Anda di halaman 1dari 24

JENIS OBAT

UTEROTONIKA
dr. Agung Biworo, M. Kes

Digunakan untuk induksi persalinan,


kontraksi uterus dan pendarahan postpartum

OKSITOSIN
Secara luas
digunakan sebagai stimultan uterus

STRUKTUR/
SUSUNAN KIMIA
OKSITOKSIN

Oktapeptida
yang disintesis
pada hipotalamus
Yang berdekatan
dengan hormon
ADH

Oksitosin
oxytocin-neurophysin

mengandung
90 rantai asam amino
yang mirip posisinya
seperti pada
ADH- neurophysin

STRUKTUR/ SUSUNAN KIMIA


OKSITOSIN

Berikut adalah gambar susunan kimia oksitosin

CARA KERJA OKSITOSIN

Oksitosin terikat pada reseptornya, yang berada pada membran sel


miometrium, dimana selanjutnya terbentuk siklik adenosin-5monofosfat (cAMP). Cara kerja oksitosin adalah dengan menimbulkan
depolarasi potensial membran sel, sehingga terjadi penurunan nilai
ambang listrik membran sel. Dengan terikatnya oksitosin pada membran
sel, maka Ca++
dimobilisasi dari retikulum sarkoplasmik untuk
mengaktivasi protein kontraktil.

Sensitifitas maksimal terhadap oksitosin dicapai pada kehamilan 34-36


minggu. Selain itu oksitosin mempunyai efek meningkatkan
permeabilitas membran sel terhadap natrium sehingga terjadi
hiponetremia dan retensi air (efek antidiuretika), aktivasi kelenjar
mioepitel mammae sehingga ASI masuk ke dalam sinus (efek pada
payudara), dan penurunan tekanan darah dengan kenaikan curah
jantung serta kenaikan denyut jantung (efek kardiovaskular)

INDIKASI DAN PENGGUNAAN OKSITOSIN


Stimultan
uterus

Perbaikan
Kontraksi uterus

Oksitosin

Intravena
Intramuskuler
intranasal

Induksi
persalinan

KOMPLIKASI OBSTETRIK
DILATASI SERVIK
PERLU MEMPERTIMBANGKAN
FAKTOR INDIVIDUAL

KONTAINDIKASI

RUPTURA UTERI
HIPOFREFUSI UTERUS
HIPERSTIMULASI
Kontraksi Hiperonik

HIPOKSIA
Fetal distress
EFEK SAMPING

DJJ ABNORMAL
PENDARAHAN
POSTPARTUM

TAKISISTOLE

KORIOAMNIONITIS


1.
2.
3.
4.
5.
6.
.
1.
2.
3.

Indikasi :
Kulit ketuban pecah prematur
Korioaminionitis
Penyulit medik ibu
Kematian janin dalam rahim
Kehamilan dismatur/postmatur
Persalinan hipotonik disfungsional
Kontraindikasi
Disprosisi feto-pelvik
Kelainan letak janin
Plasenta previa

1.

Fetal distress sebelum kala II


Kontraksi Uterus Hipertonis
Infeksi herpes genital aktif
Risiko
Hiperstimulasi uterus

2.

Ruptura uteri

4.
5.
6.
.

INTERAKSI OKSITOSIN

Obat-obat vasopresor (simpatomimetik)


Jika oksitoksin diberikan bersama preparat
vasokontriksor lainnya, maka akan terdapat bahaya
peningkatan TD yang dapat menyebabkan serangan
stroke. Kejadian ini dapat terjadi jika adrenalin
(epinefrin) ditambahkan pada obat anastesi lokal,
misalnya pada anastesi blok kaudal, atau jika
efedrin diberikan untuk memperbaiki hipotensi
yang ditimbulkan oleh anastesi epidural.
Ergometrin dan oksitosin bekerja secara sinergis
dan kerapkali diresepkan bersama dalam
penatalaksanaan kala tiga persalinan. Obat-obat
anastesi inhalasi dapat menurunkan tekanan darah
atau menimbulkan disritmia jantung.

INTERAKSI OKSITOSIN

Obat Golongan opioid dan fenotiazin


retensi air dan hiponatremia merupakan
masalah yang potensial pada pemakaian
kombinasi oksitosin, opioid dan fenotiazin
dengan memperbesar bahaya akibat pemberian
kombinasi obat tersebut.

MISOPROSTOL

Misoprostol merupakan prostaglandin sintetik, analog


PgE1
yang dibuat dan dipasarkan sebagai
gastroprotektor. Obat ini memiliki 4 streoisomer, tak
larut
dalam
air,
dapat
memberikan
efek
immunosupresif, menyebabkan vasodilatasi dan dapat
bertindak sebagai uterotonika.

STRUKTUR/SUSUNAN KIMIA MISOPROSTOL

Misoprostol mempunyai susunan kimia C22H38O5, dengan rumus bangun


metil (11, 13E)-11,16-dihidroksi-16-metil-9-oxoprost-13-en-1-oat.
Bahan aktif dari misoprostol dalam bentuk hidroksipropil metil selulosa
dan glikolat gandum natrium.

Misoprostol tidak larut dalam air dan mengalami de-esterifikasi


menjadi bentuk asam lemak (misoprostolic acid), yang merupakan zat
aktif dalam aktivitas kliniknya, dimana zat ini terikat pada albumin
serum. Selanjutnya akan mengalami oksidasi dan reduksi menjadi
analog prostaglandin dan di eksresi lewat urin. Dosis maksimal dicapai
dalam 12 3 menit dan waktu paruh 13-40 menit dengan durasi efek
selama 4 jam.

CARA KERJA MISOPROSTOL

Misoprostol merupakan sitoprotektif (yang merupakan indikasi terapi)


dengan menimbulkan efek antisekresi asam lambung dengan kompetisi
pada ikatannya dengan reseptor prostaglandin sel parietal. Selain itu
juga menimbulkan edema pada sel submukosa dan mukosa lambung,
dilatasi daerah kelenjar propia, memperkecil propeolae lambung,
vasodilatasi pembuluh darah, menurunkan tinggi dan luas epitel
permukaan, pembengkakan rongga intra seluler basal dan meningkatkan
luas mukosa.

Misoprostol bersifat agonis, antagonis atau keduanya terhadap


prostaglandin endogen, dimana cara kerjanya mencegah pelepasan
sitokin perusak jaringan dan mediator peradangan serta menjaga
homeostatis. Dimana misoprostol dalam kadar rendah (10 -6M) menekan
interleukin (IL-1, IL-6, IL-8), tromboksa B2, -interferon, produksi
superoksida dan TNF, serta merangsang pembentukan 6-ketoprostasiklin

Pada pemakaian oral , efek di dapatkan secara sistemik untuk mencapai


reseptornya di uterus, sedangkan pada pemakaian vaginal memberikan
efek secara topikal. Metabolit aktif dari misoprostol di duga berperan
memacu terjadinya perubahan pada jaringan penghubung dan
kolagenase servik, sehingga terjadi kontraksi miometrium.

INDIKASI DAN PENGGUNAAN

Pada pembuatannya misoprostol merupakan obat gastroprotektif,


yang ditujukan untuk mencegah terjadinya ulkus peptikum pada
penggunaan NSAID.
Dalam perkembangannya misoproltol ternyata berguna sebagai
bahan abortifisien. Selain itu juaga digunakan untuk pematangan
servik dan induksi persalinan, pengelolaan perdarahan postpartum
karena atonia uteri dan retensio plasenta.

KONTRAINDIKASI DAN EFEK SAMPING

Kontraindikasi untuk pemberian prostaglandin secara umum antara


lain adanya riwayat glaukoma dan ditemukan penyakit jantung
sebelumnya
Secara klinis efek samping yang ditimbulkan oleh misoprostol
adalah diare, nyeri perut, dan uterotonik. Efek samping pada
penggunaan untuk pematangan serviks dan induksi persalinan
antara lain mual, muntah, diare, demam, korioamnionitisendometritis, retensio plasenta dan perdarahan postpartum,
ruptura uteri (pada kasus kecacatan rahim), afiksia.
Pada janin ditemukan DJJ abnormal dan pengeluaran mekonium,
takisitole, hipertonus, hiperstimulasi.

METILERGOMETRIN

Obat ini biasanya diberikan untuk


menghentikan perdarahan berlebihan
yang
kadang
terjadi
setelah
melahirkan atau keguguran. Kerja
obat ini menyebabkan kontraksi
rahim.

Obat ini disimpan dalam wadah kedap


udara pada temperatur <= 8C dan
terhindar dari cahaya.

Golongan/Kelas Terapi : Oksitoksik


dan Relaksan Uterus

STRUKTUR/SUSUNAN KIMIA

Nama & Struktur Kimia : Methylergometrina


Maleat/Methylergonovine Maleat. C20H25N3O2.C4H4O4
Sifat Fisikokimia : Serbuk mikrokristal putih-merah
muda, tidak berbau. Kelarutan dalam air 1:100, dalam
alkohol 1:175.
Keterangan : Larutan dalam air 0,02 % mempunyai pH :
4,4-5,2.

CARA KERJA

Obat ini bekerja pada uterus menimbulkan kontraksi yang kuat


yang efeknya lebih lama dari yang ditimbulkan oleh oksitosin.
Onset kerja oral 5-10 menit, im: 2-5 menit, iv.: segera.
Durasi oral 3 jam; im; 3 jam, iv.: 45 menit.
Absorpsi cepat, distribusi iv cepat terutama di plasma dan cairan
ekstra sel, Vd: 39-73 L. Metabolisme di hati. Bioavabilitas oral 60%,
im 78%.
Waktu paruh eliminasi bifasik, awal 1-5 menit, akhir 0,5-2 jam. T
maksimum di serum, oral 0,3-2 jam, im 0,2-0,6 jam, Ekskresi urin
dan feses.

DOSIS, CARA PEMBERIAN, LAMA PEMBERIAN


Bentuk sediaan : Tablet Sebagai Maleat 0,2 mg. Larutan
Injeksi dalam Ampul 0,2 mg/ml, 1 ml
Oral : 0,2 mg sehari 3-4 kali selama 2-7 hari.
Intramuskuler, 0,2 mg, dapat diulang sampai 5 dosis
dengan interval waktu 2 - 4 jam.
Dalam keadaan emergensi : intravena, 0,2 mg selama 60
detik. Jangan rutin diberikan secara i.v. karena dapat
menginduksi hipertensi yang mendadak dan gangguan
serebrovaskuler.

INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI

Indikasi : Pencegahan dan pengobatan perdarahan sesudah


melahirkan atau keguguran karena uterus atoni atau subinvolusi
(uterus tetap besar, tidak kembali ke ukuran semula).
Kontraindikasi: Hipersensitif terhadap metilergometrin atau
komponen-komponen lain dalam sediaan; inhibitor kuat CYP3A4
(protease inhibitor, antifungi golongan azol, beberapa antibiotik
golongan makrolid); hipertensi; toksemia. Kehamilan.

EFEK SAMPING

Infark kardovaskuler : miokardial akut, hipertensi, sakit dada


temporer, palpitasi.
SSP : halusinasi, pusing, kejang, sakit kepala;
Metabolisme endokrin : intoksikasi air.
Saluran cerna : mual, muntah, diare, rasa tidak enak.
Lokal : tromboflebitis : neuromuskuler skeletal: kram kaki.
Telinga : tinitus.
Pernafasan : dipsnea, kongesti hidung.
Lain2 : diaforesis

INTERAKSI DENGAN OBAT LAIN DAN PENGARUH


TERHADAP KEHAMILAN/IBU MENYUSUI

Interaksi dengan Obat Lain : Inhibitor CYP3A4: antifungi golongan


azol, siprofloksasin, klaritromisin, diklofenak, doksisiklin,
eritromisin, isoniasid, nikardipin, propofol, protease inhibitor,
kuinidin, verapamil meningkatkan efek metilergometrin. Agonis 5HT (sumatriptan), inhibitor MAO, sibutramin, agonis serotonin
lainnya ditingkatkan efeknya oleh metilergometrin. Vasokontriksi
berat akan terjadi bila metilergometrin diberikan bersamaan
dengan vasokonstriktor atau betabloker. Efek ergometrin menurun
bila diberikan bersama antipsikotik, metoklopramid.

Pengaruh terhadap kehamilan : Faktor risiko : C. Kontraksi


berkepanjangan dari pembuluh darah uterus dan atau peningkatan
tonus otot uterus akan menurunkan aliran darah ke plasenta yang
dapat mengakibatkan hambatan pertumbuhan janin.

Pengaruh terhadap Ibu Menyusui : Sejumlah kecil metilergometrin


ditemui di air susu ibu (ASI).

PERINGATAN

Gunakan hati-hati pada pasien


sepsis,
penyakit
vaskuler
obliteratif, gangguan hati/ginjal,
kehamilan trimester II, bila
diberikan secara i.v. Penggunaan
harian jangka panjang dapat
menimbulkan fibrosis peritoneal
dan pleura. Fibrosis katub jantung
juga berkaitan dengan obat ini.

Anda mungkin juga menyukai