Anda di halaman 1dari 17

APLIKASI SIG UNTUK PEMETAAN GEOMORFOLOGI KABUPATEN

KEDIRI MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT 8

Disusun oleh:
ALVIANA NOOR FEBRIANTI
13/355975/SV/5326

PROGRAM DIPLOMA
PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI
SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Teknologi penginderaan jauh mengalami perkembangan yang semakin pesat

dewasa ini. Data-data penginderaan jauh semakin mudah didapat dan mudah dijangkau
oleh kalangan umum. Mulai dari data penginderaan jauh dengan skala detail hingga
skala tinjau sudah banyak tersedia secara gratis. Data-data tersebut dapat diunduh gratis
atau diakses bebas secara online.
Pemanfaatan data pengimderaan jauh dalam pemetaan geomorfologi belum
banyak dilakukan di Indonesia. Sejauh ini belum ada publikasi Peta Geomorfologi
secara resmi dari instansi-instansi pembuat peta. Sistem Informasi Geografi mengalami
perkembangan sangat pesat seiring zaman, sehingga kehadirannya dapat membantu
deduksi informasi serta pengolahan data penginderaan jauh yang tentunya akan
memudahkan pembuatan peta geomorfologi.
Geomorfologi pada dasarnya dibutuhkan dalam pengambilan keputusan terkait
pengembangan wilayah atau pengkajian ulang pemanfaatan lahan yang ada.
Geomorfologi juga dapat dimanfaatkan dalam memantau proses degradasi atau
agradasi yang sedang terjadi maupun yang akan terjadi, sehingga dalam konteks
kebencanaan berfungsi sebagai salah satu cara dalam mitigasi bencana. Tentunya
geomrofologi sangat dibutuhkan sebagai referensi dalam berbagai bidang yang
berkaitan dengan kebumian.

Berdasarkan pada latar belakang permasalahan di atas maka peneliti memutuskan


untuk melakukan penelitian dengan judul, Pemanfaatan Data Penginderaan Jauh dan
SIG untuk Pemetaan Geomorfologi Kabupaten Kediri

1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang permasalahan yang telah dirumuskan di atas maka

penelitian ini diharapkan mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:


1. Bagaimana Citra Landsat 8 dapat membantu pembuatan peta geomorfologi
Kabupaten Kediri?
2. Bagaimana Sistem Informasi Geografi dapat membantu pembuatan peta
geomorfologi Kabupaten Kediri?
3. Apa informasi yang diperoleh terkait penelitian pemetaan geomorfologi
Kabupaten Kediri ?

1.3

Tujuan
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan:
1. Mengetahui peran Citra Landsat 8 dalam pembuatan peta geomorfologi
2. Mengetahui peran Sistem Informasi Geografi dalam pembuatan peta
geomorfologi
3. Mengetahui informasi geomorfologi yang nantinya dapat digunakan sebagai
pertimbangan penyusunan tata ruang Kabupaten Kediri

1.4

Manfaat
Adapula manfaat yang ingin dituju dalam penelitian ini yaitu:
1. Memanfaatkan Citra Landsat 8 untuk pemetaan geomorfologi Kabupaten
Kediri.

2. Memanfaatkan teknologi Sistem Informasi Geografi untuk pemetaan


geomorfolgi Kabupaten Kediri
3. Sebagai referensi oleh pembuat kebijakan dalam pemanfaatan potensi serta
tanggap terhadap bahaya yang akan terjadi nantinya
2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Penginderaan Jauh
Penginderaan jauh merupakan suatu teknik untuk mengumpulkan informasi

terkait objek dan lingkungannya dari jarak jauh tanpa sentuhan fisik (Lo, 1996).
Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang objek,
daerah, atau gejala dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan
menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap objek, daerah, atau gejala yang
dikaji (Lillesand & Kiefer, 1990).
Data penginderaan jauh memiliki sifat geospasial, artinya area dan objek yang
diamati memiliki referensi terhadap lokasi geografisnya di dalam sistem koordinat
geografis. Oleh karena itu, data tersebut dapat ditemukan lokasinya pada sebuah peta.
(Khorram, Koch, van der Wiele, & Nelson, 2012).
Menurut Jensen (Khorram, Koch, van der Wiele, & Nelson, 2012) menjelaskan
bahwa data penginderaan jauh juga dapat dianalisis bersamaan dengan data geospasial
lainnya,

seperti

wilayah

administrasi,

jaringan

transportasi

atau

informasi

kependudukan. Hal tersebut semakin menegaskan betapa bermanfaatnya data


penginderaan jauh sebagai sumber data untuk sistem informasi geografis (SIG). Sistem
informasi geografis (SIG) merupakan kumpulan dari hardware dan software komputer,

data-data geografis, dan operator yang dirancang untuk merangkum, menyimpan,


memutakhirkan, memanipulasi, dan menganalisis secara efisien seluruh bentuk
informasi yang memiliki referensi geografis.
2.2

Pengertian Geomorfologi dan Bentuklahan


Geomorfologi menurut bahasa berasal dari tiga kata Yunani yaitu Ge berarti buni,

morphe yang berarti bentuk, dan logos yang berarti ilmu. Sehingga secara harfiah
geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk bentuk bumi. Menurut
Verstappen, geomorfologi adalah sebuah ilmu yang berhubungan dengan bentuklahan
yang membangun muka bumi, baik diatas maupun dibawah permukaan laut yang
bekerja pada genesisnya serta mengalami perkembangan di masa depan, yang berkaitan
dengan lingkungan. Geomorfologi mengutamakan bentukan yang sekarang, namun
perlu mempelajari sejarah pembentukannya (Thornburry, 1954). Oleh sebab itu dalam
prinsip geomorfologi dikenal dengan istilah The Presetnt is Key to the Past.
Kenampakan yang ada sekarang merupakan hasil dari proses yang terjadi di masa
lampau dan proses tersebut akan terus bekerja dengan intensitas berbeda-beda sehingga
dapat digunakan untuk melihat peluang kenampakan-kenampakan di masa depan.
Bentuklahan sendiri merupakan bentukan pada permukaan bumi sebagai hasil dari
perubahan bentuk permukaan bumi oleh proses geomorfologi yang beroperasi di
permukaan bumi. Proses geomorfologi merupakan semua perubahan fisik maupun
kmia yang terjadi di permukaan bumi oleh tenaga geomorfologi. Tenaga geomorfologi
adalah sebuah tenaga alami yang mampu membangun, merusak serta mengangkut
partikel bumi dari suatu tempat ke tempat lain.
2.3

Subjek dan Prinsip Geomorfologi

Geomorfologi memiliki empat subjek utama (Verstapen 1983), yakni tentang (1)
studi bentuklahan (geomorfologi statik) yang berupa studi kualitatif dan kuantitatif
tentang relief permukaan bumi antara lain bentuk lereng, kecuraman lereng, dan
sebagainya. (2) studi proses (geomorfologi dinamik) yang mempelajari perubahan
bentuklahan dalam waktu singkat. Pada era modern, geomorfologi juga mengkaji
proses-proses yang aktif secara kualitatif maupun kuantitatif serta proses masa lampau
yang dipahami melalui perubahan iklim global. (3) studi cara terbentuk (geomorfologi
genetik) mengkaji cara pembentukan bentuklahan dan perkembangannya dalam waktu
masa lampau serta hubungannya dengan waktu yang akan datang atau disebut dengan
siklus geomorfologi. (4) studi lingkungan (geomorfologi lingkungan). Lingkungan
merupakan faktor yang berpengaruh terhadap geomorfologi, yakni terkait hubungan
bentuklahan dan prosesnya dengan unsur-unsur bentanglahan yang lain melalui
hubungan ekologis termasuk di dalamnya manusia sebagai faktor pembentuk medan.
Geomorfologi memiliki sembilan prinsip dasar, antara lain : (1) Proses dan hukum
fisik yang bekerja sekarang , bekerja pula pada waktu geologi, walaupun tidak selalu
dengan intensitas yang sama. (2) Struktur geologi merupakan faktor pengontrol
dominan dalam evolusi bentuklahan dan strukur geologi dicerminkan oleh
bentuklahannya. (3) Proses geomorfik meninggalkan bekas yang nyata pada
bentuklahan dan setiap proses geomorfik yang berkembang akan mencirikan
karakteristik tertentu pada bentuklahannya. (4) Karena perbedaan tenaga erosi yang
bekerja pada permukaan bumi, maka dihasilkan urutan bentuklahan dengan
karakteristik tertentu pada setiap tahap perkembangan (kronologinya). (5) Evolusi
geomorfik yang kompleks lebih umum terjadi dibanding dengan evolusi geomorfik

sederhana. (6) Sebagian kecil dari topografi bumi lebih tua dari Tertier (2-60 juta
tahun ), dan kebanyakan berumur Quarter (lebih muda dari Pleistosen, <2 juta tahun).
(7) Interpretasi bentanglahan saat ini tidak mungkin dilakukan tanpa memperatikan
perubahan-perubahan geologis dan iklim selama kala pleistosen. (8) Apresiasi iklim di
dunia adalah perlu untuk mengetahui berbagai kepentingan suatu proses geomorfik
yang berbeda. (9) Walaupun geomorfologi menekankan pada fenomena bentanglahan
yang ada sekarang, namun untuk mempelajarinya secara maksimum perlu memahami
sejarah atau asal usul proses (genesis) dan dinamikanya (kronologi)
2.4

Citra Landsat 8
Landsat merupakan data penginderaan jauh yang memiliki cakupan yang

luas dan kualitas resolusi spasial yang semakin membaik dari waktu ke waktu.
Karakteristik ini menguntungkan untuk tujuan analisis geomorfologis karena
dengan menggunakan satu liputan (scene) data dapat di peroleh kenampakan
bentang lahan secara utuh, sehingga sangat membantu untuk analisis morfologi,
morfogenesis, dan morfokronologi bentuklahan secara komposit. (Asriningrum,
2002).
Sensor utama dari Landsat 8 adalah Operational Land Imager (OLI) yang
memiliki fungsi untuk mengumpulkan data di permukaan bumi dengan spesifikasi
resolusi

spasial

dan

spektral

yang

berkesinambungan dengan data Landsat

sebelumnya. OLI didesain dalam sistem perekaman sensor push-broom dengan empat
teleskop cermin, performa signal-to-noise yang lebih baik, dan penyimpanan dalam
format kuantifikasi 12-bit. OLI merekam citra pada spektrum panjang gelombang
tampak, inframerah dekat, dan inframerah tengah yang memiliki resolusi spasial 30

meter, serta saluran pankromatik yang memiliki resolusi spasial 15 meter. Dua saluran
spektral baru ditambahkan dalam sensor OLI ini, yaitu saluran deep-blue untuk kajian
perairan laut dan aeorosol serta sebuah saluran untuk mendeteksi awan cirrus. Saluran
quality assurance juga ditambahkan untuk mengindikasi keberadaan bayangan medan,
awan, dan lain-lain. (USGS, 2013).
Thermal Infrared Sensor (TIRS) merupakan sensor kedua yang tersemat dalam
Landsat 8. TIRS berfungsi untuk mengindera suhu dan aplikasi lainnya, seperti
pemodelan evapotranspirasi untuk memantau penggunaan air pada lahan teririgasi.
TIRS merekam citra pada dua saluran inframerah termal dan didesain untuk beroperasi
selama 3 tahun. Resolusi spasial yang dimiliki TIRS adalah 100 meter dan teregistrasi
dengan sensor OLI sehingga menghasilkan citra yang terkalibrasi secara radiometrik
dan geometrik serta terkoreksi medan dengan Level koreksi 1T dan disimpan dalam
sistem 16-bit. (USGS, 2013).
Gambar 2.1 Perbandingan Sensor pada Landsat 7 ETM+ dan Landsat 8

(USGS, 2013)
Tabel 2.1 Spesifikasi Saluran-saluran yang Terdapat pada Landsat 8
Saluran

Panjang

Resolusi Spasial

Saluran 1 (Pesisir atau Aerosol)


Saluran 2 (Biru)
Saluran 3 (Hijau)
Saluran 4 (Merah)
Saluran 5 (Inframerah Dekat)
Saluran 6 (Inframerah Tengah 1)
Saluran 7 (Inframerah Tengah 2)
Saluran 8 (Pankromatik)
Saluran 9 (Cirrus / Awan)
Saluran 10 (Inframerah Termal 1)
Saluran 11 (Inframerah Termal 2)

Gelombang (m)
0,43 0,45
0,45 0,51
0,53 0,59
0,64 0,67
0,85 0,88
1,57 1,65
2,11 2,29
0,50 0,68
1,36 1,38
10,60 -11,19
11,50 12,51
(USGS, 2013)

(m)
30
30
30
30
30
30
30
15
30
100
100

Tabel 2.2 Parameter Pemrosesan Produk Data Standar Citra Landsat 8


Jenis Produk
Jenis Data
Format Data
Ukuran Piksel
Sistem Proyeksi
Datum
Orientasi
Resampling
Akurasi

Level 1T (terkoreksi medan)


16-bit unsigned integer
GeoTIFF
15 m / 30 m / 100 m (pankromatik, multispektral, termal)
UTM (Polar Stereographic untuk Antartika)
WGS 1984
North-up (utara-atas peta)
Cubic Convolution
OLI: 12 m circular error, 90% confidence
TIRS: 41 m circular error, 90% confidence
(USGS, 2013)

Tabel 2.3 Pemanfaatan Saluran-saluran pada Landsat 8


Saluran
Saluran 1 (Pesisir atau
Aerosol)
Saluran 2 (Biru)
Saluran 3 (Hijau)
Saluran 4 (Merah)
Saluran 5 (Inframerah
Dekat)
Saluran 6 (Inframerah
Tengah 1)
Saluran 7 (Inframerah
Tengah 2)

Pemanfaatan
Observasi zona pesisir dan aerosol
Pemetaan batimetri, membedakan antara tanah dan
vegetasi, atau pohon semusim dan berdaun jarum
Analisis pantulan puncak vegetasi yang bermanfaat
untuk menilai kekuatan tumbuhan
Analisis perubahan vegetasi
Analisis kandungan biomassa dan garis pantai
Analisis kelembaban tanah dan vegetasi serta mampu
menembus awan tipis
Analisis kelembaban tanah dan vegetasi dengan lebih
baik serta mampu menembus awan tipis

Saluran 8
(Pankromatik)
Saluran 9 (Cirrus /
Awan)
Saluran 10 (Inframerah
Termal 1)
Saluran 11 (Inframerah
Termal 2)

Menghasilkan citra multispektral yang lebih tajam


Mendeteksi awan cirrus dan kontaminasinya
Pemetaan suhu, pemantauan titik api, estimasi
kelembaban tanah, dan kajian malam hari
Pemetaan suhu, pemantauan titik api, estimasi
kelembaban tanah, dan kajian malam hari
(USGS, 2013)

.
.
.
Data citra Landsat dapat dengan mudah diunduh gratis di website USGS
(www.usgs.gov). Tidak hanya citra Landsat 8 tetapi tersedia pula edisi Landsat
sebelumnya yaitu Landsat 7 atau Landsat 5 serta tersedia berbagai citra atau data lain
yang keseluruhannya dapat diunduh secara gratis. Pengaturan untuk data-data yang akan
diunduh juga bisa dilakukan di website tersebut agar dapat memperoleh data sesuai
keinginan dan kebutuhan.

BAB III

3.1
3.1.1

METODE PENELITIAN

Alat dan Bahan


Alat
1.

2.

Seperangkat Laptop, dengan spesifikasi sebagai berikut:


a. Merk

: ASUS

b. Tipe / Seri

: A45V

c. Prosesor

: Intel Pentium CPU 2020M @ 2.40 GHz

d. Memori (RAM)

: 2 GB

e. Kartu Grafis

: NVIDIA G Force 610M VRAM 2 GB

f. Sistem Operasi

: Windows 7 Professional 32bit

Perangkat lunak pemrosesan citra digital dan sistem informasi geografi:


a. ArcGIS 10.1 untuk pengolahan data sampai dengan proses layout

3.

Perangkat lunak pendukung:


a. Microsoft Office 2013 penyusunan laporan dan pembuatan presentasi
power point

4.

Perangkat keras pendukung:


a. Mouse untuk membantu pengoperasionalan laptop.
b. Printer Canon Pixma IP2770 untuk mencetak file dan dokumen
laporan.

5.

Peralatan Tulis dan Kantor

3.1.2

Bahan
1.

Data digital citra Landsat 8 Liputan Kabupaten Kediri dan Sekitarnya

2.

Citra SRTM dengan cakupan wilayah Provinsi Jawa Timur

3.

Peta Geologi lembar Kediri dan Madiun masing-masing dengan Skala


1:100.000

3.2

Lokasi Penelitian
Secara fisiografi, Kediri termasuk ke dalam Zona Solo, tepatnya Subzona Solo

Bagian Tengah. Subzona ini dibentuk oleh deretan gunungapi. Gunung api tersebut
adalah Gunung Lawu, Gunung Wilis, Gunung Kelud, Pegunungan Tengger dan Gunung
Ijen di ujung timur Pulau Jawa. Sedangkan dataran dataran antar gunung api yakni
Dataran Madiun, Dataran Ponorogo, dan Dataran Kediri. Symith dkk. (2005)
menamakan Zona Solo sebagai Busur Volkanik Kenozoikum karena banyak Gunung
Api Kuarter yang menempati zona ini. Dataran antara gunung api ini umumnya
dibentuk oleh endapan lahar.
Kabupaten Kediri memiliki satu gunung api aktif yakni Gunung Kelud yang
memiliki ketinggian mencapai 1731 mdpl serta satu gunung api tidak aktif yakni
Gunung Wilis dengan ketinggian 2563 mdpl. Selain itu terdapat dua gunung yang
berada di kaki Gunung Wilis yaitu Gunung Klotok dan Gunung Selotumpang. Gunung
Klotok ini memiliki tiga Goa yakni Goa Selomangleng, Goa Selobale dan Goa Padedea.
Penulis menduga bahwa goa ini merupakan jenis goa vulkanik akibat aktivitas Vulkanik
di masa lampau. Di lokasi tersebut terdapat satu sumber mata air yakni Sumber Lo.

Mata air ini diduga berasal dari rembesan air tekuk lereng dari gunung Wilis. Sebelah
timur Gunung Wilis terdapat air terjun yang cukup tinggi (125 meter) yakni Air Terjun
Dholo. Air terjun ini merupakan hasil dari aktivitas vulkanik di masa lampau oleh
Gunung Wilis. Beberapa kenampakan alam yang telah disebutkan diatas mendasari
penulis mengambil lokasi di Kabupaten Kediri.
3.3

Tahap Penelitian
Penelitian ini untuk mengetahui proses geomorfologi yang terjadi di Kabupaten

Kediri dengan memanfaatkan Citra Landsat 7 ETM+ serta data pendukung lain yakni
peta geologi lembar Kediri dan sekitarnya untuk ekstraksi jenis struktur dan batuan
yang mendasarinya dan peta RBI untuk ekstraksi penggunaan lahan sebagai
pertimbangan proses geomorfologi yang akan terjadi di masa depan. Hasilnya adalah
peta geomorfologi wilayah Kabupaten Kediri kemudian dilakukan pengamatan dan
pengukuran langsung di lapangan. Secara garis besar, penelitian ini dilakukan melalui
tiga tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan atau pemrosesan, dan tahap akhir
atau penyelesaian.

3.3.1

Tahap Persiapan
Tahap persiapan yang dilakukan meliputi studi pustaka terhadap literatur-

literatur dan sumber referensi yang berkaitan dengan penelitian tersebut kemudian
penentuan jenis data dan satuan geomorfologi yang dipakai. Tahap ini penulis
mulai mengumpulkan data untuk pelaksanaan penelitian serta menyiapkan alat
alat yang digunakan dalam pembuatan peta geomorfologi
3.3.2

Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan penelitian meliputi pemotongan citra Landsat 8 sesuai

daerah kajian yaitu Kabupaten Bantul dan rangkaian proses mengestimasi suhu
permukaan lahan di Kabupaten Bantul dari citra Landsat 8 dengan Split Window
Algorithm menggunakan software ArcGIS 10.1 pada laptop. Berikut langkahlangkah pelaksanaan penelitian:
1. Pemotongan Citra
Pemotongan citra Landsat 7 ETM+ sesuai daerah kajian yakni wilayah
administrasi Kabupaten Kediri menggunakan perangkat lunak ENVI. Proses
pemotongan dilakukan menggunakan tool Masking dengan input data dari
setiap band tersebut dan mask input dari data shapefile (.shp) peta
administrasi Kabupaten Kediri, dilakukan satu per satu untuk setiap band.
Proses berikutnya adalah pembuatan peta
2. Pembuatan peta tutupan lahan
Dapat diidentifikasi melalu citra landsat maupun peta RBI lembar
wilayah penelitian.

3. Pembuatan Peta klasifikasi bentang lahan menurut ITC (Verstappen)


Meliputi interpretasi bentuklahan dari citra Landsat. Kemudian
pemerian bentuklahan yang mmengindikasikan aspek morfografi suatu
wilayah
4. Pembuatan Peta Lereng
Menentukan pengukuran lereng, bentuk lereng, panjang lereng,
ketinggian, beda tinggi, bentuk lembah, relief, dan tingkat pengikisan. Disini
aspek morfometri sudah dapat ditentukan
5. Pembuatan peta litologi
Mengekstraksi informasi dari peta geologi. Kemudian memperhatikan
ciri garis kontur, pola kerapatannya, pola kemenerusannya dan hubungannya
dengan pola garis kontur pada sungai atau lembah. Pada tahap ini petunjuk
mengenai bentuklahan, proses geologi, proses fluvial, resistensi batuan,
litologi, bidang perlapisan dan struktur geologi.
6. Survei Lapangan
Menguji hasil interpretasi morfometri sertapengamatan litologi,
kedudukan lapisan batuan, struktur geologi, dan proses-proses geomorfologi.
7. Reinterpretasi
Melakukan

interpretasi

ulang

terhadap

peta

tentatif

setelah

mendapatkan data lapangan secara langsung. Memperbaiki hasil tafsiran yang


tidak tepat atau menegaskan hal-hal yang masih ragu.

3.3.3

Tahap Penyelesaian
Tahap penyelesaian sendiri dibagi menjadi tiga, yakni penyiapan peta,

penyajian peta, dan simbolisasi


1. Penyiapan peta
Sumber data sangat penting terhadap pembuatan peta geomorfologi.
Peta RBI yang digunakan mengacu pada sistem penomoran lembar peta
Bakosurtanal. Menentukan batas ukuran dan luas lembar peta ditentukan
berdasarkan koordinat. Menentukan sistem referensi yang mengacu kepada
sistem referensi geodetik nasional yang telah ditetapkan Bakosurtanal.
Melakukan pemerian geomorfologi terdiri atas satuan geomorfologi
(bentukan asal dan bentuklahan), jenis batuan, proses geomorfologi,
tanah/soil, dan tutupan lahan.
2. Penyajian peta
Disusun menurut bagan tata letak. Perubahan tata letak dapat dilakukan
selama proses pengkartografian dengan ketentuan peta geomorfologi memuat

3. Simbol
Berfungsi untuk menguatarakan informasi geomorfologi pada peta yang
berupa huruf dan angka, warna, garis dan corak. Huruf dan angka untuk
menunjukkan satuan geomorfologi. Huruf digunakan menunjukkan bentukan
asal

dari

satuan

bentuklahan.

Sedangkan

angka

digunakan

untuk

menunjukkan jenis bentuklahan pada masing-masing bentukan asal. Warna


digunakan untuk membedakan satuan bentukan asal. Untuk masing-masing
bentuklahan diberi simbol warna gradasi.
3.4

Analisis Data
a. Data kuantitatif
Berupa peta kemiringan lereng Kabupaten Kediri yang menyajikan
informasi topografi sebagai salah satu pendekatan dalam
pembuatan peta geomorfologi
b. Data Kualitatif
Berupa peta litologi dan peta bentanglahan Kabupaten Kediri.

Anda mungkin juga menyukai