Anda di halaman 1dari 15

Judul Proposal

Judul proposal kegiatan ini merupakan judul kegiatan, misalnya PROPOSAL KEGIATAN HALAL
BIHALAL 1417H DESA TLANGU
2. Latar Belakang
Latar belakang proposal kegiatan ini berisi dasar atau alasan suatu kegiatan perlu dilakukan.
3. Tujuan
Tujuan proposal kegiatan adalah hasil yang diharapkan dari kegiatan yang diadakan
4. Kegiatan
Kegiatan proposal ini berisi kegiatan pokok yang akan dilaksanakan, biasanya dilampiri
dengan jadwal kegiatan secara lengkap.
5. Anggaran
Anggaran proposal kegiatan ini harus dilampirkan secara rinci dan detail.

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa Intensive Care Unit (ICU)
merupakan ruang perawatan dengan tingkat resiko kematian pasien yang
tinggi. Tindakan keperawatan yang cepat dan tepat sangat dibutuhkan untuk
menyelamatkan pasien. Pengambilan keputusan yang cepat ditunjang data
yang merupakan hasil observasi dan monitoring yang kontinu oleh perawat.
Tingkat kesibukan dan standar perawatan yang tinggi membutuhkan
manajemen ICU dan peralatan teknologi tinggi yang menunjang.

Perawatan intensif care unit merupakan pelayanan keperawatan yang saat ini
sangat perlu untuk di kembangkan di Indonesia yang bertujuan memberikan asuhan
bagi pasien dengan penyakit berat yang potensial reversibel, memberikan asuhan
pada pasien yang memerlukan observasi ketat dengan atau tanpa pengobatan yang
tidak dapat diberikan diruang perawatan umum memberikan pelayanan kesehatan
bagi pasien dengan potensial atau adanya kerusakan organ umumnya paru
mengurangi kesakitan dan kematian yang dapat dihindari pada pasien-pasien
dengan penyakit kritis (Adam & Osbone, 1997).
Intensive care unit (ICU) adalah suatu kesatuan perawatan dan aktivitas medis
yang beroperasi mandiri dalam suatu rumah sakit dan didalamnya fasilitas sumber
daya manusia, keterampilan profesional, piranti teknis dan ruang yang memadai.
Bagian ini di gunakan untuk merawat pasien gawat akibat pembedahan, trauma
dan penyakit kritis, yang dengan terapi intensif dan terapi penunjang fungsi vital
kehidupan (life support) dapat harapkan sembuh dan menjalanui hidup normal
kembali.

TUJUAN PELAYANAN ICU


Adapun tujuan pelayanan yang dilakukan di ruang intensive care unit
antara lain sebagai berikut :
a.

Melakukan tindakan untuk mencegah terjadinya kematian atau cacat.

b.

Mencegah terjadinya penyulit

c.

Menerima rujukan dari level yang lebih rendah & melakukan rujukan ke
level yang lebih tinggi

d.

Mengoptimalkan kemampuan fungsi organ tubuh pasien

e.

Mengurangi angka kematian pasien kritis dan mempercepat proses


penyembuhan pasien

D. JENIS-JENIS ICU
Menurut fungsinya intensive care unit (ICU) dibagi menjadi beberapa
unsur yaitu :
a.

ICU Khusus

Dimana pasien dirawat dengan payah dan akut dari satu jenis penyakit.
Adapun contohnya yaitu :
1)

ICCU (Intensive Coronary Care Unit) yaitu ruang untukpasien yang dirawat
dengan gangguan pembuluh darah Coroner.

2)

Respiratory Unit yaitu ruang untuk pasien yang dirawatdengan mengalami


gangguan pernafasan.

3)

Renal Unit yaitu ruang untuk pasien yag dirawat dengan gangguan
gagal ginjal.

b.

ICU Umum
Dimana pasien dirawat dengan sakit payah akut di semua bagian RS.
Menurut umur, ICU anak & neonatus dipisahkan dengan ICU dewasa.

E. SYARAT - SYARAT RUANG ICU


1. Letaknya di sentral RS dan dekat dengan kamar bedah serta kamar pulih
sadar ( Recovery Room)
2. Suhu ruangan diusahakan 22-25 oC, nyaman , energi tidak banyak keluar.
3. Ruangan tertutup & tidak terkontaminasi dari luar
4. Merupakan ruangan aseptic & ruangan antiseptic dengan dibatasi kacakaca.
5. Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus
6. Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan segala posisi.
7. Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki
ruangan isolasi.
8. Tempat dokter & perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah untuk
mengobservasi pasien

STANDAR KUALIFIKASI INTENSIVE CARE UNIT

Ruangan ICU merupakan suatu unit di RS yang dibandingkan dengan


ruagan lain, banyak perbedaan ,tingkat pelayanannya. Tingkat pelayanan ini
ditentukan oleh

jumlah staf, fasilitas, pelayanan penunjang ,jumlah dan

macam pasien yang dirawat, untuk itu harus ditunjang oleh tenaga yang
memenuhi kualifikasi standart ICU.
Pelayanan ICU harus memiliki kemampuan minimal sebagai berikut :
1.

Resusitasi jantung paru

2.

Pengelolaan jalan nafas termasuk intubasi trakeal dan penggunaan


ventilator sederhana

3.

Terapi oksigenasi

4.

Pemamtauan EKG ,pulse oximetri terus menerus

5.

Pemberian nutrisi enteral dan panenteral

6.

Pelaksanaan terapi secara titrasi

7.

Kemampuan melaksanakan teknik khusus sesuai kondisi pasien

8.

Memberikan tunjangan fungsi vital dengan alat alat portabel selama


transportasi pasien gawat

9.

Kemampuan melakukan fisioterapi dada

Monitoring Peralatan.
Hal-hal yang sangat vital sangat ditekankan pada pemantauannya termasuk
peralatan yang digunakan untuk transportasi pasien yaitu :

Mengerti dan tahu tentang tanda bahaya kegagalan pasokan gas

Mengerti trentang kegagalan pasokan oksigen ,maka alat yang secara


otomatis teraktifasi untuk memonitor penurunan tekanan pasokan oksigen
yang selalu terpasang di ventilator

Pemantauan konsentrasi oksigen :Semua petugas diruang ICU diharapkan


mengetahui tentang bahaya kegagalan ventilator atau diskonsentrasi sistem

pernafasan.Pada pengguna ventilator otomatis,harus ada alat yang didapat


segera mendeteksi kegagalan sistem pernafasan atau ventilator secara terus
menerus

Volume

dan

tekanan

ventilator

terpantau

secara

akurat

dan

berkesinambungan.

Harus

memantau

suhu

alat

pelembab

(humidifier)

apabila

terjadi

peningkatan suhu udara inspirasi.

Terpasang alat elektro kardiograf pada setiap pasien dan dapat dipantau
terus menerus

Harus tersedia pulse oksimetri pada setiap pasien ICU

Apabila ICU memungkinkan apabila ada indikasi klinis harus tersedia


peralatan untuk mengukur variabel visiologis lain seperti tekanan intra
arterial dan tekanan pulmunalis, curah jantung, tekanan intra karnial, suhu,
transmisi neuromuskular,kadar CO2 respirasi.

PROPOSAL KEGIATAN
HALAL BIHALAL
I. Latar Belakang
Manusia adalah mahluk sosial yang selalu membutuhkan perhatian, teman dan kasih sayang dari
sesamanya. Setiap diri terikat dengan berbagai bentuk ikatan dan hubungan, diantaranya hubungan
emosional, sosial, ekonomi dan hubungan kemanusiaan lainnya. Maka demi mencapai kebutuhan
tersebut adalah fitrah untuk selalu berusaha berbuat baik terhadap sesamanya. Islam sangat memahami
hal tersebut, oleh sebab itu silaturahmi harus dilaksanakan dengan baik.Sesungguhnya silaturahmi
merupakan amal shalih yang penuh berkah, dan memberikan kepada pelakunya kebaikan di dunia dan
akhirat, menjadikannya diberkahi di manapun ia berada, Allah SWT memberikan berkah kepadanya di
setiap kondisi dan perbuatannya, baik yang segera maupun yang tertunda.
Sama halnya dengan keluarga besar Karang Taruna Maju Bersama, pada bulan yang suci perlu
diadakannya acara Halal Bihalal untuk menjaga tali silaturahmi. Agar menjadi fitrah kembali dan
menambah keharmonisan hubungan kemasyarakatan maka perlu diadakannya acara ini.
Selain kegiatan halal bihalal yang bertujuan untuk menyambung tali silaturrohim antar sesama keluarga
besar Karang taruna Maju Bersama dalam kegiatan ini juga dilaksanakan pengumpulan dana untuk Bakti
Sosial yang akan diserahkan ke Panti Asuhan terdekat.
II. Tujuan
Dalam rangka memeriahkan Hari Raya Idhul Fitri 1432 H, Karang Taruna Maju Bersama selaku
organisasi kepemudaan ingin mengadakan kegiatan HALAL BI HALAL yang bertujuan :
1.
Untuk mengisi dan memeriahkan Hari Raya Idhul Fitri 1432 H.
2.
Agar terbina kerjasama antar sesama rekan-rekan muda-mudi Karang Taruna Maju
Bersama.
3.
Menjalin kerukunan dan menumbuhkan rasa kebersamaan antar warga masyarakat
disekitar Karang Taruna Maju Bersama berada.
III. Kegiatan
WAKTU DAN TEMPAT PELAKSNAAN
Acara halal bihalal ini, akan kami laksanakan pada :
Hari
:
Tanggal
:
Waktu
: 09.00 s/d selesai
Tempat
: Balai Dusun Tlangu
SUSUNAN ACARA
Terlampir.
SUSUNAN PANITIA
Terlampir.
IV. ANGGARAN
Terlampir.
V. PENUTUP
Demikian proposal ini kami buat. Kami mengharapkan dukungan dan partisipasi Bapak/Ibu. Semoga
acara ini dapat terlaksana sebagaimana yang kita harapkan.
Atas perhatian dan kerjasama Bapak/Ibu, kami ucapkan terima kasih.
Ketua Pelaksana
Tlangu, 8 Agustus 2011
________________________
Sekertaris

_________________________
Mengetahui,
Kepala Dusun Tlangu
______________________

MAKALAH
KEGAWATDARURATAN
Tentang
Menejemen di ICU dan Personil di ICU
(Untuk Memenuhi Tugas Kegawatdaruratan dr. Trianto Saudin)
OLEH :
Dani Wijayanto
2009 1440 1018
STIKES BAHRUL ULUM LAB II BATU
KOTA WISATA BATU
2011
KATA PENGANTAR
Atas rahmat Allah SWT yang telah melimpahkan hidayah-Nya kepada kita semua sahingga penyusun
dapat menyelesaikan tugas makalah Kegawatdaruratan tentang menejemen di ICU dan Personil yang
ada di ICU.
Terima kasih kami ucapkan kepada Dr. Triyanto Saudin selaku koordinator Pendidikan dan dosen mata
kuliah kegawatdaruratan yang telah membimbing penyusun dalam penyelesaian makalah.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, maka saran dan kritik sangat kami nantikan
dari para mahasiswa dan pengajar sehingga akan semakin memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami
selaku penulis mengucapkan mohon maaf apabila ada kesalahan dan kami nerharap semoga makalah
ini dapat memberi manfaat bagi para mahasiswa Akademik Perawat dan pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan msalah 1
1.3 Tujuan.2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi 3
2.2 Pengelola ICU 4
2.3 Falsafah ICU 6
2.4 Perrsonil ICU 8
BAB III PNUTUP
3.1 Kesimpulan 12

3.2 Saran dan Kritik 12


Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu pelayanan yang sentral di rumah sakit adalah pelayanan Intensive Care Unit (ICU). Saat ini
pelayanan di ICU tidak terbatas hanya untuk menangani pasien pasca-bedah saja tetapi juga meliputi
berbagai jenis pasien dewasa, anak, yang mengalami lebih dari satu disfungsi/gagal organ. Kelompok
pasien ini dapat berasal dari Unit Gawat Darurat, Kamar Operasi, Ruang Perawatan, ataupun kiriman
dari Rumah Sakit lain. Ilmu yang diaplikasikan dalam pelayanan ICU, pada dekade terakhir ini telah
berkembang sedemikian rupa sehingga telah menjadi cabang ilmu kedokteran tersendiri yaitu
Intensive Care Medicine. Meskipun pada umumnya ICU hanya terdiri dari beberapa tempat tidur,
tetapi sumber daya tenaga (dokter dan perawat terlatih) yang dibutuhkan sangat spesifik dan
jumlahnya pada saat ini di Indonesia sangat terbatas. Critical Care Medicine menjadi bagian yang
penting dalam sistem kesehatan yang modern. Intensive care mempunyai 2 fungsi utama: yang
pertama adalah untuk melakukan perawatan pada pasien-pasien gawat darurat dengan potensi
reversible life thretening organ dysfunction, yang kedua adalah untuk mendukung organ vital pada
pasien-pasien yang akan menjalani operasi yang kompleks elektif atau prosedur intervensi dan risiko
tinggi untuk fungsi vital. Critical care medicine adalah multidisiplin ilmu. Ilmu-ilmu yang
berkompetensi termasuk bedah, interna, anestesi, neurologi, dan neurosurgery termasuk subspesialis.
Peranan perawat juga penting, perawat ICU harus diberikan pelatihan khusus. Di Amerika Utara,
profesi seperti terapis respirasi memberikan evolusi terhadap critical care. Profesional ini mempunyai
kemampuan manajemen ventilator, penggunaan obat-obatan inhalasi, pengeluaran 3 sekret respirasi.
Spesialis lainnya termasuk farmasi, nutrisionis, pekerja sosial, fisioterapis. Untuk dapat memberikan
pelayanan prima dan manajemen yang efektif dan efisien, maka ICU harus dikelola sesuai suatu
standar yang bukan saja dapat digunakan secara nasional tetapi juga dapat mengikuti perkembangan
terakhir dari Intensive Care Medicine. Departemen Kesehatan bekerja sama dengan Perhimpunan
Dokter Spesialis Anestesiologi dan Reanimasi Indonesia (IDSAI) dan Perhimpunan Dokter Intensive
Care Indonesia (PERDICI) memandang perlu untuk meninjau ulang standar pelayanan ICU yang telah
dibuat pada tahun 1992 yang kemudian dicetak ulang tahun 1995. Tinjau ulang standar ini
disesuaikan dengan perkembangan ilmu dan teknologi serta konsep ICU di masa datang. Beberapa
komponen ICU yang spesifik yaitu (1) pasien yang dirawat dalam keadaan kritis, (2) desain ruangan
dan sarana yang khusus, (3) peralatan berteknologi tinggi dan mahal, (4) pelayanan dilakukan oleh
staf yang profesional dan berpengalaman dan mampu mempergunakan peralatan yang canggih dan
mahal.
Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang terpisah, dengan staf khusus dan
perlengkapan yang khusus, yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang
menderita penyakit, cedera atau penyulit-penyulit yang mengancam jiwa atau potensial mengancam
jiwa dengan prognosis dubia. ICU menyediakan kemampuan dan sarana, prasarana serta peralatan
khusus untuk menunjang fungsifungsi vital dengan menggunakan keterampilan staf medik, perawat
dan staf lain yang berpengalaman dalam pengelolaan keadaan-keadaan tersebut.
1.2 Tujuan
Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Kegawatdaruratan
tentang konsep dasar ICU dari dr. Triyanto Saudin.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Bawah ini adalah definisi dari kata manajemen :

Pengertian Manajemen Menurut James A.F. Stoner Manajemen adalah suatu proses perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya dari anggota organisasi serta penggunaan
sumua sumber daya yang ada pada organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan sebelumny. Menurut Mary Parker Follet Manajemen adalah suatu seni, karena untuk
melakukan suatu pekerjaan melalui orang lain dibutuhkan keterampilan khusus.
Menejemen ICU adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan
pengendalian upaya dari anggota organisasi serta penggunaan sumua sumber daya yang ada pada
ruangan ICU untuk mencapai tujuan menyelamatkan jiwa pasien.
2.2 Yang Perlu Diperhatikan dalam ICU
1. Indikasi yang Benar
Pasien yang dirawat di ICU adalah yang memerlukan:
a. Pengelolaan fungsi sistem organ tubuh secara terkoordinasi dan berkelanjutan, sehingga dapat
dilakukan pengawasan yang konstan dan terapi titrasi.
b. Pemantauan kontinu terhadap pasien-pasien dalam keadaan kritis yang dapat mengakibatkan
terjadinya dekompensasi fisiologis.
c. Intervensi medis segera oleh tim intensive care.
2. Kerja Sama Multidisipliner dalam Masalah Medis Kompleks
Dasar pengelolaan pasien ICU adalah pendekatan multidisiplin dengan
tenaga kesehatan dari beberapa disiplin ilmu terkait yang dapat memberikan
kontribusinya sesuai dengan bidang keahliannya dan bekerja sama dalam
tim, dengan dipimpin dengan seorang intensivist sebagai ketua tim.
3. Kebutuhan Pelayanan Kesehatan Pasien
Kebutuhan pasien ICU adalah tindakan resusitasi yang meliputi dukungan
hidup untuk fungsi-fungsi vital seperti airway (fungsi jalan pernafasan),
breathing (fungsi pernafasan), circulation (fungsi sirkulasi), brain (fungsi otak), dan fungsi organ lain,
dilanjutkan dengan diagnosis dan terapi definitif.
4. Peran Koordinasi dan Integrasi dalam Kerja Sama Tim
Dengan mengingat keadaan pasien seperti yang tersebut dalam butir 2 dan 4 di atas, maka
pembagian kerja tim multidisiplin adalah sebagai berikut:
a. Dokter yang merawat pasien sebelum masuk ICU melakukan evaluasi pasien sesuai bidangnya dan
memberi pandangan atau usulan terapi.
b. Intensivist, selaku ketua tim, melakukan evaluasi menyeluruh, mengambil kesimpulan, memberi
instruksi terapi dan tindakan secara tertulis dengan mempertimbangkan usulan anggota tim lainnya.
c. Ketua tim berkonsultasi pada konsultan lain dengan mempertimbangkan usulan-usulan anggota
tim.
5. Hak dan Kewajiban Dokter
Setiap dokter dapat memasukkan pasien ke ICU sesuai dengan indikasi masuk ke ICU, karena
keterbatasan jumlah tempat tidur ICU maka berlaku asas prioritas dan indikasi masuk.
6. Sistem Manajemen Peningkatan Mutu Terpadu
Demi tercapai koordinasi dan peningkatan mutu pelayanan di ICU, diperlukan tim kendali mutu yang
anggotanya terdiri dari beberapa disiplin ilmu, dengan tugas utamanya memberi masukan dan bekerja
sama dengan staf struktural untuk selalu meningkatkan mutu pelayanan ICU.
7. Kemitraan Profesi
Kegiatan pelayanan pasien di ICU di samping multidisiplin juga interprofesi, yaitu profesi medik,

profesi perawat, dan profesi lain agar dicapai hasil optimal maka perlu ditingkatkan mutu SDM secara
berkelanjutan, menyeluruh dan mencakup semua kelompok profesi.
8. Efektivitas, Keselamatan, dan Ekonomis
Unit pelayanan ICU mempunyai ciri biaya tinggi, teknologi tinggi, multi
disiplin dan multi profesi berdasarkan atas efektivitas, keselamatan, dan
ekonomis.
9. Kontinuitas Pelayanan
Untuk efektivitas, keselamatan dan ekonomisnya pelayanan ICU, maka
perlu dikembangkan unit pelayanan tingkat tinggi (High Care Unit = HCU).
HCU fungsi utamanya menjadi unit perawatan-antara bangsal rawat dan
ICU. Di HCU tidak diperlukan peralatan canggih seperti ICU, yang diperlukan utamanya adalah
kewaspadaan yang lebih tinggi.
2.3 Pengelola ICU dilakukan oleh intensivist
Seorang intensivist adalah seorang dokter yang memenuhi standar
kompetensi sebagai berikut:
A. Terdidik dan bersertifikat sebagai seorang spesialis intensive care medicine (KIC, Konsultan Intesive
Care) melalui program pelatihan danpendidikan yang diakui oleh perhimpunan profesi yang terkait.
B. Menunjang kualitas pelayanan di ICU dan menggunakan sumber daya ICU secara efisien.
C. Mendarmabaktikan lebih dari 50% waktu profesinya dalam pelayanan ICU.
D. Bersedia berpartisipasi dalam suatu unit yang memberikan pelayanan 24 jam/hari, 7
hari/seminggu.
E. Mampu melakukan prosedur critical care biasa, antara lain:
1. Mempertahankan jalan napas termasuk intubasi trakeal dan ventilasi mekanis.
2. Punksi arteri untuk mengambil sampel arteri.
3. Memasang kateter intravaskular dan peralatan monitoring, termasuk:
i. Kateter Arteri
ii. Kateter Vena Perifer
iii. Kateter Vena Sentral (CVP)
iv. Kateter Arteri Pulmonaris
4. Pemasangan kabel pacu jantung transvenous temporer
5. Resusitasi kardipulmoner
6. Pipa torakostomi
F. Melaksanakan dua peran utama:
1. Pengelolaan pasien
Mampu berperan sebagai pemimpin tim dalam memberikan pelayanan di ICU, menggabungkan dan
melakukan titrasi layanan pada pasien berpenyakit kompleks atau cedera termasuk gagal organ multisistem. Intensivist memberi pelayanan sendiri atau dapat berkolaborasi dengan dokter pasien
sebelumnya. Mampu mengelola pasien dalam kondisi yang biasa terdapat pada pasienm sakit kritis
seperti:
Hemodinamik tidak stabil.
Gangguan atau gagal napas, dengan atau tanp menggunakan tunjangan ventilasi mekanis.
Gangguan neurologis akut termasuk mengatasi hipertensi intrakranial.
Gangguan atau gagal ginjal akut.
Gangguan endokrin dan atau metabolik akut yang mengancam nyawa.
Kelebihan dosis obat, reaksi obat atau keracunan obat.
Gangguan koagulasi.
Infeksi serius.
Gangguan nutrisi yang memerlukan tunjangan nutrisi.
2. Manajemen unit Intensivist berpartisipasi aktif dalam aktivitas-aktivitas manajemen unit yang

diperlukan untuk memberi palayanan-pelayanan ICU yang efisien, tepat waktu dan konsisten pada
pasien. Aktivitasaktivitas tersebut meliputi antara lain:
a. Triace, alokasi tempat tidur dan rencana pengeluaran pasien.
b. Supervisi terhadap pelaksanaan kebijakan-kebijakan unit.
c. Partisipasi pada kegiatan-kegiatan perbaikan kualitas yang berkelanjuatan temasuk supervisi
koleksi data.
d. Berinteraksi seperlunya dengan bagian-bagian lain untuk
menjamin kelancaran jalannya ICU. Untuk keperluan ini, intensivist secara fisik harus berada di ICU
atau rumah sakit dan bebas dari tugas-tugas lainnya.
G. Mempertahankan pendidikan yang berkelanjutan di bidang critical care medicine:
1. Menjaga agar pengetahuannya selalu mutakhir dengan mengikuti perkembangan ilmu dari
perpustakaan, membaca literatur, seminar, lokakarya dan sebagainya.
2. Secara berkala mengikuti pendidikan kedokteran berkelanjutan/ pendidikan keperawatan dalam
bidang intensive care.
3. Menguasai standar untuk unit critical care dan standard of care, di bidang critical care.
Setiap petugas yang bekerja di ICU harus memiliki kualifikasi tertentu, memahami fungsi ICU, tata
kerja dan peralatan yang dipergunakan untuk menjaga mutu pelayanan yang tinggi, mencegah
timbulnya penyulit, dan mencegah kerusakan pada alat-alat canggih/mahal. Petugas baru harus
mendapat orientasi tentang hal-hal tersebut di atas titik. Petugas lama harus mengikuti penyegaran
berkala tentang hal-hal tersebut di atas.
H. Ada dan bersedia untuk berpartisipasi pada kegiatan-kegiatan perbaikan kualitas interdisipliner.
Untuk menjamin mutu pelayanan yang efektif, efisien, manusiawi, dan memuaskan diperlukan
evaluasi kinerja ICU secara berkala (bulanan dan tahunan). Materi laporan/ evaluasi meliputi:
1. Jumlah pasien yang dirawat.
2. Masa rawat tinggal (average length of stay).
3. Case Fatality Rate untuk penyakit-penyakit tertentu.
4. Skor dari Revisie Trauma Score.
5. Mortalitas (Standardized Mortality Rasio).
6. Nosocomial infection rate.
7. Readmission.
2.4 Klasifikasi atau Stratifikasi Pelayanan ICU
a. Pelayanan ICU Primer (Standar Minimal)
Pelayanan ICU primer mampu memberikan pengelolaan resusitatif segera untuk pasien sakit gawat,
tunjangan kardio-respirasi jangka pendek, dan mempunyai peran penting dalam pemantauan dan
pencegahan penyulit pada pasien medik dan bedah yang berisiko. Dalam ICU dilakukan ventilasi
mekanik dan pemantauan kardiovaskuler sederhana selama beberapa jam. Kekhususan yang harus
dimiliki:
1) Ruangan tersendiri; letaknya dekat dengan kamar bedah, ruang darurat dan ruang perawatan lain.
2) Memiliki kebijaksanaan/criteria penderita yang masuk, keluar serta rujukan.
3) Memiliki seorang dokter spesialis anestesiologi sebagai kepala.
4) Ada dokter jaga 24 jam (dua puluh empat jam) dengan kemampuan melakukan resusitasi jantung
paru (A, B, C, D, E, F).
5) Konsulen yang membantu harus selalu dapat dihubungi dan dipanggil setiap saat.
6) Memiliki perawat yang cukup dan sebagian besar terlatih.
7) Mampu dengan cepat melayani pemeriksaan laboratorium tertentu (Hb, Hematokrit, elektrolit, gula
darah dan trombosit), rontgen, kemudahan diagnostik dan fisioterapi.
b. Pelayanan ICU Sekunder
Pelayanan ICU sekunder memberikan standar ICU umum yang tinggi, yang mendukung peran rumah
sakit yang lain yang telah digariskan, misalnya kedokteran umum, bedah, pengelolaan trauma, bedah
saraf, bedah vaskular dan lain-lainnya. ICU hendaknya mampu memberikan tunjangan ventilasi
mekanis lebih lama dan melakukan dukungan/bantuan hidup lain tetapi tidak terlalu kompleks.

Kekhususan yang harus dimiliki:


1) Ruangan tersendiri; letaknya dekat dengan kamar bedah, ruang darurat dan ruang perawatan lain.
2) Memiliki kebijaksanaan/kriteria penderita yang masuk, keluar serta rujukan.
3) Memiliki konsultan yang dapat dihubungi dan datang setiap saat bila diperlukan.
4) Memiliki seorang kepala ICU, seorang dokter intensive care, atau bila tidak tersedia oleh dokter
spesialis anestesiologi, yang bertanggung jawab secara keseluruhan dan dokter jaga yang minimal
mampu melakukan resusitasi jantung paru (bantuan hidup dasar dan bantuan hidup lanjut).
5) Mampu menyediakan tenaga perawat dengan perbandingan pasien: perawat sama dengan 1:1
untuk pasien dengan ventilator, renal replacement therapy dan 2:1 untuk kasus-kasus lainnya.
6) Memiliki lebih dari 50% perawat bersertifikat terlatih perawat/terapi intensif atau minimal
berpengalaman kerja 3 (tiga) tahun di ICU.
7) Mampu memberikan tunjangan ventilasi mekanis beberapa lama dan dalam batas tertentu
melakukan pemantauan invasif dan usaha-usaha penunjang hidup.
8) Mampu melayani pemeriksaan laboratorium, rontgen, kemudahan diagnostik dan fisioterapi selama
24 (dua puluh empat) jam.
9) Memiliki ruangan isolasi atau mampu melakukan prosedur isolasi.
c. Pelayanan ICU Tersier (Tertinggi)
Pelayanan ICU tersier merupakan rujukan tertinggi untuk ICU, memberikan pelayanan yang tertinggi
termasuk dukungan/bantuan hidup multi-sistem yang kompleks dalam jangka waktu yang tak
terbatas. ICU ini melakukan ventilasi mekanis, pelayanan dukungan/bantuan renal ekstrakorporal dan
pemantauan kardiovaskular invasif dalam jangka waktu yang terbatas dan mempunyai dukungan
pelayanan penunjang medik. Semua pasien yang masuk ke dalam unit harus dirujuk untuk dikelola
oleh spesialis intensive care. Kekhususan yang harus dimiliki:
1. Memiliki ruangan khusus tersendiri di dalam rumah sakit.
2. Memiliki kriteria penderita masuk, keluar, dan rujukan.
3. Memiliki dokter spesialis yang dibutuhkan dan dapat dihubungi untuk
datang setiap saat diperlukan.
4. Dikelola oleh seorang ahli anestesiologi konsultan intensive care atau
dokter ahli konsultan intensive care yang lain yang bertanggung
jawab secara keseluruhan dan dokter jaga yang minimal mampu
melakukan resusitasi jantung paru (bantuan hidup dasar dan bantuan
hidup lanjut).
5. Mampu menyediakan tenaga perawat dengan perbandingan pasien 1:1 untuk pasien dengan
ventilator, renal replacement therapy dan 2:1 untuk kasus kasus lainnya.
6. Memiliki lebih dari 75% perawat bersertifikat terlatih perawatan/terapi
intensif atau minimal berpengalaman kerja 3 (tiga) tahun di ICU.
7. Mampu melakukan semua bentuk pemantauan dan perawatan/terapi
intensif baik non-invasif maupun invasif.
8. Mampu melayani pemeriksaan laboratorium, rontgen, kemudahan
diagnostik dan fisioterapi selama 24 (dua puluh empat) jam.
9. Memiliki paling sedikit seorang yang mampu dalam mendidik tenaga medik dan paramedik agar
dapat memberikan pelayanan yang optimal pada pasien.
10. Memiliki prosedur untuk pelaporan resmi dan pengkajian.
11. Memiliki sifat tambahan yang lain misalnya tenaga administrasi, tenaga rekam medik, tenaga
untuk kepentingan ilmiah dan penelitian.
d. Prosedur Pelayanan Perawatan/Terapi ICU
Ruang lingkup pelayanan yang diberikan di ICU:
a. Diagnosis dan penatalaksanaan spesifik penyakit-penyakit akut yang mengancam jiwa dan dapat
menimbulkan kematian dalam beberapa menit sampai beberapa hari.
b. Memberi bantuan dan mengambil alih fungsi vital tubuh sekaligus melakukan pelaksanaan terapi
spesifik terhadap problema dasar.

c. Pemantauan fungsi vital tubuh dan penatalaksanaan terhadap komplikasi yang ditimbulkan oleh:
PenyakitIatrogenik
d. Memberikan bantuan psikologis pada pasien yang nyawanya pada saat itu bergantung pada fungsi
alat/mesin dan orang lain.
2.5 Kriteria Prioritas Pasien Masuk ICU
Pasien Prioritas 1 (Satu)
Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil yang memerlukan terapi intensif seperti
dukungan/bantuan ventilasi, infus obat-obat vasoaktif kontinu, dan lain-lainnya. Contoh pasien
kelompok ini antara lain pascabedah kardiotoraksik, atau pasien shock septic. Mungkin ada baiknya
beberapa institusi membuat kriteria spesifik untuk masuk ICU, seperti derajat hipoksemia, hipotensi di
bawah tekanan darah tertentu. Pasien prioritas 1 (satu) umumnya tidak mempunyai batas ditinjau
dari macam terapi yang diterimanya.
Pasien Prioritas 2 (Dua)
Pasien ini memerlukan pelayanan pemantauan canggih dari ICU. Jenis pasien ini berisiko sehingga
memerlukan terapi intensif segera, karenanya pemantaun intensif menggunakan metode seperti
pulmonary arterial catheter sangat menolong. Contoh jenis pasien ini antara lain mereka yang
menderita penyakit dasar jantung, paru, atau ginjal akut dan berat atau yang telah mengalami
pembedahan major. Pasien prioritas 2 umumnya tidak terbatas macam terapi yang diterimanya
mengingat kondisi mediknya senantiasa berubah.
Pasien Prioritas 3 (Tiga)
Pasien jenis ini sakit kritis, dan tidak stabil di mana status kesehatan sebelumnya, penyakit yang
mendasarinya, atau penyakit akutnya,baik masing-masing atau kombinasinya, sangat mengurangi
kemungkinan kesembuhan dan atau mendapat manfaat dari terapi di ICU. Contoh pasien ini antara
lain pasien dengan keganasan metastase disertai penyulit infeksi, pericardial tamponade, atau
sumbatan jalan napas, atau pasien menderita penyakit jantung atau paru terminal disertai komplikasi
penyakit akut berat. Pasien-pasien prioritas 3 (tiga) mungkin mendapat terapi intensif untuk
mengatasi penyakit akut, tetapi usaha terapi mungkin tidak sampai melakukan intubasi atau resusitasi
kardiopulmoner.
2.6 Personil ICU
1. Dokter ICU
Dokter ICU memiliki sertikat pelatihan dan sertifikat profesional, istimewa dan dipercaya diberbagai
rumah sakit, menyediakan pengawasan dan intervensi yang sesuai untuk keselamatan pasien.
Beberapa program memperkerjakan dokter secara penuh, namun ada juga yang menggunakan dokter
dengan jadwal rotasi. Program ini juga menyediakan dokter spesialis tambahan untuk perawatan
maupun teleconference. Dokter disini berperan untuk menyediakan berbagai layanan, misalnya
melakukan konsultasi dengan multidisipliner melalui kamera, mendiskusikan intervensi yang tepat
dengan terapis pernafasan, mengidentifikasi pasien yang sudah dapat dipindahkan dari ICU, atau
memberikan perintah pengobatan. Perangkat lunak tanda kewaspadaan memberikan isyarat visual
yang memungkinkan dokter untuk merespon secara proaktif setiap munculnya masalah. Kerjasama
tim sangat penting dilakukan untuk meningkatkan keselamatan pasien dan keberhasilan dari program
ICU. Direktur medis harus mampu memiliki gaya kepemimpinan yang kuat untuk membangun dan
memperkuat hubungan kerja jika ingin mencapai hasil perawatan yang optimal.
2. Perawat ICU
Perawat ICU seringkali memantau pasien ICU 24 jam sehari selama 7 hari seminggu. Banyak pusat
ICU memiliki staf dengan pengalaman yang tinggi yaitu memiliki lebih dari 15 tahun pengalaman
dalam merawat pasien kritis. Alasan beberapa perawat tertarik pada ICU adalah untuk mengurangi
stres fisik dan emosional secara signifikan dalam memenuhi tuntutan untuk berada di dekat pasien

secara terus menerus. Alasan lainnya adalah tertarik untuk mencoba tantangan dalam menyediakan
perawatan bagi pasien dengan metode baru dan menikmati adanya proses perubahan. Syarat syarat
perawat yang dapat menjadi tim ICU adalah minimal memiliki 5 tahun pengalaman dalam perawatan
kritis pasien dewasa ( pengalaman disini tidak hanya mencakup perawatan kritis tetapi dapat juga
pengalaman dalam perawatan trauma, neurogy/neurosurgical, medical surgical, kardiologi, cardio
surgery), memiliki sertifikat CCRN atau CCRN-E, memiliki sertifikat pelatihan basic life support atau
cardiac life support, sarjana dibidang ilmu keperawatan sesuai spesialisasi yang dibutuhkan, memiliki
keterampilan dalam kepemimpinan, dan kemampuan berkomunikasi massa untuk meningkatklan
layanan kepada pengguna jasa.
3. Staf lain pada ICU
Anggota lain tim ICU termasuk sebagai staf pendukung yang sangat berperan dalam memasukkan
data, manajemen telepon, dan kualitas pemantauan. Staf pendukung mungkin memiliki berbagai latar
belakang, termasuk pengalaman sebelumnya sebagai sekretaris unit, asisten keperawatan, atau
mahasiswa keperawatan yang mencari kerja paruh waktu. Seperti pada staf perawat, staf pendukung
ini harus memiliki komitmen pada keunggulan dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan untuk
mencapai keberhasilan. Sumber daya manusia yang berkompeten dalam melakukan manajemen
sistem perangkat lunak komputer dan menunjukkan akurasi dalam memasukkan data dapat
digunakan untuk mendukung pengambilan keputusan klinis secara tepat. Sebuah komponen yang
penting untuk keberhasilan program ICU adalah kemitraan antara staf dokter, perawat dan staf
pendukung dengan sistem informasi layanan departemen.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Seperti yang sudah diterangkan diatas bahwa ciri pasien di ICU adalah gangguan multi organ yang
perlu mendapatkan bantuan. Berarti didalam mengelola pasien pasti melibatkan berbagai disiplin
keilmuan dan berbagai profesi (perawat, fisiotherapist, farmasist dlsb). Namun tidak berarti bahwa
cara pengelolaannya secara rame rame tidak menentu, artinya setiap profesi dan keahlian
memberikan pengobatan sendiri2 dengan tujuannya sendiri2 (artinya berorientasi pada organ yang
terpisah). Sistem pengelolaan demikian disebut sebagai MULTIDISCIPLINE MULTIMANAGEMENT yang
akan mengakibatkan POLYPHARMASI, dan jelas akan merugikan pasien. Sistem pengelolaan yang
benar adalah MULTIDISCIPLINE ONE MANAGEMENT, rtinya secara tim yang mencakup berbagai disiplin
keilmuan dan profesi namun dibawah satu komando dari komandan yaitu intensivist. Seorang
intensivist bekerja secara terus menerus berdasar data dari hasil pemantauan pasien yang bisa
berubah setiap saat. Pedoman lain yang digunakan ialah asupan dari berbagai disiplin dan profesi
yang dituangkan dalam bentuk panduan (GUIDELINE), kesepakatan (CONSENSUS) atau standard
berbasiskan bukti (evidence base). Dengan demikian akan terhindar dari pengelolaan yang
multimanagement. Sebagai seorang komandan dalam tim, intensivist dituntut mengerti benar dasar
keilmuannya (INTENSIVE CARE MEDICINE) serta pemimpin yang bisa mengelola anggota tim yang
terdiri dari berbagai disiplin dan profesi.
3.2 Saran
Semoga Makalah ni dapat berguna bagi penyusun dan pembaca. Kritik dan saran sangat diharapkan
untuk pengerjaan berikutnya yang lebih baik
DAFTAR PUSTAKA
1. Ernesater, A. et all (2009). Telenurses Experience of Working with Computerized
2. Decision Support : Supporting, Inhibiting, and Quality Improving. Journal of Advance Nursing, 65,
1074-1083.
3. Feied, C.F. et all (2004). Impact of Informatic and New Technologies on emergency Care
Environment. Topics in Emergency Medicine, 26, 119-127.

4. Goran, S.F. (2010). A Second Set Of Eyes : An Introduction to Tele-ICU. Critical Care Nurse, 30, 4655.
5. Jones, C.R. et all (2008). Networking Learning a Relational Approach Weak and Strong Ties. Journal
of Computer Assisted Learning, 24, 90-102.

Anda mungkin juga menyukai