Anda di halaman 1dari 36

KARYA TULIS

PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL


“MENUJU DESA BERTUMBUH SEJAHTERA“
Oleh : Wesley Corry Mirin

Oleh Penulis
Wesley Corry Mirin
Yahukimo – Papua October 2010

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami naikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas pertolong
an-Nya sehingga Penulis dapat menyusun sebuah Karya Tulis Pembangunan Daerah Ter
tinggal dengan Judul “ MENUJU DESA BERTUMBUH SEJAHTERA “ Maka Penulis menyusun Karya
Tulis ini berdasarkan hasil analisis kajian terhadap pembangunan Daerah terting
gal di Papua menjadi isu sentral masyarakat Indonesia menyikapi kondisi dalam ra
ngka ikut meningkatkan perbaikan taraf hidup dan membangun masyarakat Indonesia
pada umumnya dan lebih khusus rakyat papua sebagai obyek study dan lingkup kajia
n dari penulisan Karya Tulis ini.
Sebuah motivasi dari implementasi otonomi khusus bagi provinsi Papua mer
upakan langkah strategi pemerintah guna menunjang pembangunan Desa, agar masyara
kat Papua sebagai obyek dari proses penyelenggaraan tujuan pembangunan Nasional
yang lebih terfokus lagi pada daerah tertinggal, dimana masyarakat papua berpera
n sebagai subyek pembangunan, sekaligus ikut berpartisipasi langsung terhadap pe
nyelenggaraan berbagai program pemberdayaan masyarakat desa menuju Desa bertumbu
h sejahtera, program-program tersebut untuk memperdayakan dan meningkatkan kesej
ahteraan masyarakat papua lebih maju, maka Desa sebagai lembaga pemerintahan di
masyarakat turut mengambil tanggung jawab dalam hal fungsi kontrol kelompok masy
arakat dan pemegang kekuasaan dalam hal mendukung dan menjalankan visi pembangun
an Desa, maka dalam kapasitasnya visi pembangunan tersebut dicapai melalui pembe
rdayaan kelembagaan dan struktur pemerintahan Desa serta kebijaka-kebijakan yang
dijalankannya.
Oleh karena itu kami selaku penulis Karya Tulis tentang pembangunan daer
ah tertinggal, melalui penulisan ini memberikan sebuah sajian terhadap berbagai
keadaan dimana kondisi real menunjukkan bahwa dalam beberapa decade pembangunan,
terjadi kesenjangan dan kecemburuan sosial dalam pemerataan pembangunan di papu
a selama ini, menjadi fakta yang sangat memprihatinkan terhadap kehidupan masyar
akat Indonesia pada umumnya dan lebih khusus lagi masyarakat Papua.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis ini terdapat berbaga
i kekurangan dalam bentuk data, fakta lapangan maupun kata dan kalimat dalam pen
ulisannya, sehingga diharapkan kontribusi demi perbaikan agar melalui dukungan k
ontribusinya melalui tulisan Karya Tulis dapat ikut mendorong pemerintah terhada
p pembangunan daerah tertinggal termasuk di yahukimo Papua, maka Karya Tulis ini
memberikan sebuah gambaran umum tentang pembangunan di Papua dalam konteks pemb
erdayaan Desa.
Jayapura, 09 November 2010

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul…………………………….…………………………………………………………………………………………..
Kata Pengantar ……………………………………………………………………………………………………………………….
Daftar Isi …………………………………………………………………………………………………………………………………
MENUJU DESA TUMBUH SEJAHTERA
BAB .I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………………………………………….
A. Latar Belakang ……………………………………………………………………………………………………………
B. Maksud Penulisan ……………………………………………………………………………………………………..
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………………………………………………………..
D. Manfaat Penulisan …………………………………………………………………………………………………….
E. Identifikasi Masalah …………………………………………………………………………………………………..
BAB .II.RUANG LINGKUP DAN KAJIAN
A. Nama dan Logo Organisasi ………………………………………………………………………………………….
B. Peran LPMK ………………………………………………………………………………………………………………..
C. Sasaran dan Wilayah Kerja ( Lingkup ) ………………………………………………………………………..
BAB.III. KONSEP MENUJU DESA TUMBUH SEJAHTERA ...................................
.........................
A. Konsep Umum Pembangunan Desa ……………………………………………………………………………
B. Perencanaan Pembangunan Desa di Papua…………………………………………………………………
C. Kebijakan dan Implementasi Pembangunan………………………………………………………………..
D. Gambaran Umum Pembangunan Desa di apua……………………………………………………………
1. Kekayaan dan Kesejahteraan………………………………………………………………………………….
2. Pengembangan Potensi Sumber Daya ……………………………………………………………………
3. Air dan Sanitasi ………………………………………………………………………………………………………
4. Telekomunikasi ……………………………………………………………………………………………………..
E. Otonomi Khusus dan Tantangan ………………………………………………………………………………..
1. Implementasi Otonomi Khusus ……………………………………………………………………………
2. Permasalahan Strategik yang Belum dipecahkan …………………………………………………
3. Perubahan Terhadap Realitas Kehidupan …………………………………………………………….
F. Peningkatan Sumber Daya Manusia …………………………………………………………………………..
BAB,IV. ANALISIS KAJIAN .......................................................
..................................................
A. Analisis Kajian …………………………………………………………………………………………………………….
B. Masalah Dalam Pembangunan Desa ………………………………………………………………………….
1. Pembangunan Ekonomi Masyarakat ……………………………………………………………………
2. Pembangunan Sosial Kemasyarakatan …………………………………………………………………
3. Pembangunan Sarana dan Prasarana Desa ………………………………………………………….
4. Pengelolaan Sumber Daya Alam ………………………………………………………………………….
5. Pembinaan Kerukunan Umat Beragama ……………………………………………………………..
6. Pengelolaan Keuangan bagi Pembangunan …………………………………………………………
7. Penataan Tata Ruang Desa ………………………………………………………………………………….
C. Strategi Perencanaan Desa ……………………………………………………………………………………….
1. Visi Perencanaan …………………………………………………………………………………………………
2. Misi Pembangunan Desa ……………………………………………………………………………………..
3. Tujuan Penyelenggaraan ……………………………………………………………………………………..
4. Peran Dalam Pembangunan ………………………………………………………………………………..
5. Sasaran Pembangunan ………………………………………………………………………………………..
6. Landasan Pelaksanaan …………………………………………………………………………………………
7. Goal (Target) ……………………………………………………………………………………………………….
8. Metode pengembangan ………………………………………………………………………………………
9. Arah Kebijakan …………………………………………………………………………………………………….
10. Kebijaksanaan ……………………………………………………………………………………………………..
11. Upaya Pembiayaan ……………………………………………………………………………………………..
D. Presentasi Implementasi Pembangunan Desa ……………………………………………………………
1. Syarat-syarat ……………………………………………………………………………………………………….
2. Fungsi Perencanaan …………………………………………………………………………………………….
3. Kegagalan Dalam Pembagunan ……………………………………………………………………………
4. Sistem Perencanaan Yang berhasil ………………………………………………………………………
5. Perencanaan Yang Ideal ………………………………………………………………………………………
6. Evaluasi Perencanaan ………………………………………………………………………………………….
7. Monitoring Pembangunan …………………………………………………………………………………..
8. Indikator Kinerja ………………………………………………………………………………………………….
E. Rekomendasi Hasil Kajian …………………………………………………………………………………………..
BAB.V. PENUTUP .................................................................
......................................................
A. Kesimpulan ………………………………………………………………………………………………………………..
B. Saran-saran ………………………………………………………………………………………………………………..
Daftar Pustaka
Daftar Lampiran

Jayapura, 08 February 2010


BAB. I. PENDAHULUAN
A. Latar-belakang
Setiap Insan didunia ini harus hidup layak dihadapan Tuhan sebagai umat ciptaan-
Nya dan dapat menikmati hasil ciptaan yang ada di muka bumi ini, dan melalui keh
idupannya dapat memuliakan Tuhan, namun suatu fakta kehidupan masyarakat Papua m
enunjukkan bahwa,masyarakat Papua yang hidup sejak dulu hingga kini masih hidup
diawah garis kemiskinan, ketertinggalan, keterbelakangan dan kebodohan, masyarak
at papua yang hidup dari zaman batu ke pra-sejarah hingga sampai sekarang berada
pada zaman reformasi hidup dalam 8 (Delapan) zaman menjadi obyek pembangunan, d
ipandang secara kasat mata, sebuah hakekat dari pada pelaksanaan pembangunan di
Indonesia adalah meningkatkan kehidupan masyarakat yang sejahtera, adil dan makm
ur, papua adalah merupakan bagian dari pada sasaran penyelenggaraan pembangunan
dimana masuk dalam kategori daerah tertinggal, namun dijadikan sebagai obyek dar
i tujuan pembangunan nasional, tanpa mendorong masyarakat Papua untuk menjadi su
byek pembangunan dengan mendapatkan perhatian dari seluruh komponen bangsa, teru
tama pemerintah Indonesia yaitu, Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal mengu
payakan berbagai trobosan-trobosan baru melalui program-program pemberdayaan str
ategis bagi pembangunan desa di Papua sebagai salah satu daerah tertinggal di In
donesia menjadi kepentingan bersama agar masyarakat dapat memperjuangkan hak seb
agai warga Negara Indonesia mendapatkan perlakuan yang sama dalam ikut menentuka
n kemajuan Daerah dan menikmati hasil pembangunan secara merata tanpa mengabaika
n kepentingan bersama. Isu tentang pembangunan dan pemberdayaan desa-desa di Pap
ua seharusnya mendapat perhatian demi memperbaiki kehidupan dan menjadikan masya
rakat Papua lebih maju dan madiri, adil dan sejahtera, tujuan itu tertuang dalam
hakekat pembangunan Nasional yang harus dimajukkan untuk membangun masyarakat I
ndonesia yang sejahtera, adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang
Dasar 1945, bertolak dari pada hakekat pembangunan Nasial tersebut diatas bahwa
pembangunan manusia Indonesia lebih khusus Masalah pendekatan pembangunan desa
di papua menjadi sebuah isu central pembangunan yang perlu menangani dan mendapa
t perhatian secara serius oleh semua komponen bangsa, demi memperdayakan kehidup
an yang lebih maju, karena kondisi papua selama ini masih tertinggal dari proses
pembangunan selama ini, bahwa perbaikan ekononomi dan pengembang potensi sumber
daya lemah sehingga jaminan hidup di papua selalu tergantung pada hasil sumber
daya alam yang dikelola secara lokal oleh masyarakat itu sendiri, perencanaan st
rategis terhadap peningkatan sumber daya manusia dibidang pendidikan direspon se
cara lamban 90% masih dalam kategori ketertinggalan, kehidupan masyarakat lebih
banyak hidup miskin, telanjang dan sangat primitif, perbandingan ini memberi seb
uah gambaran umum dan realita kehidupan masyarakat di Papua.
Masyarakat Papua sebagai bagian integral yang tak terpisahkan dari negar
a kesatuan republik Indonesia, bahwa pemerintah Indonesia selayaknya mengambil b
eban tanggung jawab dari kondisi tersebut diatas secara bersama-sama membangun k
omitmen bersama untuk menjadi corong bagi pemberdayaan dan pengembangan Masyarak
at Papua melalui program-program yang diselenggarakan bersama pemerintah pusat,
provinsi, kabupaten hingga di tingkat distrik dan desa dalam rangka ikut mendoro
ng upaya pencerahan masyarakat dan penyelenggaraan pembangunan masyarakat desa d
itentukan oleh semangat dan peran partisipasi seluruh komponen bangsa untuk mend
ukung pelaksanaan program pembangunan desa di papua.
Secara geografis Papua memiliki wilayah dataran rendah dan dataran tingg
i yang sangat luas, dimana masyarakat papua yang hidup pada wilayah dataran rend
ah disebut masyarakat pesisir pantai sedangkan kehidupan masyarakat yang hidup d
i wilayah dataran tinggi adalah masyarakat papua pegunungan, dari pemahaman ini
memberi gambaran bahwa papua memiliki luas wilayah dan daerah yang sulit dijangk
au, hingga kini belum disentuh oleh pembangunan, hingga kini masyarakat setempat
di papua belum memahami konsep pembangunan apa yang diterapkan pemerintah untuk
membangun desa-desa yang adalah sebagai daerah isolasi, sebenarnya fakta ini me
njadi inspirasi untuk mengambil tanggung jawab dan membangun simulasi melalui pe
ndekatan sosial budaya. Implementasi otonomi khusus bagi provinsi Papua, sebenar
nya memberi makna dan manfaat yang besar bagi pemberdayaan masyarakat desa, agar
kelompok masyarakat di desa-desa hingga kedaerah pelosok benar-benar merasakan
sentuhan pembangunan yang diamanatkan oleh Undang-undang no.21 tahun 2001 tentan
g otonomi khusus, namum fakta implememntasi selama ini bukan lagi memperdayakan
masyarakat papua yang hidup terisolasi sejak puluhan tahun hingga kini masih hid
up di gubuk-gubuk dibawah pohon-pohon yang bermukim di kaki lereng gunung dan ma
syarakat yang ada di tepi pantai menjadi korban dari impementasi otonomi khusus,
maka konsep pembangunan di papua berdasarkan amat Otsus telah gagal, karena Ots
us menjadi sebuah symbol dari pembangunan bagi papua ternyata fakta konkrit bahw
a selama Otsus digulirkan di tanah Papua berjalan sampai menelan waktu dalam 7-1
0 tahun, tetapi rupanya turut memperdayakan pejabat-pejabat dan setiap orang yan
g memangku kepentingan individu dan politik atas kepentingan publik, Sasaran pen
yelenggaraan Otonomi Khusus di papua justru menciptakan berbagai konflik-konflik
vertikal dan horizontal bahkan lebih nyaris terjadi berbagai pelanggaran Ham, p
enculikan, pembunuhan (Penembakan), penganiayaian pemerkosaan, penyiksaan terhad
ap rakyat pribumi oleh anggota Satuan Brimob. Anggota ABRI, dan Tentara hingga p
engiriman pasukan Liar dan Non Organik, kehadirannya dapat mengacaukan kondisi P
apua yang seharusnya lebih aman dan tentram atas amanat pembangunan, terjadi ill
egal Logging, penambangan Hasil Tambang PT. Freeport yang hasilnya tidak memberi
jaminan kehidupan bagi rakyat Papua dan pembagian hasil presentasi dari Freepor
t Indonesia yang telah beroperasi sejak puluhan tahun yang silam, akhirnya respo
n masyarakat terhadap penyelenggaraan Otonomi Khusus bagi papua menjadi sebuah s
logan yang tidak memberi arti dan solusi terhadap berbagai persoalan yang terjad
i di tanah Papua sejak wilayah ini berintegrasi ke Negara Republik Indonesia, ka
rena kondisi hingga kini tidak satupun dapat memberi sebuah titik terang dan per
ubahan pembangunan, sehingga dapat menimbulkan berbagai tututan-tuntutan publik
atas adanya dugaan pemerataan dan implementasi pembangunan yang tak berpihak kep
ada kelompok masyarakat tingkat bawah, menengah dan atas, pada akhirnya orang le
mah dan miskin tetap menjadi miskin, orang kaya tetap menjadi kaya, gaya hidup i
ni mengarah kepada terjadinya kesenjangan dan kecemburuan sosial dalam pemerataa
n pembangunan dan hasilnya.
Provinsi Papua sebagai salah satu provinsi paling timur di wilayah Negar
a kesatuan Republik Indonesia memiliki wilayah dan daratan yang lebih luas diban
dningkannya, karena wilayah-wilayah tersebut didiami oleh kelompok masyarakat ya
ng tersebar di kampung-kampung dengan jarak antar wilayah kabupaten/kota, Distri
k dan desa serta kampung-kampung yang cukup jauh jarak pencapaiannya untuk menem
puh perjalannya dari salah satu kampung/kota ke kota dan kampung yang lain harus
ditempuh dengan jalan kaki berminggu-minggu hingga berbulan. Tujuan pembangunan
Daerah tertinggal bagi pemberdayaan desa adalah untuk dapat memperpendek rentan
g pembangunan yang selama ini dirasakan oleh masyarakat Papua, namun sampai saat
ini tidak dapat memberi peluang bagi masyarakat papua sendiri menerapkan system
dan pola perencanaan pemberdayaan desa di papua.
Desa merupakan unsur terpenting dalam suatu kelompok masyarakat di Papua
, dimana desa sebagai masyarakat terkecil dapat meresponi program pemerintah dae
rah terhadap prospek dari pembangunan daerah tertinggal terhadap pembangunan Des
a/kampung, maka suatu desa ikut menentukan arah kebijakan pemerintah terhadap tu
juan dari penyelenggaraan, sebab dengan adanya dukungan dari kelompok masyarakat
, maka pembangunan dapat berjalan baik dan sukses hingga kontribusinya kepada ma
syarakat dan dapat menikmati hasil bersama seluruh rakyat yang ada di desa.
B. Maksud Penulisan
Maksud dari pada penyusunan Karya Tulis Pembangunan Daerah tertinggal de
ngan judul “ MENUJU DESA TUMBUH SEJAHTERA “ dimana topik ini mendorong penulis agar
mengkaji dan melalui penulisannya dapat memberi gambaran umum tentang Papua seba
gai salah satu provinsi di wilayah timur Indonesia adalah termasuk dalam kategor
i daerah tertinggal yang perlu menetapkan berbagai trobosan baru yang diimplemen
tasikan langsung melalui tindakan nyata dari program strategi pembangunan, maka
ada beberapa hal menjadi maksud dari penulisan Karya Tulis ini yaitu :
1. Penulis menetapkan papua sebagai obyek study dan lingkup penulisan dari
karya tulis ini, agar dapat mengangkat berbagai persoalan mendasar yang terjadi
di papua selama ini menjadi sebuah fakta.
2. Mengemukakan konsep pembangunan yang harus diterapkan dalam perencanaan
pembangunan Desa, setelah menghimpun beberapa ide pokok melalui hasil kajian dan
analisis tentang kondisi real di Papua.
3. Penulis dapat mempublikasikan berbagai informasi tentang daerah tertingg
al di papua melalui karya tulis dengan sebuah topik yang diangkat oleh Kementeri
an Pembangunan Daerah Tertinggal yaitu, “ MENUJU DESA TUMBUH SEJAHTERA “ .
4. Karya Tulis yang disusun oleh penulis berdasarkan kajian-kajian teori, k
ajian analisis dilapangan dapat memberi kontribusi kepada pemerintah dan masyara
kat agar dapat memahami kondisi real untuk menetapkan langkah-langkah selanjutny
a dalam rangka perencanaan pembangunan bagi Daerah Tertinggal di Indonesia menja
di skala prioritas.
5. Penulis dapat mengembangkan pola pemahaman dan pengetahuan melalui sebua
h tulisan tentang masalah yang seharusnya diangkat dalam bentuk karya tulis ilmi
ah tentang pembangunan desa.
6. Sebagai bahan informasi kepada Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
, agar menetapkan kebijakan dalam perencanaan pembangunan dapat diwujudkan sebag
ai langkah pencapaian dari visi penyelengaraan pembangunan Daerah tertinggal di
Indonesia termasuk Papua.
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan penjelasan pada latar-belakang tersebut diatas bahwa pengembangan da
erah tertinggal di papua lebih kearah pembangunan dan pertumbuhan ditingkat desa
, dapat bertumbuh sejahtera dan maju sebagaimana sesuai dengan cita-cita dan har
apan masyarakat agar dapat menikmati sentuhan pembangunan seperti yang tertuang
dalam tujuan pembangunan Nasional yaitu membangun manusia Indonesia seutuhnya da
lam rangka meningkatkan kehidupan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan
makmur berdasarkan pnacasila dan Undang-undang 1945, sebagai landasan atas penye
lenggaraan pembangunan di Indonesia, bahwa kondisi pembangunan desa di Papua dap
at dipengaruhi oleh berbagai fenomena yag mengarah pada hal-hal yang dapat mengh
ambat proses perencanaan, sehingga upaya yang digalang pun tidak dapat memberi d
ampak terhadap pertumbuhan dan kesejahteraan desa di Papua, maka tujuan dari pad
a penulisan Karya Tulis ini adalah :
1. Hasil kajian dan penulisan ini dapat memberi penjelasan tentang kondisi
pembangunan desa kepada pemerintah dan masyarakat agar secara bersama-sama ikut
mendorong program pembangunan desa melalui peran partisipasi guna mewujudkan tuj
uan pembangunan dari pada desa, agar dapat meningkatkan program pemberdayaan mas
yarakat dan pola pengembangan desa yang bertumbuh sejahtera.
2. Membangun tingkat pemahaman dan pengetahuan kepada masyarakat agar denga
n sendirinya dapat memperbaiki dan menata kehidupan yang lebih maju serta mening
katkan kesejahteraan ekonomi masyarakat yang sejahtera, demokrasi dan mandiri.
3. Hasil kajian ini dapat mendukung terhadap proses pembangunan yang dicana
ngkan oleh pemerintah pusat melalui Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal ba
gi Indonesia dan lebih khusus pemberdayaan Desa/kampung di papua melalui impemen
tasi otonomi khusus.
4. Hasil kajian ini mendorong agar, setiap insan memiliki beban moriil untu
k dapat berpartisipasi langsung dalam rangka memperjuangkan dan memajukkan papua
menjadi maju dan bersaing sama seperti daerah lain di Indonesia, baik dibdang p
endidikan dan pengembangan sumber daya manusia, kesejahteraan ekonomi kerakyatan
, sosial budaya, kesehatan, pembangunan infrastruktur, politik hukum dan Ham ser
ta berbagai bidang strategis lain yang berkaitan langsung kepada masyarakat desa
.
5. Mengarahkan masyarakat memahami pentingnya dampak dari sebuah trobosan p
embangunan di daerah tertinggal, agar dalam implementasinya masyarakat dapat men
ciptakan pola perencanaan lapangan kerja yang matang dengan memiliki sasaran yan
g tepat sesuai visi pembangunan.
6. Dapat membangun hubungan kontak sosial dengan pihak luar dan seluruh kom
ponen bangsa, agar adanya dukungan moriil untuk memperjuangkan daerah dalam rang
ka mendapatkan perlakuan yang sama seperti daerah lain di Indonesia.
7. Dapat membangun rasa nasionalisme, sebagai warga negara yang baik mempun
yai hak mendapatkan jaminan kepastian terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan kesej
ahteraan.
8. Meningkatkan pelayanan yang terfokus kepada masyarakat desa.
9. Mendorong pemerintah agar membangun sistem kerja yang sistematis dan men
etapkan kebijakan sesuai dengan program-program prioritas di Indonesia bagi daer
ah-daerah tertinggal.
D. Manfaat Penulisan
Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Tulis pembagunan daerah tertingg
al dengan topik “ MENUJU DESA TUMBUH SEJAHTERA “ benar-benar memberi manfaat yang be
sar bagi penulis itu sendiri, masyarakat maupun pemerintah melalui sebuah masala
h yang diangkat dan melakukan kajian dan menghimpunnya dalam bentuk karya tulis,
perlu diketahui bahwa penulisan karya tulis ini dapat memberi manfaat sebagai b
erikut :
1. Memiliki kemampuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, pemahaman dan k
etrampilan mengkaji masalah secara efektif sebelum menulis karya tulis yang didu
kung dengan data dan bahan referensi kepustakaan yang relevansinya dengan topik
yang akan dibahas.
2. Penulis mampu mengembangkan tingkat pemikiran yang lebih matang untuk me
nyusun karya tulis tentang pembangunan daerah tertinggal, lebih terfokus pada pe
mberdayaan desa menjadi tumbuh sejahtera dan maju.
3. Penulis memperoleh informasi langsung melalui masyarakat maupun instansi
terkait tentang masalah yang relevan dengan topik kajian ilmiah yang berhubunga
n dengan perkembangan desa-desa di papua.
4. Penulis dapat meningkatkan kemampuan dan ketrampilan dalam mengorganisir
, identifikasi dan mempresentasikan fakta secara jelas dan sistematis.
5. Penulis akan memperoleh kepuasan intelektual dan pengembangannya
6. Penulis turut memperluas cakrawala pengembangan konsep pembagunan desa k
epada masyarakat di papua.
7. Penulis dapat membantu pemerintah dalam hal menghimpun beberapa ide poko
k melalui tulisan menjadi bahan kontribusi yang berfaedah.
8. Berdasarkan dengan tulisan ini dapat mendorong masyarakat mengambil lang
kah-langkah konkrit untuk menetapkan apa yang menjadi sasarannya.
E. Identifikasi Masalah

BAB. II
JUDUL BAB DAN TOPIK PEMBAHASAN
A. Judul Karya Tulis
Judul/Topik dari pada penulisan Kara Tulis Ilmiah yang diselenggarakan oleh Keme
nterian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal adalah “MENUJU DESA TUMBUH SEJAHTERA” i
ni adalah sebuah konsep pembangunan yang dicita-citakan dalam rangka mencapai tu
juan pembangunan nasional yang ingin dicapai yaitu membangun manusia Indonesia s
eutuhnya dalam rangka ikut meningkatkan kehidupan masyarakat Indonesia yang seja
htera, adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 menjad
i landasan penyelenggaraan pembangunan Indonesia, maka itu topik penulisan ini m
erupakan sebuah perencanaan dari visi pembangunan yang lebih fokus kepada pemban
guna daerah tertinggal di seluruh Indonesia.
B. Ruang Lingkup Penulisan
Penulis dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah tentang pembangunan daerah tertinggal
dengan topiK disebutkan diatas bahwa kami tetap pada topic yang telah ditentukan
oleh Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal yaitu “MENUJU DESA TUMBUH S
EJAHTERA” namun ruang lingkup dari pada kajian dan penulisan karya tulis ini pada
pembangunan daerah tertingggal di papua terhadap rospek pemberdayaan desa di pro
vinsi papua melalui implementasi otonomi khusus bagi papua, maka lingkup kajiann
ya adalah :
1. Pembangunan Desa di Daerah Tertinggal
2. Provinsi Papua sebagai obyek kajian dari pada penulisan karya tulis.
3. Implementasi pembangunan di Papua
Beberapa lingkup kajian dimaksudkan diatas dapat membantu penulis unt
uk mempermudah proses penyusunan karya tulis agar benar-benar memahami sebuah fa
kta yang nantinya dijadikan sebagai acuan dalam rangka pengembangan konsep ilmia
h dan kajiannya terfokus pada sasaran pembangunan.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan ruang lingkup dari pada penulisan karya tulis diatas, maka pada bagi
an ini penulis dapat memberikan pembatasan masalah-masalah yang akan diangkat da
lam tulisan ini meliputi :
1. Penyelenggaraan Kebijakan Pembangunan Yang tidak Berpihak kepada masyara
kat desa.
2. Implementasi Otonomi Khusus yang selama ini tidak memberi dampak dan man
faat seluas-luasnya bagi pembanguan dan kemajuan desa di Papua secara menyeluruh
.
3. Kehidupan Keterbelakang, Kemiskinan, ketertinggalan dan kebodohan menjad
i indicator adanya perencanaan pembangunan bagi desa
4. Masalah-masalah yang telah diabaikan dalam pembangunan bagi rakyat di pa
pua.
D. Sistemtaika Penulisan
Untuk mempermudah proses pengakjian dan penulisan karya tulis. Maka sistematika
penulisan ini kami dapat disusun dengan sistematika sebagai berikut :
BAB.I. PENDAHULUAN
A. Latar-belakang
B. Maksud Penulisan
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
E. Identifikasi Masalah
BAB.II.RUANG LINGKUP
A. Judul Penulisan
B. Ruang Lingkup Kajian
C. Pembatasan Masalah
D. Sistematika Penulisan
E. Pemecahan Masalah
BAB.III.POKOK PEMBAHASAN
A. Konsep Umum Menuju Desa Tumbuh Sejahtera
B. Perencanaan Pembangunan Bagi Desa di Papua
C. Kebijakan dan Implementasi Pembangunan
D. Gambaran Umum
E. Otonomi Khusus dan Tantangan Dalam Pembangunan Desa
F. Peningkatan Sumber daya
BAB.IV.ANALISIS KAJIAN
A. Analisis Kajian
B. Masalah
C. Strategi Perencanaan Desa
D. Presentasi Implementasi Pembangunan Desa
BAB.V. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran-saran
E. Pemecahan Masalah

BAB.III.KONSEP PEMBANGUNAN MENUJU DESA TUMBUH SEJAHTERA


A. Konsep Umum Menuju Desa Tumbuh Sejahtera
Konsep perencanaan pengembangan desa mencakup 5 dimensi sebagai pilar
utama yaitu menyangkut tata ruang desa, perekonomian desa, sosial budaya desa,
mitigasi bencana, lingkungan hidup.Tata ruang desa : rehabilitasi, rekonstruksi
dan pengembangan desa. Selain itu, juga mampu menampung pertumbuhan ruang di mas
a datang secara fleksibel dan mampu menampung kebutuhan perbaikan struktur tata
ruang desa melalui konsolidasi lahan. Konsep ini sesuai dengan muatan PP no 2 ta
hun 2005.Perekonomian Desa : meningkatkan penghidupan masyarakat dan pembangunan
sarana ekonomi berbasis potensi lokal, pengembangan usaha mikro, kelembagaan e
konomi dikaitkan dengan sumber daya manusia.Sosial Budaya Desa : pembangunan pen
didikan, sosial dan penguatan adat istiadat setempat dalam rangka pengembangan p
artisipasi masyarakat yang melibatkan segenap lapisan masyarakat, termasuk di da
lamnya kelompok anak-anak pemuda dan wanita.Mitigasi bencana : penataan ruang de
sa dengan fungsi khusus yaitu mitigasi bencana, berupa pembangunan daerah daera
h yang rawan bencana dan tempat tempat yang digunakan untuk penampungan evakuasi
warga ketika terjadi bencana.Lingkungan hidup : penataan lingkungan yang menjag
a keseimbangan holistik antara kawasan budidaya dengan kawasan lindung dalam upa
ya menjaga kelestarian penghidupan sebagian besar masyarakat. Penataan dilakukan
juga terhadap pengelolaan di sektor pertanian, termasuk perkebunan, perikanan,
kehutanan untuk meminimalisir ketidakseimbangan ekosistem.Desa di papua termasuk
dalam wilayah pengembangan yang diarahkan pada kawasan kerajinan kayu/meubel ya
ng termasuk rawan gempa. Secara umum provinsi papua merupakan kawasan yang melip
uti kawasan pertanian lahan basah, lahan kering dan peternakan dan Industri. Ara
h pengembangan / startegi desa di papua khususnhya kawasan yang ada di wilayah p
antai dan pegunungan dikembangkan sesuai dengan potensi wilayah yang ada. Pengem
bangan industri kerajinan, pertanian basah, lahan kering dan lain-lain.Sesuai de
ngan Visi pembangunan daerah tertinggal adalah program pemberdayaan desa di papu
a, Sejahtera, Rukun dengan mengedepankan Ilmu pengetahuan dan teknologi. Harapa
n masyarakat Desa bahwa ingin menuju desa yang ideal dan bertumbuh dengan mewuju
dkan masyarakat , hidup sejahtera, penuh kemajuan dengan dilandasi dengan ilmu p
engetahuan dan teknologi.
Prinsip Participatory Rural Appraisal (PRA) merupakan filosofi dasar metode PRA
. Prinsip ini memuat sikap dan pandangan kita tentang cara mengembangkan program
pembangunan yang bercita-cita untuk mewujudkan masyarakat desa yang adil dan se
jahtera
• Pemberdayaan desa di papua, yaitu penguatan kemampuan yang telah ada dan pengali
han kemampuan baru kepada masyarakat. Penguatan masyarakat dilakukan dengan cara
mendorong mereka melaksanakan semua tahap kegiatan sebagai proses saling belaja
r dan ikut partisipasi dalam pembangunan desa di papua secara menyeluruh dan ber
kelanjutan.
• Mengutamakan yang terabaikan, yaitu memperhatikan kelompok masyarakat yang terpi
nggirkan seperti kelompok miskin, lemah terabaikan dan minoritas. Selain itu, ju
ga berpihak kepada kelompok perempuan pada tingkat desa di papua yang paling sed
ikit mendapat kesempatan menjadi pelaku aktif pembangunan, dengan adanya sebuah
dorongan, maka menciptakan inisiatif dalam menopang pembangunan yang sedang dire
ncanakan
• Masyarakat sebagai pelaku utama dan pihak luar sebagai fasilitator, bahwa pihak
luar memfasilitasi dan saling bertukar pengalaman dengan masyarakat, bukan menga
jari, mengambil alih, menyuruh dan mendominasi kegiatan. Peran pihak luar akan b
erkurang secara bertahap.
• Saling belajar dan memberi pengertian, menghagari perbedaan, bahwa semua pihak d
apat saling menyampaikan pengetahuan dan pengalamannya untuk mengkaji pemecahan
masalah yang tepat guna. mengakui nilai pengetahuan tradisional, dan pihak luar
juga terbuka untuk belajar dari cara masyarakat memecahkan masalah.
• Orientasi praktis, bahwa penerapan PRA bukan hanya untuk menggali informasi, mel
ainkan juga untuk merancang program bersama yang ditekankan pada penguatan kemam
puan swadaya masyarakat dalam pengembangan desa di papua
Pada saat ini sulit menemukan ada desa di Indonesia yang dibangun seca
ra terencana dan tertata dengan baik, pada umunya pembangunan dilaksanakan sesua
i konsep pusat pemerintahan dengan departemen-departemennya. Kita tidak akan men
emukan konsep pembangunan yang mengacu pada potensi desa yang didukung oleh peny
ediaan infrastruktur serta tahapan rencana yang jelas dan sistematis. Salah satu
penyebab lambannya pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan penduduk desa di papua a
kibat tidak terencananya proses pembangunan berpihak. Kondisi keterhambatan pemb
angunan desa di papua akibat buruknya aspek planologis. Sekarang tugas kita mere
visi dan menyusun strategi efektif membangun desa. pembangunan desa di papua sa
ngat tidak sistematis. sistematika pembangunan seperti apa yang efektif bisa mem
acu pertumbuhan ekonomi dan penduduk dengan cepat, agar masyarakat terpacu untuk
berpartisipasi dalam proses pembangunan reformasi pemikiran di tingkat masyarak
at desa serta para stakeholder desa mengenai "urgensi pembangunan desa secara te
rpadu, belum dirasakan hasilnya dan setelah desa selama puluhan tahun terbiasa d
engan konsep top - down, intruksional, dan sejenisnya tidak dapat memberi arah y
ang jelas.
Isu Pembangunan desa secara singkat tak jauh-jauh dari kewenangan, per
encanaan dan finansial, Perencanaan menjadi penting karena dari ke tiga isu ters
ebut, perencanaan adalah domainnya desa, sementara kewenangan dan finansial adal
ah keikhlasan daerah. Daerah yang maju adalah daerah yang mau membagi kewenangan
itu, bukan dipelintir menjadi urusan seperti Permendagri 30/2006, bukan hanya c
ukup dengan ADD. Dan itu cocok dengan definisi desa sebagai kesatuan masyarakat
hukum artinya, desentralisasi tidak akan banyak memberi makna jika tidak diterus
kan kewenangan yang ada sampai ketingkat desa. Pembangunan desa tidak hanya memb
utuhkan perencanaan yang baik tapi juga harus didukung oleh kebijaksanaan yang b
ijak dan pembuat kebijaksanaan yang faham bahwa desa adalah sub sistem. konsep t
op down dan instruksional memang telah mempersulit proses pembangunan desa secar
a terpadu, namun saat ini juga lebih dipersulit dengan mis interpretasi arti dar
i desentralisasi. Ada baiknya kita sederhanakan pemahaman tentang konsep pembang
unan desa dengan memahami resources yang dimiliki oleh desa tersebut dan mempert
imbangkan out put yang akan dapat menjadi sharing desa tersebut pada konsep pemb
angunan negara dan bangsa secara menyeluruh. Dan perencanaan harus disusun atas
dasar pemahaman resources serta tujuan dari pembangunan tersebut , bukan mengacu
pada para pembuat kebijaksanaan yang tidak memahami unsur pembangunan desa seca
ra integral
B. Perencanaan Pembangunan Bagi Desa di Papua
Dalam periodesasi pembangunan di Indonesia, pola pembangunan cenderung identik d
engan nilai-nilai Pancasila yag mengajarkan kebersamaan, persatuan dan kesatuan
bangsa serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, tetapi nilai-nilai i
tu telah luntur sejak memalingkan kebijakan dan fokus perhatian dimana pembangun
an nasioanl dewasa ini leih mengarah kepada pembangunan infrastruktur dikawasan
barat Indonesia, dan kawasan Indonesia bagian timur terkesan terabaikan. Kalau n
ilai-nilai yang diajarkan pancasila tidak diimplementasikan, pasti akan menimbul
kan persoalan yang serius bagi keutuhan bangsa ini, karena itulah orientasi pemb
angunan harus diubah, fokuskan pada pembangunan daeah tertinggal terutama di kaw
asan timur Indonesia, secara normative nilai-nilai pancasila adalah alat pemersa
tu bangsa, karena bangsa Indonesia terbangun dari berbagai suku, ras, etnis, aga
ma dan sebagainya itu semua disatukan oleh nilai-nilai pancasila menjadi sebuah
ideologi Negara dalam rangka membangun Indonesia menjadi maju, sejahtera, adil d
an makmur.
Untuk membangun Indonesia mulai dari sabang sampai merauke, dalam sebuah bingkai
Bhineka Tunggal Ika, maka konsep pembangunan harus diubah, sekarang ini seharus
nya mendorong orientasi pembangunan kedaerah-daerah tertinggal, dalam konteks ke
majuan dan landasan pembangunan yang sama bagi pemerataan pembangunan di seluruh
wilayah Negara kesatuan republic Indonesia, karena faktanya dibeberapa bagian t
ertentu masih tertinggal jauh dan kehidupannya miskin, seperti desa-desa di papu
a banyak daerah yang belum mendapatkan sentuhan aspek pembangunan, seharusnya fo
kus perhatian pemerintah daerah didaerah-daerah tertinggal ini menggenjot infras
truktur pembangunannya, baik pendidikann, kesejahteraan ekonomi masyarakat penin
gkatan terhadap pelayanan kesehatan(gizi) dan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta pembangunan di bidang komunikasi antar desa dan daerah.
Jika ingin mencermati tentang kondisi papua yang juga merupakan bagian dari Nega
ra kesatuan republik Indonesia selama ini jelas ada ketidakadilan dalam pemerata
an pembangunan dan demokrasi, sehingga kondisi ini berdampak pada maraknya gerak
an-gerakan separatis yang bermunculan dimana-mana sering terjadi akibat ketidakp
uasan terhadap implementasi pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia
di papua,dan diresponi sebagai bukan solusi yang tepat, persoalannya kondisi ra
kyat papua tidak sepaham dengan kebijakan pemerintah pusat dan daerah yang dijal
ankan selama ini selalu berdasarkan kepentingan politik dan kelompok tertentu ta
npa melihat kepentingan rakyat. Sejatinya papua merupakan pulau yang kaya akan s
umber daya alam (SDA), seharusnya dapat mensejahterakan rakyatnya dan hasil peme
rataan pembanganunan dirasakan oleh seluruh masyarakat papua, sehingga dalam imp
lemetasinya rakyat meyakini bahwa yang paling paham dan mengerti model pengelola
an kekayaan alam di papua dan Indonesia pada umumnya, melalu pemberdayaan kampun
g (Desa) oleh rakyat itu sendiri.
Implemetasi otonomi khusus di papua, sejatinya itu adalah benar-benar at
as tuntutan masyarakat dan perlu dihargai oleh setiap komponen dan dapat membang
un komunikasi pembangunan yang jelas dan baik antara pemerintah pusat, pemerinta
h provinsi papua bersama rakyat, dari segi filosofi kebangsaan, Papua adalah uns
ur terpenting dari negeri ini, sehingga mendapatkan perlakuan dalam hal pemerata
an hasil pembangunan yang sama seperti daerah lain di Indonesia, sebuah harapan
bahwa perhatian pemerintah terutama pembangunan desa di kawasan timur Indonesia
jangan pernah membedakan dengan daerah lain, karena merasa ada ketimpangan pemba
ngunan nasional yang dirasakan saat ini lihat saja pembangunan infrastruktur des
a dan daerah di papua belum terbangun sepenuhnya dan merata sehingga sangat suli
t menghubungkan antar desa dan daerah yang satu dengan lainnya, apa lagi daerah
pedesaan di papua sulit dijangkau hasil pembangunan menjadi salah satu tantangan
dan beban yang dapat mempersulit rakyat dengan leluasa membangun desa, karena t
idak dapat didukung oleh sarana dan prasarana yang cukup memadai.
C. Kebijakan dan Implementasi Pembangunan
Mencermati kondisi desa di papua yang terbungkus rapi oleh keterbelakangan,
ketertinggal, kemiskinan dan kobodohan menjadi sebuah indikator adanya pembangu
nan diharapkan suatu konsep atau landasan yang mampu merubah keadaan pada masa m
endatang, pengangguran, isolasi daerah, keterbelangan, kemiskinan dan ketakberda
yaan kehidupan masyarakat dibidang pembangunan infrastruktur, pendidikan, pengem
bangan ekonomi dan kesejahteraan rakyat, peningkatan terhadap pelayanan kesehata
n maysrakat serta penyediaan sarana dan prasarana pembangunan dan berbagai perso
alan lainnya menjadi tantangan berat yang harus dikikis secara berlahan untuk me
ncapai tingkat perbaikan dan kemajuan desa.
Disisi lain dalam program pengembangan desa dan kebijaksanaan pemerintah dalam m
enentukan kabijakan pembangunan berwenang merencanakan dan melaksanakan program
pembangunan yang berkelanjutan melalui prakarsa yang dibangun berdasarkan tuntut
an dinamika pembangunan, politik dan aspirasi yang berkembang ditengah-tengah ma
syarakat itu sendiri menjadi sebuah motivasi dalam rangka memberikan solusi bagi
pembangunan. Kemudian proses perencanaan secara berlahan namum pasti lahir gaga
san baru dari setiap komponen bangsa menjadi kelompok atau individu yang kini da
pat mengkristal dengan sebutan konsep “ Desa Tumbuh Sejahtera”, pencapaian sebuah im
plementasi dari konsep tersebut dapat dirasakan oleh berbagai kalangan mulai dar
i kalangan bawa (Kelompok Masyarakat ekonomi lemah/miskin), menengah dan atas (K
elompok pejabat/petinggi Negara) pasti bisah merasakan arti dari sebuah gagasan
menuju desa tumbuh sejahtera adalah merupakan fokus dari daerah tertinggal.
Menyadari akan adanya suatu perubahan, mulai dari pelosok dusun, desa, kecamatan
hingga kedaerah perkotaan mengharapkan sentuhan pembangunan yang berpihak langs
ung kepada rakyat dengan strategi pendekatan sosial budaya dan letak geografis y
ang menjadi sebuah ideologi pembangunan bagi desa dalam rangka ikut mendorong pe
rtumbuhan dan kesejahteraan menuju desa tumbuh sejahtera, untuk mecapai konsep t
ersebut diatas, maka pola pemberdayaan desa perlu diterapkan langsung pada progr
am pengembangan ekonomi kerakyatan mandiri dan produktif, membangun sarana trans
portasi, pendidikan dan pusat pelatihan masyarakat serta jaringan komunikasi ant
ar desa sebagai jalur alternative, memberikan kesadaran akan kemampuan masyaraka
t dalam hal pengembangan potensi perikanan, perkebunan, kehutanan, pertanian dan
peternakan menjadi program prioritas yang turut memberi dampak terhadap perbaik
an kehidupan ekonomi masyarakat, serta meningkatan pola pendidikan masyarakat ya
ng didukung dengan berbagai sarana dan prasarana yang cukup memadai semuanya ini
menjadi program prioritas demi kemajuan desa mejadi maju sejahtera.
D. Gambaran Umum
Sebelum penulis mengulas tentang perkembangan dan kemajuan desa di provin
si papua, lebih dahulu kami mencoba menjelaskan dan mendeskripsikan sebuah kondi
si real bahwa sejak dari puluhan tahun hingga kini provinsi papua menjadi bagian
dari pada Negara kesatuan republik Indonesia (NKRI), namun papua termasuk salah
satu provinsi wilayah timur Indonesia masuk kedalam program pembangunan untuk p
ercepatan daerah tertinggal, kementerian pembangunan daerah tertinggal. Jika men
yimak bersama, maka papua memiliki wilayah yang sangat luas serta sumber daya al
am (SDA) yang kaya raya seperti berbagai ikan-ikan air dan laut yang belum dikel
ola dengan baik, sumber daya alam yang ada di daratan yaitu hutannya lebat ditum
buhi berbagai jenis tanaman produktif, seperti tanaman anggrek hutan, berbagai j
enis kayu, rotan dan buminya banyak mengandung berbagai jenis tambang tembaga, n
ikel, emas, uranium, batubara, besi, semen semuanya dapat digunakan untuk member
ikan kehidupan masyarakat maju menuju tumbuh sejahtera di segala sektor kehidupa
n, semuanya dapat diimbangi dengan kuaitas sumber daya manusia (SDM) yang stand
ar setaraf kemajuannya dengan Negara-negara maju, maka dalam waktu yang tidak te
rlalu lama rakyat papua dipastikan hidupnya menjadi maju, sejahtera dan mandiri,
karena target pembangunan bagi desa menjadi tumbuh sejahtera, perlu adanya sist
em perencanaan desa yang matang melalui kualitas sumber daya manusia yang handal
untuk menetapkan suatu tujuan perencanaan, peran serta masyarakat menjadi fakto
r terpenting dalam rangka ikut meningkatkan program pembangunan menuju desa tumb
uh sejahtera. namum berdasarkan hasil kajian analisis bahwa sumber daya manusia
ditingkat desa di daerah-daerah tertinggal, terluar dan terbelakang di Indonesia
saat ini belum memenuhi hingga mencapai standar dari proses pencapaian target p
engembangan sumber daya manusia yang berkualitas, lmiah, inovatif, kreatif, inis
iatif dan memiliki professionalisasi di berbagai bidang yang relevan menjadi day
a dukung pembangunan dibidang-bidang tertentu terkait dengan prospek pengembanga
n desa yang bertumbuh sejahtera.
Implementasi otonomi khusus dan program pemberdayaan masyarakat kampung
(Desa) yang telah dicanangkan oleh pemerintah menjadi sakala prioritas dari sebu
ah strategi pengembangan untuk memajukkan desa di papua pada tahap perbaikan tar
af hidup menuju kemandirian dan kesejahteraan yang, adil dan makmur, tetapi kond
isi dari sebuah perencanaan tersebut diresponi secara lambat, maka pembangunan d
esa di papua saat ini tidak sedikitpun memberi dampak positif dari arah kebijaka
n pemerintah tentang pembangunan daerah tertinggal dan implementasi otonomi khus
us di papua terfokus pada program pemberdayaan desa tidak berjalan sesuai dengan
tujuan yang hendak dicapainya, karena amanat otonomi khusus bagi papua harus me
mberi manfaat bagi pembangunan desa. Pembangunan desa di papua dilaksanakan seca
ra berlahan, karena jumlah desa di papua lebih banyak dan hampir mencapai puluha
n ribu jumlah penduduk warga desa, keberadaannya terpencar pada tingkat kabupate
n, desa (Kampung), kecamatan, kota dan tingkat provinsi dengan jarak pencapaiann
ya sangat jauh dan sulit dijangkau, karena pendudukan papua lebih banyak adalah
masyarakat yang hidup didesa atau daerah-daerah isolasi adalah daerah dimana tid
ak dapat disentuh oleh pembangunan dan kehidupannya primitive dan terbelakang, s
ehingga masyarakat desa yang hidup di hutan dan pola kehidupannya masih telanjan
g dan tertutup selama ini tidak dapat membangun kontak sosial dengan masyarakat
luar.
Pelaksanaan Agenda-agenda Pembangunan desa di daerah tertinggal menyadari bahwa
pembangunan desa bagi daerah-daerah tertinggal di provinsi papua bahkan pembangu
nan di Indonesia pada umumnya bukan persoalan sederhana, melainkan menjadi tangg
ung jawab pemerintah dan seluruh masyarakat, sehingga semua pihak ikut terlibat
dalam proses perencanaan dan penyelenggaraan pembangunan bagi daerah tertinggal
dan setiap komponen bangsa memposisikan dan menunjukkan dirinya sebagai subyek p
embanguan, barulah cita-cita dan tujuan pembangunan nasional bagi pemberdayaan d
esa di papua yaitu, papua yang lebih aman, damai, adil dan sejahtera bisah terca
pai bagi semua rakyat.Terkait dengan rencana pembangunan daerah tertinggal di pa
pua menuju desa tumbuh sejahtera, maka peran pemerintah dan masyarakat dalam mew
ujudkan pembangunan desa yang berbasis rakyat dan berkelanjutan, Tema karya tuli
s ini sangat relevan dengan tantangan pembangunan desa di papua yang menuntut di
temukan dan tetapkannya berbagai inovasi dan trobosan baru dalam rangka memperce
pat terciptanya cita-cita pembangunan desa di papua yang sangat ideal.
Dalam upaya membangun sebuah penerapan strategi dan pola perencanaan pem
bangunan desa guna mewujudkan dan mengimplementasikan sejumlah trobosan penting
bagi pembangunan papua yang lebih terfokus pada program pembangunan daerah terti
nggal denan sasaran pada pemberdayaan desa (kampung), agar bagaimana rakyat papu
a di desa-desa yang selama ini hidup miskin, agar dalam waktu yang singkat dapat
memberikan sebuah perubahan arah kebijakan pembangunan yang berpihak kepada mas
yarakat melalui program pemberdayaan desa, dimana pola penerapannya dapat memper
baiki kehidupan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa menjadi lebih maj
u dan sejahtera.
Sebuah filosofi dasar pembangunan desa adalah sebenarnya pembangunan man
usia secara utuh melalui berbagai trobosan dan program yang dikerjakan atas nama
rakyat bagi daerah-daerah tertinggal guna meningkatkan kesejahteraan bagi kelom
pok-kelompok masyarakat desa serta mengangkat martabat dan memberi manfaat sebes
ar-besarnya bagi rakyat yang ada di desa, terutama rakyat yang hidup terpencar d
idaerah-daerah isolir di papua. Pemerintah papua berupaya untuk mewujudkan pemba
ngunan yang berbasis masyarakat dan berkelanjutan melalui program pembangunan da
erah tertinggal bagi desa, konsistensi pelaksanaan 4 (Empat) agenda pokok, yaitu
Pertama : menata kembali pemerintahan daerah dalam rangka membangun tata kelola
pemerintahan bersih dan berwibawa (Good Government) pada semua jajaran dan ting
katan, melalui penataan pemerintahan daerah, sekaligus dilakukan penataan tata k
ehidupan politik dan kemasyarakatan yang demokratis, dewasa dan bertumbuh sejaht
era berdasarkan undang-undang No.21 tahun 2001 tentang otonomi khusus bagi pemba
ngunan di papua, kemudian agenda utama, Kedua, yaitu: membangun tanah papua yang
damai sejahtera, serta menuju perbaikan kehidupan untuk meningkatkan kesejahter
aan masyarakat desa yang adil dan merata bagi semua, dengan suatu titik berat pe
rhatian harus diberikan kepada rakyat yang hidup didaerah pedesaan dan daerah-da
erah terpencil serta rakyat miskin yang ada di daerah perkotaan, sedangkan agend
a utama Ketiga adalah membangun tanah papua yang aman dan damai, serta dapat men
dorong rakyat desa agar setiap komponen masyarakat ikut serta memelihara dan men
ikmati suasana yang aman, damai, penuh disiplin dan taat kepada hukum serta menj
unjung tinggi hak-hak azasi mausia (HAM) dan agenda utama Keempat adalah meningk
atkan dan mempercepat prasarana dasar (Infrastruktur) diseluruh tanah papua yang
terdiri dari prasarana perhubungan /transportasi dalam rangka membangun jaringa
n transportasi terpadu (Darat, Laut dan udara), ketersediaan air bersih, keterse
diaan energi dan sistem jaringan komunikasi yang cukup memadai untuk dapat berko
munikasi langsung kedaerah-daerah yang sulit terjangkau.
Perhatian yang sungguh-sungguh dan trus-menerus diberikan dalam melaksan
akan agenda pembangunan desa tumbuh sejahtera telah mengembangkan konsep peningk
atan mutu pelanan kesehatan menyiapkan dana pembiayaan pengobatan secara gratis,
kualitas pendidikan di papua mulai dari perbaikan mutu dan cakupan pendidikan d
asar, menengah hingga ke perguruan tinggi bagi mereka yang berprestasi tapi ekon
omi keluarga lemah dapat dibiayai oleh pemerintah, mengenai pembangunan desa(kam
pung) selalu diperbincangkan dalam form-forum diskusi atau berbagai kegiatan kaj
ian tentang pelaksanaan program peningkatan kesejahteraan rakyat di desa-desa, m
aka Rencana Strategi Pembangunan Kampung (RESPEK) telah menjadi isu sentral yang
mewarnai semangat hidup masyarakat papua untuk dibicarakan dalam rencana peyele
nggaraan pembangunan disetiap tingkatan pemerintah di papua maupun hingga ke tin
gkat nasional, istilah ini semakin diperdebat di berbagai kalangan, bahkan fokus
pembangunan desa-desa juga diadopsi oleh beberapa kepala daerah di Indonesia, f
akta ini menunjukkan bahwa semua pihak memberikan sambutan hangat dan dukungan s
ungguh-sungguh kepada pemerintah tentang program pembanguan desa di papua. Pembe
rdayaan desa (Kampung) adalah strategi pembangunan yang tepat sasaran, karena se
lama ini pembangunan di papua maupun di Indonesia pada umumnya sangat kurang dir
asakan oleh masyarakat desa (Kampung) dan kelompok masyarakat di desa itu seolah
-olah dijadikan sebagai obyek dari proyek-proyek pemerintah, fakta mengabaikan r
akyat didesa/ kampung-kampung sama dengan memperlebar jurang antara kelompok yan
g kaya dan yang miskin, sedangkan kondisi di papua sebagian besar rakyat papua b
ermukim di kampung-kampung yang terpencar jauh-jauh dari kota sehingga sebuah pa
radigma yang di presentasikan di kalangan publik bahwa pelaksanaan pembangunan d
esa (Kampung) identik dengan pelaksanaan OTSUS papua, yaitu melakukan semua upay
a untuk meningkatkan orang-orang asli papua yang adil dan sejahtera .

1. Kekayaan dan Kesejateraan


Wilayah Provinsi Papua sangat besar dan bervariasi luas. Walaupun menyi
mpan sumber daya alam yang melimpah, pembangunan ekonominya menghadapi tantangan
-tantangan luar biasa. Rintangan yang harus dihadapi bersifat fisik – yaitu jarak
yang sangat jauh dan sulit ditempuh, pegunungan yang curam, dataran rendah beraw
a-rawa, tanah yang rapuh, curah hujan musiman yang tinggi – dan bersifat sosial – ya
itu kepadatan penduduk yang rendah dan fragmentasi kebudayaan yang ekstrim. Kura
ng dari 3 juta penduduk pribumi Papua menggunakan 250 bahasa yang berbeda, dan m
empunyai kebudayaan yang unik, bahkan kadang-kadang saling memunculkan perbedaan
pandangan di tingkat kelompok masyarakat desa di papua itu sendiri, berdasarkan
letak geografis papua kaya akan sumber daya alam (SDA) tak-terbarukan.Sejauh in
i, kandungan emas, tembaga, perak, minyak bumi, gas alam, dan batu bara telah di
temukan di Papua, tak ada yang meragukan bahwa akan lebih banyak lagi kandungan
SDA yang belum dikelola secara potensial. Papua memiliki hutan tropis terbesar k
etiga yang tersisa di dunia setelah daerah aliran sungai Amazon dan hutan-hutan
di Afrika tengah. Ketinggian tanah dan curah hujan yang sangat bervariasi mencip
takan kondisi yang ideal bagi keragaman ekologi yang luar biasa. Selain itu, tut
upan hutan di Papua sebagian besar masih utuh. Hampir separuh dari hutan yang te
rsisa di Indonesia berada di Papua. Lautan yang mengelilingi, khususnya di sebel
ah utara, juga memiliki keragaman spesies yang luar biasa berlimpah. Secara sing
kat, tanah Papua ini merupakan sebuah kantung biosfer yang unik, secara tradisio
nal masyarakat pribumi yang ada di desa sangat menggantungkan hidupnya pada jeni
s tumbuhan dan hewan setempat, tetapi dengan dampak yang relative kecil terhadap
lingkungan hidup. Karena sebagian besar hutannya terdiri dari pohon-pohon yang
memiliki nilai komersial tinggi, termasuk kayu cendana dan merbau, maka bisnis k
ehutanan komersial menarik minat yang cukup besar. Namun indikator pembangunan s
umber daya manusia masih tetap rendah, meskipun dikelilingi oleh kekayaan minera
l dan hutan, sebagian besar rakyat Papua yang ada di desa-desa masih tetap sanga
t miskin. Permintaan akan infrastruktur mencerminkan keinginan untuk mengubah ko
ndisi ini. Di pedalaman Papua dan barang-barang yang masuk dari luar wilayah sa
ngat mahal, karena biaya transportasi yang tinggi. Penduduk menginginkan pembang
unan jalan agar biaya pengiriman barang yang selama ini semakin melambung tinggi
akan menurun. Para pelaku bisnis lokal dan internasional juga menginginkan infr
astruktur yang lebih baik agar dapat mengambil dan mengekspor kekayaan mineral t
ak-terbarukan dan kekayaan hutan tersebut. Oleh karena itu, untuk Papua dan pemb
ahasan mengenai pembangunan infrastruktur desa telah difokuskan pada transportas
i, khususnya pembangunan jalan. Namun, pembangunan infrastruktur juga harus memb
antu masyarakat terpencil di desa untuk memperoleh akses pendidikan, perawatan k
esehatan, air, sanitasi, tenaga listrik, dan teknologi komunikasi. Tingkat pendi
dikan rata-rata saat ini masih rendah dan kesehatan terancam oleh merebaknya mal
aria, penyakit infeksi lambung dan usus, serta HIV-AIDS. Pertumbuhan ekonomi di
Papua selama ini terkonsentrasi pada beberapa tempat saja di mana interaksi anta
ra tempat ini relatif sedikit. Kebanyakan konsentrasi ekonomi ini berada di daer
ah pesisir. Di wilayah pedalaman, seperti dataran tinggi yang bergunung-gunung,
unit-unit ekonomi yang berinvestasi untuk masa depan Papua tidak dapat dibangun
dan telah diabaikan, namun kini mulai merasakan sentuhan pembangunan bagi desa h
anya seperempat dari perencanaan yang sedang di jalankan sedikit memberi dampak
bagi kehidupan. Saat ini, perkembangan desa di papua sedang berada di ambang per
ubahan yang sangat besar. Seperti halnya yang terjadi di bagian dunia lain yang
kaya akan sumber daya tak-terbarukan, ada tekanan besar untuk mengonversi aset-a
set ini menjadi pendapatan. Jika diambil dan dijual, setiap pohon, setiap ons em
as dan setiap ton batu bara senilai dengan rumah baru, mobil, dan pesawat terban
g. Infrastruktur yang lebih baik akan menurunkan biaya pengambilan dan transport
asi, sehingga laba pengusaha penebangan kayu dan perusahaan pengambil sumber day
a lainnya akan meningkat. Para calon investor yang akan membangun jalan dan infr
astruktur lainnya siap menjanjikan penghasilan besar,
jika diizinkan untuk mengambil kekayaan hutan dan mineral. Penduduk Papua dan ma
syarakat Indonesia lainnya pun akan memperoleh sebagian dari penghasilan dari ek
sploitasi sumber daya tersebut. Prospek untuk mengonversi sumber daya ini dengan
uang dan pembangunan infrastuktur akan sulit untuk ditolak. Pertanyaannya adala
h: apa dampak dari keuntungan jangka pendek yang diperoleh terhadap pembangunan
jangka panjang? Tantangan paling dasar adalah bagaimana mengembangkan daerah ter
tinggal tersebut sehingga menciptakan kesempatan yang luas bagi generasi-generas
i mendatang sekaligus bagi mereka yang dapat menikmati penghasilan langsung saat
ini dari pengambilan sumber-sumber daya tak-terbarukan tersebut.
2. Pengembangan Potensi Sumber Daya Alam
Masa depan pembangunan dan kemajuan desa di papua, dapat mempertimbangkan tiga a
spek tantangan, yaitu “kelangsungan” ekonomi, lingkungan hidup dan budaya. Pembangun
an desa berkelanjutan diartikan sebagai perubahan yang memungkinkan generasi men
datang untuk menikmati layanan ekonomi, lingkungan hidup dan budaya setidaknya s
etara dengan apa yang dinikmati oleh generasi sekarang. Suatu perubahan tidak bi
sa disebut berkelanjutan apabila kesempatan ekonomi, lingkungan hidup dan budaya
bagi generasi mendatang lebih kecil daripada yang dinikmati kelompok masyarakat
desa pada saat ini. Kemajuan tidak selalu dapat dicapai sepenuhnya, tetapi sela
lu harus dijadikan standar untuk mengukur perubahan dan perbaikan taraf hidup ma
syarakat menjadi maju bertumbuh sejahtera. Suatu strategi pembangunan desa di pa
pua dapat dikatakan sukses dan berkelanjutan dibidang ekonomi turut bertumbuh ke
mbang dikalangan kelompok masyarakat hingga kepada beberapa dekade. Tanpa perenc
anaan, pengembangan sumber ekonomi kerakyatan akan mengalami siklus tumbuh maju,
dan hanya meninggalkan kesempatan-kesempatan yang sudah merosot. Apa yang sehar
usnya dilakukan oleh kelompok masyarakat papua yang ada di desa setelah “menyerbu
temuan emas” tersebut? Ekploitasi sumber daya mineral mungkin dapat berlangsung hi
ngga beberapa dekade. Selama periode ini, sangat penting untuk melakukan investa
si yang menciptakan mata pencaharian setelah kandungan tersebut habis dikuras. T
ambang Freeport di Papua adalah suatu studi kasus yang menarik dalam upaya inves
tor swasta dan sektor publik untuk menciptakan pembangunan berkelanjutan dari su
atu usaha kesejahteraan ekonomi. Hutan pada umumnya lebih cepat habis. Sebagai p
erbandingan, tambang atau kandungan hidrokarbon sebanyak beberapa ratus kilomete
r persegi dapat menciptakan penghasilan selama bertahun-tahun sebelum habis. Sed
angkan, puluhan ribu kilometer persegi hutan dapat dibabat habis dalam jangka wa
ktu satu generasi saja. Antara tahun 1982 hingga 2005, menurut Departemen Kehuta
nan Indonesia, sekitar 34 juta hektar hutan telah dibabat, dengan kata lain dala
m jangka waktu 23 tahun ini, hutan Indonesia ditebangi dengan kecepatan 40 kilom
eter persegi per hari (kira-kira 30 km2/hari setelah tahun 2000). Hutan pada das
arnya bukan tak-terbarukan. Saat ini sudah ada teknologi kehutanan berkelanjutan
, yang melibatkan eksploitasi selektif, penanaman kembali, dan pengelolaan aktif
hutan-hutan yang masih ada. Sayangnya, “teknologi kehutanan berdampak rendah” semac
am itu terkadang disebut “kehutanan berpenghasilan rendah,” karena untuk jangka pend
ek, membabat habis hutan akan menciptakan penghasilan bersih yang jauh lebih bes
ar daripada menggunakan teknik-teknik praktek berkelanjutan. Dalam sejarah belak
angan ini, sebagian besar eksploitasi hutan ternyata tidak berkelanjutan. Kesala
han perencanaan, penyusunan program, dan pembuatan anggaran yang dipraktekkan sa
at ini terletak pada pemilihan proyek-proyek dengan tujuan menyebarkannya ke ban
yak kelompok masyarakat sekaligus, bukan berdasarkan kebutuhan dan permintaan tr
ansportasi. Pada pelaksanaannya, ini semakin diperparah karena dana disebarkan u
ntuk membiayai banyak kontrak kecil yang terus bertambah secara bertahap, yang s
ering merupakan bagian dari rencana yang lebih besar uamg dapat merugikan rakyat
.
26
3. Air dan Sanitasi
Di Papua pada umumnya air melimpah, tetapi hanya sedikit rumah tangga yang menik
mati fasilitas air pipa, dan tidak ada yang menikmati fasilitas air pipa yang la
yak diminum. Terbengkalainya pemeliharaan kapasitas terpasang merupakan masalah
kronis, dan berhubungan dengan kegagalan menagih biaya penyediaan air kepada pen
gguna. Separuh dari air yang masuk ke dalam sistem tersebut hilang karena alasan
teknis maupun administratif. Namun demikian, biaya untuk merehabilitasi sistem
air pipa yang ada maupun untuk perluasan penyediaan air pipa sama sekali bukan m
erupakan penghalang yang terlalu besar. Investasi pada air bersih relatif berbia
ya rendah. Pada tahun 2020 diharapkan penambahan 95.000 sambungan perkotaan dan
261.000 sambungan kawasan kawasan desa (109.000 dari jumlah ini ada di dataran
tinggi), dalam rangka mencapai sasaran layanan air minum pipa sebesar 80% untuk
perkotaan dan 60% untuk pedesaan. Total biaya untuk itu adalah sekitar US$ 250 j
uta (Rp 2,5 triliun). Untuk lebih jelas memahami biaya tersebut, jumlah ini kura
ng lebih sama dengan biaya yang disediakan bagi pembangunan desa. yang dibutuhka
n untuk membangun 250 kilometer jalan yang bermutu, atau sekitar sepersepuluh da
ri total transfer yang diterima oleh pemerintah Papua dan dari pusat pada tahun
2008. Kondisi infrastruktur sanitasi di Papua sangat memprihatinkan. Limbah pad
at dibuang di tempat yang bisa membahayakan air tanah dan kemungkinan besar limb
ah tersebut akan menyebar setelah hujan deras. Peraturan bangunan mengenai pembu
angan limbah tidak ditegakkan. Sekarang kotoran tersebut dibuang tanpa diolah se
hingga merembes ke dalam aliran air maupun air tanah, dan menyebarkan penyakit m
elalui aliran air tersebut. Di lokasi-lokasi lain, tidak ada layanan sanitasi. I
nvestasi pada sanitasi lebih murah daripada investasi pada air bersih. Penyediaa
n air dan sanitasi harus dikelola dengan lebih baik. Lebih dramatis bila dibandi
ngkan dengan infrastruktur lainnya, rintangan terhadap peningkatan infrastruktur
air dan sanitasi bukanlah biaya ataupun teknologi.
4. Telekomunikasi
Telekomunikasi memberikan kesempatan untuk melakukan pembangunan dengan cara yan
g cepat. Investasi pada infrastruktur telekomunikasi menawarkan kesempatan untuk
meloncat langsung memasuki beberapa teknologi terbaru di planet ini, yang akan
menghubungkan antara desa,dan daerah perkotaan secara intern maupun ke dunia lua
r dengan lebih baik. Kira-kira separuh dari penduduk yang ada di desa sekarang b
isa mengakses jaringan telepon genggam, dan cakupannya sudah menjangkau semua pu
sat pemukiman penduduk desa. Penggunaan internet juga meningkat, khususnya di da
erah-daerah tertinggal yang dapat disentuh oleh pembangunan hingga ke desa-desa
yang ada di perkotaan di kawasan pantai maupun dataran tinggi. Akan tetapi, kend
ala terhadap perkembangan ini adalah biaya komputer dan pasokan listrik, serta t
erbatasnya kapasitas transmisi (satelit). Tantangan utamanya adalah untuk mening
katkan cakupan jaringan telekomunikasi serta daya dukung, atau lebar pitanya. In
i dapat dicapai melalui kombinasi kabel serat optik bawah laut ke kota-kota utam
a di daerah pantai Papua, hubungan serat optik atau hubungan gelombang mikro kew
ilayah pedalaman (dipasang pada tempat yang sama dengan jalan raya, saluran pipa
atau kabel listrik bila cocok) dan ditingkatkannya penggunaan cara baru berupa
teknologi satelit yang lebih efektif dari segi biaya ke lokasi-lokasi terpencil.
Lokasi yang terpencil dan desa-desa di papua dapat menggunakan sambungan sateli
t. Bahkan di beberapa bagian dataran tinggi di mana penduduknya terlalu sedikit
atau medannya terlalu sulit sehingga tidak cukup alasan untuk membenarkan pemasa
ngan sambungan gelombang mikro ke pantai, sambungan telepon dan sambungan komput
er yang terbatas cukup memadai untuk menggunakan suplai listrik lokal dan teknol
ogi satelit. Suplay tenaga surya/baterai digabung dengan satu antena satelit dap
at menghubungkan hamper semua tempat yang tidak terjangkau, ke sistem telekomuni
kasi global dengan biaya modal sebesar US$ 12.500 (Rp 125 juta) per lokasi. Seka
li lagi, untuk lebih jelas memahami jumlah ini, biaya perluasan lingkar Palapa d
i pantai utara dan pantai selatan Papua dan Papua Barat senilai dengan biaya unt
uk membangun kira-kira 150 kilometer jalan yang bermutu, sedangkan biaya pengada
an sambungan telepon berbasis satelit untuk 1000 desa senilai dengan biaya untuk
membangun kira-kira 125 kilometer jalan yang bermutu.
E. Otonomi Khusus Dan Tantangan
Otonomi Khusus (OTSUS) dan Percepatan Pembangunan bagi desa di papua, me
wadahi banyak keragaman budaya yang tumbuh di dalam masyarakat. Setiap keragaman
budaya yang tumbuh di tanah air terbentuk melalui proses sejarah yang sangat pa
njang.Berbagai suku, bahasa, agama, sosial budaya, dan adat istiadat tumbuh subu
r di pelosok Nusantara dari waktu ke waktu, dari masa ke masa. Berbagai kebijaka
n dalam penyelenggaraan pemerintahan pada masa lalu yang menitikberatkan pada si
stem terpusat (sentralistik) serta menggunakan pendekatan keamanan merupakan sal
ah satu pemicu munculnya ketidakadilan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Di Papua, kondisi itu menjadi pemicu munculnya pergolakan di masyarakat yang dit
ampilkan dalam berbagai bentuk reaksi, antara lain, munculnya gerakan separatis
yang ingin memisahkan diri dari NKRI. Presidium Dewan Papua, pada awal tahun 200
2, menerbitkan sebuah buku karangan Yorrys Th. Raweyai, dengan judul Mengapa Pap
ua Ingin Merdeka. Judul bukunya mengundang pertanyaan yang sama di banyak kalang
an; mengapa Papua ingin merdeka? Pertanyaan itu lahir dari indikasi masih adanya
gerakan di Papua yang ingin memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indon
esia (NKRI). Organisasi Papua Merdeka (OPM), bendera Bintang Kejora, dan semanga
t sebagian kaum muda Papua untuk memisahkan diri dari NKRI, masih belum padam.Un
tuk meredam keinginan sebagian rakyat Papua memisahkan diri dari NKRI serta guna
mempercepat pembangunan di Papua dan memperkecil kesenjangan, Pemerintah mulai
memberikan perhatian yang sungguhsungguh kepada Provinsi Papua agar dapat tumbuh
dan berkembang sebagaimana wilayah lain di tanah air. Pada tahun 1999, Pemerint
ah menerbitkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 19992 tentang Pemerintahan Daerah. P
engaturan dalam Undang-Undang ini memberikan kewenangan yang luas kepada daerah
untuk mengatur dan mengurus urusan rumah tangga sendiri. Namun, ruang yang dised
iakan oleh Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 itu dianggap masih belum mampu meng
akomodasikan kekhasan budaya dan adat istiadat masyarakat Papua, baik dalam peng
elolaan pemerintahan maupun pembangunan di wilayah Papua. Berbagai kalangan di P
apua menuntut untuk mengembangkan kekhasan budayanya dalam konteks NKRI melalui
kebijakan pada tingkat nasional yang bersifat khusus. Aspirasi dan tuntutan yang
berkembang itu, kemudian direspon oleh pemerintah dengan terbitnya Undang-Undan
g Nomor 21 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua
. Otonomi khusus bagi Papua pada dasarnya adalah pemberian kewenangan yang lebih
luas bagi Pemerintah Daerah Provinsi dan rakyat Papua untuk mengatur dan mengur
us diri sendiri di dalam kerangka NKRI. Kewenangan yang lebih luas berarti pula
tanggung jawab yang lebih besar bagi Pemerintah Daerah dan rakyat Papua untuk me
nyelenggarakan pemerintahan dan mengatur pemanfaatan kekayaan alam di Papua bagi
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Papua. Kebijakan otonomi Khusus merupakan s
uatu kebijakan yang bernilai strategis dalam rangka peningkatan pelayanan, aksel
erasi pembangunan, dan pemberdayaan seluruh rakyat di Provinsi Papua, terutama o
rang asli Papua yang ada diseluruh desa-desa hingga ke kota. melalui kebijakan i
ni, diharapkan dapat mengurangi kesenjangan yang terjadi pada tingkat desa di Pr
ovinsi Papua dengan provinsi lainnya di tanah air, serta akan memberikan peluang
bagi orang asli Papua untuk berkiprah di wilayahnya sebagai subjek sekaligus ob
jek pembangunan. Kesenjangan ekonomi masyarakat Papua mempengaruhi watak dan pol
a hidup masyarakat setempat yang masih sederhana.Di sisi lain, tanah Papua merup
akan bagian dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang sejak berabad-a
bad silam, memiliki kekhasan dalam tradisi, adat-istiadat, dan budaya masyarakat
nya, serta memiliki lebih dari 250 bahasa daerah. Wilayah Papua sejak awal telah
didiami secara turun temurun oleh berbagai suku yang masing-masing memiliki ker
agaman budaya dan adat-istiadat yang khas.Di era reformasi, benih-benih disinteg
rasi dan gerakan separatis di Papua seakan mendapatkan momentum yang baik. Demik
ian pula, krisis multidimensional yang berlangsung tahun 1997-2000 merupakan sit
uasi yang kondusif bagi gerakan separatis untuk menggulirkan gagasan kemerdekaan
; melepaskan diri dari NKRI. Dari aspek pertahanan dan keamanan, meskipun menunj
ukkan penurunan kegiatan gerakan separatis di Papua, namun aktivitas gerakan sep
aratis Organisasi Papua Merdeka (OPM) harus tetap diperjuangkan.
1. Pemberlakuan Otonomi Khusus
Sejak tahun 2001, diberlakukan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi
Khusus bagi Provinsi Papua. Kebijakan otonomi Khusus merupakan suatu kebijakan
yang bernilai strategis dalam rangka peningkatan pelayanan, akselerasi pembangun
an, dan pemberdayaan seluruh rakyat di Provinsi Papua, terutama orang asli Papua
. Melalui kebijakan ini, diharapkan dapat mengurangi kesenjangan di yang terjadi
di papua dengan daerah lainnya di tanah air, serta akan memberikan peluang bagi
orang asli Papua untuk berkiprah di wilayahnya sebagai subjek sekaligus objek p
embangunan.Di Papua, hampir tujuh tahun telah diberlakukan Otonomi Khusus (2001-
2008), namun kebijakan ini belum mampu diimplementasikan secara efektif dan masi
h terdapat kesenjangan dalam realitas. Pemberlakuan kebijakan ini belum memberik
an perubahan yang signifikan terhadap pelaksanaan fungsi pemerintahan dalam hal
melayani (service), membangun (development), dan memberdayakan (empowerment) mas
yarakat desa. Akibat belum berjalannya Otonomi Dalam pandangan Masyarakat Adat P
apua pada evaluasi yang dilakukan terhadap implementasi kebijakan Otonomi Khusus
Papua bahwa Otonomi Khusus tidak memberikan manfaat yang signifikan bagi masyar
akat adat Papua. Sebagai konsekuensi dari penilaian ini, Dewan Adat Papua (DPA)
pada bulan Agustus 2004 atas nama masyarakat adat, menyatakan menolak dan mengem
balikan Otonomi Khusus Papua. Dalam penyelenggaraan pembangunan di Papua, pember
lakuan Otonomi Khusus yang telah berjalan selama sepeuluh tahun (2001-2010) belu
m dapat meningkatkan pemahaman yang sama terhadap proses pembangunan di Papua. P
embangunan di Papua masih berjalan ditempat. Belum banyak menunjukkan perubahan
yang berarti dalam peningkatan pembangunan bagi desa dan daerah. Pemahaman konse
psi Wawasan Nusantara juga belum sepenuhnya difahami oleh seluruh elemen masyara
kat desa. Terbukti, beberapa gerakan separatisme masih muncul, Padahal Kebijakan
Otonomi Khusus telah diberlakukan di Papua termasuk juga bagi pemberdayaan masy
arakat yang ada di desa. Dengan demikian, perlu ditingkatkan hubungan sistemik a
ntara pemerintah dan pemerintah daerah dalam menyusun kebijakan pembangunan desa
guna mendukung Otonomi Khusus. Hal ini penting dilakukan mengingat pemberian Ot
onomi Khusus harus dievaluasi dan merubah kebiajaknnya ternyata sampai saat ini
belum mampu meningkatkan kesejahteraan masayarakat desa menjadi maju.
2. Permasalahan Strategik yang Belum Terpecahkan
Salah satu alasan masyarakat Papua menuntut kemerdekaan dari Republik I
ndonesia karena selama puluhan tahun mereka diperlakukan tidak adil oleh Pemerin
tah Pusat, baik dalam kehidupan politik, ekonomi, hukum, dan hak asasi manusia.
Masyarakat Papua merasa tidak mendapatkan hak-hak politiknya (political rights),
tidak mendapatkan persamaan hak dan kewajibannya sebagai warga negara, tidak te
rlibat langsung dalam proses pembangunan, serta tidak mendapatkan keamanan dan k
etentraman. Mereka juga merasa dianggap sebagai warga negara kelas dua, baik dal
am proses pembangunan nasional secara keseluruhan maupun dalam proses pembanguna
n di daerahnya sendiri. Disinilah pentingnya Wawasan Nusantara dimana segenap ko
mponen bangsa seiring, sejalan, harmoni, dan bersamasama membangun NKRI. Melalui
pemahaman Wawasan Nusantara yang komprehensif integral, masyarakat Papua akan t
etap menjadi bagian dari NKRI.Demikian pula, hasil pembangunan yang belum member
ikan manfaat maksimal bagi masyarakat Papua selama puluhan tahun sangat mengecew
akan masyarakat Papua. Ungkapan kekecewaan itu disalurkan dalam bentuk tuntutan
kemerdekaan atau memisahkan diri dari NKRI. Masyarakat Papua memiliki kesempatan
untuk menyampaikan aspirasi itu secara terbuka setelah pemerintahan Orde Baru j
atuh dan muncul era reformasi. Secara umum, permasalahan strategik di tanah Papu
a yang belum terpecahkan sampai saat ini, antara lain:
a) Belum terbangunnya hubungan sistematik antara Pemerintah pusat, Pemerint
ah Daerah Provinsi Papua dalam menjalankan program otonomi khusus bagi pemberday
aan desa/kampung di Papua untuk mewujudkan desa mandiri, maju, dan sejahtera.
b) Pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat desa di provinsi Papua
belum meningkat, akses pelayanan kesehatan dan pendidikan bagi masyarakat desa s
ukar diperoleh dengan mudah.
c) Sumber daya manusia di desa masih kurang dengan mimimnya anggota masyara
kat terdidik.
d) Infrastruktur yang tidak memadai sehingga tidak dapat menunjang pertumbu
han ekonomi masyarakat desa meningkat maju.
e) Penyelenggaraan Pemerintahan dan Percepatan Pembangunan desa belum berja
lan baik.
f) Sumber kekayaan alam belum dikelola dan dimanfaatkan secara optimal bagi
sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat yang ada di desa di Papua.
g) Masih adanya gerakan separatis yang akan memisahkan Papua dari NKRI sehi
ngga keutuhan NKRI tetap menjadi ancaman.
3. Perubahan Terhadap Realitas Kehidupan
Berkembangnya demokrasi; penghormatan terhadap hak asasi manusia; pe
rhatian terhadap peningkatan kesejahteraan, peningkatan ekonomi, pelayanan dasar
dan pembangunan infrastruktur; serta perhatian terhadap pentingnya pelestarian
lingkungan hidup merupakan nilai-nilai universal yang membuka peluang bagi Indon
esia menjadi negara yang demokratis yang menjunjung nilai-nilai Hak Asasi manusi
a, dan meningkatkan kesejahteraan bagi rakyat. Bagi masyarakat desa di papua, ha
l ini memberikan peluang yang sangat baik bagi peningkatan kesejahteraan, ekonom
i, infrastruktur, dan penegakkan HAM. Apalagi, Pemerintah telah mengambil kebija
kan Otonomi Khusus bagi Percepatan Pembangunan desa di Papua pendekatan asimetri
s dilakukan untuk
mengakomodasikan perbedaan yang tajam antara Papua dengan daerah lainnya. Dengan
pendekatan kebijakan itu, kekhususan daerah dapat diakomodasikan tanpa harus me
nciptakan separatisme dalam bentuk pemisahan diri dari negara Indonesia. Dengan
demikian, pendekatan desentralisasi di Papua pada hakikatnya tetap dimaksudkan u
ntuk mencapai tujuan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah itu sendiri.
Otonomi Khusus yang diberlakukan bagi Papua pada dasarnya adalah pemberian kewen
angan yang lebih luas bagi Pemerintah Daerah dan rakyat Papua untuk mengatur dan
mengurus dirinya sendiri dalam kerangka NKRI.
Secara garis besar, terdapat empat hal mendasar di dalam Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua, yaitu:
1. Pengaturan kewenangan antara Pemerintah (Pusat) dengan Pemerintah Provin
si Papua serta penerapan kewenangan itu di Papua yang dilakukan dengan kekhususa
n.
2. Pengakuan dan penghormatan hak-hak dasar orang asli Papua serta pemberda
yaannya secara strategis dan mendasar.
3. Mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik, dengan bercirikan;
a. Partisipasi rakyat sebesar-besarnya dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pelaksanaan pembangunan mela
lui keikutsertaan para wakil adat, agama, dan kaum perempuan.
b. Pelaksanaan pembangunan yang diarahkan sebesar-besarnya untuk memenuhi k
ebutuhan dasar penduduk asli Papua pada khususnya dan penduduk Papua pada umumny
a.
c. Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang transparan
dan bertanggung jawab kepada masyarakat.
4. Pembagian wewenang, tugas, dan tanggung jawab yang tegas dan jelas antar
a badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif serta Majelis Rakyat Papua (MRP) se
bagai representasi kultural penduduk asli Papua yang diberikan kewenangan terten
tu (Kausar, 2006:3).
Secara ideal, pemberian Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua dimaksudkan untuk mew
ujudkan keadilan, penegakkan supremasi hukum, penghormatan terhadap Hak Asasi Ma
nusia, percepatan pembangunan ekonomi, peningkatan kesejahteraan dan kemajuan ma
syarakat Papua. Untuk itu Pemerintah telah mengambil langkah-langkah dan kebijak
an yang berorientasi pada program pembangunan desa melalui kebijakan baru bagi P
rovinsi Papua. Kebijakan pembangunan desa di Papua saat ini dan di masa yang aka
n datang telah memiliki landasan hukum yang jelas berupa Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua dan Instruksi Presiden Rep
ublik Indonesia Nomor 5 Tahun 2007 tentang Percepatan Pembangunan Provinsi Papua
. Dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi P
rovinsi Papua,
didasarkan pada beberapa pertimbangan sebagai berikut:
1. Bahwa cita-cita dan tujuan NKRI adalah membangun masyarakat Indonesia ya
ng adil, makmur, dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 194
5.
2. Bahwa masyarakat Papua sebagai insan ciptaan Tuhan dan bagian dari umat
manusia yang beradab, menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia, nilai-nilai agama, de
mokrasi, hukum, dan nilai-nilai budaya yang hidup dalam masyarakat hukum adat, s
erta memiliki hak untuk menikmati hasil pembangunan secara wajar
3. Bahwa sistem Pemerintahan NKRI menurut Undang-Undang Dasar 1945 mengakui
dan menghormati satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat i
stimewa yang diatur dalam undang-undang.
4. Bahwa integrasi dalam wadah NKRI harus tetap dipertahankan dengan mengha
rgai kesetaraan dan keragaman kehidupan sosial budaya masyarakat Papua melalui p
enerapan daerah Otonomi Khusus bagi pemberdayaan desa.
5. Bahwa penduduk asli di Provinsi Papua adalah salah satu rumpun dari ras
Melanesia yang merupakan bagian dari suku-suku bangsa di Indonesia yang memiliki
keragaman kebudayaan, sejarah, adat-istiadat, dan bahasa sendiri.
6. Bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan di Provin
si Papua selama ini belum sepenuhnya memenuhi rasa keadilan, belum sepenuhnya me
mungkinkan tercapainya kesejahteraan rakyat, belum sepenuhnya mendukung terwujud
nya penegakkan hukum, dan belum sepenuhnya menampakkan penghormatan terhadap Hak
Asasi Manusia di Provinsi Papua, khususnya masyarakat Papua.
7. Bahwa pengelolaan dan pemanfaatan hasil kekayaan alam Provinsi Papua bel
um digunakan secara optimal untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat asli sehin
gga telah mengakibatkan terjadinya kesenjangan antara Provinsi Papua dan daerah
lain serta merupakan pengabaian hak-hak dasar penduduk asli Papua
8. Bahwa dalam rangka mengurangi kesenjangan antara Provinsi Papua dan Prov
insi lain, dan meningkatkan taraf hidup masyarakat di Papua, serta memberikan ke
sempatan kepada penduduk asli Papua, diperlukan adanya kebijakan khusus dalam ke
rangka NKRI
9. Bahwa pemberlakuan kebijakan khusus dimaksud didasarkan pada nilai-nilai
dasar yang mencakup perlindungan dan penghargaan terhadap etika dan moral, hak-
hak dasar penduduk asli, Hak Asasi Manusia, supremasi hukum, demokrasi, pluralis
me, serta persamaan kedudukan, hak, dan kewajiban sebagai warga Negara
10. Bahwa telah lahir kesadaran baru di kalangan masyarakat Papua untuk memp
erjuangkan secara damai dan konstitusional pengakuan terhadap hak-hak dasar sert
a adanya tuntutan penyelesaian masalah yang berkaitan dengan pelanggaran dan per
lindungan Hak Asasi manusia penduduk asli Papua.
11. Bahwa perkembangan situasi dan kondisi daerah Irian Jaya, khususnya meny
angkut aspirasi masyarakat menghendaki pengembalian nama Irian Jaya menjadi Papu
a sebagaimana tertuang dalam Keputusan DPRD Provinsi Irian Jaya Nomor 7/DPRD/200
0 tanggal 16 Agustus 2000 tentang pengembalian nama Irian Jaya menjadi Papua
12. Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut pada huruf a, b, c, d, e, f, g, h, i,
j, dan k dipandang perlu memberikan Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua yang dit
etapkan dengan undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Pro
vinsi.
Beberapa instruksi Presiden untuk mempercepat pembangunan Provinsi Papua dan Pro
vinsi Papua Barat antara lain:
Pertama. mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan tugas, fungsi,
dan kewenangannya dalam rangka pelaksanaan percepatan pembangunan Provinsi Papua
Kedua. melakukan pendekatan kebijakan baru bagi Provinsi Papua dalam hal pemban
gunan kampong atau desa di papua dengan prioritas sebagai berikut:
1. Pemantapan ketahanan pangan dan pengurangan kemiskinan
2. Peningkatan kualitas penyelenggaraan pendidikan
3. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan
4. Peningkatan infrastruktur dasar guna meningkatkan aksesibilitas di wilay
ah terpencil, pedalaman, dan perbatasan Negara
5. Perlakuan khusus (affirmative action) bagi pengembangan kualitas sumber
daya manusia putra-putri asli Papua.
Ketiga. untuk mempercepat pembangunan Desa di Papua diperlukan upaya khusus mela
lui pembangunan infrastruktur transportasi yang dilaksanakan berdasarkan rencana
aksi yang disusun berdasarkan Rencana Induk Percepatan Pembangunan kampong/desa
.

Beberapa Skenario Kebijakan


1. Di era otonomi daerah, Pembangunan Desa sebagai bagian integral dari pem
bangunan nasional, pada hakikatnya adalah upaya terencana untuk meningkatkan kap
asitas pemerintahan desa sehingga tercipta suatu kemampuan yang andal dan profes
ional dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat desa, serta kemampuan untuk m
engelola sumber daya ekonomi masyarakat secara berdaya guna dan berhasil guna un
tuk kemajuan perekonomian desa dan kesejahteraan masyarakat.
2. Pembangunan desa di papua dilaksanakan melalui pengembangan otonomi daer
ah dan pengaturan sumber daya yang memberikan kesempatan bagi terwujudnya tata p
emerintahan desa yang baik. Pembangunan daerah tertinggal bagi program pemberday
aan desa juga merupakan upaya untuk memberdayakan masyarakat di seluruh daerah-d
aerah terpencil sehingga tercipta suatu lingkungan yang memungkinkan masyarakat
untuk menikmati kualitas kehidupan yang lebih baik, maju, tenteram, dan sekaligu
s memperluas pilihan yang dapat dilakukan masyarakat desa bagi peningkatan harka
t, martabat, dan harga diri, sebagaimana yang diutamakan dalam pembangunan daera
h di tanah Papua.
3. Melalui pemberlakuan Otonomi Khusus, diharapkan masyarakat dan Pemerinta
h Daerah Provinsi Papua Kabupaten/Kota memiliki kewenangan yang sangat luas. Unt
uk mengatur segala sesuatu bagi peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran bagi ra
kyat berdasarkan peraturan daerah yang tidak bertentangan dengan Undang-Undang O
tonomi Khusus. Melalui kebijakan Otonomi Khusus, juga diharapkan penyelenggaraan
kerjasama dibidang ekonomi, perdagangan, investasi, kebudayaan, dan ilmu penget
ahuan terbuka lebar dengan pihak lain. Sumber keuangan, baik bantuan Otonomi Khu
sus dari Pemerintah Pusat maupun Pendapatan Asli Daerah akan menjadi lebih besar
, termasuk di dalamnya pembagian keuangan menjadi 80 % untuk daerah berbanding 2
0 % untuk Pemerintah Pusat
4. Pada tataran kebijakan politik, Pemerintah telah memberlakukan kebijakan
yang berbeda terhadap pembangunan desa/kampung di Papua dibandingkan dengan pro
vinsi lainnya. Melalui Undang-Undang Otonomi Khusus dan Instruksi Presiden tenta
ng percepatan pembangunan provinsi Papua, maka pemerintah daerah dan masyarakat
desa harus mengamankan dan menjalankan kebijakan politik itu.
5. Keragaman masyarakat dan budaya Indonesia termasuk Papua merupakan poten
si kekayaan yang harus dioptimalkan sehingga terasa manfaatnya. Potensi itu diwu
judkan menjadi kekuataan riil sehingga mampu menjawab berbagai tantangan yang di
tunjukkan dengan melemahnya ketahanan budaya yang berimplikasi pada menurunnya k
ebanggaan nasional. Untuk itu, sinergi segenap komponen bangsa, terutama hubunga
n antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam mendukung program otonomi
khusus bagi pemberdayaan desa perlu terus dilakukan untuk mewujudkan tjuan pemba
nguan menuju desa tumbuh sejahtera, mandiri, maju, dan sejahtera.
6. Beberapa skenario kebijakan yang dapat dilaksanakan secara sistemik anta
ra pemerintah daerah dan desa antara lain:
a. Membangun hubungan sistemik antara Pemerintah desa dan Pemerintah Daerah
Papua diperlukan untuk meningkatkan kinerja birokrasi dalam memberikan pelayana
n publik dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pemerintah telah menetapkan prio
ritas pembangunan bagi penciptaan tata pemerintahan yang bersih dan berwibawa se
bagaimana ditetapkan dalam RPJMN 2004-2009 melalui reformasi birokrasi seperti t
ertuang dalam RKP tahun 2008 dan tahun 2009. Tujuan akhirnya adalah terwujudnya
pelayanan publik yang prima (cepat, tepat, murah, transparan, dan akuntabel) dan
peningkatan kinerja birokrasi yang semakin baik.
b. Tuntutan reformasi yang menghendaki pemerintahan yang baik dan bersih (g
ood and clean government), mewujudkan corak baru dalam era demokrasi, yakni peny
elenggaraan negara dengan mengedepankan proses demokratisasi melalui pemberdayaa
n lembaga-lembaga swadaya masyarakat atau pemberdayaan lembaga adat dan Majelis
Rakyat Papua di Papua, civil society yang aktif, partnership pemerintah dan masy
arakat, dan kemampuan menghadapi pluralisme.
c. Pola good government esensinya adalah pemerintahan yang mengikutsertakan
semua lapisan masyarakat desa dalam rancang pembangunan, transparan, dan bertan
ggung jawab, efektif dan adil, serta menjamin terlaksananya supremasi hukum. Goo
d government juga harus dapat menjamin bahwa prioritas di bidang politik, sosial
, ekonomi, serta pertahanan dan keamanan didasarkan pada konsensus masyarakat; m
emperhatikan kepentingan rakyat banyak; mendukung visi strategis pemimpin; dan m
asyarakat yang mampu melihat jauh ke depan dari suatu pemerintahan yang baik dan
berorientasi pada pembangunan untuk semua (kelayakan sosial).
d. Penyelenggara pemerintahan yang tangguh dapat mempercepat proses pembang
unan desa di Papua sesuai dengan amanat Undang-Undang Otonomi Khusus bagi pember
dayaan desa dan Instruksi Presiden mengenai Percepatan Pembangunan di Provinsi
7. Meningkatkan Ekonomi dan Kesejahteraan Rakyat
Upaya mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dilakukan me
lalui dua strategi utama, yaitu melalui upaya peningkatan pelayanan kepada masya
rakat serta peningkatan pemberdayaan dan peran serta masyarakat desa di papua da
lam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Upaya penanggulangan kemi
skinan desa terus ditingkatkan dan menjadi prioritas utama dalam rencana pembang
unan desa. Program pemerintah untuk menanggulangi kemiskinan yang berbasis pembe
rdayaan masyarakat desa telah memberikan kesempatan berusaha bagi penduduk miski
n di desa daerah-daerah terpencil di Papua. Beberapa program tersebut diantarany
a adalah Program Pengembangan Desa (PPD), Program Penanggulangan Kemiskinan Pede
saan (P2KP),dan Pemberdayaan Masyarakat untuk Pembangunan Desa (PMPD). Penduduk
miskin di Papua pada umumnya tinggal di kawasan pedesaan, pegunungan tinggi, ped
alaman, dan daerah-daerah terpencil. Perhatian yang besar terhadap masyarakat di
kawasan seperti itu, akan membantu upaya menanggulangi kemiskinan dan meningkat
kan kesejahteraan rakyat. Pembangunan wilayah pedesaan, pedalaman, pegunungan, d
an daerah terpencil terus didorong melalui penumbuhan kegiatan ekonomi pertanian
yang memperkuat keterkaitan sektoral antara pertanian, dan jasa penunjangnya; p
eningkatan kapasitas dan keberdayaan masyarakat desa untuk dapat menangkap pelua
ng pengembangan ekonomi, serta memperkuat kelembagaan dan modal sosial masyaraka
t desa yang antara lain berupa budaya gotong royong dan jaringan kerja sama.Peme
rintah juga mendorong pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah di bidang us
aha unggulan daerah yang memiliki keterkaitan usaha ke depan (forward linkages)
dan ke belakang (backward linkages) yang kuat; peningkatan ketersediaan infrastr
uktur desa dengan melibatkan partisipasi dan peran serta masyarakat (community b
ased development) dalam pembangunan dan/atau pemeliharaannya, antara lain, pemba
ngunan jaringan jalan pedesaan yang membuka keterisolasian, pembangunan jaringan
listrik perdesaan, serta penyediaan jaringan/sambungan telepon dan pelayanan po
s, dan pusat informasi masyarakat (community access point).
F. Peningkatan Sumber Daya Manusia
Peningkatan Kualitas sumber daya manusia di desa diperlukan untuk memba
ngun sebagai modal dalam pembangunan desa di Papua ke depan. Sumber daya manusia
tidak lepas dari peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan. Peningkatan pen
didikan di Papua diharapkan dapat meningkatkan akses dan pemerataan pelayanan pe
ndidikan, peningkatan mutu dan relevansi pendidikan, serta penuntasan pendidikan
Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun. Selain itu, ke depan warga masya
rakat yang melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi harus ditambah da
n diperluas jangkauannya hingga masyarakat pedesaan. Dalam bidang kesehatan, dip
erlukan peningkatan jumlah, jaringan, dan kualitas Puskesmas hingga ke wilayah p
edesaan, pedalaman, pegunungan, dan daerah terpencil. Oleh karena itu, diperluka
n penambahan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan, pengembangan jaminan keseh
atan bagi penduduk miskin di desa, pengendalian dan pemberantasan penyakit menul
ar, serta penanggulangan gizi buruk pada anak balita, dan ketersediaan obat gene
rik. Ketidaktersediaan infrastruktur yang memadai bagi pembangunan desa di Papu
a merupakan salah satu masalah yang menyebabkan pembangunan di Papua berjalan sa
ngat lamban. Kondisi pelayanan infrastruktur, terutama infrastruktur transportas
i baik jalan, jembatan, maupun kendaraan umumnya masih kurang. Sebagian besar pe
nduduk yang tinggal di pedesaan, pedalaman, dan pegunungan tinggi harus menempuh
jarak sejauh 6-10 kilometer ke pusat pemasaran hasil pertanian yang biasanya be
rada di kota kecamatan. Di desa lainnya, penduduk harus menempuh jarak lebih dar
i 10 kilometer dengan kondisi jalan yang memprihatinkan bahkan menembus hutan be
lantara dengan jalan kaki.Hal ini mengakibatkan rendahnya tingkat ekonomi dan ke
sejahteraan masyarakat papua. Demikian pula penduduk yang tinggal di desa, peda
laman, pegunungan tinggi, dan daerah terpencil tidak memiliki akses terhadap pel
ayanan air bersih, perumahan yang layak, pendidikan, pelayanan kesehatan dan ene
rgi (listrik) masih belum merata, akibatnya tingkat kesehatan masyarakat sangat
rentan. Sumber daya manusia lemah dan kehidupan keseharian masih jauh tertinggal
dibandingkan masyarakat di daerah lainnya. Ketersediaan infrastruktur menjadi h
al yang penting dalam upaya meningkatkan akses ekonomi masyarakat Papua dan meni
ngkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat, terutama di wilayah pedesaan, pedalam
an, pegunungan, dan daerah terpencil serta terisolasi. Aksesibilitas pelayanan t
ransportasi menjadi sangat penting terutama pada penanganan sistem jaringan jala
n yang masih belum terhubungkan ke desa-desa terisolir dan belum berkembang. Dem
ikian pula sektor ketenagalistrikan, yang sangat diperlukan melalui pemanfaatan
energi non-BBM untuk pembangkit listrik terutama energi terbarukan, antara lain,
energi panas bumi, surya, mikro hidro, dan angin.
BAB.IV. ANALISIS KAJIAN
A. Kajian Analisis
Rancangan pembangunan masyarakat desa sejak lama ditengarai tidak dilandasi kebu
tuhan dasar dan kearifan lokal. Bahkan ada kecenderungan untuk menyeragamkan da
n mengabaikan potensi besar yang dimiliki masyarakat di desa seperti semangat ke
setiakawanan, gotong royong, dan kesukarelaan. Sebagai upaya untuk pengentasan k
emiskinan di kawasan pedesaan, Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal mendoro
ng sebuah sistem untuk mendukung pembangunan desa di papua , agar merasakan manf
aat dari sistem dukungan terpadu pembangunan di Desa. Pemerintah daerah provinsi
Papua mereplikasi model ini ke seluruh desa di wilayahnya. Sejumlah peraturan d
aerah telah dikeluarkan sebagai bukti keseriusan pemerintah daerah provinsi Papu
a menerapkan model ini dalam program penanggulangan kemiskinan di pedesaan. Bebe
rapa contoh adalah Peraturan Daerah No. 1 tahun 2002 tentang Sistem Dukungan Ter
padu untuk Pemberdayaan Masyarakat Daerah.
Ada tiga aras yang hendak dicapai oleh program Sisduk ini yaitu Pertama; mendoro
ng kegiatan pembangunan desa yang partisipatif melalui metode pendampingan yang
sesuai dengan karakteristik masyarakat di tiap desa;Kedua; mendorong perencanaan
dan penganggaran yang partisipatif guna membuka ruang bagi masyarakat dalam men
gatasi kemiskinan; dan Ketiga; menyusun strategi pembangunan bersama sesuai situ
asi dan kondisi setempat.
Potensi masyarakat desa yang terabaikan merupakan topik penting dalam mengatasi
kemiskinan. Kesalahan dalam menilai potensi masyarakat desa seringkali mendorong
mereka ke dalam jurang kemiskinan ketimbang mengeluarkan mereka dari belenggu k
emiskinan dan keterbelakangan. Ketergantungan masyarakat terhadap bantuan dari p
ihak luar lahir dari berbagai program seperti Bantuan Langsung Tunai ataupun Ber
as untuk Orang Miskin. Program tersebut seolah telah cenderung tidak memperhitun
gkan kemampuan potensial masyarakat desa dengan memberi bantuan yang manfaatnya
tidak memiliki efek jangka panjang bagi masyarakat dalam meningkatkan kesejahter
aan, mengembangkan diri dan daya nalar mereka.
Terpinggirkannya masyarakat desa dalam proses pembangunan bisa terjadi karena ku
atnya asumsi bahwa masyarakat kurang memahami kebijakan perencanaan dan pengangg
aran. Masyarakat dianggap tidak memiliki keterampilan manajerial dalam mengatasi
masalah dan harus selalu diatur karena mereka tidak berpendidikan. Hal ini juga
didukung dengan banyaknya waktu yang dibutuhkan mulai dari proses perencanaan (
Musyawarah Perencanaan pembangunan Desa) hingga implementasi program pembangunan
pedesaan dala rentan waktu yang cukup lama. Seringkali masyarakat kehilangan ke
sabaran karena usulan program pembangunan mereka menjadi terabaikan bahkan hilan
g dari alur proses perencanaan yang panjang dan berbelit.
Sistem Dukungan Terpadu memberi jawaban yang lebih konkrit dan membuka ruang bag
i masyarakat desa untuk berinisiatif melaksanakan kegiatan bersama dengan memobi
lisasi dan menggunakan sumberdaya desa yang ada tanpa menunggu persetujuan dari
pemerintah daerah dalam memenuhi kebutuhan masyarakat desa. Setidaknya, pelaksan
aan program ini yang didorong oleh semangat otonomi khusu, namun selama 10 tahun
telah mengorbankan rakyat serta adanya kendala dari tidak efektifnya program pe
nanggulangan kemiskinan di desa yakni kurangnya transparan dan ketidakadilan dal
am proses evaluasi kebutuhan dan perencanaan anggaran pembangunan desa. Sistem D
ukungan Terpadu menargetkan sistem administrasi daerah yang baik untuk menanggul
angi kemiskinan di desa, dengan menyediakan pelayanan sanitasi, kesehatan, kesej
ahteraan, dan usaha rakyat dengan mengajak partisipasi aktif masyarakat desa. Ma
syarakat secara berkelompok menyusun rencana kegiatan dengan didampingi fasilita
tor dan melalui serangkaian peninjauan dari badan pemberdayaan kampung dapat men
yusun rencana yang mudah (realistis), jelas, dan berskala kecil untuk diimplemen
tasikan di tingkat desa.
Dengan sistem ini, kerjasama antara Pemerintah Daerah dengan masyarakat desa dal
am mengalokasi penggunaan sumber daya dan pengambilan keputusan tampak lebih jel
as. Masyarakat merasa dihargai dan merasa bertanggung jawab atas sebagian biaya
dan kegiatan dari rencana yang diajukan oleh kelompoknya di tingkat desa. Parti
sipasi masyarakat dan keterbukaan Pemerintah Daerah dalam proses penganggaran ke
giatan pembangunan terbukti dapat mengefektifkan upaya penanggulangan kemiskinan
. Upaya penanggulangan kemiskinan dengan menerapkan sistem dukungan terpadu tida
k hanya menyangkut aspek pembiayaan kegiatan tetapi juga dapat memperkuat pelemb
agaan modal social dalam masyarakat desa. Dengan demikian diharapkan berbagai ke
giatan pembangunan desa dapat berkelanjutan dan mandiri. Jadi, Sistem Dukungan T
erpadu harus direplikasi oleh Pemerintah Daerah provinsi papua merupakan program
pemberdayaan masyarakat mandiri, jaminan akan keberlanjutan program penanggulan
gan kemiskinan dalam skema ini adalah terjadinya perubahan sikap mental para pam
ong desa, kecamatan dan pejabat Pemerintah Daerah pada tingkat Kabupaten/provins
i untuk selalu membuka dialog dan menciptakan mekanisme koordinasi antara pihak
yang terkait, termasuk sistem pelayanan kesehatan, pendidikan, dan penyediaan ai
r bersih bagi kelompok masyarakat desa.
B. Masalah
Berdasarkan dengan pejelasan dari latar belakang dan pembahasan penulisa
n karya tulis ini, bahwa penulis mengulas tentang pembangunan daerah tertinggal
dan program pemberdayaan desa di papua menjadi isu sentral dari berbagai masalah
sosial dalam pembangunan seperti kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan dan ket
ertinggalan masyarakat desa menjadi hal yang perlu diangkat bersama, karena deng
an mempertahankan pandangan yang tidak memberi dampak merupakan penghalang dalam
proses pembangunan desa dapat berjalan secara lamban, hal senada juga disebabka
n oleh beberapa fenomena mendasar yang berdampak pada kemajuan yang tidak bercer
min sesuai tujuan penyelenggaraan pada akhirnya pembangunan bagi desa di papua t
idak mencapai target yang diidamkan oleh masyarakat sepenuhnya.
Pada kesempatan ini berdasarkan hasil kajian, maka penulis dapat mengidentifikas
ikan berbagai masalah-masalah yang harus disikapi bersama seluruh komponen masya
rakat tentang realita kehidupan masyarakat desa di papua yang dapat mempengaruhi
terjadinya kesenjangan dan kecemburuan sosil dalam pembangunan selama ini, iden
tifikasi masalah tersebut adalah :
1. Pembangunan Basis Ekonomi Masyarakat
Meningkatnya angka kemiskinan dan pengangguran, serta tidak adanya tingkat keped
ulian terhadap penanggulangan masalah kehidupan rakyat desa diabaikan hingga tid
ak dapat mengembangkan sektor-sektor usaha ekonomi kerakyatan secara mandiri.
2. Pembangunan Bidang Sosial kemasyarakatan
Menurunnya kemampuan pemerintah dalam meningkatkan pelayanan sosial dasar ( Pend
idikan dan pelatihan ketrampilan masyarakat, peningkatan terhadap pelayanan kese
hatan dan gizi tidak tangani secara serius, sehingga angka kematian,kurang gizi
dan penderita penyakit semakin meningkat.
3. Pembangunan Saran dan Prasarana Desa
Terbatasnya tingkat pelayanan jaringan transportasi antar daerah, desa dan kabup
aten tidak tersedia dan terbangun, sehingga hasil bumi dan sumber pengelolaan po
tensi daerah tidak dapat didistribusikan untuk dipasarkan sebagai upaya pendapat
an keluarga dan masyarakat.
Kapasitas pemerintah desa dalam pengaturan dan pengelolaan infrastruktur pembang
unan tidak tersedia sejak dini.
Tidak tersedianya kapasitas dan ketersediaan sumber daya tenaga listrik, jaraing
an telekomunikasi dan membangun pusat informasi tentang perkembangan desa dan pr
ogram berkelanjutannya.

4. Pembanguan Bidag Pengelolan Sumber Daya alam


Potensi Daerah dibidang pertanian, kehutanan, perikanan, perkebunan dan peternak
an didesa menjadi salah satu potensi desa tidak dapat dikelola dan dikembangkan
melalui proyek-proyek kerja bersama bagi kemajuan daerah.
Meningkatnya masalah kelangkaan air bershi dan air minum
Terjadinya bencana alam, gempa, banjir dan longsor yang frekuensinya meningkat d
an dampaknya semakin meluas terutama pada kawasan yang berfungsi lindung.
Alih fungsi lahan pertanian, perikanan, kehutanan, perkebunan, perikanan dan pet
ernakan tidak dapat dimanfaatkan dengan baik demi keberlangsungan hidup bagi mas
yarakat desa.
5. Pembanguan Bidang pembinaan kerukunan umat beragama
Tidak dapat memberikan pembinaan terhadap mutu peningkatan kualitas kerukunan um
at beragama untuk hidup serasi dan seimbang dalam mengisi pembangunan.
Tidak dapat mendukung berbagai program pembinaan umat beragama dan menciptakan t
indakan krimilitas terhadap umat beragama yang berstatus minoritas di Indonesia.
Tidak dapat mendukung proses pembangunan tempat-tempat beribadah yang sedang dib
angunnya, dan selalu menghambat proses pembangunan dengan alasan tidak diizinkan
untuk membangunnya karena tidak memenuhi surat-surat dan persyaratan pedirian r
umah-rumah ibadat.
6. Pengelolan keuangan Bagi pembangunan Desa
Penyaluran dana pembangunan bagi desa tidak dapat disalurkan secara total hingga
tingkat pengelolaan dan laporan bertanggung jawaban atas penggunaan keuangan ba
gi pembangunan daerah tidak memberikan penjelasan secara detail.
Penggunaan keuangan pembangunan bagi desa tidak dapat digunakan dengan baik sesu
ai fungsi dan tujuan pemakaiannya.
Pengelolaan keuangan desa tidak dapat dievaluasi secara berkala tetang kesuksesa
n, dan kemajuan dari program yang sedang dilaksanakan dalam pembangunan desa ser
ta mengukur kinerja desa terhadap masalah-masalah keuangan.
7. Pembangunan Penataan Tata Ruang Desa
a. Tidak tersedianya kualitas permukiman rakyat yang memadai, dan masyaraka
t masih terus hidup di gubuk-gubuk dibawa pohon, sering menjadi Korban dari benc
ana alam ( banjir, longsor, tsunami, kekeringan, gempa ) dan lain-lain.
b. Menurunya kualitas permukiman bagi warga desa yanga ada di perkotaan tid
ak terjamain sehingga selalu menggangu konsentrasi kehidupan masyarakat disebabk
an oleh beberapa fenomena dasar yang sering terjadi yaitu ; Kemacetan, kawasan k
umuh, banjir, kebakaran dan pencemaran lingkungan (Udara, air, suara dan sampah)
.
c. Jumlah berpindahan penduduk dari desa ke kota semakin meningkat
d. Rencana tata ruang belum sepenuhnya menjadi acuan dalam pemanfaatan ruan
g dan fokus hanya pada perencanaan.
Permasalahan Khusus
Lemahnya daya saing masyarakat dalam pengembangan ekonomi.
Fokus pembangunan desa pada daerah tertinggal di papua belum ditangani secara t
erpadu antar sector dan antar pemerintah, masyarakat dan pihak swasta daerah ata
u dunia usaha.
Pemekaran daerah yang belum mampu dapat menyejahterakan masyarakat yang ada di
desa.
Rendahnya proses pembangunan yang berbasis demokrasi.
C. Strategi Perencanaan Desa
1. Visi
Visi pembangunan desa di papua merupakan cita-cita atau keinginan luhur ya
ng ingin diperjuangkan oleh pemerintah dan masyarakat papua sebagai unsur penent
u kebijakan dan partisipasi dalam rangka mewujudkan masa depan seluruh komponen
masyarakat papua menuju tumbuh sejahtera adil dan makmur, dilandasi dengan ideol
ogi diatas, maka penyelenggaraan pembangunan desa di papua dirumuskan kedalam se
buah visi, yaitu “ Memperbaiki Taraf Hidup dan Membangun Desa yang berbasis masyar
akat dan Berkelanjutan “, Berdasarkan pancasila dan undang-undag Dasar 1945 sebaga
i satu-satunya azas Negara kesatuan republik Indonesia menjadi landasan atas pen
yelenggaraan dari tujuan pembangunan nasional bagi program pemberdayaan desa men
uju tumbuh sejahtera. Sebagaimana visi yang telah dirumuskan diatas menjadi sumb
er inspirasi, motivasi, inovasi dan motorik bagi seluruh gerak langkah pemerinta
h dalam pengembangan program stateginya dapat mengeksresikan kinerja dan proses
pencapaian suatu tujuan dari pada aktualisasi menuju desa tumbuh sejahtera.
2. Misi
Sejalan dengan harapan dan target pencapian visi pembangunan dimaksud diatas, ma
ka pemerintah dapat mengemban dan menjalankan misi sebagai suatu upaya penyeleng
garaan dari sebuah tanggung jawab dalam hal meningkatkan efektifitas pada fokus
perencanaan desa untuk mendorong dan meningkatkan eksistensi kinerja desa dalam
rangka menunjang berbagai program kerja ditingkat desa, maka misi yang harus dij
alankan oleh desa-desa di papua adalah:
3. Terciptanya stategi perencanaan yang terfokus pada pemberdayaan masyarak
at melalui upaya pelaksanaan program.
4. Menetapkan system monitoring dan evaluasi pembangunan yang dilaksanakan
dan memberi dukungan informasi atas arah kebijakan.
5. Terbangunnya system ekonomi rakyat dalam semangat demokrasi ekonomi, yai
tu ; pengembangan system ekonomi rakyat
6. Terwujudnya system sosial budaya dan politik yang menjamin adanya peran
partisipasi masyarakat dalam menegakkan kebenaran, keadilan serta memperhatikan
hak-hak dasar masyarakat untuk mengangkat nilai-nilai demokrasi dan memberi sema
ngat agar dapat berpatisipasi secara langsung terhadap program pembangunan yang
sedang dicanangkan oleh pemerintah bagi desa.
7. Dapat membangun kelompok kerja tani, nelayan, serta kelompok pengembanga
n ekonomi masyarakat untuk mengembangkan potensi desa sebagai sumber pemasukan b
agi pembangunan dan kemajuan desa menuju sejahtera.
8. Memfasilitasi kelompok masyarakat untuk membuka dialog dan musyawarah ra
kyat tentang perkembangan dan kemajuan desa agar dapat membentuk kelompok-kelomp
ok kerja sosial dan goton royong, agar melalui perannya dapat memecahkan masalah
-masalah sosial, ekonomi, politik dan pendidikan serta pembangunan infrastruktur
di desa yang selama ini diabaikan menjadi sebuah pusat perhatian untuk membangu
n.
9. Menyelenggarakan berbagai program pemberdayaan desa dengan melibatkan ma
syarakat secara langsung menjadi subyek pembanguan desa.
10. Menyelenggarakan berbagai program pelatihan dasar pengembangan ketrampil
an bagi kelompok persatuan PKK, kelompok ekonomi produktif dan mandiri, kelompok
usaha-usaha pertanian, perkebunan, perikanan, kehutanan, peternakan serta penge
mbangan pendidikan buta huruf/ buta aksara, pendidikan dasar, menengah guna meni
ngkatkan kemajuan sumber daya manusia yang berkualitas untuk memajukan desa menu
ju tumbuh sejahtera dan mandiri.
11. Mengadakan kerja sama dengan pemerintah, LSM dan Lembaga pendidikan yang
ada di provinsi atau ditingkat kabupaten agar mendapatkan pembinaan terhadap po
la perencanaan yang dinamis bagi peningkatan pendidikan di desa.
12. Mengadakan berbagai kegiatan kajian yang relevan dengan fungsi masyaraka
t dan peran serta dalam pembangunan menjadi upaya dalam rangka menghimpun dan me
ngimplementasikan bentuk-bentuk karya pembangunan bagi kemajuan dan kesejahteraa
n desa, kegiatan kajian tersebut meliputi ; Penyuluhan, Seminar, (Workshop), Sar
asehan, Ceramah, Dialog, Sosialisasi, Penelitian dan pengabdian, forum diskusi,
pendidikan demokrasi politik, debat kandidat desa, lurah atau camat hasil dari
semua bentuk kajian tersebut dapat memberikan kontribusi terhadap arah perbaikan
dan kemajuan desa.
Sebuah karakteristik dari pada pencapaian visi pembangunan desa daerah tertingga
l di papua selanjutnya tingkat kemajuan dan keberhasilannya dapat diukur melalui
:
a) Terwujudnya mekanisme perencanaan dan pengembangan pembangunan ang terst
ruktur dan terprogram sesuai kondisi yang relevansinya pada dukungan dan peran p
artisipasi obyektif, menjadi daya juang masyarakat untuk ikut mendorong proses p
embangunan dapat berjalan sesuai target.
b) Adanya kebijaksanaan pembangunan yang berpihak pada pemberdayaan dan pen
gembangan masyarakat berdasarkan sistem nilai dan potensi sumber daya yang telah
dimiliki oleh masyarakat desa menjadi sebuah modal pembangunan bagi desa, denga
n strategi pengembangannya dapat mengarahkan fokus kebijakan menuju desa tumbuh
sejahtera, seharusnya dapat dipersiapkan secara baik dan terrencana agar dalam p
embangunannya mencapai tujuan akhir yang dicita-citakan dapat terwujud menuju de
sa maju dan tumbuh sejahtera bersama seluruh warga masyarakat yang ada di papua.
c) Melalui program dapat memperbaiki kembali nilai-nilai fundamental masyar
akat yang selama ini telah di oposisikan oleh berbagai kalangan dan indikasinya
kepada kepentingan politik dan individu dengan adanya keperpihakan ini dapat mem
perjuangkan kapasitas sebagai warga Negara dan kelopok terkecil didesa memberi r
uang gerak dalam hal kebebasan berdemokrasi, mendapatkan kesejahteraan hidup men
jadi sumber inspirasi bagi kehidupan, pengembangan sosial budaya dan serta kesia
pan sumber daya manusia, semuanya mejadi prioritas dalam rangka meningkatkan pel
ayanan terpadu bagi desa dan memberi kelayakan ideal bagi kehidupan masyarakat y
ang bertumbuh sejahtera.
d) Dapat menjalankan program desa dengan agenda-agenda yang telah ditetapka
n bersama melalui musyawarah dan mengutamakan program prioritas yang layak diter
ima oleh masyarakat berdasarkan potensi-potensi srategi dijadikan sebagai tolak
ukur perencanaan desa.
e) Program desa lebih dititikberatkan pada program-program usaha mandiri da
n produktif yang turut mendukung program yang strategis dalam rangka upaya menin
gkatkan desa yang lebih maju dan bertumbuh sejahtera.
f) Memberikan pembinaan dan pelatihan ketrampilan kepada kelompok masyaraka
t melalui berbagai program pemberdayaan desa strategis dan dinamis sekaligus dap
at mendorong rakyat agar menjadi pelaku ekonomi yang mandiri dan sukses, sehingg
a suatu desa tersebut dapat bertumbuh sejahtera disegala sektor pembangunan dan
kehidupannya menjadi layak.
g) Membangun sistem memonitoring pembangunan desa dan evaluasi harus digela
r agar dapat mengukur indikator kinerja dan tingkat pencapaian kemajuan desa dil
akukan melalui pendekatan kontrol pembangunan.
3. Tujuan Penyelenggaraan Pembangunan Desa
Konsep pembangunan yang diterapkan di Indonesia dalam rangka menuju d
esa tumbuh sejahtera, menjadi fokus perencanaan dari tujuan yang hendak dicapai
bila dikaitkan dengan dengan inti dari sebuah tujuan pembangunan nasional Indone
sia adalah Pembangunan manusia Indonesia seutuhnya baik material maupun spiritua
l dalam rangka ikut mendorong pertumbuhan dan percepatan pembangunan bagi keseja
hteraan masyarakat yang adil dan makmur, untuk mencapai hakekat dari pada pemban
gunan tersebut, terlebih dahulu memantapkan fokus perhatian dan konsentrasi idea
l dari sebuah program, makasalah satu indikator pembangunan desa adalah semakin
meningkatnya angka kemiskinan dan pengangguran, kelompo masyarakat kurang mampu
dalam hal kesejahteraan ekonomi rakyat serta kondisi papua yang selama ini belum
terbangunnya sarana dan prasaran pembangunan (Jaringan komunikasi, moda transpo
rtasi, peningkatan kualitas sumber daya manusia lebih rendah dari indikator ters
ebutselanjutnya dijadikan sebagai motivasi untuk membangun trobosan baru bagi pe
mberdayaan desa melalui peningkatan standar hidup masyarakat, baik pendapatannya
, tingkat konsumsi pangan, sandang, papan dan pelayanan kesehatan pendidikan ser
ta dapat menciptakan berbagai kondisi kehidupan masyarakat didesa bertumbuh seja
htera dan berkembang mandiri dengan dengan adanya kebebasan berdemokrasi.
Bertolak dari penelasn diatas, penulis menyimpulkan beberapa hal menja
di tujuan umum dari pada penyelenggaraan pembangunan desa, yaitu anatara lain :
1. Mewujudkan tujuan pembangunan nasional melalui program perbaikan dan str
ategi pengembangan desa.
2. Dapat memperbaiki taraf hidup masyarakat sebagai upaya pendekatan pemban
gunan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat desa yang maju be
rtumbuh sejahtera, demokrasi, inisiatif dan mengembangkan konsep kemandirian dan
produktifitas yang ideal bagi prospek asa depan daerah.
3. Dapat mendukung secara langsung terhadap proses pembangunan yang dicanan
gkan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah provinsi papua dalam proses berkela
njutan pembangunan desa diresponi sesuai acuan indikator bagi pembangunan.
4. Peran Pembangunan Desa
Untuk memajukan pembangunan suatu daerah menuju desa tumbuh sejahtera, ada
lah hal yang tidak mudah membalik telapak tangan, sebab realita perkembangan des
a di seluruh Indonesia lebih banyak masuk pada kategori daerah tertinggal, karen
a seluruh desa yang ada di Indonesia hamper saja belum maju dan mendapatkan sent
uhan pembangunan secara merata, sehingga proses pembangunan dan kemajuan desa ma
upun kehidupan ekonomi dan kesejahteraan rakyat pun masuk dalam kategori terting
gal atau telah diabaikan, prosesnya direspon secara lamban, ada factor lain juga
ikut mempengaruhi, factor kehidupan sosial budaya, adat istiadat (Kebiasaan) da
n pandangan hidup yang tidak sejalan dengan penerapan makna pembangunan yang ses
ungguhnya dapat menghambat terjadinya suatu kehidupan yang tidak maju dan berkem
bang dalam menghadapi dinamika persaingan dalam pembangunan yang terjadi bersama
an dengan sebuah perubahan pada setiap lini-lini kehidupan terjadi perkembangan
zaman ikut mempengaruhi pada tingkat kesiapan masyarakat yang ada di desa tidak
mampu bersaing didalam menghadapi arus persaingan global yang lebih mengarah kep
ada penguasaan ilmu pengetahuan dan teknonologi (IPTEK) serta profesionalisme un
tuk mengimbangi peradaban dunia yang semakin canggih menjadi sebuah ancaman bera
t bagi masyarakat desa yang ada di daerah-daerah tertinggal, terbelakang dan ter
luar menjadi beban moriil untuk dipersiapkan secara matang.
Dalam rangka meresponi dinamika tersebut, perlu adanya strategi guna dan tepat s
asaran dari program pembangunan yang lebih memfokuskan pada perecanaan dan perba
ikan sebagai langkah inovatif dari kemajuan suatu desa, serta adanya kesiapan su
mber daya manusia merupakan factor pendorong dalam proses pertumbuhan dan kemaju
an bagi desa, harus dipersiapkan dan dibangun secara bertahap dan menyeluruh mul
ai dari pembangunan sumber daya manusia, pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan r
akyat, pembangunan sarana dan prasarana menjadi program prioritas bagi warga des
a.
Pemangunan desa di seluruh daerah tertinggal harus dapat dijalankan dengan menge
depankan pada nilai-nilai kebersamaan, persatuan kesatuan dan peran partisipasi
sosial kemanusiaan merupakan bagian dari wujud dan bentuk dari pada sebuah ekspr
esi beban moriil dari setiap komponen bangsa yang indikasinya terfokus pada ting
kat perbaikan dan kemajuan yang bersasaran langsung bagi desa, maka peran pemeri
ntah masyarakat dan berbagai elemen turut mengambil bagian dalam pembangunan yan
g berciri masyarakat yang bertumbuh dan sejahtera menjadi unsure implementasi ya
ng berpihak.
Berdasarkan penjelasan pada bagian ini, bahwa terwujudnya pembangunan menuju des
a tumbuh sejahtera, peningkatan kemajuan suatu desa dan kesuksesannya dapat diuk
ur oleh peran yang dikembangkannya yaitu sebagai berikut :
a. Pemerintah Desa berperan sebagai wujud presentatif pemerintah membangun
desa melalui program-program pemberdayaan ang strategis dan prioritas demi perba
ikan taraf hidup, kemajuan dan pembangunan desa.
b. Pemerintah daerah, LSM dan komponen masyarakat menjadi subyek pembanguna
n ikut mendorong proses terjadinya pembangunan dan kemajuan suatu desa.
c. Melalui peran serta seluruh komponen masyarakat, maka tujuan pembangunan
dapat tercapai sesuai apa yang menjadi harapan dan target.
5. Sasaran Perencanaan Desa
Untuk mencapai target perencanaan desa, maka fokus perhatian yang di
inginkannya harus dapat menetapkan sasaran, dalam recana program kerja berdasark
an kondisi letak geografis dan sosial budaya adalah merupakan wahana terbaik unt
uk menetapkan langkah-langkah acuan dalam perencanaan strategi pembangunan, maka
sebuah latar belakang masalah realita merupakan motivasi konkrit dapat mendoron
g system perubahan sektoral melalui pola dan daya dukung yang berbasis masyaraka
t dengan sasran perencanaan pada :
a. Peningkatan pelayanan dibidang pendidikan, kesehatan, pemberdayaan ekono
mi masyarakat , kehidupan sosila budaya
b. Realita kemajuan desa di papua selama ini tidak dapat memberi titik kema
juan dan sangat lamban dalam meresponi pembangunan, sehingga selalu saja isu ket
erbelakang, kemiskinan dan ketertinggalan pemerataan pembangunan mengkristal sem
ua lini kehidupan masyarakat menjadi indikasi obyektif.
c. Sasaran pembangunan desa di daerah tertinggal dengan fokus pada :
Penataan struktur kelembagaan desa-desa di papua secara teratur dan responsibili
tas yang berkelanjutan.
Mengembangkan pola pelayanan masyarakat yang bertumbuh kembang melalu upaya part
isipasi konkrit dalam bidang-bidang pengelolaan sumber daya alam (SDA) ( Kehutan
an, Pertanian, Perkebunan, pengembangan ekonomi masyarakat, bidang pendidikan da
n pelatihan ketrampilan terpadu yang sustainable dan berkelanjutan, serta turut
mengembangkan pola pemasaran hasil usaha dan sumber potensi desa menjadi sumber
pendapatan daerah untuk ikut mendorong pertumbuhan dan kemajuan desa di Indonesi
a.
Peningkatan terhadap pembangunan infrastruktur menjadi factor utama menentukan s
uatu desa menjadi maju.
Pemerintah sebagai sumber inspirator selayaknya turut menunjukkan prestasi dari
perubahan yang terjadi dalam pembangunan desa.
Masyarakat menjadi subyek pembangunan bagi desa iut berpartisipasi dalam pembang
unan
6. Landasan Pembangunan Desa
Seperti halnya tujuan pembangunan nasional yang lebih berorientasi pada
pengembangan dan kemajuan daerah bagi terciptanya tujuan kolektif, maka desa di
papua sepatutnya membuat suatu rancangan program pemberdayaan yang telah disusu
n dan akan dijabarkan dalam bidang-bidang pembangunan desa. Rancangan program pe
ngembangan ini dibuat sebagai salah satu bahan acuan kegiatan desa yang diimplem
entasikan dengan mengutamakan prinsip-prinsip penyelenggaraan desa yang akan dil
aksanakan berdasarkan amanat undang-undang no.21 tahun 2001 tentang otonomi khus
us bagi papua dan titik berat pada pemberdayaan desa.
7. Goal (Target)
Untuk mencapai tujuan dari pembangunan dan kemajuan desa, maka setiap
desa dapat menempuh lewat tahapan-tahapan perencanaan dan penetapan target yang
nantinya menjadi harapan akhir dari implementasi strategi, target tersebut dapa
t dicapai melalui upaya-upaya yang dilakukan bersama seluruh unsure kelompok mas
yarakat dan pemerintah agar perjuangan pembangunan dapat memberi dampak positif
terhadap langkah-langkah strategis yang diambil bersamaan dengan keberhasilan ya
ng dirahi oleh desa, suatu goal (Target) pencapaian dari sebuah desa dalah :
a. menanamkan pemahaman pembangunan yang berbasis masyarakat, agar setiap a
nggota masyarakat desa dapat meresponi setiap kebijakan pemerintah dan kegiatan-
kegiatan yang berhubungan dengan pemberdayaan desa dinikmati oleh rakyat.
b. Setiap unsur masyarakat dapat mengetahui visi pembangunan yang diterapka
n bagi desa dan cocok untuk mengambil bagian bersama.
c. Program pemberdayaan desa membawah suatu perubahan terhadap peningkatan
dan perbaikan demi mencapai tujuan kesejahteraan hidup masyarakat di desa.
d. Dapat mengangkat hargat dan martabat masyarakat desa dari keterbelakanga
n, kemiskinan dan ketertinggalan sebagai upaya perbaikan dan penanggulangan dala
m rangka menuju desa tumbuh sejahtera.
e. Keberadaan desa turut mendorong masyarakat agar berpatisipasi secara akt
if terhadap proses perjuangan pembangunan daerah tertinggal yang sedang dan akan
berlangsung di papua.
8. Metode
Desa di papua dalam kemajuan dan perkembangannya, sangat tertinggal, karena
menjalankan fungsi pemerintahan dan programnya tidak sesuai dengan pedoman umum
dan petunjuk pelaksanaan program pemberdayaan serta pembiayaan keuangan bagi de
sa tidak dapat dikelola dengan baik, dan hasilnya pun tidak dapat memberi manfaa
t yang seluas-luasnya bagi kehidupan masyarakat dan kemajuannya, namun strategi
penyelenggaraan program pemberdayaan desa dalam rangka mecapai tujuannya membang
un pendekatan langsung kepada masyarakat melalui jalur komunikasi dan koordinasi
bersama warga desa, maka metode yang harus dikembangkan bagi pembangunan pember
dayaan desa menuju tumbuh sejahtera dalah :
a. Metode pendidikan dan pelatihan masyarakat
b. Pembinaan dan pengembangan ekonomi makro dan mikro bagi mayarakat desa a
gar menjadi mandiri dalam hal mengembangkan konsep pengembangan dari pada usaha-
usaha perekeonomian rakyat.
c. Diskusi dan Musyawarah kelompok, untuk menetapkan langkah-langkah strate
gis bagi pengembangan desa.
d. Pengkaderan dan pemberdayaan anggota masyarakat desa melalui fungsi kean
ggotaan di tingkat desa.
e. Konsultasi dan Koordinasi langsung ditingkat desa.
f. Penelitian dan pengkajian di tingkat masyarakat.
g. Sosialisasi pembangunan
h. Penyuluhan, Seminar (Workshop) dll

9. Arah Pembangunan Desa


Program yang harus didesign bagi desa diarahkan untuk memperjuangkan masyarakat
desa di daerah tertinggal yang selama ini tidak mampu memperbaiki kehidupan yang
penuh dengan kemiskinan dan ketertinggalan, sehingga tidak dapat bersaing sama
dalam rangka memajukan kehidupan masyarakat untuk menjadi layak, seperti sebagia
n masyarakat di Indonesia yang berada pada sebuah peradaban, Diana semangat masy
arakat dijadikan sebagai ideology pembangunan turut diperjuangkan semaksimal mun
gkin dan menjadikan desa untuk mewujudkan visi dan misi pembangunan bagi daerah
tertinggal.
Dengan maksud tersebut diatas, maka arah kebijakan dea adalah prospek untuk mema
ntapkan eksistensi dan kapasitas dalam pemerintahan kelompok masyarakat desa dem
i pembangunan pada semua tingkatan serta melalui perjuangan programnya dapat men
ingkatkan peran partisipasi masyarakat dalam mereposisi dan mengartikulasikan ke
hidupan pemerintahan, pembangunan, kemasyarakatan, politik hukum dan Ham, pembin
aan terhadap kualitas kerukunan umat beragama, pemberdayaan ekonomi, kehidupan s
osial budaya bagi desa di papua sesuai dengan visi dan misi yang diembannya
10. Kebijaksanaan
Untuk dapat mengaktualisasikan secara nyata program-program pembangunan bagi des
a di papua sesuai dengan arah dan sasarannya, maka ada 3 (Tiga) kebijaksanaan da
pat mendukung program-program pemberdayaan desa, yaitu sebagai berikut :
a. Penataan struktur dan pemantapan kelembagaan desa
b. Peningkatan akses dan mengutamakan peran partisipasi masyarakat dalam pe
mbangunan.
c. Peningkatan peran partisipasi aktif dan berkesinambungan melalui program
-program yang konkrit sesuai dengan daya dukung pemerintah dan masyarakat.
Ketiga kebijaksanaan dalam pelaksanaan pembangunan desa dipapua ini dilaksanakan
seiring dan saling bersinergi antara satu sama lainnya, untuk menjadikan desa s
ebagai pusat pembangunan dan pemerhati masyarakat dan sebagai factor penentu keb
ijakan pembangunan desa, selalu mendapatkan kepercayaan dari arah kebijakan desa
, agar selalu mengutamakan kepentingan masyarakat umum.
11. Upaya Pembiayaan Pembangunan Desa
Dalam rangka pembiayaan pembangunan, maka ada sejumlah komponen kunci dari RESPE
K yang merupakan pengejawantahan strategi, yaitu; (1). Keterlibatan seluruh desa
tanpa terkecuali, (2). Penyediaan dan penyaluran block grant dari pemerintah un
tuk setiap desa, (3). Keterlibatan pendamping/Fasilitator, dan (4). Adanya knowl
edge Centre block grant atau dana tunai yang didistribusikan oleh pemerintah set
iap ahun ke semua desa (Kampung) telah memeungkinkan rakyat desa benar-benar men
jadi subyek dari pembangunan di masyarakat desa itu sendiri, artinya rakyat dapa
t mengelola sendiri bagi pembangunan desa, dengan memperhatikan block grant adal
ah alat pembelajaran yang harus dipelajari oleh seluruh rakyat didesa tentang pe
ngelolaaan sumber daya keuangan sendiri, dengan pelaksanaan RESPEK, masyarakat m
empraktekkan demokrasi pembangunan dalam arti yang sebenar-benarnya.
Setiap tahun masyarakat desa di papua berkumpul untuk merencanakan, melaksanakan
dan mempertanggung jawabkan program-program pembangunan didesa yang dinilai tep
at, produksi pertanian meningkat, infrastruktur desa diperbaiki, fasilitas air b
ersih dibangun, secara bertahap kualitas perumahan didesa menjadi lebih baik sem
uanya dikerjakan sendiri dari rakyat, untuk rakyat dan oleh rakyat turut perlu m
emberikan apresiasi, karena upaya tersebut merupakan langkah perbaikan awal guna
menanggulangi tingkat kemiskinan dan ketertinggalan daerah, menciptakan lapanga
n kerja dan pertumbuhan ekonomi dalam rangka pengentasan kemiskinan.
Pentingnya peranan pemerintahan desa, khususnya dalam konteks pelaksanaan RESPEK
( Rencana Strategis Perancaan Kampung/Desa), maka pemerintah papua membentuk bi
ro pmerintahan kampung agar melalui unit kerja dapat membangun kerja sama dengan
pemerintah kabupaten/kota memberikan perhatian yang sungguh-sungguh bagi pember
dayaan pemerintahan desa, demi menunjang program pembangunan desa (Kampung) maka
secara bertahap seluruh desa di papua mulai memiliki anggaran pembangunan dan b
elanja kampung/desa (APBK/D) baik yang berasal dari block grant RESPEK yang dial
okasikan oleh pemerintah, maupun dari pengelolaan sumber daya alam dan sumber-su
mber lain di desa.
Menyadari bahwa tentu pasti masih banyak lagi yang harus dikerjakan didalam mewu
judkan tata kelola pemerintahan desa yang baik dipapua dapat melaksanakan prinsi
p-prinsip efesiensi anggaran yang berorientasi pada pelaksanaan program yang ben
ar-benar dibutuhkan oleh rakyat, selain persoalan kapasitas yang harus perlu dib
enahi, prilaku koruptor juga masih ada di kalangan aparatur pemerintah yang dapa
t menggunakan kewenangan dalam hal keuangan yang seharusnya dapat digunakan bagi
pembangunan daerah/desa dan segera merealisasikan kepada setiap desa bagi pemba
ngunan Kampung/Desa, namun sebuah indikasi dari penyalahgunaan keuangan rakyat s
ebenarnya secara langsung dapat menghambat proses perencanaan pembangunan yang t
elah ditetapkan sebelumnya tidak dapat dilaksanakan dengan baik.
D. Presentasi Implementasi pembanguan desa
Untuk mengethaui sejauh mana proses pembanguan desa berhasil melalui has
il dari sebuah upaya yang dilakukan bersama, maka seharusnya dapat memprsentasik
an corak dan karakter dari pembangunan itu sendiri dapat memberi manfaat adalah
daya dukung dari proses pencapaian yang dirahi oleh desa, maka beberapa hal poko
k dibawah menjadi acuan acuan dalam rangka memberikan simulasi pembanguan yang
telah, sedang dan akan dilaksanakan menjadi target utama dari sebuah sasaran hen
dak dicapai :
1. Syarat-syarat Perencanaan Desa
Dalam rangka perencanaan pembanguan desa, maka perlu memperhatikan beberap
a syarat adanya program pembangunan yang juga sekaligus menjadi tolak ukur untuk
memiliki, mengetahui dan memperhitungkan, yaitu :
a. Menetapkan tujuan akhir dari perencanaan pembanguan desa.
b. Sasaran-sasaran dan prioritas untuk mewujudkan cerminan pemilihan dan be
rbagai alernatif pembangunan yang dibangun.
c. Menetapkan jangka waktu, untuk mencapai sasaran-sasaran pembangunan.
d. Identifikasi masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat di desa.
e. Pengalokasian, modal sumber daya manusia, potensi sumber daya alam, sert
a sumber daya keuangan yang digunakan untuk pembangunan desa.
f. Penetapan kebijakan-kebijakan pelaksanaan pembanguan desa.
g. Orang (Masyarakat), organisasi kemitraan, atau pemerintah dan badan pela
ksananya.
h. Mekanisme pemantauan, evaluasi dan pengawasan terhadap pembanguan desa.
2. Fungsi Perencanaan Pembangunan Desa
Adapun, dalam perencanaannya, desa berfungsi sebagai :
a. Penuntun arah kebijakan pembangunan desa
b. Minimalisasi ketidakkepastian masyarakat dalam pembangunan.
c. Minimalisasi inefesiensi sumber daya
d. Penetapan standard an kualitas pembangunan desa.
3. Kegagalam Dalam Perencanaan
Masalah kegagalan ini menjadi salah satu masalah yang sering terjadi dan membawa
dampak yang tidak memberi keuntungan bagi banyak orang seperti sebagaimana yang
diharapkannya, penyebab terjadinya kegagalan pada base perencanaan dan penyelen
ggaraan pembangunan desa ini terjadi akibat factor internal (Kelompok Masyarakat
) tidak dapat meresponi kebijakan pemerintah tentang prospek pembangunan yang di
rencanakan, selain tidak tersedianya sumber daya, Tidak membangun akses perhubun
gan serta ada faktor eksternal juga ikut mempengaruhi, yaitu ; masalah kebijakan
pemerintah yang tidak berpihak, dan tidak adanya dukungan financial, semua hal
disebutkan diatas menjadi factor terjadinya kegagalan dalam sebuah perencanaan p
embanguan desa.
Selain dari berbagai persoalan mendasar disebutkan diatas, maka secara umum kega
galam yang terjadi dalam pembangunan yaitu :
a. Penyusunan perencanaan desa tidak tepat, mungkin karena informasinya kur
ang lengkap.
b. Metode perencanaan dan pola pemberdayaan desa belum dikuasai secara baik
.
c. Perencanaannya tidak realities sehingga tidak mungkin bisah terlaksana.
d. Pengaruh politik terlalu besar sehingga pertimbangan-pertimbangan teknik
perencanaan bagi pembangunan desa diabaikan.
e. Perencanaan yang baik, tetapi pelaksanaannya tidak seperti seharusnya.
f. Kegagalan terjai karena tidak ada kaitan perencanaan dengan pelaksanany
a.
g. Aparat pelaksana tidak siap atau berkompeten.
h. Masyarakat tidak punya kesempatan berpartisipasi sehingga tidak mendukun
g.
i. Perencanaan mengikuti paradigma yang ternyata sesuai dengan kondisi dan
perkembangan serta tidak dapat mengatasi masalah mendasar di daerah tertinggal.
j. Tidak memberikan kesempatan berkembangnya prakarsa individu dan pengemb
angan kapasitas serta potensi masyarakat secara sepenuhnya.
4. Sistem Perencanaan Yang Berhasil
Dalam proses perencanaan pembangunan desa perlu didoorng oleh beberapa petunjuk
dasar yang turut memberi gambaran secara umum pola pembangunan yang menuju sukse
s adalah :
a. Sistem pembangunan yang mendorong berkembangnya mekanisme kemajuan dan p
eran serta masyarakat menjadi daya saing dalam rangka meningkatkan kemajuan desa
.
b. Dalam system perencanaan dan pengembangan desa, selayaknya menetapkan sa
saran-sasaran secara garis besar, baik dibidang sosila budaya, ekonomi, sarana d
an prasarana, serta sumber daya manusia semuanya menjadi isu sentral yang harus
diperjuangkan mencapai keberhasilan dalam pembangunan.
5. Perencanaan Desa yang ideal
Perencanaan idelal dimaksud pada bagian ini adalah sebuah fakus perenca
naan desa yang telah ditetapkan menjadi target berdasarkan pada konsep ideology
yang ideal dan fleksibel atas prinsip-prinsip utama yang harus diterapkan bagi
pembangunan desa menjadi terukur, yaitu :
a. Prinsip Partisipatif
Masyarakat yang akan memperoleh manfaat dari perencanaan pembangunan desa, harus
turut serta dalam prosesnya.
b. Prinsip Berkesinambungan
Perencanaan tidak hanya berhenti pada satu tahap, tetapi harus erlanjut sehingga
menjamin adanya kemajuan terus-menerus dalam kesejahteraan dan jangan sampai te
rjadi kemunduran dan kegagalan.
c. Prinsip Holistik
Masalah dalam perencanaan pembangunan desa di papua tidak dapat hanya dilihat da
ri satu sisi (Sektor), tetapi harus dilihat dari berbagai aspek dan dalam keutuh
an konsep pembangunan desa secara keseluruhan.
d. Mengandung Sistem pembangunan yang dapat berkembang maju, tumbuh sejahte
ra.
e. Pembangunan yang bersifat terbuka dan demokratis.
6. Evaluasi Perencanaan
Untuk menilai, proses pencapian dari sebuah pembanguan bagi desa, maka perlu men
gadakan evaluasi ditingkat desa, kegiatan evaluasi diselenggarakan dengan maksud
:
a. Memberikan umpan balik terhadap berbagai kebijakan, program dan kegiatan
b. Menjadikan kebijakan, program dan kegiatan untuk mempertanggung jawabkan
penggunaan dana publik di tingkat desa.
c. Menentukan skala prioritas dan tingkat kemajuan serta mengatasi masalah
untuk mencari alternative dalam rangka melihat hasilnya.
d. Membantu stakeholders belajar lebih banyak mengenai kebijakan program.
7. Monitoring Perencanaan Pembangunan Desa
Sistem monitoring dilakukan demi pengawasan dan evaluasi program pembangunan des
a tentang kegiatan rutin, mengumpulkan informasi hambatan, tantangan atau masal
ah melalui pendekatan control sosial dalam pembangunan untuk mengukur dan menunt
un badan-badan pelaksana.
8. Indikator Kinerja
Merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian dari pelaksanaan suatu kegiatan/p
rogram/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, penampilan atau hasil karya, oleh
karena itu indikator kinerja desa merupakan bentuk pelaksanaan yang multi dimen
sional sehingga cara mengukurnya sangat bervariasi tergantung pada banyaknya fac
tor, untuk mengukur dan memperjelas tentang Apa (What), Bagaimana (How), Siapa (
Who), dan Kapan (When) suatu kegiatan dilaksanakan, melalui suatu tolak ukur seb
uah analisis dan evaluasi kinerja program pembangunan desa, Indikator kinerja in
put juga dapat mengukur jumlah sumber daya seperti (Anggaran, SDM, Peralatan, Ma
terial) dan masukan lain yang dipergunakan untuk pelaksanaan program pembangunan
desa.
BAB. V. P E N U T U P
Secara umum penulis telah mengemukakan beberapa realita kehidupan masyar
akat dan kemajuan desa melalui proses pembangunan yang sedang dilaksanakan bersa
ma pemerintah pemerintah dan masyarakat dalam rangka menciptakan papua yang lebi
h aman, damai, adil dan tumbuh sejahtera bagi bagi semua desa pasti masih jauh d
ari harapan yang harus perlu dikerjakan dan diperjuangkan tanpa berhenti, sedang
kan yang diperluakan oleh masyarakat dalam pembangunan desa adalah konsistensi c
ontinuous improvement dan suatu perubahan yang terukur. Agenda-agenda pembanguna
n desa yang telah digemukakan pada bagian sebelumnya bahwa ada upaya-upaya yang
dilakukan bersama demi kemajuan suatu desa harua dilakukan dengan konsisten dan
terukur serta dapat melihat hasil kerja keras di dalam mengembangkan konsep pemb
angunan yang berpihak kepada rakyat.
Integritas Negara kesatuan Republik Indonesia di provinsi Papua hingga p
ada tingkat desa untuk menjadi lebih maju, dan dinamis akibat dari peningkatan k
esejahteraan rakyat yang lebih baik dan bertumbuh sejahtera, yang tidak kalah pe
ntingnya adalah tersedianya ruang gerak pembanguan desa bagi masyarakat oleh Neg
ara kepada rakyat di papua, untuk melaksanakan hak dan kewajiban sebagai warga N
egara turut ikut membangun desa sesuai dnegan amanat undang-undang Republik Indo
nesia Nomor.21 tahun 2001 tentang otonomi khusus bagi provinsi papua termasuk pe
mberdayaan kampung (Desa). Oleh karena itu upaya-upaya pembangunan desa yang ber
pihak dan membawah perubahan kearah pertumbuhan kesejahteraan yang sebesar-besar
nya kepada rakyat di desa lebih pada daerah tertinggal dilakukan secara berkeadi
lan, merata dan demokratis harus dibangun menjadi sebuah momentum pembangunan de
sa dikerjakan dan terpelihara proses kelangsungannya.
Betapa pentingnya memahami sebuah arti pembangunan bagi desa di papua, m
aka penulis dapat memberikan beberapa sajian utama yang sangat relevan dengan pe
nulisan karya tulis ini untuk dapat dipahami dan mendapatkan manfaat, dari sebua
h intisarai dari penulisan ini pada kesimpulan dan saran-saran berikut :
A. Kesimpulan
Sebagaimana hal-hal yang telah dijelaskan pada bagian penutup diatas ini, bahwa
Konsep “ Menuju Desa Tumbuh Sejahtera “ bagi desa di daerah tertingal di seluruh Ind
onesia adalah menjadi sebuah bahan kontribusi acuan, dalam rangka turut memberik
an hasil kontribusi kajian analisis terhadap perencanaan, daya dan upaya serta p
eran partisipasi masyarakat menjadi pola dasar yang harus di kembangkan demi kem
ajuan desa. Karena pegembangan desa merupakan langkah-langkah strategis yang dib
angun oleh pemerintah tentang perbaikan ekonomi, sosial budaya, peningkatan kual
itas sumber daya manusia, penatalayanan dibidang sarana dan prasarana serta pena
taan kelembagaan di tingkat desa adalah sebuah fakta menarik yang perlu digarisk
an kepada genasi penerus yang akan memegang peranan yang berciri pembangunan ber
kelanjutan.
Pada bgian kesimpulan dari penulisan karya tulis ini, Penulis dapat menyusun dan
mengembangkan pola pemahaman dan konsep ilmiah tentang prinsip-prinsip dari seb
uah konsep pembangunan desa yang bertumbuh sejahtera, yang didukung oleh beberap
a kajian analisa obyektif, yaitu :
1. Latar Belakang
2. Ruang Lingkup dan Topik pemabahasan
3. Analisis Kajian
4. Dan Rekomendasi Hasil Penulisan
Berdasarkan beberapa point disebutkan diatas, maka penjelasan dari sebuah rangku
man dalam penulisan karya tulis ini, kami menyimpulkan beberapa kesimpulan menja
di sebuah intisari dari pada pokok kajian sebagai berikut :
1. Hal-hal yang lebih utama dan penting adalah melalui kajian ini dapat mem
beri gambaran tentang kondisi nyata pembangunan desa di papua, agar melalui kont
ribusinya dapat menemukan solusi dalam rangka perbaikan dan kemajuan desa.
2. Kebijakan, dan perencanaan merupakan langkah-langkah strategi konkrit da
ri sebuah tujuan pembangunan menjadi nyata bagi kemajuan desa.
3. Kesiapan sumber daya manusia, potensi sumber daya alam, ketersediaan lap
angan kerja, penyediaan sarana dan prasarana serta dukungan financial menjadi se
buah factor pendukung terjadi kemajuan desa dalam pembangunan menuju desa tumbuh
sejahtera.
4. Hasil kontribusi kajian dan peran serta seluruh komponen melalui potensi
nya dapat mendukung pemerintah terhadap arah kebijakan pembangunan bagi desa.
5. Sebuah dampak dari pembangunan dan kemajuannya, masyarakat yang ada di d
esa dapat bersaing sama dengan daerah lain dibidang pengembangan kualitas sumber
daya manusia yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang lebih canggih,
tersedianya system informasi pembangunan yang mutu dan obyektif, sarana dan pras
arana telah terpenuhi dan pelayanan-pelayanan disektoral lain semakin meningkat
dan dapat teratasi berbagai masalah-masalah yang timbul di kalanan masyarakat.
6. Penataan strukturisasi kelembagaan desa, sehingga dapat menjalankan fung
si pemerintahan desa bagi pembangunan berjalan baik dan menyeluruh.
7. Membanguna system evaluasi an monitoring yang dilakukan guna menilai dan
mengukur tingkat kinerja desa dalam rangka membagun dan memajukkan desa serta p
roses kelanjutannya.
8. Transparansi financial dan proses pembiayaannya dapat mensukseskan pemba
ngunan dan memberi dampak positif bagi kemajuan desa.
Seluruh komponen bangsa menjadi bagian penting yang telah melihat dan merasakan
terhadap sebuah fakta pembangunan desa di papua dilakukan secara tidak adil dan
merata selama dalam berpuluhan tahun yang silam, fakta ini menarik perhatian dar
i kita semua untuk menoleh kebelakang dan memandang sebuah sejarah keterbelakang
an, ketertinggalan, kobodohan dan kemiskinan yang telah membungkusi kehidupan ma
syarakat desa di papua selama ini dan hak sebagai anak bangsa telah diabaikan, s
ehingga menjadi korban dari proses pembangunan itu sendiri, maka pada kesempatan
ini, mari bersama-sama menyatuhkan vvisi/misi dan persepsi serta mendukung sepe
nuh dengan segala potensi yang dimilikinya agar ikut berperan serta dalam pemban
gunan dan memberi respon terhadap arah kebijakan pembangunan yang sedang direnca
nakan bagi kemajuan papua, agar sebuah harapan pembangunan desa pada masa depan
menjadi nyata.

B. Saran-saran
Sesuai dengan penjelasan dari pada penutup dan kesimpulan dalam penulisa
n karya tulis ini dengan sebuah topik “MENUJU DESA TUMBUH SEJAHTERA “ guna menunjang
lomba penulisan Karya Tulis tingkat Nasinonal yang diselenggarakan oleh Kemente
rian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) , seharusnya kami dapat menyusu
n secara lengkap dan terinci, namun kami menulis dengan secara garis besar dan p
enuh kekurangan dari sebuah. Kami sadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis ini
terdapat berbagai kesalahan dan kekurangan dalam bentuk kata, kalimat dalam bent
uk tulisan, data maupun fakta penuh kekurangan dari kesempurnaan, untuk itu dimo
hon kritik, saran (Masukan) dari berbagai pihak demi perbaikan dan kemajuan pemb
angunan desa di papua kedepan yang lebih maju.
Pada kesempatan ini, saran penulis melalui hasil kajian dan penulisan karya tuli
s ini diharapkan kepada :
1. Pemerintah pusat, Pemerintah daerah dan masyarakat agar dalam perencanaa
nnya dapat mengarah kepada kebijakan yang bersifat segera memberi dampak pada pe
rcepatan dan pertumbuhan ekonomi rakyat.
2. Untuk mempercepat proses pembangunan desa, maka diharapkan dukungan dan
partisipasi langsung pada program.
3. Mengharapkan kontribusi, ide, daya, dana dan upaya mendukung proses pemb
angunan bagi desa dapat berjalan sesuai tujuan yang hendak dicapai.
Kiranya, Penulis memohon kritik dan saran demi kemajuan, agar secara ber
sama-sama mendukung program yang berpihak, dan masyarakat dapat menikmati hasil
pembangunan yang dicita-citakan pada masa depan menjadi sebuah fakta yang membaw
a rakyat kepada kemajuan dan perbaikan.

Jakarta, 09 November
Penulis
Karya Tulis

Wesley C.Mirin
Daftar Kepustakaan
Daftar Lampiran

Anda mungkin juga menyukai