1. Latar belakang
Anak adalah sebuah harapan bagi sepasang kekasih yang telah terikat oleh
sebuah janji suci yang di namakan pernikahan. Mendambangkan seorang anak
yang sempurna dari segi fisik dan mental layaknya anak-anak normal yang lain
dan sesuai dengan keinginan atau harpan orangtua. Itu semua adalah hal yang
lumrah bagi sepasang suami istri. Dan tugas orang tua adalah menjaga dan
merawat anak semaksimal mungkin agar anaknya dapat hidup dengan
kebutuhan,layak dan mandiri sebagai rasa tanggung jawab mereka.
Anak juga sebagai salah satu sumber kebahagiaan yang dimiliki
orangtua.Namun apa jadinya jika yang di harapkan oleh orangtua tersebut tidak
sesuai dengan kenyataan. Orangtua tersebut bisa jadi kecewa,sedih,putus
harapan,dan juga dapat meninggalkan anaknya tanpa ada rasa tanggung jawab
dan tanpa rasa penyesalan. Salah satu contoh adalah anak down syndrom yang
kurang sempurna dalam segi fisik,mental,akedemis, dan juga sosial.
Anak down syndrom acapkali di pandang sebelah mata oleh masyarat,karena
perbedaan
atau
kelainan
yang
dimiliki
anak
down
syndrom
seperti
sedang.
Untuk
semua
mata
pelajaran
anak
down
terapi yang tepat bagi penyandang down syndrome ini dapat membuat
kurangnya kemandirian anak, menurunnya potensi yang di miliki anak down
syndrome, dan sulit untuk berbaur atau bersosialisai terhadap lingkungan
sekitarnya. Oleh sebab itu memberikan perhatian lebih terhadap anak
penyandang down syndrome seperti terapi atau metode bagi anak penyandang
down syndrom dapat membantu, memudahkan menerima pembelajaran,
mengajarkan bersosialisasi,mengoptimalkan potensi dan kemandirian bagi anak.
Orangtua juga sering memberikan pengasuhan kepada guru di Sekolah Luar
Biasa
karena
ketidaktahuannya
mengenai
penanganan
dan
kurang
pengetahuannya kepada anak down syndrom. Namun hal itu tidaklah efektif
karena guru Sekolah Luar Biasa hanya dapat mengajarkan pendidikan formal
yang ada dan kurang mengajarkan kemandirian pada anak down syndrom
Anak down syndrome sering mengalami keterlamabatan belajar dalam proses
pembelajaran, salah satunya tidak bisa mengenal bentuk angka, tetapi anak
bisa menyebutkan angka, sehingga dalam proses pembelajaran terutama pada
mata pelajaran tertentu anak tidak bersemangat dan tidak fokus.
Pada saat mengenalkan pembelajaran , guru masih terpaku dengan buku
paket dan gambar angka yang tersedia di sekolah. guru hanya memberikan
penjelasan di papan tulis dengan menuliskan angka atau huruf dan meminta
anak untuk menyebutkan angka tersebut. Setelah menerangkan pembelajaran
anak diminta untuk mencatat materi pelajaran yang ada dipapan tulis, kemudian
setelah anak selesai mencatat, guru menanyakan angka-angka apa saja yang
ditulis, namun anak penyandang down syndrome tidak mampu menjawabnya
atau dengan kata lain kemampuan anak dalam mengenal bentuk angka atau
huruf bisa dikatakan rendah.
Nadia Murni
asesmen yang telah pernah di lakukan dalam membaca kata ,bahwa anak
tunagrahita ringan (x) mengalami masalah dalam membaca kata berpola kv-kvk
yang akan ditunjukkan dan dibacakannya, sehingga kata yang dibaca anak tidak
berdasarkan bacaannya. atau dengan kata lain kemampuan anak dalam
membaca kata anak masih dikatakan kurang baik, atau mencapai standarisasi .
Ridha fajriana (2013 : 609 ) dari hasil penelitian yang telah ia lakukan, bahwa
seorang anak Tunagrahita ringan di SLB Perwari Padang kelas II yang belum
mengenal konsep huruf. Dari hasil asesmen anak hanya mampu membaca
gambar masih belum mampu untuk membaca kata dari gambar tersebut.
situasi
dan
kondisi
serta
kemampuan
anak
sehingga
tujuan
Judul penelitian : Penerimaan diri orang tua yang memiliki anak down
syndrom
2. Rumusan masalah
a. Bagaiamana penerimaan diri orangtua
Syndrom?.
3. Tujuan penelitian
a. Tujuan penelitian ini agar dapat bermanfaat bagi peneliti, orang tua,
dan psikolog. Untuk menegetahui penerimaan diri orangtua yang
memiliki anak Down Syndrom
4. manfaat penelitian
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat bermanfaat bagi Psikolog dan tentunya para orang tua
yang memiliki anak down syndrom, khususnya untuk memahami bagaimana
seharusnya merawat serta membantu proses perkembangan anak Down
Syndrom.
b. Manfaat Praktis
Secara praktis, melalui hasil penelitian ini para orang tua yang memiliki anak
down syndrome dapat mengetahui apa yang seharusnya dilakukan serta
bagaimana harus bersikap pada anak tersebut.
BAB II
Tinjauan pustaka
I.
Down syndrome
dan mental anak yang diakibatkan oleh kelainan kromosom. Kelainan yang
berdampak pada keterbelakangan pertumbuhan fisik dan mental anak.
Ada pula ciri-ciri anank penyandang down syndrome adalah Bentuk kepala
anak yang relative lebih kecil dari ukuran kepala anak normal, bagian kepala
belakang yang tampak datarUkuran hidung kecil datar (pesek); hal ini
mengakibatkan mereka sulit bernafas.Ukuran mulut kecil, menguncup, dengan
lidah
yang
tebal
dan
pangkal
mulut
yang
cenderung
dangkal,
yang
mengakibatkan ledah sering menjulur keluar.Bentuk mata yang miring dan tidak
punya lipatan di kelopak matanya.letak telinga lebih rendah dari posisi normal
dan ukuran telianga lebih kecil posisi dan ukuran yang tidak normal
menyebabkan rentan terserang inferksi telinga, tangan dan jari kaki yang
pendek,ruas kedua jari kelingking miring atau bahkan tidak ada pada telapak
tangan terdapat garis melintang yang disebut Simian Crease garis tersebut juga
terdapat di kaki mereka, diantara telunjuk dan ibu jari yang jaraknya cenderung
lebih jauh dari pada kaki orang normal, sedangkan pada orang normal memiliki 3
ruas tulang.
Karakteristik mental pada kondisi anak dengan down syndrome adalah
mempunyai kemampuan mental yang relatif rendah sehingga kesulitan
pengolahan pembelajaran dan informasi yang tentu saja lebih lambat
dibandingkan dengan anak-anak lain pada umumnya. kognitif pada anak down
syndrome adalah mereka lebih mudah untuk menyadari yang terjadi di
sekelilingnya namun mempunyai hambatan mengekspresikan respon mereka.
Untuk mengatasinya, anak down syndrome seringkali harus didorong untuk
belajar mengekpresikan respon mereka menggunakan cara lain seperti
menggunakan warna, gambar atau media lain.
Penerimaan diri
III.
terutama
orangtua
yang
menjadi
figur
terdekat
anak.
(Dian
dalam
terhadap
seorang
anak
merupakan
refleksi dari penerimaan dirinya. Ibu yang mempunyai penerimaan diri yang
baik maka dapat dengan mudah menerima kekurangan anaknya, begitupula
sebaliknya.
Hasil penelitian (Dian Wijayanti,2015) individu yang mempunyai penerimaan
diri yang baik menunjukkan sikap menyayangi dirinya dan juga lebih
Kerangka penelitian
Orangtua dengan
anak down
syndrom
Melalui proses
penerimaan
Penerimaan
Aspek penerimaan :
a Tidak menolak kondisi
anak
b Memahami kondisi dan
kebutuhan anak
c Ada komunikasi yang
hangat antara ayah dan
anak
d orangtua
memperlakukan sang
anak tanpa
membedakan.
Bab III
Metodelog penelitian
penelitian,populasi
dan
sampel
penelitia,
teknik
dapat menerima anaknya dengan sepenuh hati dan sebaliknya jika skor
jawaban yang di berikan rendah maka dapat di kategorikan bahwa orangtua
tersebut kurag bisa menerima anaknya yang mengidap down syndrom .
3.4 Populasi dan sampel
3.4.1 Populasi penelitian
Populasi yaitu keseluruhan jumlah subyek yang ingin di teliti. Populasi
adalah wilayah generelisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang di terapkan oleh peneliti untuk di
pelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya (sugiyono,2013). Penelitian di
laksakan pada tanggal 1 Bulan juni tahun 2016. Populasi dalam penelitian ini
adalah orangtua yang memiliki anak down syndrom di Sekolah Luar Biasa
(SLB) Negeri makassar yang berjumlah 20 orang.
3.4.2 Sampel penelitian
Sampel yaitu perwakilan dari populasi yang memiliki karakteristik sama
dan dapat mewakili keseluruhan sampel. Sampel adalah bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki populasi (sugiyono,2013). Dalam penelitian ini,
jumlah sampel yang akan diambil adalah sebanyak 10 orang karena peneliti
hanya mendapatkan izin pada orangtua yang besangkutan.
3.4.3 Teknik pengambilan sampel
Berdasarkan permasalahan yang diteliti penerimaan diri orangtua yang
memiliki anak down syndrom di SLB Negeri Makassar . Desain penelitian
yang
digunakan dalam
penelitian
ini
adalah
desain deskriptif
yang
pengumpulan
adalah
skala
likert
data
yang
yang digunakan
merupakan
dalam
penelitian
data primer.
Skala
ini
yang
Jawaban
Sangat setuju
Setuju
Tidak setuju
Sagat tidak setuju
Favorable
adalah
Skor favorable
4
3
2
1
pernyataan
yang
Skor unfavorable
4
3
2
1
berisi
hal
yang
positif
dan
pernyataan sikap yang berisi hal negatif dan bersifat tidak mendukung
mengenai aspek penelitian. Berikut blue print dari penerimaan diri mengacu
pada definisi yang disampaikan oleh (Rizkiana, 2009), individu yang mempunyai
penerimaan diri yang baik menunjukkan sikap menyayangi dirinya dan juga lebih
memungkinkan untuk bisa menyayangi oranglain, sedangkan individu yang
penerimaan dirinya rendah maka cenderung membenci dirinya dan lebih
memungkinkan untuk membenci oranglain.
Aspek
Meneirma anak
dengan tulus
Indikator
Merawat
anak
Fav
4
Unfav
2
Jml
5
Mendidik anak
Menghentikan
pemikiran
negative
Mengajarkan
kemandirian
Melihat
banyak
hal
dari banyak
aspek
Validitas
Dari tabel penerimaan diri yang berjumlah 5 item diperoleh hasil bahwa
Realibilitas
Tahap pelaksanaan
Pada tahap yang terakhir ini peneliti melakukan scoring terhadap hasil
skala yang telah diisi oleh responden, kemudian menghitung dan membuat
tabulasi data yang di peroleh. Selanjutnya peneliti membuat tabel dat dan
terakhir melakukan analisis data dengan menggunakan metode statistik untuk
menguji hipotesis penelitian.
3.7.3