sebelum
bersentuhan dengan kulit, pertahankan, balutan steril dan bersihkan
luka secara meyeluruh.
Rasional
1) Pemantauan yang sering memungkinkan deteksi dini dan terapi yang
tepat untuk mengatasi infeksi
2) Teknik steril membantu mencegah infeksi bakteri

13

5. Dx 5
Tujuan:
Orang tua memahami penyakit bayinya, ansietas berkurang.
Intervensi
1)

Jelaskan kepada orang tua anatomi dan proses pengeluaran

makanan melalui traktus gastrointestinal atas normal. Gunakan alat


bantu visual jika tersedia.
2)

Berikan orang tua uji diagnostik yang diprogramkan

3)

Ajarkan orang tua tentang setiap uji diagnostik (rangkaian

pemeriksaan saluran cerna atas USG, dan pemeriksaan laboratorium)


juga tentang persiapan uji, beberapa lama uji akan berlangsung dan
perawatan paska uji)
4)

Berikan

orang

tua

informasi

tentang

peristiwa

pra

dan

pascabedah. Jelaskan juga perincian tentang menahan pemberian


makanan per oral, pemeriksaan laboratorium, sinar X, pengobatan
nyeri rencana pemberian makanan, cara menggendong bayi dan intubasi
nasogastrik.
5)

Anjurkan orang tua untuk menulis setiap pertanyaan yang muncul

dengan perawatan bayi, jawaban pernyataan mereka dengan sederhana


dan jujur.
Rasional
1)

Dengan memahami system saluran cerna dapat membatu orang

tua memahami dengan lebih baik gangguan menjalani pemeriksaan dan


terapi
2)

Memiliki jadwal pemeriksaan diagnostuik membantu orang tua

mengantisipasi peristiwa yang akan terjadi


3)

Mengetahui informasi ini membantu mengurangi rasa cemas

orang tua dan meningkatkan kerja sama, dukungan, dan keterlibatan


mereka dalam pemeriksaan diagnostic serta perawatan paska uji.

14

4)

Mengetahui apa yang akan terjadi membantu mengurangi rasa

cemas dan takut orang tua, serta meningkatkan keterlibatan mereka


dalam perawatan bayi
5)

Menganjurkan orang tua untuk menuliskan pertanyaan yang

menyenangkan dan mengurangi kecemasan.

6. Dx 6
Tujuan :
Orang tua bisa melakukan perawatan pada bayi dirumah.
Kriteria hasil:
Orang

tua

akan

mengungkapkan

pemahaman

tentang

instruksi

perawatan di rumah
Intervensi
1) Ajarkan orang tua tentang pemberian makan pada bayi : jelaskan
juga tentang formula yang digunakan, metode persiapan, volume
makanan, dan teknik pemberian makan.
2) Ajarkan orang tua cara merawat luka bedah : jelaskan perincian
tentang menggantu balutan, teknik membersihkan dan tanda-tanda
infeksi.
3) Ajarkan orang tua tujuan dan penggunaan obat-obatan (misalnya,
klorida betanekol [dovoid]) : mencakup perincian cara pemberian,
dosis, dan reaksi efek samping yang potensial.
Rasional
1) Teknik yang

demikian dapat membantu

orang tua mematuhi

penatalaksanaan pemberian makan, dan memastikan bayi menerima


nutrisi yang adekuat.
2) Penyuluhan ini membantu orang tua memberi perawatan yang
adekuat dan mengenali serta melaporkan tanda-tanda infeksi.

15

3) Penyuluhan ini meningkatkan kepatuhan terhadap penatalaksanaan


terapi. Mengetahui tanda-tanda eek sampintg yang potensial,d apat
mengarahkan orang tua segera mencari pertolongan medis ketika
membutuhkan.

16

IV.

EVALUASI

1. Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang b.d


muntah proyektif yang sering.
Bayi dapat menerima makanan dan muntah berkurang
2. Bayi dapat berkurang cairan yang b.d dehidrasi atau syok (atau
keduanya)
Mempertahankan kesimbangan caiaran dan elektrolit yang normal
3. Nyeri yang berhubungan dengan insisi bedah
Nyeri pasien dapat diatasi
4. Risiko infeksi yang berhubungan dengan pembedahan
Tidak ada infeksi akibat pembedahan
5. Ansietas (orang tua) yang b.d kurang pengetahuan tentang
penyakit, pemeriksaan diagnostic dan therapy
Orang tua paham tentang penyakit yang di derita oleh anaknya.
6. Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan perawatan di
rumah
Orang tua paham tentang instruksi perawatan di rumah

17

DAFTAR PUSTAKA
1.Pusponegoro HD, Etal. (Ed). Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak.
Edisi I. badan Penerbit IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia). Jakarta.
2005 : 64-68
2.Smehzer, Suzanne C, Bare, Brenda G. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah.
Edisi 8. jakarta : EGC
3.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2, EGC, Jakarta.
4.Carpenito, Lynda Juall, 1998, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, EGC.
Jakarta
5.Price, Syivia Anda Wilson, Lorraine M, 1995, Patofisologi, BukuI, EGC,
Jakarta.

18

Anda mungkin juga menyukai