Anda di halaman 1dari 11

TUGAS

MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

TENTANG

ANALISIS KEMITRAAN YANG DILAKUKAN PEMERINTAH KOTA


PADANG DALAM PENGADAAN BUS TRANS PADANG

Oleh:

WARISYA DZULASRI
14043098

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2016

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Suatu organisasi didirikan tentu memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai.
Pada sektor bisnis, tujuan utama didirikannya organisasi adalah untuk mencari laba
atau keuntungan yang sebesar-besarnya. Sedangkan pada sektor publik, tujuannya
adalah untuk memberikan pelayanan kepada publik atau masyarakat. Pelayanan
publik yang diberikan kepada masyarakat merupakan kewajiban yang harus dilakukan
pemerintah baik yang berada di pusat maupun di daerah.
Salah satu bentuk pelayanan publik adalah dibidang layanan angkutan atau
transportasi. transportasi merupakan salah satu unsur penting dalam roda
perekonomian, karena transportasi dapat berfungsi dalam mendorong, menggerakkan,
dan menunjang pertumbuhan ekonomi. Sistem transportasi harus ditata secara terpadu
dan tepat agar dapat mewujudkan jasa transportasi yang dapat memenuhi permintaan
atau kebutuhan masyarakat dengan layak serta dengan biaya yang murah sehingga
dapat dijangkau oleh seluruh kalangan rakyat.
Transportasi yang menyangkut hajat hidup orang banyak adalah angkutan
umum. Pengembangan angkutan umum massal di Indonesia yang berbasis jalan di
wilayah perkotaan diarahkan mampu untuk meniciptakan pelayanan publik yang
handal dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat pengguna jasa angkutan
umum. Sehingga dampaknya untuk jangka panjang dapat mengurangi ketergantungan
masyarakat terhadap kendaraan pribadi yang dapat dijadikan sebagai salah satu solusi
dalam mencegah terjadinya kemacetan terutama di kota-kota besar.
Kota Padang merupakan kota yang tak lepas dari permasalahan transportasi.
Banyaknya jumlah angkutan pribadi dan tingginya tingkat kriminalitas serta
rendahnya kualitas pelayanan di dalam angkutan umum seperti angkot atau metro
mini yang merupakan jenis angkutan umum yang banyak digunakan di Kota Padang.
Untuk itu Pemko Padang telah menyediakan layanan umum massal yang mampu
menjawab kebutuhan masyarakat Kota Padang yaitu Trans Padang.
B. Rumusan Masalah:
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah:
1. Bagaimankah bentuk kemitraan dari proyek pengadaan Trans Padang?

2. Bagaimanakah peran pemerintah Kota Padang dalam kemitraan tersebut?


3. Bagaimanakah peran pihak yang berkerjasam dengan Pemko Padang?
4. Apakah kontribusi yang dapat diberikan kepada pemerintah Kota Padang?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Bentuk Kemitraan
Trans Padang adalah layanan angkutan massal bus rapid transit (BRT) di Kota
Padang yang mulai beroperasi pada Januari 2014. Koridor pertama yang dibuka
adalah rute Lubuk Buaya Pasar Raya Padang. Pengoperasian bus ini sudah
direncanakan sejak tahun 2007, namun terus tertunda oleh berbagai faktor. Pada tahun
2011, Kementerian Perhubungan menunjuk tiga kota, yakni Padang, Surabaya, dan
Makassar, untuk penerapan BRT pada tahun itu, namun hal tersebut kembali gagal
terealisasi hingga 2012 dan 2013.
Bus Trans Padang memiliki kapasitas penumpang sebanyak 40 orang, dengan
rincian 20 orang duduk dan 20 orang berdiri dengan pegangan tangan, serta
dilengkapi fasilitas tempat duduk prioritas untuk para penumpang lanjut usia, ibu
hamil, dan penumpang dengan anak serta penumpang berkebutuhan khusus. Bus ini
beroperasi setiap hari mulai dari pukul 06.00 WIB hingga 20.00 WIB. Karcis dapat
dibeli di halte dengan tarif sebesar Rp1.500 untuk pelajar dan Rp3.500 untuk umum
untuk satu kali perjalanan (flat) jauh atau dekat.
Dari enam koridor yang telah dirancang untuk Trans Padang, baru satu di
antaranya yang beroperasi, yaitu dari Lubuk Buaya hingga Pasar Raya Padang
sepanjang 18 km.
Tabel 1
Koridor

Rute

Rincian jalur
Jalan Adinegoro Jalan Prof. Dr. Hamka
Lubuk Buaya Pasar Jalan Khatib Sulaiman Jalan Rasuna Said
Koridor I
Raya Padang
Jalan Jenderal Sudirman Jalan Bagindo
Azizchan
Bungus Pasar Raya
Koridor II
Padang
Air Pacah Pasar Raya
Koridor III
Padang
Teluk Bayur Lubuk
Koridor IV Buaya
Belum beroperasi
(via By Pass)
Indarung Pasar Raya
Koridor V
Padang
Limau Manis Pasar
Koridor VI
Raya Padang
Sumber: Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Gambar 1
Jumlah bus Trans Padang yang beroperasi awalnya 15 unit. Kemudian Pemko
Padang menambah sebanyak 10 unit lagi yang mulai beroperasi pada bulan April
2016. Menurut Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Infomasi (Dishubkominfo) Kota Padang, Rudi Rinaldi, pengoperasian tambahan 10 unit Trans Padang ini
diambil alih oleh Perum Damri yang merupakan Badan Usaha Milik Negara dan biaya
operasionalnya juga menjadi tanggung jawab perusahaan milik pemerintah itu. (Akses
harianhaluan.com Via Mobile m.harianhaluan.com. Sabtu,19 Maret 2016 03:52:10 WIB)
Dishubkominfo Kota Padang sudah menyiapkan teknis penambahan untuk
koridor dua dan tiga yang direncanakan selesai pada tahun 2017. Koridor dua untuk
jalur Bungus, sedangkan koridor tiga diperuntukan untuk jalur Aie Pacah.
Setelah 2 tahun 3 bulan bus Trans Padang beroperasi, Pemerintah Kota Padang
ingin meningkatkan pelayanan dan kenyamanan kepada penumpang. Pembayaran
ongkos tidak lagi menggunakan uang tunai, melainkan dengan kartu elektronik. Untuk
ini Pemko Padang bekerja sama dengan BRI. Kartu elektronik bus ini pun dinamakan
kartu BRIZZI. Kartu elektronik ini baru efektif berlaku awal April 2016.
Rombongan Lembaga Kerjasama Internasional Luar Negeri Jerman (GIZ) menyambangi Kota Padang, Selasa (8/3). Bersama Lembaga Kerjasama Ekonomi Swiss

(SECO), mereka akan membantu Pemko Padang dalam peningkatan layanan


transportasi massal.
Kota Padang terpilih untuk diseleksi bersama 9 kota besar lainnya di tanah
air. Nantinya ditetapkan 5 kota yang akan dibantu GIZ dan SECO untuk pengembangan sistem angkutan umum massal menuju full Bus Rapit Transit (BRT), kata
Kepala Dinas Perhubungan dan Komunikasi Kota Padang, Rudy Rinaldy. (Akses
harianhaluan.com Via Mobile m.harianhaluan.com. Kamis,10 Maret 2016 04:51:06 WIB)

Gambar 2
Rombongan dari Jerman yang dipimpin Program Director, Markus D. Delf ini
diterima langsung Walikota Padang Mahyeldi di rumah dinasnya. Usai mendengar
ekspos Dishub Kominfo, rombongan meninjau lokasi pembangunan full BRT yang
diusulkan Pemko, yaitu ruas jalan Bypass atau Koridor IV.

Analisis bentuk kemitraan yang dilakukan Pemko Padang:


1. Program kerjasama dengan Kementrian Perhubungan RI.
Trans Padang yang merupakan bus massal berasal bantuan Kementrian
Perhubungan RI. Bentuk kemitraan yang terjadi adalah Operasi-Pemeliharaan,

karena pihak Kementrian Perhubungan RI memberikan wewenang kepada Pemko


Padang untuk mengoperasikan dan memelihara fasilitas pelayanan publik.
2. Donator yang membangun halte, antara lain PT PLN Wilayah Sumbar, PT
Buana Boy Lestari, CV Hai, CV Tiga Putra, CV Dedevis, dan CV D & A.
Pembangunan halte untuk pemberhentian setiap Trans Padang Pemko bekerjasama
dengan para donatur. Bentuk kemitraan yang terjadi antara Pemko Padang dengan
para donatur tersebut adalah Desain-Bangun, karena para donatur melakukan
desain dan membangun halte sesuai dengan standar yang dibutuhkan Pemko
Padang, setelah selesai halte tersebut menjadi milik Pemko padang. Pengoperasian
dilakukan oleh Pemko Padang.
3. Program kerjasama dengan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
Pemakaian e-ticketting atau tiket elektronik untuk penumpang Trans Padang yang
terjadi karena kerjasama antara Pemko Padang dengan Bank BRI Cabang Padang.
Bentuk kemitraan yang terjadi yaitu Bangun-Milik-Operasi-Transfer, karena BRI
mendapatkan waralaba eksklusif untuk pembiayaan, pengadaan, operasi,
perawatan, pengaturan, dan pengumpulan bayaran dalam periode tetap sebagai
kompensasi investasinya.
4. Kerjasama dengan Perum DAMRI
Kementerian Perhubungan mengalihkan pengelolaan bus Trans Padang dari
Pemko Padang kepada Perum DAMRI yang merupakan Badan Usaha Milik
Negara. Bentuk Kemitraan yang terjadi adalah Bangun-Operasi-Transfer, karena
pihak DAMRI yang membeli atau mengadakan bus Trans Padang dimana Trans
Padang yang pada awalnya merupakan milik Pemkot Padang kemudian terjadi
transfer pengelolaan kepada pihak DAMRI. Pengelolaannya tak lagi oleh Pemko,
namun pengawasan pelayanan kepada masyarakat tetap dilakukan oleh Pemko
Padang.
5. Program kerjasama Bappenas dan Kementerian Perhubungan RI dengan
Lembaga Kerjasama Internasional Luar Negeri Jerman (GIZ) dan Lembaga
Kerjasama Ekonomi Swiss (SECO).

Bentuk kemitraan yang terjadi adalah Desain-Bangun, karena Bappenas dan


Kementrian Perhubungan RI yang dibantu oleh GIZ dan SECO membantu seluruh
pendanaan perencanaan hingga penyediaan sarana, dimana setelah proyek selesai
akan diserahkan kepada Pemko Padang.
B. Peran Pemerintah Kota Padang
Program Bus Rapit Transit (BRT) Trans Padang telah dirintis sejak tahun 2008
yang ditandai dengan penandatangan MoU antara Kementrian Perhubungan RI
dengan Pemko Padang. Namun karena permasalahan anggaran pendudkung dan
kondisi Kota Padang pasca gempa 2009 , program ini menjadi tertunda. Namun mulai
tahun 2012 sampai tahun anggaran 2014 Pemko Padang telah mengalokasikan dana
pendung BRT (Trans Padang).
Program angkutan massal ini sangat didukung, karena bagi pengusaha
angkutan umum hal ini akan memperoleh kepastian usaha dengan resiko yang
minimal. Sedangkan masyarakat akan menikmati pelayanan angkutan umum yang
berkwalitas.
Pemerintah Kota Padang yang pada awalnya berperan dalam pengelolaan dan
pengawasan jalan nya Trans Padang, sekarang hanya berperan sebagai pengawas atau
kontrol terhadap kinerja operasional dan standar pelayanan dari bus Trans Padang.
Tidak ada keterlibatan Pemko Padang dalam penyediaan dana dan operasi fasilitas.
C. Peran pihak yang bekerjasama dengan Pemko Padang
Trans Padang dengan motto, "Trans Padang Untuk Kita Semua, Selamat,
Aman, Nyaman dan Andal" dapat bersaing dengan kendaraan pribadi, yang akan
berdampak pada kelancaran dan keselamatan lalu lintas di Kota Padang. Seluruh
pendanaan perencanaan hingga penyediaan sarana ditanggung oleh pihak yang
bekerjasama dengan Pemko Padang. Artinya mereka berperan dalam membantu
penyediaan layanan angkutan umum di Kota Padang yang akan mempengaruhi laju
perekonomian di Kota Padang khususnya dan pertumbuhan perekonomian Indonesia
pada umumnya.
D. Kontribusi Terhadap Pemko Padang

Bus Trans Padang menjawab harapan masyarakat terkait dengan sarana


transportasi yang efektif, nyaman dan aman serta berkualitas. Dengan tiket Rp1.500
untuk pelajar dan mahasiswa, dan Rp3.500 untuk penumpang umum satu kali tujuan.
Bus ini full AC, beroperasi setiap hari mulai pukul 06.00 pagi sampai 20.00 WIb
malam, dan ada camera control dan fasilitas lainnya.
Pengoperasian massal tersebut diawali dengan uji coba selama tiga minggu.
Selama uji coba Pemko Padang memberikan bagi peumpang tidak membayar ongkos
(gratis). Tujuannya untuk edukasi bagi masyarakat untuk tertib dan terbiasa dalam
menggunakan transportasi umum, seperti naik dan turun mobil di halte yang telah
ditentukan, tidak merokok dalam bus, memberikan kesempatan untuk duduk bagi ibu
hamil, orang lanjut usia dan penyandang cacat.
Rute pada koridor I Trans Padang merupakan pengganti trayek 14 A Pasar
Raya Lubuk Buaya via Khatib Suliman yang telah berakhir massa operasionalnya.
Sehingga para pengusaha dan pengemudi angkutan kota lainnya yang bersinggungan
dengan koridor I tidak perlu cemas, karena 45 unit bus kota lama hanya digantikan
oleh 10 unit bus trans padang. Oleh karea itu bus tidak akan merugikan pengusaha
angkutan lainnya.
Dengan kartu BRIZZI, maka masyarakat tak perlu lagi pakai uang tunai dalam
pembayaran ongkos dengan Trans Padang. Saat naik bus, penumpang tinggal
menyodorkan kartu ini. Pramugara akan menyentuhkan kartu pada alat pembaca kartu
(reader) dengan menekan tombol tarif pelajar atau penumpang umum.
Kerjasama yang dilakukan Pemko Padang dengan pihak-pihak tersebut
memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap Pemko Padang dalam
menyediakan layanan publik kepada masyarakat. Pemko Padang tidak perlu
menggunakan dana APBD dalam layanan angkut tersebut. Semua biaya pembangunan
full BRT yang nilainya lebih dari Rp200 milar untuk 1 koridor dengan panjang lajur
20 km hingga 30 km, sedangkan Bypass panjangnya 22 km. Sedangkan bila
diharapkan dari APBD, sangat tidak mungkin.
Kebijakan kartu BRIZZI mendapat dukungan penuh dari Bank Indonesia
Cabang Padang. Pasalnya, program e-ticketting selaras dengan program nasional BI
untuk mengurangi penggunaan uang tunai di masyarakat (less cash). Karena untuk
membuat uang kartal itu, butuh anggaran yang besar. Selain itu juga menghindari
kecurangan, karena bersifat transparan. Uang dipotong sesuai dengan jumlah
pembayaran. Adapun, jumlah kartu Brizzi yang beredar di Sumatra Barat sebanyak

2.550 kartu dan untuk di Kota Padang sebanyak 597 kartu. Kartu Nontunai ini
membantu perkembangan teknologi dan mendorong transaksi nontunai di Indonesia.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemko Padang dalam pengadaan bus Trans Padang serta operasionalnya
bekerjasama dengan Kementrian Perhubungan RI; Donator yang membangun halte,
antara lain PT PLN Wilayah Sumbar, PT Buana Boy Lestari, CV Hai, CV Tiga Putra,
CV Dedevis, dan CV D & A.; PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.; Perum

DAMRI; Lembaga Kerjasama Internasional Luar Negeri Jerman (GIZ) dan Lembaga
Kerjasama Ekonomi Swiss (SECO).
Bus Trans Padang menjawab harapan masyarakat terkait dengan sarana
transportasi yang efektif, nyaman dan aman serta berkualitas. Kontribusi yang
diberikan mitra kerjasama dapat mendorong, menggerakkan, dan menunjang
pertumbuhan perekonomian di Kota Padang.
B. Saran
Dengan adanya Trans Padang diharapkan dapat mengurangi permasalahan
transportasi yang ada di Kota Padang. Sehingga memberikan pelayanan yang
maksimal kepada masyarakat. Kemudian Pemko Padang sebaiknya lebih transparan
dalam pengadaan kartu BRIZZI sehingga tidak memberatkan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai