Anda di halaman 1dari 53

DIFTERI

Divisi Infeksi & Penyakit Tropis


Departemen ILMU KESEHATAN ANAK
FK UNDIP/RSUP Dr. KARIADI
Semarang
1

DIFTERIA

(Yunani)

sepasang gulungan
kulit

PENDAHULUAN
Penyakit yg sangat menular & ancam kehidupan
Mortalitas meski cakupan imunisasi DPT/DT & angka
kejadian
Dapat timbulkan KLB
Penanggulangan KLB :
- Tingkatkan derajat kekebalan masyarakat (imunisasi)
- Upaya eradikasi : case finding maupun carrier
3

Penyakit yg Dapat Dicegah Dg Imunisasi


(PD3I)
Indonesia : 1,7 juta kematian pd anak atau
5% balita
Angka kejadian : 80% usia < 15 th

DIFTERIA
Penyakit infeksi sal. napas akut bag. atas oleh
Corynebacterium diphtheriae, sangat

menular !
Tanda :
- Demam lebih kurang 38oC (tidak > 38,9oC)
- Nyeri tenggorok
- Pseudomembran (putih keabu- abuan)
pada laring/faring/tonsil/rongga hidung, tak
mudah lepas & mudah berdarah

Satu Kasus Difteria adalah


KLB (KemenKes RI)

Etiologi :
Corynebacterium
diphteriae yang
terinfeksi
bakteriofaga

Faktor Risiko
Faktor sosial ekonomi
Overcrowding
Nutrisi yang jelek
Terbatasnya fasilitas kesehatan
Status imunisasi
7

Patognesi
s

GEJALA &
TANDA

BULLNECK (
kasus sedang/berat)

THE TOXIN

10

Patogenesis
Mukosa
Sal. nafas, mata /
genitalia

O
D
U
PSE
N
A
R
B
M
E
M

N
I
X
O
T
11

PENULARAN
Masa inkubasi : 2 6 hari
Masa Penularan : (2-4 mgg) sejak inkubasi sampai

hilangnya bakteri [ada lesi ( 2 minggu)


Sumber penularan :
Penderita : kontak langsung (pernafasan/ droplet
infection
Carrier kronis ( pengidap tapi tak sakit )
tularkan sampai 6 bulan
12

Definisi Kontak
Serumah atau sepermainan >4 jam selama

5 hari berturut-turut atau >24 jam dalam


seminggu atau kontak dengan sekret
penderita

Definisi Karier
Hasil lab positif tetapi tidak ada manifestasi

klinis

13

MANIFESTASI KLINIS

Keluhan dan gejala


tergantung
Tempat infeksi
Status imunitas penjamu
Distribusi toksin kedalam sirkulasi

14

Penegakan Diagnosis
Anamnesis
Demam sub febril, biasanya 2-4 hari
Anoreksia, malaise
Batuk, pilek dan sakit telan
Anak tidur ngorok yang sebelumnya tidak pernah
ngorok
Perubahan suara pada anak sampai bindeng
15

Pemeriksaan fisik
bercak putih keabuan sukar diangkat serta mudah
berdarah (Pseudomembrane)
Pada kasus-kasus berat dapat dijumpai tanda sumbatan
jalan napas (sesak napas) derajat Jackson
Jackson I : stridor inspiratoir, retraksi supraternal, dan

keadaan umum masih baik


Jackson II : gejala Jackson I + retraksi epigastrium,

penderita mulai gelisah


Jackson III : Gejala Jackson II + retraksi interkostal,

airhunger, syok, bullneck (pemb.kel.leher & jar. Lunak)


Jackson IV : Gejala Jackson III, wajah pucat kelabu,

seolah-olah tenang tertidur dan meninggal


16

Manifestasi Klinis
Difteri Ringan
Difteri pada lidah, mulut dan tonsil tanpa Bullneck

Difteri Sedang
Difteri pada laring dan faring, tanpa bullneck

Difteri Berat
Difteri pada laring/faring dan fausial/tonsil disertai
bullneck atau sudah ada miokarditis (Nelson,1987)

17

Pseudomembrane

Lesi khas : membran asimetrik, keabu--abuan dikelilingi oleh


daerah inflamasi SUFOKASI /

OBSTRUKSI !!!

18

DIFTERI BIBIR

19

DIFTERI KULIT PADA KAKI

20

Difteria Kulit
Punch out lesion

21

DIFTERI PADA HIDUNG

DD:
Rhinorrhea (common cold, sinusitis, adenoiditis)
Benda asing dlm hidung
Snuffles (Lues congenital)

22

Difteri dengan perdarahan pada hidung

23

Difteri pada Mata

24

Difteria Laring
25

Membran & jaringan oedematous sumbat jalan nafas


Perluasan ke larink / cabang trakheobronkhus gangguan jalan
26

BULLNECK

27

KOMPLIKAS
I
-Kelumpuha
n
palatum
mole
-paralisis
otot mata

nefriti

miokardi
tis

N
I
X
O
T

Paralisis ekstrimitas bilate


28

Laboratorium
Ditemukan kuman C. diphteria pada pengecatan

usapan dari bercaknya.


Biakan kuman difteri positif (media Loeffler) dengan

uji toksisitas / Elek tes (+)


Kombinasi keduanya

29

Diagnosis Difteri

Kasus Suspek
,
s
i
t
i
g
n
i
r
a
L
a
l
a
j
e
g
n
a
s
i
g
t
n
i
l
i
e
s
d
n
o
T
u
Anak
a
t
a
s
i
t
i
g
n
i
r
a
f
o
Nas
a
y
n
a
d
e
dan a
n
a
r
b
m
e
m
o
pseud
30

suspek
difteri
ditambah salah
Kasus
Probable
satu dari :

Pernah kontak dengan kasus (<2


minggu)
Ada di daerah endemis difteria
Stridor , Bullneck
Pendarahan Submucosa/petechiae
pada kulit
Gagal jantung
Gagal ginjal akut
Myocarditis dan/ kelumpuhan motorik
1 s/d 6
31

Kasus
konfirmasi
Kasus probable dg. hasil isolasi
positif
C difteriae yg toxigenic
(dari usap hidung, tenggorok, ulkus
kulit, jaringan, conjunctiva, telinga,
vagina)

atau
Kadar antibodi antitoxin
meningkat 4 kali lipat /lebih
(sebelum pemberian amtitoksin

32

Tatalaksana
Kasus
TINDAKA
N
KHUSUS
1. Menetralisis toxin
2. Eradikasi kuman
3. Tanggulangi inf.sekunder

33

1. Netralisasi toksin dengan


Serum Anti Difteria (ADS)/
Merupakan
serum kuda
hiperimun (mengandung
Diphteri
antitoxin
(DAT)

antibodi poliklonal) terhadap toksin difteri


Segera berikan bila Dx klinis tegak
Dosis empiris, lihat derajat berat
UJI KEPEKAAN
TES KULIT
0,1 ml ADS + NaCl 0,9%
(1 : 1000) IC
15-20 mnt lihat hasil
Indurasi minimal 10
mm : POSITIF

Risiko ANAFILAKTIK
SYOK !!!
TES MATA
ADS + NaCl 0,9% (1 : 10)
teteskan ke salah 1 kelopak
mata bag. Bawah
Mata yg lain ditetesi NaCl 0,9%
20 mnt konjungtivitis &
lakrimasi : POSITIF

BESREDKA

34

Cara Besredka
ADS diencerkan dalam NACL 0,9 % dg dosis sbb :
0,05 cc dari pengenceran 1:20 secara subkutan
0,1 cc dari pengenceran 1:20 secara subkutan
0,1 cc dari pengenceran 1:10 secara subkutan
0,1 cc tanpa pengenceran secara subkutan
0,3 cc tanpa pengenceran secara subkutan
0,5 cc tanpa pengenceran secara subkutan
1 cc tanpa pengenceran secara subkutan
ADS sisanya diberikan secara drip IV

Reaksi anafilaktik Adrenalin 1:1000

35

Dosis Anti Toksin


(ADS)
Rentang Dosis
Kondisi Penyakit

Antitoksin (Unit)

Lesi kulit saja

20.000 40.000

Penyakit faring/laring
dalam durasi <48 jam

20.000 40.000

Lesi nasofaring

40.000 60.000

Penyakit yang meluas


dalam durasi >72 jam

80.000 100.000

Pembengkakan difus pada


leher

80.000 100.000
36

Pemberian ADS Intra


Vena ( bila Uji
sensitivitas Negatif)
Secara drip dlm larutan kristaloid (garam fisiologis/

D5%) 200 ml dalam waktu sekitar 4-8 jam


Pantau efek samping, TV dan perluasan membran

selama pemberian dan 2 jam setelahnya


Rx anafilaktik adrenalin 1:1000 (0,01 cc/kgBB im

max. 3x, interval 5-15 menit)


37

Tatalaksana
Kasus
2. Eradikasi kuman dengan antibiotik
- Penicillin Prokain 50.000 -100.000 IU/kgBB
IM selama 7-10 hari (Maksimal 3 gram/hari)
- Bila alergi PP beri Eritromisin 50 mg/kgBB PO
3-4 kali/hari selama 10 hari

38

Tatalaksana
Kasus
Tindakan Khusus
3. Terapi Kortikosteroid
- Indikasi : difteri berat dan sangat berat
- Prednison 2 mg/kgBB/hari selama 2 minggu
- Masih kontroversi

39

Tatalaksana
TINDAKA
Kasus
N
SUPORTI
F
1. Cegah komplikasi
2. Perbaiki/pertahankan
keadaan umum
3. Atasi gejala/akibat
yang timbul
40

Tatalaksana
Kasus

Bed rest 2-3 mgg dalam ruang isolasi (bila terjadi

miokarditis, bed rest lebih lama)


Bila ada tanda obstruksi jalan napas :

- Oksigenasi
- Trakeostomi (menurut Jackson II dan III)
Aspirasi sekret secara periodik (pada difteri laring)

41

Pemberian cairan dan dietetik

sesuai dg kondisi (diet lunak, saring, cair kalo


perlu dg sonde)
Menjamin kemudahan defekasi (laksansia)
Antitusif mengurangi batuk (difteria laring)
Sedativa istirahatkan pasien

Luminal 3-5 mg /kgBB/hari dibagi 3 dosis


Imunisasi : 3 bulan setelah dinyatakan sembuh
42

n
e
P
n
a

h
a
g
ce

43

Pencegahan / Pengendalian

Isolasi pasien

Periksa swan C. diphtheriae hingga 2 hari


berturut-turut negatif stop isolasi
Imunisasi
Pencarian dan pengobatan karier
Shick test
Apusan tenggorok

Jika (+) diterapi

44

DPT
-DPT 1 : 2
bln
-DPT 2 : 4
bln
- DPT 3 : 6
bln
DPT 4 :
bln

18-24

DPT 5 : 5
th

DT/TT 6 : 12 th

45

Pemulangan Penderita
Kelainan klinis & fisis sudah tidak ditemukan
Biakan 2 kali berturut-turut negatif (bila keadaan

memungkinkan)
EKG normal 3 kali berturut-turut
Tidak ada kesulitan dalam pemberian makan
dan defekasi
Pemberian imunisasi sesuai status imunisasi

46

Prognosis

Biasanya jelek tergantung dari :


Usia, Status gizi dan Status imunitas
Virulensi kuman
Lokasi dan perluasan membran
Kecepatan terapi & pemberian antitoksin
Lama perjalanan penyakit (> 48 jam)
Komplikasi yg terjadi
47

Terima kasih
48

Pengobatan thd kontak difteria


Biakan

Uji
Schick

Tindakan

(-)

(-)

Bebas isolasi : anak yg telah mendapat


imunisasi dpt diberikan booster toksoid
difteria

(+)

(-)

Pengobatan karier : penisilin 100


mg/kgBB/hari
oral/suntikan,
atau
eritromisin 40 mg/kgBB/hari selama 1
minggu

(+)

(+)

Penisilin 100 mb/kgBB/hari oral/suntikan


atau eritromisin 40 mg/kgBB + ADS 20.000
KI

(-)

(+)

Toksoid difteria (imunisasi aktif), sesuaikan


dengan status imunisasi
49

Kekebalan Tubuh tdh Difteri


Imunisasi pasif
- transplasental dr . ibu kebal difteri smp 6 bln
- suntikan anti toksin bertahan selama 2-3

mgg

Imunisasi aktif
- inapparent infection
- imunisasi dengan toksoid difteria (DT)
(toksin yang dilemahkan)
50

UJI SCHICK & UJI


MALONEY
UJI SCHICK

Menentukan kerentanan seseorang terhadap difteria.


menyuntikan toksin difteri (dilemahkan) intrakutan.
interpretasi hasil :
+ : kekebalan (-)/anti toksin (-) nekrosis jaraingan (+)
- : kekebalan (+)/anti toksin (+) nekrosis (-)

51

UJI MALONEY

Menentukan sensitivitas terhadap produk bakteri


cara : injeksi intradermal 0,1 cc larutan toksoid difteri.
interpretasi hasil :
+ : dalam 24 edema > 10 mm (pengalaman
dengan basil difteri sebelumnya)
_ : belum pernah terpapar

52

53

Anda mungkin juga menyukai