Disusun oleh:
Fahmi Henggar P.
01.211.6385
Pembimbing :
Dr .Dewi Laksmi, Sp. A
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2016
LEMBAR PENGESAHAN
Mei 2016
Disusun oleh :
Fahmi Henggar P.
Kendal,
Mei 2016
Dosen Pembimbing
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan karunia-Nya, dan tidak lupa sholawat dan salam yang senantiasa
tercurah kepada Nabi Muhammad SAW dan keluarganya serta sahabatsahabatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus Panjang
dengan judul SEORANG ANAK DENGAN DHF GRADE II.
Laporan Kasus Panjang ini disusun sebagai salah satu tugas dalam
kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah dr. H.
Soewondo Kendal. Sebagai penghargaan, dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada dr. Dewi Laksmi,
Sp.A selaku pembimbing dalam penyusunan Laporan Kasus Panjang ini.
Kami sebagai penulis menyadari sepenuhnya berbagai kekurangan
yang masih jauh dari kesempurnaan. Akhir kata, semoga Laporan Kasus
Panjang ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Waalaikumsalam wr.wb
Penulis
BAB I
LAPORAN KASUS PANJANG
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama
: An. G
Umur
: 9 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Alamat
Pekerjaan
: Palajar kelas 5 SD
Agama
: Islam
No. CM
: 164520
Bangsal
: Tn. K
: 42 tahun
: Swasta
Nama Ibu
Umur
Pekerjaan
: Ny. S
: 39 tahun
: Ibu Rumah Tangga
B. DATA DASAR
1. Anamnesis (Autoanamnesis &Alloanamnesis)
Anamnesis dilakukan secara Autoanamnesis dengan pasien dan alloanamnesis
dengan Ayah dan ibu pasien pada tanggal 16 Mei 2016 pukul 13.00 WIB di
Bangsal Anak Dahlia RSUD dr. H. Soewondo- Kendal dan didukung catatan
medis.
Keluhan Utama : Demam
a. Riwayat Penyakit Sekarang :
6 Hari Sebelum Masuk Rumah Sakit (6 HSMRS)
Pasien demam (+) tanpa sebab yang jelas, badan lemas (+), menggigil
(-), mimisan (+) 5 hari sebelum masuk RS, gusi berdarah (-), batuk (-),
pilek (-), mual / muntah (-/+) sebanyak 2 kali dalam sehari dan
sebanyak 1,5 2 gelas beimbing setiap kalinya, BAK (+), nyeri waktu
4
kencing (-), BAB (+), cair (-), ampas (+), warna kuning (+), lendir (-),
darah (-) , perut sakit (-), makan (<), minum (+), keringat malam hari
(-). Keluhan pasien belum diobati atau diperiksakan ke dokter.
1 Hari Sebelum Masuk Rumah Sakit (1HSMRS)
Pasien demam (+) tanpa sebab yang jelas, diberi obat dari dokter panas
turun, lemas (+), badan menggigil (-), mimisan (-), batuk (+), pilek (-)
mual / muntah (-/+) sebanyak 1 kali dalam sehari dan sebanyak 0,5
gelas beimbing, perut sakit (-), BAK (+), nyeri waktu buuang air kecil
(-), BAB (+), cair (-), ampas (+), lendir (-), darah (-) warna kuning (+),
makan (<), minum (+), keringat malam hari (-).
sendiri.
Kesan sosial ekonomi : cukup
5
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
darah
Kesan : Riwayat pemeliharaan prenatal baik
f. Riwayat kelahiran
Anak laki-laki lahir dari ibu G1P0A0 hamil 38 minggu, lahir secara
spontan. Persalinan ditolong oleh bidan, anak lahir langsung menangis.
BB lahir
: 2800 gram.
PB lahir
: 49 cm
LK & LD saat lahir : Ibu Lupa
Kesan : neonatus aterm, sesuai masa kehamilan, lahir secara spontan
g. Riwayat Imunisasi
BCG
: 1x umur 1 bulan
DPT
: 4x (2,4,6,18) bulan
Polio
: 5x (0,2,4,6,18) bulan
Hepatitis B
Campak
: 1x umur 9 bulan
Susu Formula
MP Asi
: Bubur susu usia 6-8 bulan, bubur nasi sejak 8-12 bulan,
dan makanan padat biasa (sayur, buah dan lauk pauk)
sejak 1,5 tahun sampai sekarang
: 37 Kg
6
Tinggi badan
: 138 cm
Usia
: 9 tahun
Pertumbuhan :
Berat badan lahir 2800 gram, panjang badan lahir tidak ingat, berat
badan sekarang 37 kg, tinggi badan sekarang 138cm.
Perkembangan :
o Usia 2 bulan
o Usia 3 bulan
: miring
o Usia 4 bulan
: tengkurap
o Usia 5 bulan
kata
o Usia 6 bulan
: merangkak
o Usia 7 bulan
: berdiri dibantu
o Usia 9 bulan
: berdiri
o Usia 12 bulan
o Usia 14 bulan
menyusun
kata,
bersosialisasi,
kalimat.
: Laki-laki
Usia
: 9 tahun
Berat badan
: 37 kg
Tinggi badan
: 138 cm
Tanda vital
:t
= 37,2o C (aksila)
KU/Kesadaran
: Lemah / Komposmentis
Kepala
Rambut
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Leher
Kulit
: Ptechie (-).
Thorak : Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Redup
Batas atas
Pinggang
Auskultasi
Thorax : Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen :
Inspeksi
: permukaan datar
Auskultasi
: bising usus
Palpasi
Perkusi
Ekstremitas :
Superior
Inferior
Sianosis
-/-
-/-
Akral dingin
-/-
-/-
Oedem
-/-
-/-
Capillary refill
< 2
< 2
Petechie
-/-
-/-
3. Pemeriksaan penunjang
Tanggal : 16 Mei 2016
Hasil
11,0 gr/dl
2,8 x
Nilai Rujukan
11,5 16,5 gr/dl
/ul
47 x 103 /ul
35,3%
Trombositopenia
Hasil
11,5 gr/dl
2,7 x
Nilai Rujukan
11,5 16,5 gr/dl
/ul
35 x 103 /ul
37,4 %
Trombositopenia
Hasil
11,6 gr/dl
2,8 x
Nilai Rujukan
11,5 16,5 gr/dl
/ul
26 x 103 /ul
35,3 %
Trombositopenia
Hasil
11,2 gr/dl
3,6 x
/ul
Nilai Rujukan
11,5 16,5 gr/dl
4,0 10,0 x 103 /ul
10
Trombosit
Hematokrit
Kesan :
34 x 103 /ul
34,4 %
Trombositopenia
Hasil
11,6 gr/dl
3,9 x
Nilai Rujukan
11,5 16,5 gr/dl
/ul
93 x 103 /ul
36,0 %
Trombositopenia
Hasil
11,2 gr/dl
3,2 x
Nilai Rujukan
11,5 16,5 gr/dl
/ul
C. RESUME
I.
II.
Pemeriksaan Subyektif
1) Demam (6 hari sebelum pemeriksaan) tanpa sebab yang jelas
diamana demamnya tidak tinggi / subfebris.
2) Mimisan (+) 6 hari sebelum pemeriksaan
3) Penurunan nafsu makan
4) muntah (+) 4x dalam seminggu terakhir,
5) Riwayat bepergian jauh disangkal
6) Riwayat jajan sembaranagan disangkal
7) Anak tampak lesu tidak seaktif biasanya.
Pemeriksaan Obyektif
- Didapatkan T : 37,2 C (aksila)
11
III.
D. DIAGNOSA BANDING
- Demam Malaria
- Demam Tifoid
- Demam Chikungunya
E. DIAGNOSA SEMENTARA
-
DHF Grade II
F. PENATALAKSANAAN
a. Medikamentosa
Infus RL 20 tpm
Injeksi cefotaxime 3 x 500 mg
Injeksi ranitidine 3 x ampul
P.O
Paracetamol
tab
3 x 250 mg
Ondancetron
tab
2 x 2 mg
b. Edukasi
Anjurkan anak tirah baring selama masih demam.
Bila perlu, anjurkan kompres air hangat.
Perbanyak asupan cairan per oral: air putih, oralit.
Nasehati orang tua anak untuk memonitor keadaan umum dan suhu.
Segera panggil dokter atau perawat bila anak gelisah, lemas, muntah terus
menerus, tidak sadar, tangan / kaki teraba dingin, atau timbul perdarahan.
G. PROGNOSA
Qua ad vitam
: ad bonam
Qua ad sanam
: ad bonam
Qua ad fungsionam
: ad bonam
12
H. PERJALANAN PENYAKIT
Waktu
Tanggal
16 Mei 2016
17 Mei 2016
normal,
PF : t : 37,2 N : 104x/menit,
PF : t : 37 N : 112 x/menit, RR : 20
RR : 24 x/menit
x/menit
KU
: Baik
KU
nafsu
makan
menurun,
: Baik
13
Kesadaran : composmentis
Kesadaran
: composmentis
Kepala
: mesocephale
Kepala
: mesocephale
Mata
: CA (-/-) SI (-/-)
Mata
: CA (-/-) SI (-/-)
Mulut
: dbn
Mulut
: dbn
leher
: dbn
leher
: dbn
Thorax
: simetris (+)
Thorax
: simetris (+)
Abdomen : BU (+),
Abdomen
: BU (+),
Terapi
Hb : 11,5 gr/dl
Hematokrit : 35,3 %
Infus RL 20 tpm
Hematokrit : 37,4 %
Infus RL 20 tpm
Injeksi ranitidine 3 x
P.O
ampul
P.O
Paracetamol tab
3 x 250
mg
Ondancetron tab
2x2
mg
Waktu
Tanggal
18 Mei 2016
19 Mei 2016
14
muntah (-)
muntah (-)
PF : t : 37,0 N : 104x/menit,
Terapi
32 x/menit
RR : 28 x/menit
KU
KU
Kesadaran : composmentis
Kesadaran : composmentis
Kepala
: mesocephale
Kepala
: mesocephale
Mata
: CA (-/-) SI (-/-)
Mata
: CA (-/-) SI (-/-)
Mulut
: dbn
Mulut
: dbn
leher
: dbn
leher
: dbn
Thorax
: simetris (+)
Thorax
: simetris (+)
Abdomen : BU (+),
Abdomen : BU (+),
: Baik
Hb : 11,2 gr/dl
Hematokrit : 35,3 %
Infus RL 20 tpm
Hematokrit : 34,4 %
Infus RL 20 tpm
mg
Injeksi
ranitidine
3x
P.O
ampul
P.O
Waktu
15
Tanggal
20 Mei 2016
21 Mei 2016
RR : 28 x/menit
22 x/menit
KU
KU
Kesadaran : composmentis
Kesadaran : composmentis
Kepala
: mesocephale
Kepala
: mesocephale
Mata
: CA (-/-) SI (-/-)
Mata
: CA (-/-) SI (-/-)
Mulut
: dbn
Mulut
: dbn
leher
: dbn
leher
: dbn
Thorax
: simetris (+)
Thorax
: simetris (+)
Abdomen : BU (+),
Abdomen : BU (+),
: Baik
Terapi
: Baik
Hematokrit : 36,0 %
Infus RL 20 tpm
Hematokrit : 34,4 %
P.O
mg
Cefixime
Injeksi ranitidine
tab 2 x 100 mg
3 x
ampul
P.O
16
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Definisi
Penyakit Dangue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus
ditularkan
oleh nyamuk
Aedes Aegypti
dan
Aedes
Albocpitus(Soegijanto, 2004).
17
2.
Epidemiologi
Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia Tenggara, Pasifik Barat dan
Karibia. Pada tahun 2014, sampai pertengahan bulan Desember tercatat penderita
DBD di 34 provinsi di Indonesia sebanyak 71.668 orang, dan 641 diantaranya
meninggal dunia. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya,
yakni tahun 2013 dengan jumlah penderita sebanyak 112.511 orang dan jumlah
kasus meninggal sebanyak 871 penderita (Depkes, 2014).
3.
Etiologi
Penyebab penyakit demam berdarah dangue pada seseorang adalah virus
dangue termasuk family flaviviridae genus Flavivirus yang terdiri dari 4 serotipe,
yakni DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Ke empat serotip ini ada di Indonesia,
dan dilaporkan bahwa serotip virus DEN-3 sering menimbulkan wabah
(Syahruman, 1988). Virus DEN termasuk dalam kelompok virus yang relative labil
terhadap suhu dan faKtor kimiawai lain serta masa viremia yang pendek. Virus
DEN virionnya tersusun oleh genom RNA dikelilingi oleh nukleokapsid, ditutupi
oleh suatu selubung dari lipid yang mengandung 2 protein yaitu selubung protein E
dan protein membrane M.
4.
Patofisiologi
Patofisiologi primer DBD dan DSS adalah peningkatan akut permeabilitas
Patogenesis
Virus dangue masuk ke dalam tubuh manusia lewat gigitan nyamuk Aedes
aegypty atau Aedes albopictus dengan organ sasaran adalah organ hepar, nodus
limfaticus, sumsum tulang belakang, dan paru. Dalam peredaran darah, virus
18
tersebut akan difagosit oleh sel monosit perifer. Virus DEN mampu bertahan hidup
dan mengadakan multifikasi dalam sel tersebut. Infeksivirus dangue dimulai dengan
menempelnya virus genomnya masuk ke dalam sel dengan bantuan organel-organel
sel, genom virus membentuk komponen-komponenya. Setelah terbentuk, virus
dilepaskan dari sel. Proses perkembangbiakan sel virus DEN terjadi di sitoplasma
sel. Infeksi oleh satu serotip virus DEN menimbulkan imunitas protektif terhadap
serotype tersebut tetapi tidak ada cross protectif terhadap serotip virus yang lain
(Kurane & Francis, 1992).
Beberapa teori mengenai terjadinya DBD dan DSS antara lain adalah:
a. Teori Antigen Antibodi
Virus dangue dianggap sebagai antigen yang akan bereaksi dengan
antibody, membentuk virus antibody kompleks (komplek imun) yang akan
mengaktifasi komplemen. Aktifasi ini akan menghasilkan anafilaktosin C3A
dan C5A yang akan merupakan mediator yang mempunyai efek farmakologis
cepat dan pendek. Bahan ini bersifat fasoaktif dan prokoagulant sehingga
menimbulkan kebococran plasma (hipovolemik syok dan perdarahan.
(Soewandoyo, 1998).
b. Teori Infection Enhancing Antibody
Teori ini berdasarkan pada peran sel fagosit mononuclear merangsang
terbentuknya antibody nonnetralisasi. Antigen dangue lebih banyak didapat
pada sel makrofag yang tinggal menetap di jaringan. Pada kejadian ini
antibody nonnetralisasi berupaya melekat pada sekeliling permukaan sel
makrofag yang beredar dan tidak melekat pada sel makrofag yang menetapdi
jaringan. Makrofag yang dilekati antibody nonnetralisasi akan memiliki sifat
opsonisasi, internalisasi dan akhirnya sel mudah terinfeksi.
Makrofag yang terinfeksi akan menjadi aktif dan akan melepaskan sitokin
yang memiliki sifat vasoaktif atau prokoagulasi. Bahan-bahan mediator
tersebut akan mempengaruhi sel-sel endotel dinding pembuluh darah dan
system hemostatik yang akan mengakibatkan kebocoran plasma dan
perdarahan. (Wang, 1995).
c. Teori mediator
19
sehingga
akan
bebas
melakukan
replikasi
dalam
sel
makrofag.
suatu
proses yang akan meningkatkan infeksi dan replikasi virus dengue di dalam sel
mononuklear. Sebagai respon terhadap infeksi tersebut, terjadi sekresi mediator
vasoaktif yang kemudian menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah,
sehingga mengakibatkan keadaan hipovolemia dan syok (Suvatte, 1977).
Sebagai akibat infeksi sekunder oleh tipe virus dengue yang berlainan pada
seorang pasien, respons antibodi anamnestik yang akan
menghasilkan titer tinggi antibodi IgG anti dengue. Disamping itu, replikasi virus
dengue terjadi juga dalam limfosit yang bertransformasi dengan akibat terdapatnya
virus dalam jumlah banyak.
kompleks antigen-antibodi
mengakibatkan aktivasi sistem komplemen. Pelepasan C3a dan C5a akibat aktivasi
C3 dan C5 menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah dan
merembesnya plasma dari ruang intravaskular ke ruang ekstravaskular (Suvatte,
1977).
Pada pasien dengan syok berat, volume plasma dapat berkurang sampai lebih
dari 30% dan berlangsung selama 24-48 jam. Perembesan plasma ini terbukti
dengan adanya, peningkatan kadar hematokrit, penurunan kadar natrium, dan
terdapatnya cairan di dalam rongga serosa (efusi pleura, asites). Syok yang tidak
ditanggulangi secara adekuat, akan menyebabkan asidosis dan anoksia, yang dapat
berakhir fatal. Oleh karena itu, pengobatan syok sangat penting guna mencegah
kematian (Suvatte, 1977).
Hipotesis kedua, menyatakan bahwa virus dengue seperti juga virus binatang
lain dapat mengalami perubahan genetik akibat tekanan sewaktu.
Virus
nyamuk.
Ekspresi fenotipik dari perubahan genetik dalam genom virus dapat menyebabkan
peningkatan replikasi virus dan viremia, peningkatan virulensi dan mempunyai
potensi untuk menimbulkan wabah. Selain itu beberapa strain virus mempunyai
kemampuan untuk menimbulkan wabah yang besar (Suvatte, 1977).
Sebagai respon terhadap infeksi virus dengue, kompleks antigen-antibodi
selain mengaktivasi sistem komplemen, juga menyebabkan agregasi trombosit dan
mengaktivitasi sistem koagulasi melalui kerusakan sel endotel pembuluh darah.
Kedua faktor tersebut akan menyebabkan perdarahan pada
DBD. Agregasi
oleh
RES
(reticulo
endothelial
system)
sehingga
terjadi
intravaskular
deseminata),
ditandai
dengan
peningkatan
FDP (fibrinogen
mempercepat terjadinya syok. Jadi, perdarahan masif pada DBD diakibatkan oleh
trombositpenia, penurunan faktor pembekuan (akibat KID), kelainan fungsi
trombosit, dankerusakan
22
dengan gejala yang tidak spesifik atau terdapat gejala penyerta seperti ,
anoreksi, lemah, nyeri punggung, nyeri tulang sendi dan kepala.
23
nadi kurang dari 20 mmHg. Terjadi hipotensi dengan tekanan darah kurang
dari 80 mmHg, akral dingin, kulit lembab, dan pasien terlihat gelisah.
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah
1) Kadar trombosit darah menurun (trombositopenia) ( 100000/I)
2) Hematokrit meningkat 20%, merupakan indikator akan timbulnya
renjatan. Kadar trombosit dan hematokrit dapat menjadi diagnosis pasti
pada
DBD
dengan
dua
kriteria
tersebut
ditambah
terjadinya
24
Pada pemeriksaan foto thorax dapat ditemukan efusi pleura. Umumnya posisi
lateral dekubitus kanan (pasien tidur di sisi kanan) lebih baik dalam
mendeteksi cairan dibandingkan dengan posisi berdiri apalagi berbaring.
d. USG
Pemeriksaan USG biasanya lebih disukai pada anak dan dijadikan sebagai
pertimbangan karena tidak menggunakan system pengion (Sinar X) dan dapat
diperiksa sekaligus berbagai organ pada abdomen. Adanya acites dan cairan
pleura pada pemeriksaan USG dapat digunakan
diagnose penyakit yang mungkin muncul lebih berat misalnya dengan melihat
ketebalan dinding kandung empedu dan penebalan pancreas.
e. Diagnosis Serologis
1) Uji hemaglutinasi inhibisi (Uji HI)
Tes ini adalah gold standard pada pemeriksaan serologis, sifatnya sensitive
namun tidak spesifik artinya tidak dapat menunjukkan tipe virus yang
menginfeksi. Antibody HI bertahan dalam tubuh lama sekali (>48 tahun)
sehingga uji ini baik digunakan pada studi serologi-epidemioligi. Untuk
diagnosis pasien, Kenaikan titer konvalesen 4x lipat dari titer serum akut
atau titer tinggi (> 1280) baik pada serum akut atau konvalesen daianggap
sebagai presumtif (+) atau di dugan keras positif infeksu dengue yang baru
terjadi (Vasanwala dkk, 2011).
2) Uji komplemen fiksasi (uji CF)
Jarang digunakan secara rutin karena prosedur pemeriksaannya rumit dan
butuh tenaga berpengalaman. Antibodi komplemen fiksasi bertahan
beberapa tahun saja (sekitar 2-3 tahun).
3) Uji neutralisasi
Uji ini paling sensitif dan spesifik untuk virus dengue. Biasanya memamkai
cara Plaque Reduction Neutralization Test (PNRT) yaitu berdasarkan
adanya reduksi dari plaque yang terjadi. Anti body neutralisasi dapat
dideteksi dalam serum bersamaan dengan antibody HI tetapi lebih cepat
dari antibody komplemen fiksasi dan bertahan lama (>4-8 tahun). Prosedur
uji ini rumit dan butuh waktu lama sehingga tidak rutin digunakan
(Vasanwala dkk, 2011).
4) IgM Elisa (Mac Elisa, IgM captured ELISA)
25
Banyak sekali dipakai. Uji ini dilakukan pada hari ke-4-5 infeksi virus
dengue karena IgM sudah timbul kamudian akan diikuti IgG. Bila IgM
negative uji ini perlu diulang. Apabila hari sakit ke-6 IgM msih negative
maka dilaporkan sebagai negative. IgM dapat bertahan dalam darah samapi
2-3 bulan setelah adanya infeksi. Sensitivitas uji Mac Elisa sedikit di
bawah uji HI dengan kelebihan uji Mac Elisa hanya memerlukan satu
serum akut saja dengan spesifitas yang sama dengan uji HI (Vasanwala
dkk, 2011).
5) Identifikasi Virus
Cara diagnostic baru dengan reverse transcriptase polymerase chain
reaction (RTPCR) sifatnya sangat sensitive dan spesifik terhadap serotype
tertentu, hasil cepat didapat dan dapat diulang dengan mudah. Cara ini
dapat mendeteksi virus RNA dari specimen yang berasal dari darah,
jaringan tubuh manusia, dan nyamuk. Sensitifitas PCR sama dengan isolasi
virus namun PCR tidak begitu dipengaruhi oleh penanganan specimen
yang kurang baik bahkan adanya antibody dalam darah juga tidak
mempengaruhi hasil dari PCR (Vasanwala dkk, 2011).
9. Penatalaksanaan
a.Pre Hospital
Penatalaksanaanprehospital DBD bisa dilakukan melalui 2 cara yaitu
pencegahan dan penanganan pertama pada penderita demam berdarah.
DinasKesehatan Kota Denpasar menjelaskan pencegahan yang dilakukan
meliputi kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), yaitu kegiatan
memberantas jentik ditempat perkembangbiakan dengan cara 4M Plus:
1) Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air, seperti bak
mandi / WC, drum, dan lain-lain seminggu sekali.
2) Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, seperti gentong
air/tempayan, dan lain-lain.
3) Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat
menampung air hujan.
4) Menghindari gigitan nyamuk.
26
10
gram
Abate
sendok
makan
peres)
untuk 100 liter air atau dengan takaran 2,5 gram Altosid ( 1/4 sendok
makan peres) untuk 100 liter air. Abate dan Altosid dapat diperoleh di
puskesmas atau di apotik.
2)
3)
4)
5)
6)
7)
Pertolongan
pertama
yang
dapat
diberikan
adalah
kandungan
Alang-alang
terdapat
manitol,
glukosa,
hemostatik
(menghentikan
perdarahan),
dan
menghilangkan haus.
Pada pasien anak yang rentan mempunyai riwayat kejang demam maka
perlu diwaspadai gejala kejang demam. Seiring dengan kehilangan cairan
akibat demam tinggi, kondisi demam tinggi juga dapat mencetuskan kejang
pada anak sehingga harus diberikan obat penurun panas. Untuk
menurunkan demam, berilah obat penurun panas. Untuk jenis obat penurun
panas ini harus dipilih obat yang berasal dari golongan parasetamol atau
asetaminophen, jangan diberikan jenis asetosal atau aspirin oleh karena
dapat merangsang lambung sehingga akan memperberat bila terdapat
perdarahan lambung. Kompres dapat membantu bila anak menderita
demam terlalu tinggi sebaiknya diberikan kompres hangat dan bukan
kompres dingin, oleh karena kompres dingin dapat menyebabkan anak
29
sirkulasi,
dengan
melakukan
observasi
klinis
disertai
31
Puskesmas, rumah sakit kelas D, C dan pada ruang rawat sehari di rumah
sakit kelas B danA (DepKes RI, 2005).
1) Fase Demam
Tatalaksana DBD fase demam tidak berbeda dengan tatalaksana
DD, bersifat simtomatik dan suportif yaitu pemberian cairan oral untuk
mencegahdehidrasi. Apabila cairan oral tidak dapat diberikan oleh
karena tidak mauminum, muntah atau nyeri perut yang berlebihan,
maka cairan intravenarumatan perlu diberikan. Antipiretik kadangkadang diperlukan, tetapi perludiperhatikan bahwa antipiretik tidak
dapat
mengurangi
lama
demam
padaDBD.
Parasetamol
demam,
disamping
antipiretik
diberikan
antikonvulsif
Tabel 1
Dosis Parasetamol Menurut umur
Umur (Tahun)
<1
1-3
4-6
7-12
60
60-125
125-250
250-500
1/8
1/8-1/4
1/4-1/2
1/2-1
plasma
danpedoman
kebutuhan
cairan
intravena.
terjadinya
dehidrasi
sehingga
dari
derajat
dehidrasi
dankehilangan
elektrolit,
RS ( kg )
<7
7-11
12-18
>18
Pemilihan
jenis
danvolume
cairan
yang
diperlukan
plasma,
hemokonsentrasi.
Pada
yang
sesuai
dengan
derajat
anak
gemuk,
kebutuhan
cairan
diberikan
pada
saat
perdarahan.
Setelah
pemberian
transfusi
darah
segar.
Apabila
kadar
plasma
ini
jangan
dianggap
sebagai
tanda
d) Pemberian Oksigen
Terapi oksigen 2 liter per menit harus selalu diberikan pada semua
pasien
syok.
Dianjurkan
pemberian
oksigen
dengan
36
sehingga dapat
37
Tersangka DBD
38
Cairan Awal
RL/NaCl 0,9% atau RLD5/NaCl +
D5 6-7 ml/kgBB/jam
Perbaikan
Tidak gelisah
Nadi kuat
Tekadan Darah stabil
Diuresis Cukup
HT turun (2x pemeriksaan)
Tetesan dikurangi 5
ml/kgBB/jam
Tetesan dinaikkan
10-15 ml/kg BB/jam
Perbaikan
Perbaikan
Sesuaikan tetesan
3 ml/kg BB/jam
Distress nafas
Ht naik
Tekanan nadi < 20 mmHg
HT turun
Perbaikan
2005)
Syok teratasi
Ht menurun
Tetesan 3 ml/kgBB/jam
40
Infus stop tidak lebih 48 jam
Setelah syok teratasi
Gambar: Penatalaksanaan DBD derajat II dan III (Sumber: Depkes RI, 2005)
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, F.U. 2010. Manajemen demam berdarah berbasis wilayah. Buletin jendela
epidemiologi. 2 (1): 1 3
Bagian Patologi Klinik. (2009). Peran pemeriksaan laboratorium dalam diagnose
Demam Berdarah Dengue. RSUP Dr. Kariadi Semarang.
Barakah, V. F. 2012. Demam Berdarah tidak ada obatnya, Hanya andalkan cairan.
Detik
Health.
Retrieved
from:
41
demam
berdarah
dengue.
43