Lapsus Coxitis TB
Lapsus Coxitis TB
COXITIS TUBERCULOSIS
Disusun oleh :
MAYANG PADMASARI S, S.Ked
07700085
Dokter Pembimbing :
Dr. TRIYUNI A. Sp. A
Dr. PUTU YUPINDRA
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadiratan Tuhan YME, yang telah
memberikan rahmat serta karuniaNya kepada saya sehingga saya bisa
menyelesaikan laporan kasus yang berjudul Coxitis Tuberculosa dengan baik.
Makalah ini berisiskan mengenai contoh kasus, pengertian dan penjelasaan
lebih terperinci mengenai coxitis TB. Diharapkan makalah ini bisa memberikan
informasi kepada kita semua tentang apa itu coxitis TB.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I Laporan kasus Coxitis TB...................................................................1
BAB II Pendahuluan .....................................................................................6
BAB III Tinjauan Pustaka..............................................................................7
BAB IV Kesimpulan......................................................................................15
Daftar Pustaka ...............................................................................................16
ii
BAB I
COXITIS TUBERCULOSIS
Identitas Pasien
Nama
: An. Mashudi
Jenis kelamin
: Laki-laki
Umur
: 2 th
Berat badan
: 9,5 kg
Alamat
Agama
: Islam
MRS
: 27 Oktober 2012
Riwayat Persalinan
Bayi lahir spontan di bidan, Apgar score 7-8, G1P0000Ab000, BB = 3600 gr, jenis
kelamin
Riwayat Imunisasi
BCG (+)
Hepatitis B (+)
Polio (+)
DPT (+)
Campak (+)
Pemeriksaan Fisik
Vital sign
Nadi
: 120 x/menit
Suhu
: 37,2 oC
Respiratory rate
: 52 x/menit
bentuk badan
Status gizi
: cukup
Keadaan umum
Kepala
Leher
Thorax
Abdomen
Genetalia
: Anus (+)
Ekstremitas
Pemeriksaan Laboratorium
DL => 27 Oktober 2012 ( 05:22:19 AM )
WBC
LYM
NEU
MONO
EOS
BASO
19.2
8.91
7.76
2.00
330
199
RBC
HGB
HCT
MCV
MCH
MCHC
RDW
PLT
MPV
4.45
10.5
33.7
75.8
23.6
31.2
15.0
538
5.02
(3.6-11.0)
(1.0-4.4)
(0.0-1.5)
(1.8-7.7)
(25.0-40.0)
(0.0-14.0)
(50.0-70.0)
(3.80-5.20)
(11.7-15.5)
(35.0-47.0)
(84.0-96.0)
(28.0-34.0)
(32.0-36.0)
(11.5-14.5)
(150-440)
(0.0-9.0)
Foto Rontgen :
BAB II
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi
yang begitu pesat sehingga berpengaruh terhadap lingkungan dan gaya
hidup manusia yang tidak teratur. Perubahan ini juga dapat berpengaruh
pada kesehatan seseorang. Banyak masyarakat yang masih belum tahu
akan pentingnya kesehatan serta pentingnya menjaga kebersihan
lingkungan sehingga banyak sekali penyakit yang dapat ditimbulkan
akibat hal yang demikian. Salah satu penyakit yang disebabkan oleh
lingkungan yang tidak sehat adalah tuberculosis tulang.
TB tulang merupakan penyakit infeksi akut atau kronik yang
disebabkan oleh Microbakterium tuberkulosis. Yang menjadi masalah
utama baik di Indonesia maupun di dunia pada TB tulang adalah bahwa
penyakit infeksi ini menyerang tulang dan dapat menyebar hampir
kesetiap bagian tubuh termasuk ginjal, tulang dan nodus limfe. Menurut
WHO prevalensi tuberkulosis yang menular di Indonesia adalah 715.000
kasus/tahun. Jumlah penderita TB tulang dari tahun ke tahun terus
meningkat, kenyataan menangani TB Paru begitu mengkhawatirkan
sehingga kita harus waspada sejak dini agar tidak terjadi komplikasi
komplikasi yang dapat timbul akibat TB tulang.
.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Tuberkulosis
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tubeculosis yaitu suatu bakteri tahan asam, atau
Tuberculossis (TB) adalah penyakit akibat infeksi kuman Mycobacterium
tuberculosis sistemik sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh,
dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi
primer.
Tuberkulosis sistem skeletal merupakan suatu bentuk penyakit TB
ekstrapulmonal yang mengenai tulang dan / atau sendi. Umumnya TB
sistem skeletal mengenai satu tulang atau sendi. Tuberkulosis pada tulang
belakang dikenal sebagai spondilitis TB, TB pada panggul disebut koksitis
TB, sedangkan pada sendi lutut disebut gonitis TB.
B. Insiden
Penyakit tuberkulosis adalah penyakit yang sangat epidemik karena
kuman Mikobacterium tuberkulosia telah menginfeksi sepertiga penduduk
dunia. Program penaggulangan secara terpadu baru dilakkan pada tahun
1995 melalui strategi DOTS (directly observed treatment shortcourse
chemoterapy), meskipun sejak tahun 1993 telah dicanangkan kedaruratan
global penyakit tuberkulosis. Kegelisahan global ini didasarkan pada fakta
bahwa pada sebagian besar negara di dunia, penyakit tuberkulosis tidak
terkendali, hal ini disebabkan banyak penderita yang tidak berhasil
disembuhkan, terutama penderita menular (BTA positif).
Di Indonesia pada tahun 1995, hasil survey kesehatan rumah tangga
(SKRT) menunjukkan bahwa penyakit tuberkulosis merupakan penyebab
kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan penyakit infeksi saluran
pernapasan pada semua kelompok usia, dan nomor satu dari golongan
penyakit infeksi. WHO memperkirakan setiap tahun menjadi 583.000 kasus
baru tuberkulosis dengan kematian sekitar 140.000. secara kasar
menyebabkan
nekrosis
jaringan
sedangkan
lemaknya
Status
sosial
ekonomi
yang
rendah,
penghasilan
yang
E. Patofisiologi
Masuknya basil tuberculosis dalam tubuh tidak selalu menimbulkan
penyakit. Terjadinya infeksi dipengaruhi oleh virulensi dan banyaknya basil
tuberculosis serta daya tahan tubuh manusia. Infeksi primer biasanya terjadi
dalam paru. Hal ini disebabkan penularan sebagian besar melalui udara dan
mungkin juga karena jaringan paru mudah kena infeksi tuberkulosis
(susceptible). Setelah menghirup basil tuberkulosis hidup di dalam paruparu, maka terjadi eksudasi dan konsolidasi yang terbatas disebut fokus
primer. Basil tuberkulosis akan menyebar, histosit mulai mengangkut
organisme tersebut ke kelenjar limfe regional melalui saluran getah bening
menuju kelenjar regional sehingga terbentuk kompleks primer dan
mengadakan reaksi eksudasi terjadi sekitar 2 sampai 10 minggu (6-8
minggu) pasca infeksi.
Pada anak yang mengalami lesi, dalam paru dapat terjadi dimanapun
terutama di perifer dekat pleura, tetapi lebih banyak terjadi di lapangan
bawah paru dibanding dengan lapangan atas. Juga terdapat pembesaran
kelenjar regional serta penyembuhannya mengarah ke klasifikasi dan
penyebarannya lebih banyak terjadi melalui hematogen. Pada reaksi radang
dimana leukosit polimorfonukleat tampak pada alveoli dan memfagosit
bakteri namun tidak membunuhnya. Kemudian basil menyebar ke limfe dan
sirkulasi. Dalam beberapa minggu limfosit T menjadi sensitif terhadap
organisme TBC dan membebaskan limfokim yang merubah makrofag atau
mengaktifkan makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi
dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh
dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa nekrosis yang tertinggal, atau
proses dapat berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak
dalam sel. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan
sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi
oleh limfosit. Nekrosis pada bagian sentral memberikan gambaran yang
relatif padat pada tubuh, yang disebut nekrosis kasiosa. Terdapat tiga macam
penyebaran secara patogen pada tuberkulosis anak : penyebaran Hematogen
10
11
adanya
inflamasi
pada
kapsul
kelenjar
limfe.
TBC
12
13
14
BAB IV
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.
2.
3.
TBC tulang dan sendi menimbulkan gejala nyeri, bengkak disendi yang
terkena dan gangguan atau keterbatasan gerak. Pada bayi dan anak yang
sedang tumbuh epifisis tulang merupakan daerah dengan vaskularisasi
tinggi yang disukai oleh kuman TBC
4.
5.
Uji tuberkulin positif bila indurasi > 10 mm (pada gizi baik), atau > 5 mm
pada gizi buruk. Uji tuberkulin positif menunjukkan TBC.
6.
Tatalaksana TBC pada anak merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan antara pemberian medikamentosa, penataaan gizi dan
lingkungan sekitarnya
7.
Obat TBC yang digunakan yaitu Obat TBC utama (first line) rifampisin,
INH, pirazinamid, etambutol, dan streptomisin.
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Rahajoe, Nastiti N., dkk, Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak. UKK
Pulmonologi PP IDAI, Juni, 2005.
2. Setiawati dkk. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/SMF Ilmu Kesehatan
Anak. 2008. Surabaya
16