DIFTERIA
(Yunani)
sepasang gulungan
kulit
PENDAHULUAN
Penyakit yg sangat menular & ancam kehidupan
Mortalitas meski cakupan imunisasi DPT/DT & angka
kejadian
Dapat timbulkan KLB
Penanggulangan KLB :
- Tingkatkan derajat kekebalan masyarakat (imunisasi)
- Upaya eradikasi : case finding maupun carrier
3
DIFTERIA
Penyakit infeksi sal. napas akut bag. atas oleh
Corynebacterium diphtheriae, sangat
menular !
Tanda :
- Demam lebih kurang 38oC (tidak > 38,9oC)
- Nyeri tenggorok
- Pseudomembran (putih keabu- abuan)
pada laring/faring/tonsil/rongga hidung, tak
mudah lepas & mudah berdarah
Etiologi :
Corynebacterium
diphteriae yang
terinfeksi
bakteriofaga
Faktor Risiko
Faktor sosial ekonomi
Overcrowding
Nutrisi yang jelek
Terbatasnya fasilitas kesehatan
Status imunisasi
7
Patognesi
s
GEJALA &
TANDA
BULLNECK (
kasus sedang/berat)
THE TOXIN
10
Patogenesis
Mukosa
Sal. nafas, mata /
genitalia
O
D
U
PSE
N
A
R
B
M
E
M
N
I
X
O
T
11
PENULARAN
Masa inkubasi : 2 6 hari
Masa Penularan : (2-4 mgg) sejak inkubasi sampai
Definisi Kontak
Serumah atau sepermainan >4 jam selama
Definisi Karier
Hasil lab positif tetapi tidak ada manifestasi
klinis
13
MANIFESTASI KLINIS
14
Penegakan Diagnosis
Anamnesis
Demam sub febril, biasanya 2-4 hari
Anoreksia, malaise
Batuk, pilek dan sakit telan
Anak tidur ngorok yang sebelumnya tidak pernah
ngorok
Perubahan suara pada anak sampai bindeng
15
Pemeriksaan fisik
bercak putih keabuan sukar diangkat serta mudah
berdarah (Pseudomembrane)
Pada kasus-kasus berat dapat dijumpai tanda sumbatan
jalan napas (sesak napas) derajat Jackson
Jackson I : stridor inspiratoir, retraksi supraternal, dan
Manifestasi Klinis
Difteri Ringan
Difteri pada lidah, mulut dan tonsil tanpa Bullneck
Difteri Sedang
Difteri pada laring dan faring, tanpa bullneck
Difteri Berat
Difteri pada laring/faring dan fausial/tonsil disertai
bullneck atau sudah ada miokarditis (Nelson,1987)
17
Pseudomembrane
OBSTRUKSI !!!
18
DIFTERI BIBIR
19
20
Difteria Kulit
Punch out lesion
21
DD:
Rhinorrhea (common cold, sinusitis, adenoiditis)
Benda asing dlm hidung
Snuffles (Lues congenital)
22
23
24
Difteria Laring
25
BULLNECK
27
KOMPLIKAS
I
-Kelumpuha
n
palatum
mole
-paralisis
otot mata
nefriti
miokardi
tis
N
I
X
O
T
Laboratorium
Ditemukan kuman C. diphteria pada pengecatan
29
Diagnosis Difteri
Kasus Suspek
,
s
i
t
i
g
n
i
r
a
L
a
l
a
j
e
g
n
a
s
i
g
t
n
i
l
i
e
s
d
n
o
T
u
Anak
a
t
a
s
i
t
i
g
n
i
r
a
f
o
Nas
a
y
n
a
d
e
dan a
n
a
r
b
m
e
m
o
pseud
30
suspek
difteri
ditambah salah
Kasus
Probable
satu dari :
Kasus
konfirmasi
Kasus probable dg. hasil isolasi
positif
C difteriae yg toxigenic
(dari usap hidung, tenggorok, ulkus
kulit, jaringan, conjunctiva, telinga,
vagina)
atau
Kadar antibodi antitoxin
meningkat 4 kali lipat /lebih
(sebelum pemberian amtitoksin
32
Tatalaksana
Kasus
TINDAKA
N
KHUSUS
1. Menetralisis toxin
2. Eradikasi kuman
3. Tanggulangi inf.sekunder
33
Risiko ANAFILAKTIK
SYOK !!!
TES MATA
ADS + NaCl 0,9% (1 : 10)
teteskan ke salah 1 kelopak
mata bag. Bawah
Mata yg lain ditetesi NaCl 0,9%
20 mnt konjungtivitis &
lakrimasi : POSITIF
BESREDKA
34
Cara Besredka
ADS diencerkan dalam NACL 0,9 % dg dosis sbb :
0,05 cc dari pengenceran 1:20 secara subkutan
0,1 cc dari pengenceran 1:20 secara subkutan
0,1 cc dari pengenceran 1:10 secara subkutan
0,1 cc tanpa pengenceran secara subkutan
0,3 cc tanpa pengenceran secara subkutan
0,5 cc tanpa pengenceran secara subkutan
1 cc tanpa pengenceran secara subkutan
ADS sisanya diberikan secara drip IV
35
Antitoksin (Unit)
20.000 40.000
Penyakit faring/laring
dalam durasi <48 jam
20.000 40.000
Lesi nasofaring
40.000 60.000
80.000 100.000
80.000 100.000
36
Tatalaksana
Kasus
2. Eradikasi kuman dengan antibiotik
- Penicillin Prokain 50.000 -100.000 IU/kgBB
IM selama 7-10 hari (Maksimal 3 gram/hari)
- Bila alergi PP beri Eritromisin 50 mg/kgBB PO
3-4 kali/hari selama 10 hari
38
Tatalaksana
Kasus
Tindakan Khusus
3. Terapi Kortikosteroid
- Indikasi : difteri berat dan sangat berat
- Prednison 2 mg/kgBB/hari selama 2 minggu
- Masih kontroversi
39
Tatalaksana
TINDAKA
Kasus
N
SUPORTI
F
1. Cegah komplikasi
2. Perbaiki/pertahankan
keadaan umum
3. Atasi gejala/akibat
yang timbul
40
Tatalaksana
Kasus
- Oksigenasi
- Trakeostomi (menurut Jackson II dan III)
Aspirasi sekret secara periodik (pada difteri laring)
41
n
e
P
n
a
h
a
g
ce
43
Pencegahan / Pengendalian
Isolasi pasien
44
DPT
-DPT 1 : 2
bln
-DPT 2 : 4
bln
- DPT 3 : 6
bln
DPT 4 :
bln
18-24
DPT 5 : 5
th
DT/TT 6 : 12 th
45
Pemulangan Penderita
Kelainan klinis & fisis sudah tidak ditemukan
Biakan 2 kali berturut-turut negatif (bila keadaan
memungkinkan)
EKG normal 3 kali berturut-turut
Tidak ada kesulitan dalam pemberian makan
dan defekasi
Pemberian imunisasi sesuai status imunisasi
46
Prognosis
Terima kasih
48
Uji
Schick
Tindakan
(-)
(-)
(+)
(-)
(+)
(+)
(-)
(+)
mgg
Imunisasi aktif
- inapparent infection
- imunisasi dengan toksoid difteria (DT)
(toksin yang dilemahkan)
50
51
UJI MALONEY
52
53